Ditemukan 33 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Silfia Dini Pratiwi; Pembimbing: Ratna Djuwita; Penguji: Sudarto Ronoatmodjo, Dwi Hapsari Tjandrarini
Abstrak:
Kesehatan mental yang terganggu merupakan salah satu faktor risiko utama penyebab kesakitan dan kematian pada remaja. Gejala gangguan mental dapat berupa ansietas atau kecemasan, depresi, gangguan tidur, ide bunuh diri atau menyakiti diri sendiri dan percobaan bunuh diri. Kondisi mental yang buruk merupakan masalah kesehatan yang berat, khususnya pada remaja. Kesehatan mental dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk perilaku sehari-hari dan gaya hidup individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan gaya hidup dengan kesehatan mental remaja sekolah di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder Global School-Based Student Health Survey (GSHS) Indonesia tahun 2015. Populasi penelitian ini adalah 9.628 remaja sekolah tingkat SMP dan SMA berusia 11-18 tahun di Indonesia. Sampel penelitian ini didapat dengan metode total sampling. Analisis hubungan gaya hidup dengan kesehatan mental remaja sekolah di Indonesia pada penelitian ini menggunakan analisis multivariat cox regresi dan besar asosiasi dinyatakan dengan Prevalence Ratio (PR) dengan 95% Confindence Interval (CI). Prevalensi remaja sekolah di Indonesia yang mengalami gangguan kesehatan mental sebesar 9,4%. Hasil uji analisis mutivariat menunjukan ada hubungan bermakna antara gaya hidup dengan kesehatan mental remaja sekolah di Indonesia 1,47 (95%CI: 1,31 - 1,65) setelah dikontrol dengan jenis kelamin, status sosialekonomi dan bullying. Pihak sekolah dan orang tua disarankan bekerjasama untuk mencegah gangguan kesehatan mental pada remaja dengan melakukan pendekatan pada anak untuk mengetahui permasalahan yang dirasakan dengan menjalin kedekatan antar anggota keluarga agar komunikasi dapat terjalin dengan baik dan memberikan makanan bergizi tinggi pada anak dan mendorong anak untuk melakukan olah raga dan aktivitas fisik secara rutin agar terhindar dari perilaku menetap yang tinggi.
Mental health disorders are one of the main risk factors for causing pain and death in adolescents. Symptoms of mental health disorders can be anxiety, depression, sleep disorders, suicidal or self-harm ideas and attempted suicide. Poor mental health is a severe health problem, especially in adolescents. Mental health is affected by multiple factors, including daily behavior and individual lifestyle. This study aims to find out the relationship between lifestyle and mental health of school adolescent in Indonesia. This study used secondary data of Indonesia's Global School-Based Student Health Survey (GSHS) in 2015. The population of this study was 9.628 students aged 11-18 years in Indonesia. This research sample was obtained by total sampling method. Analysis of lifestyle relationships with school adolescent mental health in Indonesia in this study using multivariate analysis of cox regression and large associations expressed with Prevalence Ratio (PR) with 95% Confindence Interval (CI). Result showed that the prevalence of school adolescents in Indonesia with mental health disorders is 9,4%. Mutivariate analysis test results showed there was a significant relationship between lifestyle and school adolescent mental health in Indonesia 1,47 (95%CI: 1,31 - 1,65) after being controlled by gender, socioeconomic status, and bullying. The school and parents are advised to work together to prevent mental health disorders in adolescents by approaching the child to know the problems felt by establishing closeness between family members so that communication can be well established and provide highly nutritious food to the child and encourage the child to exercise and physical activity regularly in order to avoid high sedentary behavior
Read More
Mental health disorders are one of the main risk factors for causing pain and death in adolescents. Symptoms of mental health disorders can be anxiety, depression, sleep disorders, suicidal or self-harm ideas and attempted suicide. Poor mental health is a severe health problem, especially in adolescents. Mental health is affected by multiple factors, including daily behavior and individual lifestyle. This study aims to find out the relationship between lifestyle and mental health of school adolescent in Indonesia. This study used secondary data of Indonesia's Global School-Based Student Health Survey (GSHS) in 2015. The population of this study was 9.628 students aged 11-18 years in Indonesia. This research sample was obtained by total sampling method. Analysis of lifestyle relationships with school adolescent mental health in Indonesia in this study using multivariate analysis of cox regression and large associations expressed with Prevalence Ratio (PR) with 95% Confindence Interval (CI). Result showed that the prevalence of school adolescents in Indonesia with mental health disorders is 9,4%. Mutivariate analysis test results showed there was a significant relationship between lifestyle and school adolescent mental health in Indonesia 1,47 (95%CI: 1,31 - 1,65) after being controlled by gender, socioeconomic status, and bullying. The school and parents are advised to work together to prevent mental health disorders in adolescents by approaching the child to know the problems felt by establishing closeness between family members so that communication can be well established and provide highly nutritious food to the child and encourage the child to exercise and physical activity regularly in order to avoid high sedentary behavior
T-6150
Depok : FKM-UI, 2021
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Raihan Rasyad Albiruni; Pembimbing: Zakianis; Penguji: Budi Hartono, Edwin Nasli
Abstrak:
Tuberkulosis (TB) paru merupakan salah satu penyakit menular melalui saluran pernapasan yang menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia. Berbagai faktor dapat mempengaruhi penyebaran penyakit TB paru. Penelitian ini akan menganalisis hubungan faktor sosial ekonomi, gaya hidup, akses fasilitas kesehatan, dan kondisi rumah dan permukiman dengan prevalensi TB paru di Indonesia Tahun 2018. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi dengan unit analisis provinsi dengan total 34 provinsi. Analisis data menggunakan uji korelasi dan regresi linier. Hasil studi menunjukan bahwa rata-rata prevalensi TB paru di Indonesia sebanyak 381 per 100.000 penduduk. Faktor risiko yang berhubungan dengan penyebaran penyakit tuberkulosis paru adalah kemudahan akses ke puskesmas (p-value = 0,000, r = -0,631), kebiasaan membuka jendela kamar tidur setiap hari (p-value = 0,036, r = -0,361), luas ventilasi memenuhi syarat pada kamar tidur (p-value = 0,002, r = -0,517), ruang masak (p-value = 0,003, r = -0,495), dan ruang keluarga (p-value = 0,006, r = -0,464), dan tingkat pencahayaan kamar tidur memenuhi syarat (p-value = 0,001, r = 0,550). Faktor risiko utama penyebaran TB paru di Indonesia yaitu kemudahan akses ke puskesmas (B = -0,668, p-value = 0,007). Hasil tersebut mencerminkan bahwa proporsi kemudahan akses ke puskesmas lebih tinggi maka prevalensi TB paru lebih rendah. Pemerintah perlu mempercepat pemerataan pembangunan fasilitas kesehatan agar seluruh wilayah di Indonesia memiliki kemudahan dalam memperoleh kesehatan.
Pulmonary tuberculosis (TB) is one of the infectious diseases through the respiratory tract which is the main cause of death worldwide. Various factors can affect the spread of pulmonary TB disease. This study will analyze the relationship of socio-economic factors, lifestyle, access to health facilities, and housing and settlement conditions with the prevalence of pulmonary TB in Indonesia in 2018. This study uses an ecological study design with a provincial unit of analysis with a total of 34 provinces. Data analysis used correlation test and linear regression. The results of the study show that the average prevalence of pulmonary TB in Indonesia is 381 per 100,000 population. The risk factors associated with the spread of pulmonary tuberculosis are the ease of access to the public health center (p-value = 0.000, r = -0.631), the habit of opening the bedroom window every day (p-value = 0.036, r = -0.361), the ventilation area meets requirements for bedrooms (p-value = 0.002, r = -0.517), cooking room (p-value = 0.003, r = -0.495), and family rooms (p-value = 0.006, r = -0.464), and bedroom lighting meets the requirements (p-value = 0.001, r = 0.550). The main risk factor for the spread of pulmonary TB in Indonesia is the ease of access to public health center (B = -0.668, p-value = 0.007). These results may reflect that the proportion of ease of access to the public health center is higher, the prevalence of pulmonary TB is lower. The government needs to accelerate the equitable distribution of health facility development so that all regions in Indonesia have easy access to health.
Read More
Pulmonary tuberculosis (TB) is one of the infectious diseases through the respiratory tract which is the main cause of death worldwide. Various factors can affect the spread of pulmonary TB disease. This study will analyze the relationship of socio-economic factors, lifestyle, access to health facilities, and housing and settlement conditions with the prevalence of pulmonary TB in Indonesia in 2018. This study uses an ecological study design with a provincial unit of analysis with a total of 34 provinces. Data analysis used correlation test and linear regression. The results of the study show that the average prevalence of pulmonary TB in Indonesia is 381 per 100,000 population. The risk factors associated with the spread of pulmonary tuberculosis are the ease of access to the public health center (p-value = 0.000, r = -0.631), the habit of opening the bedroom window every day (p-value = 0.036, r = -0.361), the ventilation area meets requirements for bedrooms (p-value = 0.002, r = -0.517), cooking room (p-value = 0.003, r = -0.495), and family rooms (p-value = 0.006, r = -0.464), and bedroom lighting meets the requirements (p-value = 0.001, r = 0.550). The main risk factor for the spread of pulmonary TB in Indonesia is the ease of access to public health center (B = -0.668, p-value = 0.007). These results may reflect that the proportion of ease of access to the public health center is higher, the prevalence of pulmonary TB is lower. The government needs to accelerate the equitable distribution of health facility development so that all regions in Indonesia have easy access to health.
S-10957
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Fitri Angraeni Harahap; Pembimbing: L. Meily Kurniawidjaja; Penguji: Robiana Modjo, Fatma Lestari, H, Astrid Widayati, Tasdikin Wardjo
Abstrak:
Pada tahun 2016, WHO menyatakan prevalensi obesitas di dunia meningkat lebih dari dua kali lipat dibanding tahun 1980 dan banyak penelitian di dunia membuktikan termasuk di Indonesia. Penelitian dilakukan dengan desain mixed- methods sequential exploratory, dimulai dengan pengumpulan dan analisis data kuantitatif dilanjutkan dengan kualitatif. Penelitian bertujuan menganalisis faktor risiko gaya hidup yang melatarbelakangi obesitas pada pegawai PAU, serta faktor predisposisi, pemungkin, dan penguat yang membentuk gaya hidup. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko utama yang melatarbelakangi adalah kebiasaan makan banyak dan perilaku sedentari. Pimpinan perlu meningkatkan program promosi kesehatan yang efektif, melakukan pendidikan serta sosialisasi pemanfaatan fasilitas kesehatan dan meningkatkan ketersediaan fasilitas kesehatan kesehatan, kantin, dan olahraga kepada seluruh pegawai. Kata kunci: gaya hidup, obesitas,
By 2016, WHO states that prevalence of obesity in the world has more than doubled compared to 1980, and many studies in the world have shown that, including in Indonesia. This study used mixed-methods sequential exploratory design starting with collecting and analyzing quantitative data followed by qualitative. The study aims to analyze lifestyle as risk factors that background obesity in PAU employees, such as predisposing, enabling, and reinforcing factors that create lifestyle. The results showed that the main risk factors behind the incidence of obesity were a lot of eating habits and sedentary behavior. Governance need to improve effective workplace health promotion, educate and socialize the utilization of heatlh, canteen, and sports facilities to all employees. Key words: lifestyle, obesity, employee
Read More
By 2016, WHO states that prevalence of obesity in the world has more than doubled compared to 1980, and many studies in the world have shown that, including in Indonesia. This study used mixed-methods sequential exploratory design starting with collecting and analyzing quantitative data followed by qualitative. The study aims to analyze lifestyle as risk factors that background obesity in PAU employees, such as predisposing, enabling, and reinforcing factors that create lifestyle. The results showed that the main risk factors behind the incidence of obesity were a lot of eating habits and sedentary behavior. Governance need to improve effective workplace health promotion, educate and socialize the utilization of heatlh, canteen, and sports facilities to all employees. Key words: lifestyle, obesity, employee
T-4884
Depok : FKM-UI, 2017
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Saffana Hilmy Mahmudah; Pembimbing: Nurhayati Adnan; Penguji: Yovsyah, Esti Widiastuti
S-10421
Depok : FKM-UI, 2020
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Visityari Dwi Suryani; Pembimbing: Dewi Susanna; Penguji: Ema Hermawati, Ali Isha Wardhana
Abstrak:
Kebisingan merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada mayarakat yaitu tekanan darah tinggi. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara intensitas kebisingan dengan tekanan darah tinggi pada masyarakat sekitar bandara di kelurahan Makasar, Jakarta Timur. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Pengukuran kebisingan menggunakan Sound Level Meter, dilakukan pada dua titik di rumah warga. Tekanan darah warga diketahui berdasarkan pengukuran tekanan darah menggunakan Digital Blood Pressure Monitor Automatic. Informasi mengenai karakteristik individu dan gaya hidup juga diamati pada penetitian ini. Hasil pengukuran kebisingan pada rumah 1 sebesar 64,89 WECPNL dan di Rumah 2 sebesar 75,1 WECPNL telah melebihi batas intensitas kebisingan. Hasil analisis menunjukkan ada hubungan yang signifikan untuk intensitas kebisingan (Leq 24 jam) dengan tekanan darah tinggi (p < 0,05). Hasil yang signifikan dengan tekanan darah tinggi pada variabel kerakteristik responden ditunjukkan pada jenis kelamin (p=0,045) dan umur (p=0,021). Sedangkan pada variabel gaya hidup tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan dengan tekanan darah tinggi. Masyarakat disarankan untuk menanam tumbuhan di sekitar rumah dan tidak membangun rumah tingkat untuk mengurangi paparan kebisingan.
Kata kunci: kebisingan, pesawat, tekanan darah tinggi, bandara, gaya hidup
Read More
Kata kunci: kebisingan, pesawat, tekanan darah tinggi, bandara, gaya hidup
S-8713
Depok : FKM UI, 2015
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Aliya Rahma; Pembimbing: Trini Sudiarti; Penguji: Sandra Fikawati, Acep Mahmudin
Abstrak:
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara gaya hidup dengan dismenorea primer pada siswi SMA Negeri 71 Jakarta. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah dismenorea primer dan tingkat nyeri haid. Sedangkan variabel independennya antara lain durasi menstruasi, interval siklus menstruasi, riwayat keluarga dismenorea, aktivitas fisik, tingkat stres, dan konsumsi makanan. Penelitian ini menggunakan metode kuntitatif dengan desain cross-sectional pada 134 responden. Responden merupakan siswi aktif SMAN 71 Jakarta pada tahun ajaran 2020/2021. Responden dipilih menggunakan sistem quota sampling. Data diperoleh dengan pengisian kuesioner online melalui google form. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara univariat, bivariat (uji chi-square) dan analisis multivariat (uji regresi logistik ganda). Hasil uji bivariat menunjukkan dismenorea primer berhubungan bermakna dengan riwayat keluarga dismenorea, aktivitas fisik, konsumsi produk susu, dan konsumsi gula. Hasil uji bivariat tingkat nyeri haid berhubungan bermakna dengan aktivitas fisik, tingkat stres, dan konsumsi gula. Hasil uji multivariat menunjukkan riwayat keluarga dismenorea sebagai faktor dominan terhadap dismenorea primer (OR = 4,056)
Read More
S-10787
Depok : FKM-UI, 2021
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Hana Shaffiyah Shalihah; Pembimbing: Syahrizal; Penguji: Yovsyah, Fristika Mildya
Abstrak:
Tujuan: Menganalisis hubungan antara faktor gaya hidup dan faktor sosiodemografi dengan obesitas sentral pada wanita di DKI Jakarta berdasarkan data Sistem Informasi Penyakit Tidak Menular (SIPTM) 2020. Metode: Desain studi cross sectional pada data SIPTM 2020. Variabel Independen terdiri dari faktor gaya hidup (status merokok, status konsumsi sayur dan buah, status konsumsi alkohol, dan aktivitas fisik) dan faktor sosiodemografi (usia, status perkawinan, tingkat pendidikan, dan pekerjaan). Obesitas sentral merupakan variabel dependen.
Read More
S-10714
Depok : FKM-UI, 2021
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Salwa Refianisa; Pembimbing: Tri Krianto; Penguji: Dian Ayubi, Widayanti
Abstrak:
Read More
Hipertensi merupakan salah satu jenis penyakit tidak menular yang berkontribusi besar terhadap tingginya angka kematian dini secara global, termasuk di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji keterkaitan antara faktor gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada kelompok usia produktif di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tugu, Kota Depok, pada tahun 2024. Metode yang digunakan adalah studi potong lintang (cross-sectional) dengan memanfaatkan data sekunder dari hasil skrining penyakit tidak menular. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 95 responden, yang berusia 15 hingga 64 tahun. Faktor-faktor yang dianalisis mencakup konsumsi garam, konsumsi buah dan sayur, aktivitas fisik, obesitas, serta merokok. Penelitian ini dianalisis menggunakan analisis univariat dan bivariat, dengan uji statistik Chi-square sebagai alat uji hubungan antar variabel. Hasilnya menunjukkan bahwa sebanyak 54 responden (56,8%) teridentifikasi menderita hipertensi, sedangkan 41 responden (43,2%) tidak mengalami hipertensi. Ditemukan hubungan yang signifikan antara konsumsi garam dengan kejadian hipertensi (p=0,005; OR=11,4; 95% CI: 1,42–91,9), serta antara obesitas dan hipertensi (p=0,021; OR=2,69; 95% CI: 1,1–6,2). Berdasarkan temuan ini, sangat penting bagi pihak Puskesmas untuk melakukan upaya promotif dan preventif, melalui pemberian edukasi serta pengubahan pola hidup masyarakat ke arah yang lebih sehat.
Hypertension is one type of non-communicable disease that contributes greatly to the high rate of premature mortality globally, including in Indonesia. This study aims to examine the relationship between lifestyle factors and the incidence of hypertension in the productive age group in the working area of UPTD Puskesmas Tugu, Depok City, in 2024. The method used was a cross-sectional study utilizing secondary data from non-communicable disease screening results. The sample size in this study was 95 respondents, aged 15 to 64 years. The factors analyzed included salt consumption, fruit and vegetable consumption, physical activity, obesity, and smoking. This study was analyzed using univariate and bivariate analysis, with the Chi-square statistical test as a means of testing the relationship between variables. The results showed that 54 respondents (56.8%) were identified as having hypertension, while 41 respondents (43.2%) did not have hypertension. There was a significant association between salt consumption and hypertension (p=0.005; OR=11.4; 95% CI: 1.42-91.9), as well as between obesity and hypertension (p=0.021; OR=2.69; 95% CI: 1.1-6.2). Based on these findings, the Puskesmas need to make promotive and preventive efforts, through providing education and changing people's lifestyles towards a healthier direction.
S-11939
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Dinar Olympia Primayawesti; Pembimbing: Helda; Penguji: Renti Mahkota, Hidayat Nuh Ghazali Djajuli
Abstrak:
Read More
Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi penyebab utama kematian dini di seluruh dunia. Pengendalian terhadap hipertensi perlu dilakukan termasuk di wilayah Indonesia salah satunya dengan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain studi ekologi. Data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari Riskesdas 2018. Penelitian bertujuan untuk mengetahui korelasi antara status gizi dan gaya hidup terhadap kejadian hipertensi. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi positif dengan hubungan yang kuat pada faktor gaya hidup yaitu konsumsi makanan asin dengan hipertensi (p-value = 0,002; R = 0,512). Baik edukasi maupun penggerakkan program dapat dilakukan untuk membatasi konsumsi makanan mengandung garam berlebih pada masyarakat.
Hypertension is a non-communicable disease which is the main cause of premature death worldwide. Control of hypertension needs to be done including in Indonesia, one of which is by knowing the factors associated with hypertension. This research is a quantitative study using an ecological study design. The data used is secondary data from Riskesdas 2018. The research aims to determine the correlation between nutritional status and lifestyle on the incidence of hypertension. The results showed a positive correlation with a strong relationship to lifestyle factors, namely salty food consumption and hypertension (p-value = 0.002; R = 0.512). Both education and activating programs can be carried out to limit the consumption of foods containing excess salt in the community.
S-11470
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Galuh Areta Trustha; Pembimbing: Yovsyah; Penguji: Trisari Anggondowati, Dyah Armi Riana
Abstrak:
Read More
Sindrom metabolik atau sindrom X merupakan kondisi yang berpotensi meningkatkan risiko seseorang mengalami penyakit tidak menular. Berdasarkan data Riskesdas 2013, prevalensi sindrom metabolik di Indonesia mencapai 39% dan lebih banyak terjadi pada wanita. Gaya hidup berpotensi mempengaruhi terjadinya sindrom metabolik. Namun, penelitian terdahulu tentang hubungan gaya hidup yang meliputi aktivitas fisik, pola makan dan merokok terhadap sindrom metabolik menunjukkan hasil yang beragam. Selain itu, belum ada penelitian tentang sindrom metabolik spesifik pada populasi wanita di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan gaya hidup dengan kejadian sindrom metabolik pada wanita usia ≥15 tahun di Indonesia. Desain studi yang digunakan adalah cross-sectional dengan sumber data dari Riskesdas 2018. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi sindrom metabolik pada wanita usia ≥15 tahun di Indonesia sebesar 37,6%. Umur berhubungan signifikan dengan kejadian sindrom metabolik pada wanita (PR=1,711; 95% CI=1,640-1,785; nilai P=0,001). Dalam penelitian ini, aktivitas fisik, merokok, konsumsi makanan manis, minuman manis, makanan berlemak, soft drink, buah, dan sayur tidak terbukti berhubungan secara statistik dengan sindrom metabolik. Karena tingginya prevalensi sindrom metabolik pada wanita di Indonesia, perlu untuk meningkatkan program skrining, seperti pengukuran lingkar perut, tekanan darah, dan gula darah secara rutin. Selain itu, perlu untuk menerapkan gaya hidup sehat bagi wanita untuk mencegah terjadinya sindrom metabolik.
Metabolic syndrome or syndrome X is a condition that can increase a person's risk of developing non-communicable diseases. Based on Riskesdas 2013 data, the prevalence of metabolic syndrome in Indonesia reaches 39% and is more prevalent in women. Lifestyle has the potential to influence the incidence of metabolic syndrome. However, previous research on the relationship between lifestyle including physical activity, diet and smoking on metabolic syndrome has shown mixed results. In addition, there has been no research on specific metabolic syndrome in women in Indonesia. This study aims to determine the relationship between lifestyle and the incidence of metabolic syndrome in women aged ≥15 years in Indonesia. The study design used was cross-sectional with data sources from Riskesdas 2018. The results showed that the prevalence of metabolic syndrome in women aged ≥15 years in Indonesia was 37.6%. Age is significantly associated with the incidence of metabolic syndrome in women (PR=1.711; 95% CI=1.640-1.785; P=0.001). In this study, physical activity, smoking, consumption of sweet foods, sweet drinks, fatty foods, soft drinks, fruit and vegetables were not statistically proven to be associated with metabolic syndrome. Due to the high prevalence of metabolic syndrome among women in Indonesia, it is necessary to improve screening programs, such as routine measurements of abdominal circumference, blood pressure and blood sugar. In addition, it is necessary to adopt a healthy lifestyle for women to prevent metabolic syndrome.
S-11240
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
