Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 94 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Djunaedi; Pembimbing: Martya Rahmaniati; Penguji: Iwan Ariawan, Dwi Hapsari Tjandrarini
Abstrak: Penelitian ini menggunakan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 untukmengetahui hubungan perilaku pencegahan malaria dengan kejadian malaria diProvinsi Papua. Desain penelitian ini adalah potong lintang, dengan besar sampelsebanyak 1.660 orang. Hubungan ditentukan dengan analisis multiple logisticregression. Hasil penelitian menunjukan bahwa masyarakat yang tidak menggunakan kelambu memiliki risiko 0,61 lebih kecil untuk mengalami malariasetelah dikontrol oleh variabel pemasangan kasa nyamuk, tempat perindukannyamuk dan daerah pantai, risiko terjadinya malaria pada orang yang tidak memasang kasa nyamuk dan tinggal jauh dari perindukan nyamuk sebesar 2,6 kalilebih besar daripada mereka yang memasang kasa nyamuk dan tinggal jauh dariperindukan nyamuk. Masyarakat yang tinggal di daerah pantai mempunyai risiko terkena malaria 2,3 kali lebih besar dibandingkan masyarakat yang tidak tinggal didaerah pantai. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat efektifitas penggunaan kelambu, dan pengendalian lingkungan untuk menurunkan kejadianmalaria.Kata kunci : Malaria, Perilaku, Papua, Riskesdas.
Read More
S-8457
Depok : FKM UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sri Idaiani dan Raflizar
BPSK Vol.18, No.1
Surabaya : Balitbangkes Kemenkes RI, 2015
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fikriyatul Arifah; Pembimbing: Ratna Djuwita; Penguji: Renti Mahkota, Juzi Delianna
Abstrak: ABSTRAK
 
 
Stroke merupakan penyebab kematian nomor satu di Indonesia. Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi kejadian stroke berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan di Indonesia mengalami peningkatan dari 8,3? pada tahun 2007 menjadi 12,1? pada tahun 2013. Provinsi Sulawesi Barat merupakan salah satu provinsi yang mengalami kenaikan prevalensi yang tinggi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko yang berhubungan kejadian stroke pada penduduk usia ≥ 15 Tahun di Provinsi Sulawesi Barat tahun 2007 dan 2013. Penelitian ini merupakan analisis dari Riskesdas 2007 dan Riskesdas 2013 yang menggunakan desain cross-sectional. Sampel penelitian ini adalah penduduk provinsi Sulawesi Barat yang berusia ≥ 15 tahun yang berhasil diwawancarai sebagai sampel Riskesdas 2007 dan/atau Riskesdas 2013 dan memiliki data variabel penelitian yang lengkap. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian stroke pada tahun 2007 adalah usia, hipertensi, dan aktivitas fisik sedangkan pada tahun 2013 yaitu usia, hipertensi, obesitas, obesitas sentral dan aktivitas fisik.
 

 
ABSTRACT
 
 
Stroke is leading cause of death in Indonesia. According to Riskesdas, prevalence of stroke based on health workers diagnosis in Indonesia has increased from 8,3? in 2007 became 12,1? in 2013. West Sulawesi is one of province that has biggest increasing of stroke prevalence in Indonesia. This study aims to analyze the risk factor that have relationship of stroke cases among population aged ≥ 15 years old in West Sulawesi in 2007 and 2013. This study using cross-sectional design. The participants were member of population of ≥ 15 years old in West Sulawesi who had complete variable data needed. The result showed that the risk factor that have relationship with stroke cases in 2007 are age, hypertension, and physical activity. In 2013, are age, hypertension, obesity, abdominal obesity, and physical activity.
Read More
S-9181
Depok : FKM-UI, 2016
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Arsyalia Witri Adinda; Pembimbing: Ratna Djuwita; Penguji: Evi Martha, Esti Widiastuti Mangunadikusumo
Abstrak:
Depresi merupakan gangguan mental yang keberadaannya berkaitan erat dengan penyakit kronis. Salah satu penyakit kronis yang penderitanya paling banyak mengalami depresi adalah diabetes melitus. DKI Jakarta merupakan provinsi di Indonesia dengan prevalensi depresi dan diabetes melitus yang terus meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan kejadian depresi pada penderita diabetes melitus di DKI Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi potong lintang. Sumber data yang digunakan, yaitu data Riset Dasar Kesehatan (Riskesdas) 2018. Sampel terdiri dari 421 penderita diabetes melitus yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah uji regresi logistik ganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 421 subjek penelitian, sebanyak 13,8% mengalami depresi. Hasil analisis pada penelitian ini menunjukkan hasil yang signifikan antara faktor biologis, yaitu jenis kelamin (POR = 7,97 (95% CI = 3,23-19,62), p = <0,001) dan lama menderita diabetes melitus (POR = 2,72 (95% CI = 1,48-5,01), p = 0,001), faktor psikologis, yaitu status merokok (POR = 5,45 (95% CI = 2,43-12,24), p = <0,001), konsumsi alkohol (POR = 5,76 (95% CI = 1,32-25,04), p = 0,020), dan tingkat aktivitas fisik (POR = 2,38 (95% CI = 1,28-4,43), p = 0,006), serta faktor sosial, yaitu tingkat pendidikan, (POR = 2,79 (95% CI = 1,43-5,46), p = 0,003).

Depression is a mental disorder whose existence is closely related to chronic diseases. One of the chronic diseases that suffer from the most depression is diabetes mellitus. DKI Jakarta is a province in Indonesia with an increasing prevalence of depression and diabetes mellitus. This study aims to determine the determinants of the incidence of depression in patients with diabetes mellitus in DKI Jakarta. This research is a quantitative study with a cross-sectional study design. The data source used, namely the 2018 Basic Health Research (Riskesdas) data. The sample consisted of 421 people with diabetes mellitus who met the inclusion and exclusion criteria. The analysis used in this study was multiple logistic regression test. The results of the analysis showed that of the 421 research subjects, 13.8% experienced depression. The results of the analysis in this study showed significant results between biological factors, namely gender (POR = 7.97 (95% CI = 3.23-19.62), p = <0.001) and duration of diabetes mellitus (POR = 2.72 (95% CI = 1.48-5.01), p = 0.001), psychological factors, namely smoking status (POR = 5, 45 (95% CI = 2.43-12.24), p = <0.001), alcohol consumption (POR = 5.76 (95% CI = 1.32-25.04), p = 0.020), and physical activity level (POR = 2.38 (95% CI = 1.28-4.43), p = 0.006), and social factors, namely education level, (POR = 2.79 (95% CI = 1.43-5.46), p = 0.003).
Read More
S-11589
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Abellia Auriel Ashilah; Pembimbing: Dwi Gayatri; Penguji: Rizka Maulida, Arief Maulana
Abstrak:
Salah satu penyebab utama kematian pada neonatal di Indonesia disebabkan oleh kelahiran prematur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui determinan kejadian kelahiran prematur di Indonesia. Data berasal dari Riset Kesehatan Dasar Indonesia 2018 dengan menggunakan desain studi potong lintang. Sampel terdiri dari 72.602 anggota rumah tangga perempuan berusia 10-54 tahun dengan status kawin/cerai hidup/cerai mati yang pernah bersalin dan memiliki anak hidup. Analisis menggunakan model uji regresi logistik. Hasil penelitian ini menemukan prevalensi kelahiran prematur di Indonesia sebesar 33%. Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat hubungan antara faktor iatrogenik yaitu preeklampsia (aOR: 1,71; 95% CI: 1,22-2,38), perdarahan antepartum (aOR: 1,39; 95% CI: 1,23-1,57), dan plasenta previa (aOR: 1,30; 95% CI: 1,07-1,57), faktor maternal yaitu frekuensi kunjungan ANC (aOR: 1,56; 95% CI: 1,50-1,62) dan kehamilan kembar (aOR: 1,56; 95% CI: (1,33-1,82), faktor riwayat reproduksi ibu yaitu paritas (aOR: 1,07; 95% CI: 1,03-1,11), faktor penyakit dan keadaan kehamilan yaitu hipertensi (aOR: 1,26; 95% CI:1,16-1,37) dan hidromnion (aOR: 1,34; 95% CI: 1,22-1,46), serta faktor sosiodemografi yaitu usia ibu (aOR: 1,04; 95% CI:1,00-1,08) dan daerah tempat tinggal (aOR: 1,21; 95% CI:1,17-1,25). Diharapkan pemangku kebijakan dapat mempertimbangkan faktor-faktor tersebut untuk menurunkan prevalensi kejadian kelahiran prematur di Indonesia.

One of the main causes of neonatal death in Indonesia is preterm birth. The objective of this study was to determine the risk factors of preterm birth in Indonesia. Data were obtained from the Indonesia Basic Health Research (Riskesdas) 2018 and cross-sectional design was used. The sample consisted of 72,602 female household members aged 10-54 years with married/divorced status who had given birth and had living children. Data analysis used logistic regression tests. The results of this study found that the prevalence of preterm birth in Indonesia was 33%. The results of the study found that there was a relationship between iatrogenic factors, namely preeclampsia (aOR: 1,71; 95% CI: 1,22-2,38), antepartum hemorrhage (aOR: 1,39; 95% CI: 1,23-1,57), and placenta previa (aOR: 1,30; 95% CI: 1,07-1,57), maternal factors namely frequency of ANC visits (aOR: 1,56; 95% CI: 1,50-1,62 ) and twin pregnancy (aOR: 1,56; 95% CI: (1,33-1,82), maternal reproductive history factor, namely parity (aOR: 1,07; 95% CI: 1,03-1,11), disease factors and pregnancy conditions, namely hypertension (aOR: 1,26; 95% CI: 1,16-1,37) and hydromnios (aOR: 1,34; 95% CI: 1,22-1,46), as well as sociodemographic factors, namely maternal age (aOR: 1,04; 95% CI: 1,00-1,08) and area of residence (aOR: 1,21; 95% CI: 1,17-1,25) It is hoped that policy makers can consider these factors to reduce the prevalence of premature births in Indonesia.
Read More
S-11555
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fellatinnisa Zafira Rajwadini; Pembimbing: Siti Arifah Pujonarti; Penguji: Sandra Fikawati, Fadila Wirawan
Abstrak:
Dislipidemia merupakan kondisi ketidakseimbangan lipid dalam tubuh yang ditandai dengan ditemukannya minimal satu abnormalitas kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, dan kolesterol HDL. Prevalensi dislipidemia pada usia produktif di Indonesia tergolong tinggi. Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dislipidemia pada penduduk usia produktif (15-64 tahun) di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi potong lintang menggunakan data sekunder Riskesdas 2018. Analisis data yang dilakukan pada penelitina ini adalah analisis univariat dengan distribusi frekuensi, analisis bivariat menggunakan uji kai kuadrat, dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 28.007 subjek, 61,6% mengalami dislipidemia. Analisis bivariat menunjukkan hasil yang signifikan antara usia, wilayah tempat tinggal, diabetes melitus, gangguan fungsi ginjal, hipertensi, IMT, obesitas sentral, dan riwayat merokok dengan kejadian dislipidemia (p value < 0,05). Sementara pada variabel konsumsi makanan manis, konsumsi minuman manis, konsumsi makanan berlemak, dan konsumsi buah sayur juga ditemukan hubungan yang signifikan namun bersifat protektif terhadap kejadian dislipidemia. Analisis multivariat menunjukkan bahwa diabetes melitus merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan dislipidemia (p value = 0,000; OR 1,88; 95% CI : 1,49-2,38).

Dyslipidemia refrers to a condition of lipid imbalance in the body which is characterized by the finding of at least one abnormality of total cholesterol, LDL cholesterol, triglyceride, and HDL cholesterol levels. The prevalence of dyslipidemia in productive age in Indonesia is high. This study aims to determine the dominant factors and factors associated with the incidence of dyslipidemia in the productive age population (15-64 years) in Indonesia. This research is a quantitative study with a cross-sectional study design using secondary data from Riskesdas 2018. Data analysis was carried out in this study using univariate analysis with frequency distribution, bivariate analysis using the chi square test, and multivariate analysis using multiple logistic regression. The results showed that out of 28.007 subjects, 61.6% had dyslipidemia. Bivariate analysis showed significant results between age, region of residence, diabetes mellitus, impaired kidney function, hypertension, BMI, central obesity, history of smoking, consumption of sweet foods, consumption of sweet drinks, consumption of fatty foods, and consumption of fruits and vegetables with the incidence of dyslipidemia (p-value < 0.05). Meanwhile, in variable consumption of sweet foods, consumption of sweet drinks, consumption of fatty foods, and consumption of fruit and vegetables found a significant but protective relationship to the incidence of dyslipidemia. Multivariate analysis showed that diabetes mellitus was the dominant factor associated with dyslipidemia (p value = 0.000; OR 1.88; 95% CI: 1.49-2.38).
Read More
S-11419
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Feby Ayu Mutia Rachmawati; Pembimbing: Ahmad Syafiq; Penguji: Siti Arifah Pujonarti, Tria Astika Endah Permatasari
Abstrak:
Anemia merupakan kondisi kadar hemoglobin pada darah lebih rendah dari nilai normal. Anemia lebih banyak terjadi pada balita yang dapat memberikan dampak terhadap fungsi kognitif anak. Berdasarkan data Riskesdas prevalensi anemia balita mengalami peningkatan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbedaan proporsi dan faktor dominan dari variabel independen dengan anemia balita usia 6 – 36 bulan di Indonesia. Data yang digunakan yaitu data Riskesdas tahun 2018 yang berjumlah 1251 balita dengan desain studi cross-sectional dan dilakukan analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Diperoleh bahwa terdapat 48,3% balita usia 6 – 36 bulan di Indonesia mengalami anemia. Sedangkan untuk variabel signifikan terhadap kejadian anemia balita yaitu pada faktor individu anak, diantaranya yaitu usia balita [OR 2,13 (1,70 – 2,68)], status gizi BB/U [OR 1,64 (1,22 – 2,19)], status gizi TB/U [OR 1,29 (1,02 – 1,63)], dan status gizi BB/TB [OR 1,49 (1,04 – 2,11)]. Sedangkan, pada faktor maternal yaitu pada pendidikan ibu [OR 1,32 (0,79 – 2,22); OR 1,66 (1,01 – 2,74)], anemia ibu [OR 1,72 (1,31 – 2,26)], dan paritas [OR 1,60 (1,24 – 2,07)]. Untuk variabel yang paling berisiko terhadap kejadian anemia balita terdapat pada faktor usia balita tepatnya balita berusia 6 – 23 bulan.

Anemia is a condition where the hemoglobin level in the blood is lower than normal. Anemia is more common in toddlers which can have an impact on children's cognitive function. Based on Riskesdas data, the prevalence of anemia in children under five has increased. The purpose of this study was to determine differences in the proportions and dominant factors of the independent variables with anemia in children aged 6-36 months in Indonesia. The data used is the 2018 Riskesdas data, which totaled 1251 toddlers with a cross-sectional study design and univariate, bivariate, and multivariate analyzes were carried out. It was found that there were 48.3% of toddlers aged 6-36 months in Indonesia experiencing anemia. As for the significant variables on the incidence of anemia under five, namely the individual factors of the child, including the age of the toddler [OR 2.13 (1.70 – 2.68)], nutritional status underweight [OR 1.64 (1.22 – 2) .19)], nutritional status stunted [OR 1.29 (1.02 – 1.63)], and nutritional status wasted [OR 1.49 (1.04 – 2.11)]. Meanwhile, on maternal factors, namely the mother's education [OR 1.32 (0.79 - 2.22); OR 1.66 (1.01 – 2.74)], maternal anemia [OR 1.72 (1.31 – 2.26)], and parity [OR 1.60 (1.24 – 2.07)]. The variable most at risk for the incidence of anemia in children under five is the age factor of children aged 6 – 23 months.
Read More
S-11371
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Zuriyatin Auliyarrahman Jauhari; Pembimbing: Sudarto Ronoatmodjo; Penguji: Ratna Djuwita Hatma, Soewarta Kosen
Abstrak: Depresi menjadi penyebab utama disabilitas di seluruh dunia dan berkontribusi pada beban penyakit global. Dampak depresi yang tidak tertangani adalah bunuh diri dimana hal ini akan meningkatkan angka mortalitas nasional. Prevalensi depresi di Indonesia meningkat dari 3,7% menjadi 6,1% di tahun 2015 ke tahun 2018. Diabetes melitus yang merupakan faktor risiko depresi juga mengalami peningkatan prevalensi pada periode tahun yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan diabetes melitus dengan kejadian depresi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang. Sumber data yang digunakan yaitu data sekunder Riskesdas 2018. Responden penelitian adalah penduduk di Indonesia yang berusia ≥ 18 tahun. Terdapat 646.000 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Berdasarkan hasil analisis didapatkan prevalensi depresi sebesar 6% dan prevalensi diabetes melitus sebesar 2,2%. Terdapat hubungan yang signifikan antara diabetes melitus dengan depresi. Responden yang memiliki diabetes melitus 1,8 kali lebih mungkin untuk mengalami depresi dibanding dengan seseorang yang tidak memiliki diabetes melitus setelah dikontrol oleh variabel penyakit kronis lain. Disimpulkan terdapat keterkaitan antara diabetes melitus dengan depresi di Indonesia.
Read More
S-10943
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nur Rahmah Utami; Pembimbing: Siti Arifah Pujonarti; Penguji: Triyanti; Fadila Wirawan
Abstrak: Sindrom metabolik merupakan kumpulan faktor risiko penyakit kardiovaskular yang ditandai oleh obesitas sentral, kadar gula darah tinggi, kadar kolesterol HDL rendah, tingginya kadar trigliserida, dan tekanan darah tinggi. Prevalensi sindrom metabolik di Indonesia tergolong tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan sindrom metabolik pada penduduk Indonesia usia >15 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi potong lintang dengan menggunakan data Riskesdas 2018. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat, analisis bivariat menggunakan chi square, dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dari 30.563 subjek, 32% memiliki sindrom metabolik. Analisis bivariat juga menunjukkan hasil yang signifikan antara jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, tempat tinggal, status pekerjaan, konsumsi alkohol, riwayat merokok (0,000), konsumsi makanan berisiko (makanan dan minuman manis, makanan asin), konsumsi sayur dan buah, aktivitas fisik, kondisi mental emosional, dan status gizi dengan sindrom metabolik (p value = 0,05). Analisis multivariat menunjukkan bahwa usia lansia merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan sindrom metabolik (p value = 0,000; OR 8,94 ; 95% CI : 5,98 ? 13,36)
Metabolic syndrome refers to the presence of a cluster of risk factors specific for cardiovascular disease. The cluster of metabolic factors includes central obesity, impaired fasting blood glucose, low HDL cholesterol, high triglyceride levels, and high blood pressure. This study aims to identify the dominant factor and related factors associated with metabolic syndrome in the Indonesian population aged 15 and over years old. This research is a quantitative research with cross-sectional study design and the data was obtained from the Indonesia Basic Health Research (RISKESDAS) 2018. The association between risk factors and metabolic syndrome were measured through chi-square bivariate analysis and binary logistic regression. Multivariate analysis was done using multiple logistic regression. The prevalence of metabolic syndrome was 32%. The results demonstrates that age, sex, level of education, residence type, occupation status, smoking habit, alcohol consumption, fruits and vegetable intake, sweet food intake, sugar sweetened beverages intake, physical activity, mental and emotional disturbance, and nutritional status were significantly associated with metabolic syndrome (p value <0,05). Elderly was the most dominant risk factor for metabolic syndrome (p value = 0,000; OR 8,935 ; 95% CI : 5,977 ? 13.358)
Read More
S-11044
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Syeri Febriyanti; Pembimbing: Sudarto Ronoatmodjo; Penguji: Helda, Woro Riyadina, Ajeng Tias Endarti
Abstrak:
Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan dunia. Prevalensi hipertensi diprediksi akan terus meningkat hingga tahun 2025 nanti. Di Indonesia, penderita hipertensi didominasi oleh penduduk berjenis kelamin perempuan. Salah satu faktor risiko yang bisa menyebabkan kejadian hipertensi adalah penggunaan kontrasepsi hormonal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal pasca salin dengan kejadian hipertensi pada wanita usia subur. Desain penelitian adalah cross sectional dilakukan pada Januari-Juni 2023 menggunakan data Riskesdas 2018. Kelompok terpajan adalah 45.178 responden yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan kelompok tidak terpajan adalah 30.845 responden yang tidak menggunakan kontrasepsi hormonal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengguna kontrasepsi hormonal pasca salin dengan kejadian hipertensi setelah mengendalikan umur dan indeks masa tubuh dengan nilai PR=1,10 (1,06– 1,12). Pada penelitian ini juga menilai hubungan antara jenis kontrasepsi hormonal pasca salin diantaranya kontrasepsi suntikan 3 bulan dengan nilai PR=1,08 (CI 95% 1,05-1,12); kontrasepsi suntikan 1 bulan dengan nilai PR 0,99 (CI 95% 0,93-1,05); kontrasepsi implan PR 0,90 (CI 95% 0,84-0,96); dan kontrasepsi pil PR 1,30 (CI 95% 1,23-1,35). Hal ini diharapkan bisa menjadi gambaran bahwa pemilihan kontrasepsi sangatlah penting untuk mencegah hipertensi dikemudian hari.  

Hypertension is one of diseases caused world health problems. The prevalence of hypertension is predicted will be increase. Hypertension in Indonesia are dominated by the female population. One of the risk factors caused hypertension is the use of hormonal contraception. This study aims to determine the association between the last birth hormonal contraception and the prevalence of hypertension. The research design was cross-sectional from January to June 2023 used the 2018 Riskesdas data. The exposed group was 45,178 respondents who used hormonal contraception and the unexposed group was 30,845 who did not use hormonal contraception. The results showed that there was a significant association between the use of hormonal contraception and the prevalence of hypertension after controlling for age and body mass index with AdjPR 1.10 (95% CI 1.06–1.12). This study also assessed the association between types of hormonal contraception including 3-month injection contraception with AdjPR value of 1.08 (95% CI 1.05-1.12); 1-month injectable contraception with AdjPR value of 0.99 (95% CI 0.93-1.05), implant contraceptive AdjPR 0.90 (95% CI 0.84-0.96), and contraceptive pill AdjPR 1.30 (95% CI 1.23-1.35). This is expected to illustrate the importance of choosing the right contraception to prevent the hypertension

Read More
T-6601
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive