Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 37 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Ika Rania Annisa; Pembimbing: Tri Yunis Miko Wahyono; Penguji: Yovsyah; Hidayat Nuh Ghazali
Abstrak: Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang termasuk ke dalam peringkat tiga tertinggi terkait penyebab kematian dan kecacatan pada anak-anak dan dewasa di seluruh dunia. Diestimasikan sekitar 4 juta kematian pada anak-anak usia di bawah 5 tahun (balita) setiap tahunnya akibat ISPA. Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2017, Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi dengan persentase gejala ISPA pada balita tertinggi kedua di Pulau Jawa setelah Provinsi Banten (6,3%) yaitu sebesar 5,8%. Jika dibandingkan dengan data SDKI 2012, prevalensi kejadian gejala ISPA pada balita di Provinsi Jawa Barat juga mengalami kenaikan dari 4,1% di Tahun 2012 menjadi 5,8% di tahun 2017. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor resiko yang berhubungan dengan gejala ISPA pada balita (6-59 bulan) di Provinsi Jawa Barat berdasarkan analisis data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional atau potong lintang dengan sampel yang bersumber dari data SDKI tahun 2017 sejumlah 1.356 responden balita usia 6-59 bulan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah prevalensi kejadian gejala ISPA pada balita di Provinsi Jawa Barat sebesar 51,3% dan faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian gejala ISPA pada balita di Provinsi Jawa Barat adalah usia balita dan status ASI eksklusif.
Read More
S-10996
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Siti Dely Farhani; Pembimbing: Umar Fahmi Achmadi, Dewi Susanna; Penguji: Suyud Warno Utomo, Didik Supriyono; Didi Purnama
Abstrak: Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk yang paling banyak diIndonesia. Banyaknya jumlah penduduk di Jawa Barat menimbulkan banyaknya pulapermasalahan salah satunya adalah diare. Pada tahun 2016, insiden diare di Jawa Baratsebesar 1.261.159 kasus, tertinggi di Indonesia. Spasial atau pemetaan dianggap perluuntuk memudahkan dalam mengetahui wilayah persebaran faktor risiko dan karakteristikwilayah terhadap kejadian diare, namun belum banyak dilakukan. Tujuan penelitian iniadalah mengidentifikasi sebaran dan menganalisis korelasi antara kejadian diare danfaktor risikonya di Jawa Barat Tahun 2010-2016. Penelitian ini menggunakan desain studiekologi, sehingga menggunakan total populasi sebagai unit analisisnya yaitu 27kabupaten/kota di Jawa Barat tahun 2010-2016. Hasil penelitian menunjukkan proporsidiare paling tinggi (761/10.000 penduduk) dengan PHBS rendah ada di Kota Sukabumitahun 2010. Cakupan akses air minum terlindung Kabupaten Karawang selalu rendah.Sedangkan cakupan akses jamban sehat berfluktuasi. Jumlah penduduk miskin cenderungmengalami penurunan, namun kepadatan penduduk semakin tinggi. Kejadian diare lebihbanyak terjadi pada dataran rendah (Kab. Karawang) dibandingkan dataran sedang dandataran tinggi (Kab. Purwakarta dan Kab. Bandung Barat). Berdasarkan hasil pemetaan,daerah yang kerawanan diarenya tinggi ada di Kota Cimahi dan Kota Tasikmalaya.Kemudian, untuk analisis korelasi menunjukkan hanya cakupan Perilaku Hidup Bersihdan Sehat (PHBS) yang berkorelasi dengan kejadian diare (p-value = 0,001 dan r = -0,246). Perlunya menyusun prioritas upaya pengendalian diare sesuai dengankarakteristik wilayah tiap kabupaten/kota dan khususnya di daerah-daerah dengan tingkatkerawanan diare yang tinggi seperti Kota Cimahi dan Kota Tasikmalaya.Kata kunci: Diare, Spasial, Jawa Barat
West Java is the most populous province in Indonesia. The number of residents in WestJava in effect is one of them is diarrhea. By 2016, the incidence of diarrhea in West Javais 1,261,159 cases, the highest in Indonesia. Spatial or mapping needs to be done todetermine the areas and factors associated with the occurrence of diarrhea, but not yetdone. The purpose of this study is the distribution and analysis between the incidence ofdiarrhea and risk factors in West Java Year 2010-2016. This study uses the design ofecological studies, using the total population as an analysis unit that is 27 districts / citiesin West Java 2010-2016. The results showed the highest proportion of diarrhea(761/10,000 population) with low sanitation and hygiene behavior in Sukabumi City in2010. The coverage of protected drinking water access Kabupaten Karawang is alwayslow. While the view of access to healthy latrines fluctuate. The number of poor peopleusually goes down, but the higher the population density. The incidence of diarrhea ismore prevalent in lowland (Karawang district) than the medium and highland plains(Purwakarta and West Bandung districts). Based on the mapping results, the diarrhea areais high in Cimahi and Kota Tasikmalaya. Then, for free analysis, only PHBS points werecorrelated with the incidence of diarrhea (p-value = 0.001 and r = -0.266). The need toprioritize the handling of diarrhea in accordance with typical areas and areas with highdiarrhea levels such as Cimahi City and Tasikmalaya City..Key words:Diarrhea, Spatial, West Java.
Read More
T-5239
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Alphyyanto Eko Sutrisno; Pembimbing: Martya Rahmaniati; Penguji: Irwan Ariawan, Sudijanto Kamso, Tri Riana Lestari, Vivi Voronika
Abstrak: Pendahuluan Penyakit difteri masih menyebar di Indonesia. Provinsi Jawa Barat memiliki jumlah penduduk terbanyak berada di peringkat kedua di Indonesia. Difteri bersifat menyebar antar wilayah dengan cepat sehingga perlu analisis yang mencakup hubungan antar wilayah. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola sebaran difteri dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran difteri dari satu kabupaten/kota ke kabupaten/kota lain di Jawa Barat. Metode Penelitian ini adalah crossectional dengan analisis multivariat menggunakan regresi autokorelasi spasial. Populasi yang digunakan seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat berjumlah 27 dan menggunakan data bersumber dari BPS tahun 2017 dan Profil Kesehatan tahun 2018. Hasil Sebaran jumlah penemuan kasus difteri yang tinggi di Jawa Barat cenderung berkumpul di wilayah barat dengan nilai indeks Moran 0,2554. Terdapat 7 kabupaten/kota di kuadran 1, terdapat 6 kabupaten/kota di kuadran 2, dan sisanya 15 kabupaten/kota di kuadran 3. Variabel yang berpengaruh adalah Jumlah Tenaga Kesehatan Lingkungan (koefisien = 0,174), Riwayat Balita yang Pernah Diimunisasi DPT (koefisien = -0,559), dan Rumah Tangga yang Memiliki Air Bersih yang Layak (koefisien = -0,300), serta pengaruh dari wilayah disekitarnya (koefisien = 0,362). Pembahasan Jumlah tenaga kesehatan lingkungan dapat menambah pengetahuan dan kemauan masyarakat untuk berobat sehingga akan meningkatkan jumlah penemuan kasus difteri. Imunisasi DPT dapat meningkatkan kekebalan komunitas sehingga mengurangi penyebaran penyakit ke wilayah lainnya. Masih kurangnya partisipasi unuk imunisasi ulang diperlukan peran serta tokoh agama dan tokoh masyarakat. Penyediaan air bersih dapat meningkatkan PHBS untuk mengurangi kontak dengan bakteri difteri. Kedekatan wilayah berpengaruh karena mobilisasi tinggi penyebaran difteri antar wilayah. Kesimpulan Kasus penemuan difteri di Jawa Barat berpola berkumpul (tidak merata). Faktor yang mempengaruhi adalah Jumlah Tenaga Kesehatan Lingkungan, Riwayat alita yang Pernah Diimunisasi DPT, dan Rumah Tangga dengan Air Bersih
Read More
T-5751
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Natalia Melani; Pembimbing: Atik Nurwahyuni; Penguji: Vetty Yulianty Permanasari, Helen Andriani, Farid Agushybana, Wahyu Puji Nugraheni
Abstrak: Variabel yang paling dominan berhubungan pemanfaatan penolong persalinan di Provinsi Jawa Barat adalah jumlah anak dimana nilai OR dengan nilai P=0.0000 dan 95% di tahun 2019. Peningkatan pemahaman kesehatan bagi reproduksi remaja terkait umur tidak berisiko hamil dan risiko melahirkan terlalu sering serta komplikasi yang menyertai terutama untuk pengendalian kehamilan terlalu muda digitalisasi buku KIA agar memudahkan dalam pemantauan kesehatan ibu hamil.
Read More
T-6319
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Agatha Derta Donira; Pembimbing: Diah Mulyawati Utari; Penguji: Trini Sudiarti, Sandra Fikawati, Agus Triwinarto, Suparman
Abstrak: Hipertensi disebabkan karena interaksi yang kompleks antara gaya hidup yang kurang baik, faktor lingkungan disertai keturunan/genetika. Prevalensi hipertensi penduduk Provinsi Jawa Barat juga meningkat dari 29,4% menjadi 39,6%, sehingga menempatkan Provinsi Jawa Barat sebagai provinsi urutan ke-2 dengan prevalensi hipertensi tertinggi di antara provinsi lain di Indonesia pada tahun 2018 dan peringkat ke-4 pada tahun 2013. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor determinan kejadian hipertensi pada penduduk usia lebih dari 19 tahun di Provinsi Jawa Barat (analisis data IFLS-5). Sampel yang dipilih pada penelitian ini sejumlah 1.568 orang, dengan prevalensi hipertensi tertinggi pada IFLS-5 yang mewakili Provinsi Jawa Barat yaitu Kabupaten Cirebon, Kabupaten Karawang, Kabupaten Majalengka, dan Kabupaten Bandung. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional menggunakan data sekunder IFLS-5 tahun 2014. Analisis data yang digunakan adalah Regresi Logistik. Hasil analisis bivariat pada semua usia menunjukkan variabel yang memiliki perbedaan proporsi secara signifikan dengan hipertensi adalah jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, konsumsi fastfood, Diabetes Mellitus, dan status gizi. Sedangkan pada kelompok usia produktif adalah jenis kelamin, kebiasaan merokok, konsumsi fastfood, Diabetes Mellitus, status gizi; pada kelompok usia tidak produktif adalah jenis kelamin, pekerjaan, dan status gizi. Hasil analisis multivariat yang menunjukkan faktor paling dominan berhubungan dengan kejadian hipertensi pada penduduk Provinsi Jawa Barat tahun 2014 yaitu usia (usia >19 tahun; OR:6,811; CI:4,674-9,925), Diabetes Mellitus (usia produktif >19 tahun; OR:6,139; CI:2,174-17,336), dan Diabetes Mellitus (usia tidak produktif; OR:5,436; CI: 0,518-57,01). Disarankan kepada masyarakat dengan semua kelompok usia untuk lebih memperhatikan peningkatan berat badan agar status gizinya dapat terjaga normal dan tidak sampai pada keadaan obesitas, meningkatkan konsumsi makanan berserat (sayur dan buah), minum air putih cukup minimal 8 gelas sehari atau setara dengan 2 liter, aktivitas fisik cukup, dan batasi konsumsi gula garam dan lemak.
Read More
T-6417
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Putri Ashari; Pembimbing: Syahrizal; Penguji: Yovsyah, Melyana
Abstrak: Latar belakang: Secara global stroke merupakan penyebab tertinggi kematian akibat PTM dan menyumbang disability adjusted life years (DALYs) yang tinggi. Stroke menyebabkan kematian dini penduduk usia produktif. Jawa Barat merupakan provinsi dengan penduduk terbanyak di Indonesia dan sebagian besar didominasi oleh kelompok usia produktif. Tujuan: Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian stroke pada populasi usia produktif (15-64 tahun) di Jawa Barat. Metode: Desain studi potong lintang (cross-sectional) dengan analisis univariat dan bivariat digunakan dalam penelitian ini. Sampel penelitan ini ialah 46.440 penduduk berusia 15-64 tahun di Jawa Barat berdasarkan data Riskesdas 2018 sebagai data sekunder. Hasil: prevalensi kejadian stroke pada usia produktif di Jawa Barat sebesar 0,8%. Hasil analisis terhadap variabel dependen dan independen menunjukkan adanya hubungan antara usia (POR=6,48 95%CI;5,31 ? 7,91), hipertensi (POR=5,93 95%CI;4,84 ? 7,27), diabetes mellitus berdasarkan diagnosis dokter (POR=8,81 95%CI;6,53 ? 11,89), indeks massa tubuh (POR=1,52 95%CI;1,25 ? 1,85), obesitas sentral (POR=2,24 95%CI;1,84 ? 2,73), mantan perokok (POR=3,28 95%CI;2,46 ? 4,37) dan perilaku merokok (POR=0,73 95%CI;0,57 ? 0,92) dengan kejadian stroke dan seluruhnya memiliki nilai p >0,05. Kesimpulan: Ditemukan adanya hubungan yang dignifikan antara usia, hipertensi, diabetes milletus, indeks massa tubuh, obesitas sentral dan mantan merokok dengan kejadian stroke. Sedangkan perilaku merokok memiliki hubungan protektif terhadap kejadian stroke.
Background: Globally, stroke is the highest cause of death due to NCD and a high cause of life-adjusted disability (DALYs). Stroke causes premature death of productive age. The largest population in Indonesia is in the west java province and is mainly dominated by the productive age group. Objective: This study aims to determine the risk factors associated with the incidence of stroke in the population of productive age (15-64 years) in West Java. Methods: This study used a cross-sectional study design with univariate and bivariate analysis. The sample of this research was 46,440 residents aged 15-64 years in West Java based on Riskesdas 2018 data as secondary data. Results: The prevalence of stroke at productive age in West Java is 0.8%. The results of the analysis of the dependent and independent variables show a relationship between age (POR=6.48 95%CI; 5.31 ? 7.91), hypertension (POR=5.93 95%CI; 4.84 ? 7.27), diabetes mellitus based on doctor's diagnosis (POR=8.81 95%CI;6.53 ? 11.89), body mass index (POR=1.52 95%CI;1.25 ? 1.85), abdominal obesity (POR= 2.24 95%CI;1.84 ? 2.73), former smoker (POR=3.28 95%CI;2.46 ? 4.37) and smoking behaviour (POR=0.73 95%CI;0 .57 ? 0.92) with the incidence of stroke and each has a p-value> 0.05. Conclusions: There is a significant relationship between age, hypertension, diabetes mellitus, body mass index, central obesity, and former smoking with the incidence of stroke. While smoking behaviour has a protective relationship to the incidence of stroke.
Read More
S-11119
Depok : FKM-UI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dina Fikriyah; Pembimbing: Yovsyah; Penguji: Mondastri Korib Sudaryo, Rahmadewi
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran faktorfaktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di Provinsi Jawa Barat tahun 2017. Penelitian ini menggunakan desain studi Cross Sectional. Data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017. Sampel yang digunakan adalah balita berusia 0-59 bulan di Provinsi Jawa Barat yang terdata di SDKI 2017, dan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebanyak 1.554 balita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi kejadian diare pada balita di Provinsi Jawa Barat tahun 2017 adalah sebesar 15,6% (242 balita). Hasil uji bivariat menunjukkan faktor yang berhubungan dengan kejadian diare adalah balita usia ≤ 1 tahun (OR 1,62; 95% CI 1,23-2,13; p=0,001), sarana sanitasi (OR 1,52; 95% CI 1,14-2,03; p=0,005), dan sumber air minum (OR 1,34; 95% CI 1,01-1,79; p=0,047). Salah satu cara untuk mencegah terjadinya diare pada balita adalah dengan menjaga kebersihan lingkungan serta menerapkan pola hidup bersih dan sehat.
Read More
S-10771
Depok : FKM UI, 2021
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ira Maulani; Pembimbing: Kurnia Sari; Penguji: Pujiyanto, Indra Rizon, Enny Ekasari
Abstrak: Abstrak

Sejak tahun 2008, Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengalokasikan Dana Program Bantuan Keuangan untuk Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin Di Luar Kuota Jamkesmas. Sasaran program ini adalah masyarakat miskin yang belum tercover oleh program Jamkesmas Pusat. Namun dalam pelaksanaannya, alokasi dana yang diberikan kepada 26 kabupaten/kota di Jawa Barat masih belum mencukupi, karena alokasi dana tidak sesuai dengan kebutuhan di lapangan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan Pengalokasian Anggaran Program Bantuan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin di Luar Kuota Jamkesmas. Penelitian ini merupakan studi analitik dengan disain cross sectional. Pengumpulan data dilakukan melalui dua tahapan yaitu data primer dan sekunder. Data primer dilaksanakan melalui wawancara mendalam terhadap informan untuk menggali lebih dalam mengenai mekanisme penyusunan dan penetapan anggaran untuk program tersebut. Data sekunder diperoleh melalui telaah dokumen berupa data jumlah sasaran, alokasi APBD Kabupaten/kota, realisasi penyerapan anggaran tahun sebelumnya dan kapasitas fiskal di 26 kabupaten/kota dalam kurun waktu 2009-2013. Analisis dilakukan dengan menggunakan statistik regresi linear ganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan Pengalokasian Anggaran Program Bantuan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin Di Luar Kuota Jamkesmas adalah jumlah sasaran (masyarakat miskin di luar kuota Jamkesmas). Belum mencukupinya alokasi anggaran untuk program ini dikarenakan dalam proses penetapan anggaran dilakukan oleh eksekutif dan legislatif, dimana kebijakan anggaran didasarkan pada persepsi para pemangku kepentingan di daerah termasuk politis.

Disarankan kepada Dinas Kesehatan agar melaksanakan analisis kajian PHA/DHA untuk mendapatkan data pembiayaan kesehatan yang akurat, melakukan advokasi kepada eksekutif dan legislatif dalam rangka kecukupan alokasi anggaran dan melaksanakan pengembangan pembiayaan kesehatan jaminan kesehatan yang terintegrasi dengan JKN Pusat. Kepada Pemerintah Daerah agar lebih komitmen dalam pembiayan kesehatan yang penerapannya dituangkan melalui regulasi daerah (Perda) sehingga dalam penyelenggaraan dapat lebih baik.


Since 2008, the Government of West Java Province allocates Fund Financial Assistance Program for the Poor in Health Services Outside Quota medical treatment. This program targets the poor are not covered by the program JAMKESMAS Center. But in practice, the allocation of funds given to 26 districts / cities in West Java is still not sufficient, because the allocation of funds is not in accordance with the needs on the ground.

This study aims to determine the factors associated with the allocation of Financial Assistance Program Budget West Java Provincial Government for the Poor in Health Services Outside Quota medical treatment. This study is an analytical study of the cross-sectional design. The data was collected through two stages, namely primary and secondary data. Primary data through in-depth interviews conducted against informants to dig deeper into the mechanics of preparation and adoption of the budget for the program. Secondary data was collected through document review and data of the target amount, the budget allocation district / city and the percent absorption of the previous year's budget in 26 districts / cities in the period 2009-2013. Statistical analysis was performed using multiple linear regression.

The results showed that factors related to the Financial Assistance Program Allocation Budget West Java Provincial Government for the Poor in Health Services Outside Quota JAMKESMAS is the number of targets (the poor outside quota Assurance). Not to inadequate budget allocation for this program because of the budget setting process carried out by the executive and the legislature, where budget policy was based on the perception of the stakeholders in the area including the political.

Recommended to the Department of Health to carry out the study analyzes PHA / DHA to obtain accurate health finance data, perform the executive and legislative advocacy in order to implement the allocation and adequacy of financing the development of an integrated health health insurance with JKN Center. To local governments to be more commitment in the implementation of health financing is poured through local regulations (laws) so that the organization can be better.

Read More
T-3852
Depok : FKM-UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Anisa Ramadhani; Pembimbing: Syahrizal Syarif; Penguji: Mondastri Korib Sudaryo, Widyawati
S-10405
Depok : FKM-UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sheila Stefani; Pembimbing: Yovsyah; Penguji: Tri Yunis Miko Wahyono, Yoan Hotnida Naomi Hutabarat
Abstrak:
Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit tidak menular yang masih menjadi masalah darurat kesehatan global, termasuk di negara Indonesia. Indonesia menduduki peringkat ke-5 di dunia dengan jumlah penyintas DM terbanyak, yakni mencapai 19,5 juta penduduk dewasa (IDF, 2021). Berdasarkan laporan Riskesdas 2018, Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang mengalami lonjakan angka prevalensi dari tahun 2013 ke 2018, yakni dari 1,3% menjadi 1,7%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor risiko kejadian diabetes mellitus pada penduduk usia ≥ 35 tahun di Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan data sekunder Riskesdas 2018 dengan desain studi cross-sectional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usia (p = 0,001), pekerjaan (p = 0,002), konsumsi makanan manis (p = 0,001), konsumsi minuman manis (p = 0,001), aktivitas fisik (p = 0,001), obesitas (p = 0,001), obesitas sentral (p = 0,001), hipertensi (p = 0,001), dan perilaku merokok (p = 0,001) berhubungan signifikan dengan kejadian DM. Diperlukan peran pemerintah untuk menggencarkan promosi kesehatan terkait pentingnya deteksi dini dan menerapkan pola hidup sehat kepada masyarakat, serta memfasilitasi masyarakat dalam mewujudkannya.

Diabetes mellitus (DM) is a non-communicable disease which is still a global health emergency problem, including in Indonesia. Indonesia is ranked 5th in the world with the highest number of DM survivors, reaching 19.5 million adults (IDF, 2021). Based on the 2018 Riskesdas report, West Java Province is one of the provinces that experienced an increase in prevalence from 2013 to 2018, from 1.3% to 1.7%. The purpose of this study was to identify risk factors for diabetes mellitus in people aged ≥ 35 years in West Java Province. This study uses secondary data from Riskesdas 2018 with a cross-sectional study design. The results of this study indicate that age (p = 0.001), occupation (p = 0.002), consumption of sweet foods (p = 0.001), consumption of sweet drinks (p = 0.001), physical activity (p = 0.001), obesity (p = 0.001 ), central obesity (p = 0.001), hypertension (p = 0.001), and smoking behavior (p = 0.001) were significantly associated with the incidence of DM. The government's role is needed to intensify health promotion related to the importance of early detection and implementing a healthy lifestyle for the community, as well as facilitating the community in making it happen.
Read More
S-11337
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive