Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 136 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Djoko Wijono
658.4013 WIJ m
Surabaya : Airlangga University Press, 1999
Buku (pinjaman 1 minggu)   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ira Irianti; Pembimbing: Ratu Ayu Dewi Sartika; Penguji: Wachyu Sulistiadi, Sotanto, Sarto
T-4363
Depok : FKM-UI, 2015
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Emmy Ridhawaty Mangunsong; Pembimbing: Purnawan Junadi; Penguji: Adang Bachtiar, Indah Rosana Djajadiredja, Amila Megraini
Abstrak: ABSTRAK Mutu pelayanan didefinisikan sebagai perbedaan antara harapan dengan kenyataan yang diterima pelanggan. Pelanggan disini terbagi dua yaitu pelanggan eksternal dan pelanggan internal. Pelanggan eksternal adalah masyarakat (individu atau kelompok) atau institusi pengguna jasa pelayanan kesehatan sedangkan pelanggan internal adalah mereka yang bekerja di institusi pelayanan tersebut. Peningkatan mutu pelayanan sangat dibutuhkan agar dapat memenuhi harapan pelanggan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan pelanggan eksternal dan internal di unit rawat jalan RSUD Maba berdasarkan lima dimensi SERVQUAL dan juga untuk mengetahui desain mutu pelayanan dengan menggunakan metode SERQUAL-QFD. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan metode kuantitatif dan kualitatif. Jumlah sampel pada pelanggan eksternal yaitu 125 sampel dan pelanggan internal 30 sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan pelanggan eksternal berdasarkan skor SERVQUAL terbesar terletak pada dimensi keandalan. Kebutuhan pelanggan internal terbesar yang tertuang dalam aspek teknis pelayanan adalah pengganggaran keuangan yang tepat sesuai dengan kebutuhan. Hasil pengembangan desain rumah mutu QFD didapatkan prioritas pertama pada aspek fokus pada kebutuhan pelanggan. Kata Kunci : mutu pelayanan, SERVQUAL, QFD, desain rumah mutu Quality of service is defined as the difference between expectation and reality received by the customer. Customers here are divided into two: external customers and internal customers. External customers are communities (individuals or groups) or institutions of users of health care services, internal customers are those who work in the service institution. Improved quality of service is needed to meet customer expectations. This study aims to determine the needs of external and internal customers in the outpatient unit RSUD Maba based on five dimensions of SERVQUAL and also to know the design of service quality using SERQUAL-QFD method. This research is a cross sectional research with quantitative and qualitative methods. The number of samples on external customers are 125 samples and internal customers 30 samples. The results show that the external customer needs based on the largest SERVQUAL score lies in the dimensions of reliability. The greatest internal customer requirement as stated in the technical aspects of service is the appropriate financial budgeting according to need. The result of the development of QFD quality house design got the first priority on the focus aspect on customer requirement. Keyword : service quality, SERVQUAL, QFD, house of quality
Read More
B-2035
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Diana Barsasella; Pembimbing: Tris Eryando; Penguji: Popy Yuniar, R. Sutiawan, Adang Suhendra, Qomariah
Abstrak: Upaya mengimbangi peningkatan kebutuhan terhadap SDM Kesehatan adalah melalui peningkatan pendidikan. Pendidikan tinggi merupakan lanjutan pendidikan dari tingkat menengah, dimana sumber daya yang dihasilkan sudah semestinya memiliki kualitas/mutu yang sanggup bersaing di dunia kerja. Institusi pendidikan kesehatan dapat secara efektif membantu mengurangi prevalensi perilaku kesehatan berisiko di kalangan mahasiswa dan memiliki pengaruh positif pada kinerja akademik mahasiswa. Mutu pendidikan mengandung tiga komponen penting yaitu kualitas luaran, kualitas cara/proses penyampaian, dan daya tarik khusus/citra umum institusi, ketiga dimensi tersebut dapat dijabarkan ke dalam banyak dimensi butir mutu. Akreditasi BAN-PT terhadap STIKES PHI untuk Jurusan S1 Kesehatan Masyarakat berdasarkan Keputusan BAN-PT No: 031/BAN-PT/Ak-XIV/S1/X/2011 memiliki peringkat C dengan nilai 250 (BANPT, 2011). Jurusan D3 Keperawatan belum terakreditasi BAN-PT dan hanya memiliki akreditasi dari Dinas Kesehatan dengan nilai B. Hal ini disebabkan sistem manajemen mutu belum terintegrasi dimana tidak ada komunikasi data dan koordinasi antar unit, sehingga monitoring dan evaluasi internal (monevin) kurang berjalan.
 
Tujuan studi ini untuk membangun model sistem informasi manajemen mutu (SIMM) berbasis administrasi akademik. Studi menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengembangan SDLC dengan pendekatan RAD yaitu system prototyping. Penelitian dilakukan di STIKES PHI, melibatkan Mahasiswa, Dosen, Ketua STIKES, Unit Akademik, Unit Kemahasiswaan, Unit Keuangan dan Kepegawaian, Unit Penjaminan Mutu. Hasil penelitian yaitu adanya masalah input, proses dan output. SDM, sarana dan alat serta sistem informasi yang kurang memadai turut menjadi penyebab terhambatnya manajemen mutu. Aplikasi SIMM dirancang berbasis administrasi akademik untuk kecepatan akses dan menyediakan informasi, alat bantu monevin mutu STIKES. Desain SIMM memberikan kemudahan pada input, proses dan output secara otomatis dengan cepat dan tepat dimana through put time dari entry, proses dan reporting berkurang sampai > 80%. Desain SIMM menghasilkan data backup borang akreditasi BAN-PT, dimana data backup merupakan butir-butir borang akreditasi yang diakomodir yaitu Standar 3, Standar 4, Standar 5, Standar 6, dan Standar 7 dengan pemilihan variabel yang dapat dikuantifikasi.
 

Efforts to compensate for the increased demand for health human resources is through increased education. Higher education is the education of advanced secondary level, where resources are produced should have the quality that can compete in the working world. Health education institutions can effectively help reduce the prevalence of health-risk behaviors among students and have a positive influence on students' academic performance. Quality of education contains three important components of quality outcomes, quality way or delivery process, and the special attraction or general institutional image, the third dimension can be translated into many dimensions of quality grain. BAN-PT accreditation against STIKES S1 PHI to the Department of Public Health Decree No. BAN-PT: 031/BAN-PT/Ak-XIV/S1/X/2011 has a rating of C with a value of 250 (BAN-PT, 2011). Diploma of Nursing majors have not been accredited by BAN-PT and only has accreditation from the Department of Health with grade of B. This is due to the quality management system has not been integrated where there is no data communication and coordination between the units, so that the internal monitoring and evaluation (Monevin) walk less.
 
The purpose of this study to establish a quality management information system model (SIMM)-based on academic administration. The study used a qualitative approach to SDLC development method with the RAD approach of system prototyping. The study was conducted in STIKES PHI, involving students, lecturers, STIKES Chairman, Academic Unit, Student Affairs Unit, Finance and Personnel Unit, Quality Assurance Unit. The result is a problem input, process and output. Human resources, facilities and equipment, and inadequate information systems has contributed to the delays in quality management. SIMM application is designed to speed access to academic administration and provide information, tools of quality Monevin of STIKES. SIMM is designed to provide convenience to input, process and output automatically quickly and precisely where the through put time of entry, processing and reporting decreases by> 80%. SIMM design produces a data backup BAN-PT accreditation forms, where data backup is a grain of accreditation forms that accommodated the Standard 3 Standard 4 Standard 5 Standard 6 Standard 7 and the selection of variables that can be quantified.
Read More
T-3770
Depok : FKM-UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
I Nyoman Ari Wijaya; Pembimbing: Dumilah Ayuningtyas; Penguji: Ede Surya Darmawan, Pujiyanto, Heri Iswanto, Muhammad Baharuddin
Abstrak: Pelayanan Farmasi merupakan pelayanan yang tidak dapat dipisahkan dari pelayanan rumah sakit. Lamanya waktu tunggu di farmasi akan memengaruhi mutu layanan di rumah sakit secara menyeluruh. Demikian juga di RSU Bali Royal, didapatkan waktu tunggu diatas dari standar pelayanan minimal rumah sakit. Lamanya waktu tunggu di farmasi rawat jalan disebabkan belum berjalannya manajemen mutu yang baik di RSU Bali Royal. Peneitian ini akan melihat bagaimana proses pelayanan farmasi rawat jalan dengan menggunakan metode lean, di tahun 2017 dengan observational action process research, dengan melakukan observasi terhadap 15 pasien dari bulan oktober 2017 sampai dengan Januari 2018 di farmasi rawat jalan RSU Bali Royal, dengan melihat waste yang ada. Ditemukan kegiatan yang bersifat value added sebesar 45,65% dan kegiatan non value added (waste) sebesar 54,28%. Waste yang banyak ditemukan adalah waste waiting dan waste defect. Eliminasi waste yang sudah ditemukan dengan implementasi intervensi antara lain: memindahkan konter kasir, merubah lay out farmasi, membuat loket antara konter farmasi dengan ruang pengerjaan obat mengunci pintu ruang farmasi dan merubah alur layanan farmasi rawat jalan, sehingga kegiatan non value added dapat di eliminasi menjadi 18,28% dan kegiatan value added menjadi 81,72%. Dari segi outcome dapat dilihat adanya perbaikan waktu tunggu, perbaikan kepuasan pelanggan, peningkatan kunjungan dan peningkatan omset di farmasi. Peneitian ini menyimpulkan adanya peningkatan mutu layanan setelah dilakukan perbaikan proses pelayanan farmasi rawat jalan dengan menggunakan metode lean.
Kata kunci : Mutu; Lean; Farmasi

Pharmaceutical Services is a service that cannot be separated from hospital services. The length of waiting time in the pharmacy will satisfy the overall quality of hospital services. Currently the waiting time in Bali Royal Hospital pharmacy for out patient is still above the standard waiting time, which is not in accordance with the hospital guidelines. The standard waiting time for outpatient pharmacy cannot be achieved due to lack of quality management at RSU Bali Royal. This study will look at how the process of outpatient pharmacy service using lean method, in 2017 with observational action process research, by observing 15 patients from October 2017 to January 2018 at outpatient pharmaceutical RSU Bali Royal, by looking at the waste. It is founded that there are 45.65% value added activities and non-value added activities (vaste) of 54.28%. Most of the wastes that are found are waste waiting and waste defect. Elimination of waste that has been done by the implementation of intervention, among others: moving cashier counters, changing the lay out of pharmacy, making counter between the pharmaceutical counter with space lock pharmaceutical door lock and change in outpatient pharmacy service, so that non value added activities can be eliminated to 18.28% and value added activities to 81.72%. In terms of outcome can be seen the improvement of waiting time, improvement of customer satisfaction, increased visits and increased turnover in pharmacy. This study concludes that there is a significant improvement of service quality after the refinement of outpatient pharmacy service process using lean method.
Keyword : Quality; Lean; Pharmacy
Read More
B-2003
Depok : FKM UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Bagus Nugroho; Pembimbing: Amal Chalik Sjaaf; Penguji: Ede Surya Darmawan, Adang Bachtiar, Hariyadi Wibowo, Pandith A. Arismunandar
Abstrak: Rumah sakit wajib melakukan akreditasi rumah sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit yang berkesinambungan. Masing-masing rumah sakit baik dari rumah sakit publik ataupun privat berbeda dalam pengelolaan peningkatan mutu rumah sakit yang berkesinambungan. Tujuan dari penelitian ini mendapatkan gambaran dampak akreditasi terhadap mutu rumah sakit dan peningkatan mutu berkesinambungan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif dengan menggunakan uji statistik dan penelitian kualitatif dengan wawancara mendalam dan diskusi kelompok terarah. Hasil penelitian RSIA Kartini dan RS Budi Kemuliaan dengan uji statistik tidak ada perbedaan rata-rata indikator mutu sebelum dan sesudah akreditasi. Hasil wawancara ketiga rumah sakit bahwa akreditasi memberikan dampak positif terhadap peningkatan mutu rumah sakit. Berdasarkan dari analisis grafik nilai rata-rata indikator mutu menunjukan RSIA Kartini mengalami peningkatan sebelum akreditasi dan penurunan setelah akreditasi. Sedangkan RS Budi Kemuliaan mengalami peningkatan sebelum akreditasi dan mengalami stagnasi bahkan penurunan setelah akreditasi. Secara keseluruhan akreditasi rumah sakit memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan mutu rumah sakit. Akan tetapi hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kepemimpinan, biaya dan manusia.
Hospitals are obliged to hospitals accreditation to improve the quality of continuous hospital services. Each hospital from public or private hospitals differs in the management of continuous quality improvement of hospitals. The purpose of this research is to get an overview of the impact of accreditation on hospital quality and continuous quality improvement. This research is quantitative and qualitative research. Quantitative research using statistical tests and qualitative research with in-depth interviews and focus group discussions. The results of Kartini Mother and Children Hospital, Budi Kemuliaan Hospital with statistical tests showed no difference in average quality indicators before and after accreditation. The results of the interviews of the three hospitals that accreditation has a positive impact on improving the quality of hospitals. Based on the analysis of the average value of quality indicators, Kartini Mother and Children Hospital improved before accreditation and decreased after accreditation. While Budi Kemuliaan Hospital experienced an increase before accreditation and stagnated even decreased after accreditation. Overall hospital accreditation has a positive impact on improving the quality of hospitals. However, this is influenced by several factors such as leadership, cost and human beings.
Read More
B-2158
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
R.A. Vinca Meirani; Pembimbing: Sutanto Priyo Hastono; Penguji: Dian Ayubi, Wahyu Sulistiadi, Robiatul Adawiyah, Hendry Astuti
Abstrak: Laboratorium Parasitologi Klinik FKUI merupakan laboratorium khusus rujukan nasional penyakit parasitik di Indonesia dan telah terakreditasi A, sebaiknya dapat menetapkan target KPI kepuasan pengguna jasa pengguna laboratorium setiap tahunnya lebih besar dari 82%. Hal tersebut tidak sesuai dengan Permenpan No. 14 Tahun 2017 Tentang Survey Kepuasan Masyarakat untuk mutu pelayanan mengenai kinerja unit pelayanan minimal 88,31%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi terkait mutu layanan kesehatan Laboratorium Parasitologi Klinik FKUI berdasarkan 5 dimensi Servqual dengan desain metode penelitian kualitatif menggunakan desain studi kasus. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober dan November 2020 di Laboratorium Parasitologi Klinik FKUI dengan total 13 orang informan yaitu kepala laboratorium, petugas laboratorium dan pasien yang melakukan pemeriksaan di laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan dari dimensi kehandalan segi sumber daya manusia sebenarnya sudah mencukupi akan tetapi karena Laboratorium Parasitologi Klinik FKUI selain menerima pasien yang datang namun juga melakukan penelitian dan pendidikan sehingga menyebabkan terjadinya double job pada karyawan dan mengakibatkan salah satu penyebab lamanya waktu tunggu pada pelayanan laboratorium. Dimensi jaminan, petugas juga masih dianggap kurang ahli dalam melakukan tindakan dibandingkan di laboratorium lain. Dimensi bukti fisik yang ada di laboratorium masih pelu diperbaiki atau diperhatikan agar pelanggan dapat merasa nyaman. Peneliti menyarankan dapat mengefektifkan pengawasan pelaksanaan SOP oleh koordinator laboratorium, adanya indikator waktu tunggu untuk meningkatkan pelayanan laboratorium dan analisa beban kerja dan penyesuaian tenaga kerja sesuai dengan beban kerjanya
The Laboratory of Clinical Parasitology, FKUI is a special national referral laboratory for parasitic diseases in Indonesia and has been accredited A, it should be able to set a KPI target for the satisfaction of laboratory users every year greater than 82%. This is not in accordance with Permenpan No. 14 of 2017 concerning the Community Satisfaction Survey for service quality regarding service unit performance of at least 88.31%. This study aims to determine the conditions related to the quality of health services in the Clinical Parasitology Laboratory of FKUI based on 5 Servqual dimensions with a qualitative research method design using a case study design. The study was conducted in October and November 2020 at the Clinical Parasitology Laboratory of FKUI with a total of 13 informants, namely the head of the laboratory, laboratory staff and patients who carried out examinations in the laboratory. The results showed that from the dimension of reliability in terms of human resources, it was actually sufficient, but because the Clinical Parasitology Laboratory of FKUI, apart from accepting patients who came, also carried out research and education, causing double jobs for employees and resulting in one of the causes of the long waiting time for laboratory services. The guarantee dimension is that officers are still considered less skilled in performing actions compared to other laboratories. The dimensions of physical evidence in the laboratory still need to be repaired or considered so that customers can feel comfortable. Researchers suggest that monitoring of SOP implementation by the laboratory coordinator can streamline, the existence of a waiting time indicator to improve laboratory services and workload analysis and workforce adjustment according to workload.
Read More
T-6277
Depok : FKM-UI, 2021
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Derisca Yosa; Pembimbing: Adik Wibowo; Penguji: Adang Bachtiar, Dumilah Ayuningtyas, Trisnawati, Ngabila Salama
Abstrak: Pelayanan pemeriksaan laboratorium Klinik Pratama KKP dirasakan masih rendah. Berdasarkan hasil studi pendahuluan pemantapan mutu internal pada tahap pra analitik, pasien mengeluhkan darah tidak berhenti sebanyak 3%, terdapat bekuan darah tabung EDTA sebanyak 7,5%, terjadi hemolisis sebanyak 10,5%. Pada tahap analitik, tidak adanya catatan evaluasi pada nilai control sedangkan pada tahap pasca analitik tidak dilakukan verifikasi validasi hasil pemeriksaan laboratorium dan ketidaklengkapan data pasien pada lembar hasil sebanyak 1,5% Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pemantapan mutu internal pada instalasi Laboratorium Klinik Pratama Kementerian Kelautan dan Perikanan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif menggunakan metode wawancara mendalam dan telaah dokumen. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret - Juli 2020. Kriteria informan penelitian adalah terdiri unsur pimpinan, pelaksana dan pengguna jasa laboratorium. Hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat komponen input (organisasi dan manajemen) belum sepenuhnya terlaksana dengan baik, kemudian secara garis besar pada komponen proses dan ouput (tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik) terdapat factor penghambat yaitu ketidaklengkapan SOP pada tiap tahapan. Sedangkan factor pendukungnya adalah tersedianya insfrastruktur penunjang kegiatan laboratorium. Dari hasil dapat disimpulkan bahwa pemantapan mutu internal laboratorium belum terlaksana dengan baik dan masih terdapat ketidaklengkapan acuan di tiap tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik. Perlu dilakukan monitoring seberapa jauh unsur organisasi dan sistem manajemen guna meningkatkan mutu laboratorium, kemudian dukungan sarana dan prasana dalam menunjang kegiatan laboratorium. Pada tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik, petugas laboratorium perlu menambahkan kelengkapan SOP di setiap tahapan.
Primary KKP Clinic laboratory examination services are still felt low. Based on the results of a preliminary study of internal quality assurance in the pre-analytical stage, patients complained of non-stopping blood by 3%, there was a 7.5% EDTA tube blood clot, hemolysis occurred by 10.5%. At the analytical stage, there was no evaluation record on the control value while at the post analytic stage there was no verification and validation of the results of the laboratory examination and incomplete patient data on the result sheet as much as 1.5%. This study was conducted to analyze internal quality assurance at the Primary Laboratory Laboratory in the Ministry of Marine Affairs and Fisheries. This research is a qualitative study using in-depth interviews and document review. This research was conducted in March - July 2020. The criteria for the research informants consisted of elements of leadership, executors and users of laboratory services. The results of the study found that there are input components (organizational and management) that have not been fully implemented well, then in broad outline in the procces and output components (pre-analytic, analytic and post-analytic stages) there are inhibiting factors namely incomplete Standard Operating Procedure at each stage. While the supporting factor is the availability of supporting infrastructure for laboratory activities. From the results it can be concluded that the strengthening of laboratory internal quality has not been carried out properly and there are still incomplete references in each component pre-analytic, analytic and post-analytic. It is necessary to monitor the extent of the elements of the organization and management system in order to improve the quality of laboratories, then to support facilities and infrastructure to support laboratory activities. In the pre-analytical, analytic and post-analytic stages, laboratory staff need to add the completeness of the Standard Operating Procedure at each stage.
Read More
T-6046
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dewa Ayu Ari Padmadewi; Pembimbing: Wahyu Sulistiadi; Penguji: Prastuti Soewondo, Mieke Savitri, Indah Rosana Djajadiredja, Amila Megraini
Abstrak: Latar belakang: Setiap rumah sakit berusaha memberikan pelayanan yang berkualitas berdasarkan standar yang telah ditetapkan sehingga diharapkan pasien akan puas dan menjadi konsumen yang loyal bagi rumah sakit. Untuk itu rumah sakit harus mendesain kualitas layanan yang terdiri dari lima dimensi mutu yang lebih unggul dari rumah sakit lainnya. Dalam upaya membina hubungan dengan pasien, rumah sakit juga dituntut untuk menjaga dan meningkatkan profitabilitas pelanggan, mengkonversi pelanggan yang tidak menguntungkan menjadi pelanggan yang menguntungkan
Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk tujuan mengetahui hubungan kualitas pelayanan rawat inap yang diukur berdasarkan dimensi mutu yaitu dimensi tangible, reliability, responsiveness, assurance dan empathy terhadap profitabilitas pelanggan di RSIA Puri Bunda Denpasar.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan desain cross sectional dengan sampel 100 responden dari pasien rawat inap selama bulan April-Mei 2018
Hasil: Penelitian ini menemukan bahwa koefisien korelasi masing-masing variabel dimensi terhadap profitabilitas adalah sebesar0,766 untuk tangibles; 0,780 untuk reliability; 0,804 untuk responsiveness; 0,836 untuk assurance dan 0,724 untuk empathy dengan standardized coefisient tertinggi pada dimensi tangibles. Berdasarkan hasil analisis determinasi didapatkan koefisien determinasi 95,6%
Simpulan: Kualitas pelayanan yang diukur berdasarkan dimensi mutu (tangible, reliability, responsiveness, assurance, empathy) memiliki hubungan sangat kuat dan signifikan terhadap profitabilitas dimana dimensi tangible paling dominan berhubungan dengan profitabilitas pelanggan.Sebesar 95,6% dimensi kualitas pelayanan secara simultan berhubungan dengan profitabilitas sedangkan sisanya sebesar4,4% ditentukan oleh variabel lain diluar penelitian ini.
Kata kunci: kualitas pelayanan; dimensi mutu; profitabilitas

Introduction: Each hospital strives to provide quality services based on predefined standards so that patients are expected to be satisfied and become loyal customers for the hospital. For that hospital should design the quality of service consisting of five dimensions of superior quality than other hospitals. In an effort to foster relationships with patients, hospitals are also required to maintain and improve customer profitability, convert unprofitable customers into profitable customers
Aim: This research was conducted for the purpose of knowing the correlation of service quality measured by dimension of quality that is tangible dimension, reliability, responsiveness, assurance and empathy to customer profitability at RSIA Puri Bunda Denpasar
Method: This study is a quantitative research using cross sectional design with 100 responden samples from inpatients during April-May 2018
Result: This research found that the corelation coefficient of each dimension variable to profitability is 0,766 for tangibles; 0.780 for reliability; 0.804 for responsiveness; 0.836 for assurance and 0.724 for empathy with the highest standardized coefficient on tangibles dimension. Based on the results of determination analysis obtained coefficient of determination 95.6%
Conclusion: Quality of service measured on the dimension of quality (tangible, reliability, responsiveness, assurance, empathy) has a very strong and significant relationship to profitability where the tangible dimension is most dominantly related to the profitability of customers. 95.6% dimension of service quality simultaneously related to profitability while the rest of 4.4% is determined by other variables outside this study.
Keywords: Service Quality; dimension of quality; customer profitability
Read More
B-2001
Depok : FKM UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yanuar Nugroho Yanti; Pembimbing: Dumilah Ayuningtyas; Penguji: Puput Oktamianti, Rita Damayanti, Fajar Ariyanti, Eny Juliati
Abstrak: Tesis dengan pendekatan penelitian kualitatif design studi kasus bertujuan menganalisis sejauh mana implementasi dari learning organization di Pusat Kesehatan Masyarakat terakreditasi dasar yang berupaya melakukan peningkatan mutu pelayanan tetapi mampu mendapatkan prestasi pada penilaian pelayanan oleh Bupati dibandingkan Puskesmas yang paripurna di Kabupaten Bogor. Hasil survei terhadap pelaksanaan akreditasi diperoleh kesenjangan tertinggi pada masalah mutu pelayanan dimana mutu Puskesmas akan mempengaruhi kepuasan pasien, loyalitas dan keselamatan pasien. Untuk itu organisasi yang telah memiliki pengalaman proses penilaian untuk pengakuan standar mutu maka dengan menggunakan segitiga Donabedian, lazim melakukan pengembangan organisasi dengan menggunakan pembelajaran dari struktur berupa kesadaran sumber daya manusia Puskesmas untuk selalu meningkatkan kapasitas diri yang akan berdampak pada kemudahan bekerja sama baik antar individu maupun kelompok program sehingga tercipta kerjasama kelompok (teamwork) dan komitmen yang baik untuk mencapai tujuan yang telah disepakati dalam upaya peningkatan mutu yang akan memenuhi kepuasan pasien dan memberikan prosedur pelayanan yang aman. Konsep learning organization (LO) yang utuh akan berdampak pada implemetasi LO saat proses perencanaan peningkatan mutu melalui PDSA. Hasil didapatkan bahwa pemenuhan terhadap lima elemen pembentuk LO didominasi elemen dinamika belajar dan transformasi organisasi yang akan mendorong pemberdayaan manusia, pengelolaan pengetahuan dan penguatan pemanfaatan teknologi dalam mencapai hasil kinerja yang baik pada peningkatan mutu. Puskesmas terakreditasi paripurna berhasil mengimplementasikan keseluruhan konsep LO dimana dinamika belajar dan transformasi organisasi yang kuat akan mendukung elemen pengembangan sumber daya manusia, pengelolaan pengetahuan dan pemanfaatan teknologi karena adanya kerjasama dan komitmen sangat kuat didukung dialog intens sehingga mampu mencapai tingkat learning organization antisipatif dibandingkan Puskesmas terakreditasi dasar yang banyak menemui kendala dalam implementasi LO. Dengan demikian implementasi LO akan mempermudah Puskesmas melakukan proses PD-C/S-A untuk membuat peningkatan mutu Puskesmas yang mempengaruhi peningkatan status akreditasi. Saran untuk mengupayakan pelatihan yang menyenangkan dan berkelanjutan serta adanya sistem penghargaan yang baik pada individu mampu meningkatkan motivasi petugas untuk selalu mendiskusikan ide kreatif dan inovatif dalam menghadapi tantangan dan kendala pelayanan di puskesmas.
Read More
T-6446
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive