Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 95 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Andre Sebastian; Pembimbing: Sandi Iljanto; Penguji: Mieke Savitri, Purnawan Junadi, Herman Mahaputra, Budi Hartono
Abstrak: ABSTRAK Salah satu Standar Pelayanan Kefarmasian di rumah sakit adalah waktu tunggu. Waktu tunggu pelayanan yang baik berhubungan dengan kepuasan pelanggan, sehingga rumah sakit harus dapat mengontrol waktu pelayanan untuk mencapai kepuasan pasien. semakin cepat waktu tunggu pasien, semakin baik juga penilaian terhadap pelayanan kefarmasian suatu rumah sakit. Lean adalah suatu upaya terus menerus untuk menghilangkan pemborosan (waste) dan meningkatkan nilai tambah (value added) produk baik barang maupun jasa agar memberikan nilai kepada pelanggan. Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Farmasi RSUD Kota Mataram pada bulan Maret 2018, dengan hasil masih ditemukan kegiatan yang tergolong non value added (tidak memiliki nilai tambah), sehingga waktu tunggu rata-rata yang diperlukan dalam proses pelayanan resep obat menjadi lebih lama (obat kronis non racikan 32,69 menit dan racikan 64,30 menit obat non kronis non racikan 32,72 menit dan racikan 81,8 menit). Rata-rata waktu tunggu melebihi peraturan 129/Menkes/SK/II/2008. Usulan perbaikan berdasarkan analisa akar masalah pada alur proses kegiatan pengerjaan resep, disusun menjadi langkah-langkah efektif untuk mengurangi waktu tunggu pelayanan sehingga mencapai target standar pelayanan yang ditetapkan, yang sesusi dengan keadaan situasi dan kemampuan rumah sakit serta faktor yang mempengaruhi. Kata Kunci : Lean, Waktu Tunggu, Kefarmasian Daftar bacaan : 57 referensi One of the standard pharmaceutical services in the hospital is the waiting time. The good service waiting time related with customer satisfaction, so that the hospital must be able to control the service time to achieve patient satisfaction. The faster the patient's waiting time, the better assessment of the pharmaceutical services of a hospital. Lean is an ongoing effort to eliminate waste and increase the value added of both products and services to deliver value to customers. This research conducted in pharmacy installation of Mataram general hospital on March 2018, with the results is still found activities that are categorized as non value added, so that the average waiting time required in the process of medicine recipe becomes longer (crhonic with no blend take 3.69 minutes and chronic with blend take 64.30 minutes, non-chronic no blend take 32,72 minutes and non chronic with blend take 81.8 minutes). The average of waiting time exceeds regulation of Ministry of Health number 129/Menkes/SK/II/2008. The proposed improvement based on the root problem analysis of process the recipe work, is structured into effective measures to reduce waiting time so could achieve the targeted service standard, which is appropriate with the situation and the ability of the hospital as well as the influencing factors. Key words : Lean, waiting time, pharmaceutical Reference list : 57 Reference
Read More
B-2022
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Retno Palupi; Pembimbing: Agustin Kusumayati, Dumilah Ayuningtyas; Penguji: Vetty Yulianty Permanasari, Mulyadi Muchtar, Sarah Zaidan
Abstrak: Abstrak

Persaingan antar rumah sakit memberikan pengaruh dalam manajemen rumah sakit baik milik pemerintah, swasta dan asing dengan tujuan akhir adalah untuk meningkatkan pelayanan Sarana pelayanan kesehatan di era globalisasi ini, berupaya meningkatkan kualitas jasa yang ditawarkan kepada masyarakat. Hal ini disebabkan karena kualitas jasa dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai keunggulan kompetitif.

Pelayanan farmasi di rumah sakit merupakan suatu bagian atau fasilitas di rumah sakit. Unit farmasi adalah salah satu revenue center di rumah sakit dimana mempunyai pengaruh besar terhadap pendapatan rumah sakit. Kinerja layanan unit farmasi dapat diukur dari lamanya waktu tunggu pelayanan dalam proses penyiapan obat sesuai resep dokter.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab ketidak berhasilan pencapaian Key Performance Indikator (KPI) unit farmasi rawat jalan,melakukan pengembangan standar yang dibutuhkan, mengidentifikasi gap analysis yang ada dan membuat action plan guna peningkatan kualitas pelayanan.

Penelitian ini bersifat deskriptif, dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif secara pengamatan (observasional), telaah dokumen dan wawancara mendalam. Teknik penelitian ini adalah teknik triangulasi data, guna penguatan informasi-informasi dengan beberapa cara untuk mengurangi bias yang ada.

asil penelitian ini menunjukkan tren jumlah resep yang masuk pada hari, shift dan jam tertentu, dimana berguna untuk pengaturan komposisi staf yang ada. Selain itu penelitian ini menunjukkan adanya ketidak efisen an waktu proses pada tahap penerimaan resep dan penyerahan resep. Dan penelitian ini menyarankan adanya pengitungan ulang terhadap pola ketenaan unit farmasi rawat jalan.


Competition among hospitals provide hospital management influence in both government-owned, private and foreign with the ultimate goal is to improve health care facilities in this era of globalization, working to improve the quality of services offered to the public. This is because the quality of service can be used as a tool to achieve competitive advantage.

Pharmacy services in hospitals is a part of the hospital or facility. Pharmaceutical unit is one revenue center at the hospital, which had a major impact on hospital revenue. Pharmaceutical unit service performance can be measured by the length of the waiting time in the service of the process of preparing the drug as prescribed.

This study aims to determine the cause of the unsuccessful achievement of Key Performance Indicators (KPI) outpatient pharmacy unit, to develop the required standards, identifying a gap analysis of existing and create action plan to improve the quality of care.

This is a descriptive study, with quantitative and qualitative approaches in the observations (observational), document review and in-depth interviews. This research technique is the technique of triangulation of data, in order to strengthen the information in several ways to reduce the bias that exists.

Results of this study show a trend in the number of prescriptions coming days, shifts and hours specified, which is useful for setting the composition of existing staff. Moreover this study showed a lack of time efisen an admission process at the stage of recipes and recipe submission. And this study suggests a re-calculation of the pattern ketenaan outpatient pharmacy unit.

Read More
T-3963
Depok : FKM-UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Richo Muhammad Reza; Pembimbing: Hasbullah Thabrany; Penguji: Mieke Savitri, Syaifuddin Zuhri
S-6824
Depok : FKM-UI, 2011
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Arief Rahman; Pembimbing: Adang Bachtiar; Penguji: Wachyu Sulistiadi, Ede Surya Darmawan, Taufik Santoso, Freddy Hutasoit
Abstrak: Pelayanan pasien rawat jalan di RSUD Provinsi NTB memiliki waktu yang melebihi Standar Pelayanan Minimal Kepmenkes No.129/Menkes/SK/II/2008. Klinik Penyakit Dalam diambil sebagai subjek penelitian karena memiliki kunjungan terbanyak. Penelitian ini bertujuan mengurangi waktu tunggu pelayanan dengan menggunakan manajemen Lean. Peta Aliran Nilai disusun melalui data dari proses observasi, wawancara mendalam, dan telaah dokumen untuk memberikan potensi solusi perbaikan dan mengurangi waste/pemborosan. Waste waiting terjadi di seluruh tahapan pelayanan. Root Caused Analysis menunjukkan faktor Man dan Methode yang berperan besar sebagai penyebab inefisiensi pelayanan. Usulan perbaikan berupa penerapan 5S, visual management, spaghetti diagram, pendaftaran berbasis sms/whats app/aplikasi, integrasilisasi SIM RS, dan menjalin komitmen dengan dokter spesialis. Perbaikan secara cepat dengan melakukan simulasi implementasi pendaftaran berbasis sms/aplikasi dan pengaturan interval kedatangan pasien 30 menit sebelum dokter spesialis memulai pemeriksaan mampu meningkatkan waktu pelayanan dari 276,3 menit menjadi 47,9 menit dengan peningkatan kegiatan value added 5,3% menjadi 30,9 %.
Read More
B-2100
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yaslina; Pembimbing: Atik Nurwahyuni; Penguji: Anhari Achadi, Vetty Yulianty Permanasari, Linda Rosalina
T-4528
Depok : FKM-UI, 2015
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Novita Suryawati; Pembimbing: Kurnia Sari; Penguji: Agus Rahmanto, Helen Andriani
Abstrak: Waktu tunggu pelayanan resep rawat jalan merupakan salah satu indikator pelayananmutu di instalasi farmasi yang seringkali tidak terpenuhi waktu tunggu pelayanan reseprawat jalan. Berdasarkan SPM yang tercantum dalam Kepmenkes RI Nomor:129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Waktutunggu obat jadi (non racikan) adalah ≤30 menit. Sedangkan waktu tunggu pelayananobat racikan adalah ≤60 menit. Penelitian ini dilakukan untuk melihat penyebab danlama waktu tunggu pelayanan resep di instalasi farmasi rawat jalan rumah sakit. Jenispenelitian ini adalah literature review yang dilakukan pada kepustakaan jurnal danpenelitian asli dengan rentang waktu studi adalah 10 tahun, dipublikasikan pada tahun2011 hingga 2020. Metode pencarian data menggunakan data online dengan databaseyang digunakan adalah PubMed, Scopus, Science Direct, Garuda, Google Scholar, danLib FKM UI, serta Lib UI.
Read More
S-10331
Depok : FKM-UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Elina Waiman; Pembimbing: Anhari Achadi; Penguji: Masyitoh, Wahyu Sulistiadi, Jocelyn Adrianto, Noer Triyanto Rusli
Abstrak: Rumah sakit perlu menjaga mutu layanan yang diberikan kepada pasien. Waktu tunggu rawat jalan merupakan salah satu indikator mutu yang diukur oleh rumah sakit. Rerata waktu tunggu di Klinik Penyakit Dalam Charitas Hospital Palembang yang mencapai target hanya sebesar 54%. Penelitian ini merupakan penelitian operasional eksperimental untuk melihat bagaimana upaya perbaikan dengan penerapan Metode Lean Six Sigma (LSS) dapat mereduksi waktu tunggu pasien rawat jalan. Upaya perbaikan berupa penerapan sistem perjanjian dan simplifikasi alur pasien rawat jalan sesuai future state map dilakukan rumah sakit pada April 2021 sampai dengan Januari 2022. Data waktu tunggu pasien rawat jalan sebelum upaya perbaikan diambil dari sistem informasi dan manajemen rumah sakit (SIMRS) pada Maret 2021, sedangkan data sesudah upaya perbaikan diambil dari Februari sampai Maret 2022, dengan 222 subjek pada masingmasing kelompok. Terdapat reduksi waktu tunggu pasien rawat jalan sesudah upaya perbaikan, yaitu secara keseluruhan subjek sebesar 11% dari 79 menit menjadi 69 menit meskipun tidak bermakna secara statistik (p=0,110). Pada subjek tanpa pemeriksaan penunjang terdapat reduksi waktu tunggu pasien rawat jalan sebesar 16% dari 77 menit menjadi 65 menit (p=0,016), pada subjek dengan pemeriksaan laboratorium dari 151 menit menjadi 124 menit (p=0,176), dan pada subjek dengan pemeriksaan radiologi dari 120 menit menit menjadi 90 menit. Terdapat reduksi waktu tunggu rawat jalan berdasarkan definisi SPM sebesar 29%, yaitu dari 58 menit menjadi 41 menit (p=0,002). Terdapat 26% subjek dengan sistem perjanjian yang datang terlambat. Subjek yang datang terlambat dilakukan relokasi slot, yaitu mengisi slot kosong sesuai antrian pasien yang sudah datang. Apabila dilakukan analisis terhadap subjek yang datang tepat waktu saja, didapatkan adanya reduksi median waktu tunggu pasien rawat jalan sebesar 13%, yaitu dari 79 menit menjadi 69 menit (p=0,014) dan reduksi waktu tunggu rawat jalan berdasarkan SPM sebesar 36%, yaitu dari 58 menit menjadi 37 menit (p=0,000). Khusus pada kelompok pasien dengan pemeriksaan laboratorium, terjadi pengurangan variasi alur cabang dan proporsi pasien yang menjalani alur cabang (p=0,000), serta pengurangan frekuensi kunjungan ke kasir lebih dari satu kali. Rancangan upaya perbaikan yang disusun berdasarkan metode LSS bermanfaat dalam mereduksi waktu tunggu pasien rawat jalan, mengurangi variasi alur cabang di rawat jalan, dan menurunkan defek, dengan komitmen dari pimpinan rumah sakit, dokter, staf, dan pasien. Evaluasi berkala dan perbaikan berkesinambungan perlu dilakukan agar kontinuitas reduksi waktu tunggu pasien rawat jalan dapat berlangsung
Read More
B-2294
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dian Elawati; Pembimbing: Pujiyanto; Penguji: Masyitoh Basabih, Vetty Yulianty Purnamasari, Elga Ria Vinensa, Adriansyah
Abstrak: Waktu tunggu pelayanan obat rawat jalan non racikan dan racikan di Instalasi Farmasi RS Mitra Husada belum mencapai standar nasional yaitu ≤30 menit untuk obat non racikan dan ≤60 menit obat racikan sehingga masih menjadi keluhan bagi RS. Penelitian ini bertujuan menganalisis waktu tunggu pelayanan obat dengan menggunakan konsep Lean Hospital di Instalasi Farmasi RS Mitra Husada Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan action research, pengambilan data dilakukan pada bulan Mei dan Juni 2022 di Instalasi Farmasi Rawat Jalan. Sampel yang diambil berjumlah 98 resep obat non racikan dan 100 obat racikan. Pengamatan langsung menggunakan lembar observasi VSM dan lembar waste, wawancara dengan informan menggunakan lembar wawancara. Analisis kuantitatif menggunakan SPSS dan kualitatif dengan mengolah data primer, sekunder dan wawancara. Dengan metode lean hospital dapat mengetahui capaian waktu tunggu pelayanan obat rawat jalan, waste dan akar penyebab masalah hingga desain rancangan perubahan sebagai upaya perbaikan berupa desain perbaikan jangka pendek yaitu menggunakan lean kaizen, PDCA, 5S, Visual management dan heijunka, jangka menengah dan panjang
Read More
B-2277
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Vera Yuliati; Pembimbing: Helen Andriani; Penguji: Masyitoh, Adik Wibowo, Sri Rahayu Darwisa, Nurhayati
Abstrak: Lamanya waktu tunggu menjadi salah satu indikator bagi suatu rumah sakit dalam menjaga mutu layanannya, menunggu yang terlalu lama akan memunculkan penilaian negatif dari pelanggan terkait produk dan kualitas pelayanan. Kunjungan rawat jalan pasien BPJS Kesehatan di RS Grha Permata Ibu Depok sejak tahun 20172018 rata-rata sekitar 450-600 kunjungan/hari, hal tersebut sejalan dengan banyaknya resep yang harus di layani di instalasi farmasi rawat jalan. Jadwal dokter praktek yang bersamaan dan SDM yang kurang menjadi alasan belum tercapaianya standar waktu minimal pelayanan resep yang ditetapkan permenkes yaitu ≤60 menit untuk obat racikan dan ≤30 menit untuk obat non racikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengetahui waktu tunggu pelayanan resep rawat jalan pasien BPJS Kesehatan pada kondisi current state dan future state setelah penerapan lean kaizen di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Grha Permata Ibu Depok. Metode penelitian ini merupakan operational research dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan sumber data primer yang diambil melalui observasi langsung dengan Teknik time motion study dan wawancara mendalam. Hasil penelitian ini ditemukan 3 jenis waste yaitu 53,3% waste waiting, 40% waste overprocessing, 6,7% waste motion, setelah dilakukan penerapan lean kaizen dengan pendekatan PDCA menggunakan 2 skenario, terjadi penurunan terjadi penurunan Lead time dari 135,31 menit menjadi 9,11 menit pada skenario-1 dan 7,49 menit pada skenario-2. Dengan penurunan TNVAT dari 128,62 menit menjadi 5,65 menit pada skenario-1 dan 3,75 menit pada skenario-2 pada resep non racikan dan terjadi penurunan Lead time dari 185,17 menit menjadi 31,09 menit pada skenario-1 dan 29,15 menit pada skenario-2. Dengan penurunan TNVAT dari 160,79 menit menjadi 5,02 menit pada skenario-1 dan 3,49 menit pada skenario-2 pada resep racikan. Kesimpulan penelitian ini bahwasanya pendekatan PDCA pada lean kaizen tepat dilakukan pada kondisi dimana waste terbanyak berkaitan dengan perilaku manusia, Adapun hasil penelitian ini belumlah maksimal karena masih ada waste motion yang belum diintervensi dan berpotensi membuat SDM/petugas menghasilkan waste waiting dan overprocessing, sehingga saran peneliti adalah agar dapat menjadikan prioritas perubahan lay out farmasi karena merupakan akar masalah yang bisa memunculkan banyak waste, perlu dilakukan Pengawasan yang berkelanjutan dan mendorong IT rumah sakit untuk mengembangkan pelayanan farmasi berbasis IT
The length of waiting time is one of the indicators for a hospital in maintaining the quality of its services, waiting too long will give rise to negative assessments from customers regarding the product and quality of service. Outpatient outpatient visits of BPJS Kesehatan at Grha Permata Ibu Depok Hospital since 2017-2018 averaged about 450-600 visits/day, this is in line with the number of prescriptions that must be served in outpatient pharmacy installations. The schedule of doctors at the same time and human resources are less the reason has not been achieved the minimum time standard of prescription services set permenkes that is ≤60 minutes for concoction drugs and ≤30 minutes for non-concoction drugs. The purpose of this study is to know the waiting time of outpatient prescription services bpjs health patients in current state and future state after the application of lean kaizen in the Outpatient Pharmacy Installation Of Grha Permata Hospital. This research method is operational research with qualitative and quantitative approach with primary data source taken through direct observation with time motion study technique and in-depth interview. The results of this study found 3 types of waste, namely 53.3% waste waiting, 40% waste overprocessing, 6.7% waste motion, after the implementation of lean kaizen with PDCA approach using 2 scenarios, there was a decrease in lead time from 135.31 minutes to 9.11 minutes in scenario-1 and 7.49 minutes in scenario-2. With TNVAT decreasing from 128.62 minutes to 5.65 minutes on scenario-1 and 3.75 minutes on scenario-2 on non-blend recipes and there was a decrease in Lead time from 185.17 minutes to 31.09 minutes on scenario-1 and 29.15 minutes on scenario-2. With TNVAT decreasing from 160.79 minutes to 5.02 minutes on scenario-1 and 3.49 minutes on scenario-2 on the concoction. The conclusion of this study is that the PDCA approach on lean kaizen is precisely done in conditions where the most waste is related to human behavior, The results of this study are not yet maximal because there is still waste motion that has not been intervened and potentially make officers produce waste waiting and overprocessing, so the advice of researchers is to be able to make priority changes lay out pharmaceuticals because it is the root of the problem that can cause a lot of waste, need to be carried out continuous supervision and encourage IT hospitals to develop pharmaceutical services based on IT
Read More
B-2187
Depok : FKM-UI, 2021
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rini Prasetyo Wahyu Wijayati; Pembimbing: Dumilah Ayuningtyas; Penguji: Puput Oktamianti, Wahyu Sulistiadi, Novita Dwi Istanti, M. Arza Putra
Abstrak: Waktu tunggu hasil pemeriksaan laboratorium sebagai ukuran kinerja pelayanan merupakan syarat penting membuktikan kualitas pelayanan laboratorium. Kecepatan waktu hasil pemeriksaan laboratorium mempengaruhi penetapan diagnosis serta terapi pasien. Indikator sasaran mutu laboratorium menetapkan target waktu tunggu pemeriksaan hasil laboratorium kimia 120 menit. Pencapaian sasaran indikator mutu di tahun 2020 baru 70% dari target yang ditetapkan, juga masih terdapat keluhan lambatnya hasil pemeriksaan. Studi pendahuluan bulan Januari sampai Febuari 2021 terdapat 18% waktu tunggu diatas 120 menit. Metode Lean six sigma fokus terhadap perbaikan dengan mendorong peningkatan secara tajam dalam kecepatan, kualitas dan profitabilitas. Penelitian ini merupakan operational research untuk memberikan rekomendasi perbaikan waktu tunggu pemeriksaan laboratorium dengan menggunakan pendekatan metode DMAIC terdiri dari siklus Define (mendefinisi), Measure (mengukur), Analyze (menganalisis), Improve (rekomendasi perbaikan), dan Control (pengendalian) Hasil penelitian mendapatkan gambaran terjadinya pemborosan di tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik yang berdampak terhadap waktu tunggu hasil pemeriksaan laboratorium. Pemborosan yang paling dominan terjadi di tahap pra analitik. Persentase value added pelayanan pemeriksaan Laboratorium sebelum penerapan Lean six sigma sebesar 67.30% dan non value added sebesar 33.83%. Setelah penerapan Lean six sigma nilai value added meningkat 38.48% menjadi 91.32% dan value added menurun 28.42% menjadi 8.68 %. Ditemukan adanya delapan jenis pemborosan, sebagian besar merupakan pemborosan defect, over processing, delays (waiting time), over production. Pemborosan banyak terjadi di tahap pra analitik dan pasca analitik. Sumber terjadinya pemborosan berdasarkan hasil analisis fishbone adalah man dan method dikarenakan kuantitas ATLM (Analis Teknis Medik Laboratorium) belum mencukupi dan belum efektifnya penanganan spesimen laboratorium serta metode serah terima.Usulan perbaikan disusun menggunakan lean tools seperti standardized work, visual management, error profing, dan penerapan 5S (Short, Stabilize, Shine, Standardize, Sustain) Intervensi yang dilakukan dengan usulan alur pemeriksaan laboratorium, metode serah terima spesimen, serta edukasi ulang tentang penanganan spesimen laboratorium dan usulan pelatihan Flebotomi
Waiting time for laboratory test results as a measure of service performance is an important requirement to prove the quality of laboratory services. The timing of the results of laboratory examinations affects the determination of the patient's diagnosis and therapy. The laboratory quality target indicator sets a target waiting time for the examination of chemical laboratory results of 120 minutes. The achievement of the quality indicator targets in 2020 is only 70% of the target set, there are also complaints about the slowness of the inspection results. Preliminary study from January to February 2021 showed 18% waiting time above 120 minutes.methods Lean six sigma focus on improvement by driving sharp improvements in speed, quality and profitability. This research is anoperational research to provide recommendations for improving waiting time for laboratory examinations using the DMAIC method approach consisting of a cycle of Define (defining), Measure (measure), Analyze (analyze), Improve (recommendation for improvement) and Control (Controlling). The results of the study get an overview of the occurrence of waste in the pre-analytical, analytical and post analytic stages which have an impact on the waiting time for laboratory results. The most dominant wastage occurred in the pre-analytic stage. The percentage of value added of laboratory inspection services before the implementation of Lean six sigma is 67.30% and non value added is 33.83%. After the implementation of Lean six sigma, the value added increased by 38.48% to 91.32% and the value added decreased by 28.42% to 8.68%. It was found that there were eight types of waste, most of which were defects, over processing, delays (waiting time), over production. A lot of waste occurs in the preanalytic and post-analytic stages. Sources of waste based on analysis results fishbone are man and method due to quantity of ATLM (Laboratory Medical Technical Analyst) and ineffective handling of laboratory specimens and handover methods. Improvement proposals are prepared using lean tools such as standardized work, visual management, error profiling, and the application of 5S(Short, Stabilize, Shine, Standardize, Sustain) Interventions carried out with the proposed flow of laboratory examinations, specimen handover methods, as well as re-education on handling laboratory specimens and proposed phlebotomy training
Read More
T-6132
Depok : FKM-UI, 2021
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive