Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 24 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Melfayetty Arief, Sudikno
JKR Vol.5, No.3
Jakarta : Balitbangkes Depkes RI, 2014
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Syarifah Khodijah; Pembimbing: Artha Prabawa; Penguji: Besral, Ida Kusumaningrum
Abstrak: Angka kasus HIV di dunia saat ini masih tinggi. Jumlah kasus HIV yang mengalamipeningkatan saat ini adalah pada kelompok penasun (Pengguna NAPZA Suntik).Prevalensi HIV pada kelompok penasun di Asia Tenggara tahun 2012 mencapai 28%.Hal ini terjadi karena pencegahan perilaku berisiko pada penasun belum berhasil.Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dari 240 penasun di DKIJakarta. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang untuk mengetahuideterminan status HIV pada penasun di DKI Jakarta tahun 2013. Pengetahuan tentangdeterminan status HIV pada penasun diharapkan dapat menjadi masukan untukprogram pencegahan dan penanggulangan HIV di DKI Jakarta.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi HIV pada penasun di DKI Jakarta tahun 2013mencapai 49,2%. Selain itu, proporsi penasun yang positif HIV terbanyak pada penasun yang memiliki umur tidak lebih dari 31 tahun dan berjenis kelamin laki-laki.Kemudian proporsi penasun yang positif HIV terbanyak pada penasun yang berpendidikan tinggi dan penasun yang memiliki pekerjaan tidak tetap. Pada perilaku penasun, proporsi penasun yang positif HIV juga paling banyak pada penasun yang menyuntik NAPZA setiap hari, yang menggunakan kondom tidak konsisten dan yang mengunjungi LASS tidak lebih dari 4 kali dalam sebulan.
Kata Kunci : Determinan, HIV, Penasun, Proporsi
Today, number of HIV cases in the world is still high. The number of HIV cases hasincreased is in the group of IDUs (Injecting Drug Users). HIV prevalence amonginjecting drug users groups reached 28% in Southeast Asia 2012. This happens due tothe prevention of risk behavior in IDUs has not been successful. This study uses aquantitative research methode of 240 IDUs in Jakarta. This study used a cross-sectional design to determine the determinants of HIV status in IDUs in Jakarta 2013.Knowledge about determinants of HIV status in IDUs expected to become inputs forHIV prevention and treatment program in DKI Jakarta.

Results of this study showedthat the prevalence of HIV in IDUs in Jakarta in 2013 reached 49.2%. In addition, theproportion of HIV-positive IDUs highest in IDUs who have aged under 31 years andmale sex. Then the proportion of HIV-positive IDUs in the most highly is educatedIDUs and IDUs are IDUs employment not permanent. On the behavior of injectingdrug users, the proportion of HIV-positive IDUs also most IDUs who inject drugsevery day, use condoms inconsistently and visit LASS less than 4 times a month.

Key Words : Determinant, HIV, IDUs, Proportion
Read More
S-8435
Depok : FKM UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Kautsar Rizky; Pembimbing: Hendra; Penguji: Doni Hikmat Ramdhan, Robiana Modjo, Grace S. Rumengan, Triovva Elsya Ermita
Abstrak: Perawat merupakan sumber daya manusia terpenting di rumah sakit, dikarenakan jumlahnya dominan. Pekerjaan perawat yang bervariasi, menyebabkan perawat memiliki beban kerja relatif tinggi, sehingga berisiko terjadinya kelelahan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis determinan kelelahan kerja pada perawat di RSUD Cibinong, Kabupaten Bogor. Desain penelitian ini adalah semi- kuantitatif (cross-sectional). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 91,1% perawat mengalami kelelahan kerja tingkat rendah hingga sedang, dimana variabel kualitas tidur dan masa kerja memiliki hubungan signifikan dengan kelelahan kerja (p- value < 0,05). Faktor dominan yang berpengaruh terhadap kelelahan kerja adalah kualitas tidur, dimana kualitas tidur buruk berisiko 2,367 kali lebih tinggi untuk mengalami kelelahan, dibandingkan dengan kualitas tidur baik, setelah dikontrol variabel masa kerja dan shift kerja. Saran yang dapat diberikan adalah perlunya pengkajian penempatan tenaga keperawatan sesuai dengan kompetensinya dan kebutuhan pasien, meningkatkan manajemen waktu bagi perawat serta penerapan fatigue management program untuk mencegah tingginya kelelahan kerja pada perawat. Kata Kunci : Analisis Determinan, Kelelahan Kerja, Perawat
Nurse is the most important human resource in the hospital because of their dominant ammount. Nurse has various jobs, causing they have relatively high workload, so that would improve the risk of fatigue. The aim of the study is to analyze the determinants of work fatigue among nurses in Cibinong Regional Public Hospital, Bogor District. The design of this study is semi-quantitative, (cross-sectional). The results showed that 91.1% of nurses have low to moderate type of work fatigue, which is the sleep quality and working period variables have a significant relationship with work fatigue (p-value < 0.05). The dominant factor affecting work fatigue is sleep quality, that the poor sleep quality respondents risk is 2,367 times higher to feels fatigue, compared with the good sleep quality, after controlled by working period and work shift variables. Advices that can be given are need for assesment of the placement of nursing personnel based on their competence and patient needs, increase time managemet for nurse and also the application of fatigue management program to prevent high work fatigue among nurses. Keyword : Determinant Analysis, Work Fatigue, Nurse
Read More
T-4883
Depok : FKM-UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Musafaah; Pembimbing: Tris Eryando; Penguji: Toha Muhaimin, Besral, Flourisa J. Sudrajat, Siti Nurul Qomariah
Abstrak:

Jumlah penduduk, Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)di Indonesia masih tinggi sehingga diperlukan program KB. Pria telah ber-KB sejak dulu dengan metode pantang berkala dan kondom telah dikenal berabadabad yang lalu tetapi sejak ditemukan kontrasepsi wanita, pria diabaikan dalam program KB. Keikutsertaan pria dalam ber-KB masih sangat rendah jika dibandingkan negara Bangladesh, Pakistan dan Nepal. Tesis ini membahas mengenai determinan keikutsertaan pria dalam ber-KB. Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 dengan pendekatan cross sectional terhadap 6013 pria menikah usia 15-54 tahun. Teknik pengambilan sampelnya dilakukan dengan two stage sampling. Pengolahan datanya menggunakan SPSS Complex Sample versi 13. Analisis datanya menggunakan chi square dan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan determinan keikutsertaan pria menikah dalam ber-KB adalah jumlah anak, pendidikan, pekerjaan, diskusi KB dengan istri, sikap terhadap KB, kontak informasi KB melalui media massa, interaksi pendidikan dengan sikap terhadap KB,  dan adanya interaksi pendidikan dengan pekerjaan dan interaksi sikap terhadap KB dengan pekerjaan sedangkan tempat tinggal adalah variabel konfounding pada model ini. Variabel yang paling berpengaruh atau dominan pada model ini adalah pendidikan dengan OR = 15,02. Hasil penelitian menyarankan bahwa BKKBN lebih banyak mempromosikan program KB untuk pria melalui televisi dan lebih mensosialisasikan cara menghitung masa subur wanita sehingga pasangan suami istri dapat ber-KB secara mandiri dengan metode tradisional, program KB tidak hanya fokus pada wanita tetapi sebaiknya pria dilibatkan, dan perlu adanya penemuan alat kontrasepsi baru bagi pria agar priamendapat kebebasan dalam memilih alat kontrasepsi. Kata kunci: KB, determinan, keikutsertaan pria


 Total of citizen, maternal death rate, and infant mortality rate in Indonesia are still high so needed family planning program. Men already used contraception for a long time ago with withdrawal and condom had known for centuries ago but since it is founded contraception for women, men have ignored in family planning program. The involving of men in family planning in Indonesia is still lower than Bangladesh, Pakistan, and Nepal.The thesis discuss about determinant of involving married men at 15-54 years old in family planning in Indonesia. This research use secondary data from Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) 2007 with cross sectional study at 6014 married men 15-54 years old. The sampling method is two stage sampling. The processing of data is with SPSS Complex Sample version 13. The analysis of data uses chi square and logistic regression. The result shows that determinant of involving men in family planning are number of children, education, occupation, discuss family planning with wife, attitude of family planning, contact information of family planning through mass media and there are the interaction between education and attitude of family planning, education and occupation, attitude of family planning and occupation. Residence is as confounder variable in this result. Variable which is the most dominant in this model is education with OR=15,02. This result suggests that BKKBN promote family planning for men in television, more sosialize how to count ovulation of women so a couple can use traditional method of family planning, family planning program is not only focus on women but also men should be involved and there is needed the research of new contaception for men so men can get freedom of choosing contraception. Key words: family planning, determinant, the involving of men

Read More
T-3319
Depok : FKM-UI, 2011
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Maylan Tiolina Misrain Sianipar; Pembimbing: Artha Prabawa; Penguji: Besral, Anindita Dyah Sekarputri
Abstrak: Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tergolong tinggi. Laporan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan bahwa semakin rendah kuintil kekayaan (semakin miskin), maka AKB akan semakin tinggi. Penelitian ini bertujuan mengetahui determinan kematian bayi pada keluarga miskin di Indonesia dalam rangka upaya mencegah kematian bayi pada keluarga miskin dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat perekonomian rendah.
 
Penelitian ini menggunakan desain studi crossectional dengan populasi penelitian meliputi wanita usia subur 15 - 49 tahun yang berada pada kuintil 1 (poorest) dan kuintil 2 (poorer).
 
Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa determinan kematian bayi pada keluarga miskin di Indonesia adalah berat bayi lahir, jenis kelamin bayi, dan penolong persalinan, sedangkan umur ibu, paritas, jarak kelahiran, jumlah kunjungan pemeriksaan antenatal, ukuran bayi saat lahir, dan tempat persalinan merupakan variabel konfounding.
 
Pemerintah perlu menyediakan pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau oleh keluarga miskin ataupun mendatangi keluarga miskin untuk melakukan pemeriksaan antenatal. Pengelola program kesehatan perlu mengupayakan program yang membantu ibu miskin memenuhi kecukupan gizi selama mengandung untuk mencegah bayi lahir dengan BBLR; mengintervensi ibu terkait pengaruh jenis kelamin bayi terhadap kematian bayi sehingga dapat dilakukan pencegahan sejak dini; dan menggalakkan program kesehatan yang mengupayakan agar ibu dapat bersalin di fasilitas kesehatan dan ditolong oleh petugas kesehatan.
 

fant Mortality Rate (IMR) in Indonesia is still relatively high. Reports Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) 2012 show that the lower quintiles of wealth (the poor), the IMR will be higher. This study aims to find out the determinants of infant mortality in poor families in Indonesia in an effort to prevent infant mortality in poor family and improve the health of low economic communities.
 
This study used a cross-sectional study design with the study population includes women of childbearing age 15-49 years who are in quintile 1 (poorest) and quintile 2 (poorer).
 
Multivariate analysis show that the determinants of infant mortality in poor families in Indonesia were birth weight, infant gender, and assistance of delivery, while maternal age, parity, birth spacing, number of antenatal visits, size of the infant at birth, and place of delivery is the variable konfounding.
 
The government should provide health care that is easily accessible by poor families or poor families came to do the antenatal care. Health program managers need to pursue programs that help meet the nutritional adequacy poor mothers during pregnancy to prevent infant delivery with low birth weight; mother intervenes related to the influence of the sex of the infant so that the infant mortality can do early prevention; and promote health programs support mothers to delivery at health facility and adelivery by health workers.
Read More
S-8528
Depok : FKM-UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Lamhot Tambunan; Pembimbing: Pujiyanto; Penguji: Armasytra Bahar, Rocky Gunung Hasudungan
Abstrak: Rendahnya utilisasi pelayanan kesehatan gigi di Indonesia menjadipermasalahan yang selama ini menjadi suatu kendala dalam meningkatkan derajadkesehatan di Indonesia karena menurut Undang-Undang nomor 36 tahun 2009bahwa pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan untuk memelihara danmeningkatakan derajad kesehatan masyarakat. Dari data penelitian menunjukkanrendahnya utilisasi pelayanan kesehatan gigi padahal prevalensi karies gigi diIndonesia cukup tinggi. Peneliti ingin melihat determinan utilisasi pelayanankesehatan gigi di Indonesia.Penelitian ini merupakan analisis data sekunder Susenas 2012 yangmerupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Penelitian inimelihat determinan utilisasi pelayanan kesehatan gigi diindonesia.Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor usia, jenis kelamin, statuspernikahan, status pendidikan, status pekerjaan dan status tempat tinggal tidakmenunjukan hubungan yang sangat kuat dalam memanfaatkan pelayanankesehatan gigi di Indonesia, Sementara faktor kepemilikan asuransi, statusekonomi,wilayah domisili, dan adanya gangguan aktivitas menunjukan hubunganyang sangat kuat terhadap utilisasi pelayanan kesehatan gigi di Indonesia.Saran dari studi ini adalah karena adanya hubungan yang sangat kuatantara kepemilikan asuransi dengan utilisasi pelayanan kesehatan gigi hendaknyacakupan asuransi diperluas terutama untuk masyarakat miskin agar supayautilisasi pelayanan kesehatan gigi juga bisa meningkat, dan distribusi dokter gigijuga harus lebih terdistribusi dengan baik.Kata Kunci:Determinan, unmet need, utilisasi, Susenas 2012.
Lack of dental health services utilization in Indonesia became a problem aslong as it becomes a constraint in increasing degree movies health in Indonesiabecause according to Undang-undang no 36 tahun 2009 that oral health servicesdone to nurture and increases public health degree movies. Data from the sudyshowed poor dental health service utilization whereas the prevalence of dentalcaries in Indonesia is quite high. Researchers would like to see the dental healthservice utilization determinants in Indonesia.This research is analysis of data secondary susenas 2012 that is researchquantitative to a draft cross sectional. This research see determina the utilizationof health services of health services teeth in Indonesia.The result analysis shows that a factor of age, gender, the status ofmarriage, the status of education, the status of the job and the satatus of thedwelling place of not show a very strong in the harness of health services inIndonesia, the teeth insurance, while a factor of possession economic status, theregion of domicile, and any disturbance activity showed a very strong against theutilization of health services teeth in Indonesia.Advice from this study is due to the powerful relationship betweeninsurance with the utilization of health service should tooth-reinsurance coveragesexpanded especially for the poor health services so that the utilization rise, canalso distribution dentist must be distributed properly.Key words :Determinant, Unmet Need, Utilization, Susenas 2012.
Read More
T-4044
Depok : FKM-UI, 2014
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Suwardiman; Pembimbing: Hadi Pratomo; Penguji: Sandra Fikawati, Sri Duryati Budiharjo
Abstrak: Air Susu Ibu (ASI) sudah terbukti dapat meningkatkan status kesehatan bayi sehingga 1,3 juta bayi dapat diselamatkan. Bayi yang tidak pernah mendapat ASI berisiko meninggal 21% lebih tinggi dalam periode sesudah kelahiran daripada bayi yang mendapat ASI.Tujuan Penelitian ini adalah diketahuinya determinan pemberian ASI Eksklusif pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Jatiuwung Kota Tangerang Tahun 2014. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Hasil dari188 sampel adalah; Prevalensi pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Jatiuwung Kota Tangerang yaitu 28,7%. Predisposing factors yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Jatiuwung Kota Tangerang adalah pengetahuan dan pendidikan. Enabling factors yang berhubungan adalah IMD, rawat gabung dan keterpaparan sampel susu formula. Reinforcing factors yang berhubungan adalah dukungan suami. Koordinasi dengan semua Puskesmas yang ada di Wilayah Kota Tangerang khususnya di Puskesmas Jatiuwung untuk melaksanakan Program 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM) dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) serta meningkatkan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) tentang manfaat ASI Eksklusif bagi bayi, ibu dan keluarga dari sejak dini (masa kehamilan, bersalin sampai usia bayi 6 bulan) khususnya kepada ibu yang berpendidikan rendah (< SMA) serta kepada suami agar dapat mendukung ibu dalam melakukan pemberian ASI Eksklusif.
Kata Kunci : ASI Eksklusif, Inisiasi Menyusu dini, Determinan.
Daftar Pustaka: 68 (1998-2014)
Read More
S-8607
Depok : FKM UI, 2015
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Zahra Alifatus Sajida; Pembimbing: Asri C. Adisasmita; Penguji: Putri Bungsu, Eti Rohati
Abstrak: Kecamatan Pancoran Mas merupakan kecamatan di Kota Depok yang angkaBBLRnya paling tinggi pada tahun 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihatgambaran dan determinan BBLR di Kecamatan Pancoran Mas pada tahun 2016.Penelitian ini menggunakan desain studi kohort retrospektif dengan sumber dataregister kohort ibu yang dikumpulkan oleh Puskesmas Pancoran Mas, PuskesmasDepok Jaya, dan Puskesmas Rangkapan Jaya Baru sepanjang tahun 2016 serta dataBPS Kota Depok tahun 2016. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa prevalensiBBLR di kecamatan ini adalah sebesar 8,08% dan distribusi data ibu yang tercatatdalam register kohort terbanyak adalah ibu yang melahirkan pada rentang umur 20-35tahun yang tinggal di wilayah Kelurahan Pancoran Mas dengan riwayat kehamilanmultigravida, multipara, dan tidak pernah abortus, melakukan kunjungan antenatalpertama kali pada trimester ketiga, dan mendapatkan pelayanan antenatal kurang dariempat kali. Nilai RR terbesar didapatkan dari variabel usia kurang dari 20 tahun (RR:4,864, 95% CI: 1,72-13,654), tinggal di Kelurahan Rangkapan Jaya dan RangkapanJaya Baru (RR: 11,892, 95% CI: 1,552-91,157), akses terhadap bidan rendah (RR:3,2602, 95% CI: 0,12-0,784) dan melakukan kunjungan antenatal kurang dari empatkali (RR: 6,521, 95% CI: 0,401-106,025).
Kata kunci: BBLR, determinan, Pancoran Mas.
Read More
S-9545
Depok : FKM UI, 2017
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Makiani; Pembimbing: Hasbullah Thabrany; Penguji: Wahyu Sulistiadi, Atik Nurwahyuni, Fathul Korib
Abstrak:

ABSTRAK

Pada tahun 2004, Pemerintah mengesahkan sistem jaminan atau yang lebih dikenal dengan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang merupakan suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial. Salah satu penyakit dijamin yaitu GEAD atau Gastroentritis Acute Disease. Dari data diketahui bahwa diagnosa penyakit tertinggi diruang inap rawat kelas I dan II adalah GEAD (Gastroentritis Acute Disease), dan di ruang rawat inap kelas III pasien GEAD (Gastroentritis Acute Disease) termasuk dalam 4 penyakit terbesar. Akan tetapi terdapat perbedaan Average Length of Stay (LOS) pasien yang terkena GEAD di ruang rawat inap kelas I, II dan III. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan lama hari rawat inap pasien GEAD di ruang rawat inap kelas I, II, dan III RSUD Palembang BARI. Pengumpulan data primer dan sekunder didapat melalui wawancara mendalam dan data rekam medis. Dasar teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori quality of care yaitu keunggulan teknis dan interpersonal. Evaluasi ini dilakukan dengan menganalisa 10 variabel yaitu pilihan antibiotik, jenis antibiotik, frekuensi visite, pemeriksaan lab, umur, gender, pekerjaan, faktor komplikasi penyakit, cara pembayaran dan kelas perawatan. Penelitian menemukan bahwa determinan yang berkorelasi dengan lama hari rawat inap adalah umur pasien, pekerjaan pasien, cara pembayaran yang dilakukan pasien dan kelas perawatan. Dokter berperilaku sama terhadap pasien yang membayar biaya pengobatannya sendiri dengan yang gratis

Read More
B-1552
Depok : FKM UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dian Isnaini Arifianti; Pembimbing: Trini Sudiarti; Penguji: Asih Setiarini, Triyanti, Nurya Gustina, Kusharisupeni Djokosujono
Abstrak: Stunting adalah kondisi kegagalan pertumbuhan disebabkan oleh kekurangan zat gizi kronik dan infeksi berulang yang memiliki dampak jangka panjang. Stunting masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Provinsi Banten karena prevalensinya masih tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan stunting balita 6-59 bulan di Provinsi Banten. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan jumlah sampel 1.643 balita yang didapat dari total sampling berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Data yang digunakan adalah data SSGI 2021 milik BKPK Kementerian Kesehatan RI. Variabel independen pada penelitian ini adalah faktor anak (umur, jenis kelamin, berat badan lahir, panjang badan lahir, keragaman pangan), faktor ibu (pendidikan ibu dan pekerjaan ibu); faktor kerawanan pangan; faktor kesehatan lingkungan (kepemilikan jamban); faktor penyakit infeksi (ISPA, diare, pneumonia, TBC) dan faktor pelayanan kesehatan (pemberian vitamin A dan pengobatan balita sakit di fasilitas kesehatan). Data dianalisis menggunakan analisis data kompleks. Analisis bivariat menggunakan uji chi-square dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan proporsi stunting pada balita 6-59 bulan adalah 22,7%. Berdasarkan analisis multivariat, determinan stunting balita 6-59 bulan di Provinsi Banten adalah jenis kelamin (p-value 0,021; AOR 1,351; CI 95% 1,047 – 1,744); pendidikan ibu (p-value 0,009; AOR 1,484; CI 95% 1,103 – 1,998); panjang badan lahir (p-value 0,001; AOR 2,094; CI 95% 1,512 – 2,899); kerawanan pangan (p-value 0,009; AOR 1,629; CI 95% 1,131 – 2,347). Faktor dominan kejadian stunting balita 6-59 bulan di Provinsi Banten adalah panjang badan lahir pendek (AOR 2,09). Bayi panjang lahir pendek perlu mendapatkan intervensi KIE gizi dan kesehatan untuk ibu balita; mendapat makanan tambahan balita dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas serta pemantauan rutin setiap bulan di Posyandu agar tidak tumbuh menjadi balita stunting.
Stunting is a condition of growth failure caused by chronic nutritional deficiencies and repeated infections that have long-term effects. Stunting is still a public health problem in Banten Province because the prevalence is still high. This study aims to determine the determinants of stunting in toddlers aged 6-59 months in Banten Province. The research design used was cross sectional with a total sample of 1,643 toddlers obtained from total sampling based on inclusion and exclusion criteria. The data used is the SSGI 2021 data belonging to the Indonesian Ministry of Health's BKPK. The independent variables in this study were child factors (age, sex, birth weight, birth length, dietary diversity), maternal factors (mother's education and mother's occupation); food insecurity factor; environmental health factors (latrine ownership); infection disease factors (ARI, diarrhea, pneumonia, tuberculosis) and health service factors (giving vitamin A and treating sick toddlers in health facilities). Data were analyzed using complex data analysis. Bivariate analysis used the chi-square test and multivariate analysis used multiple logistic regression. The results showed that the proportion of stunting among toddlers aged 6-59 months was 22.7%. Based on multivariate analysis, the determinant of stunting for children aged 6-59 months in Banten Province is gender (p-value 0.021; AOR 1.351; 95% CI 1.047 – 1.744); mother's education (p-value 0.009; AOR 1.484; 95% CI 1.103 – 1.998); birth length (p-value 0.001; AOR 2.094; 95% CI 1.512 – 2.899); food insecurity (p-value 0.009; AOR 1.629; 95% CI 1.131 – 2.347). The dominant factor in the incidence of stunting in toddlers aged 6-59 months in Banten Province is short birth length (AOR 2.09). Short-born babies need to receive health and nutrition communication, information, education interventions for mothers under five and get supplementary food for toddlers from the District/City Health Office and Community Health Centers as well as routine monitoring every month at the Posyandu so they don't grow into stunted toddlers.
Read More
T-6692
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive