Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Analisis Risiko Kesehatan Pemulung Akibat Pajanan Gas NO2, dan SO2 di TPA Cipayung, Depok Tahun 2018
Rezha Pratiwi Eka Gharini
Abstrak:
Gas NO2 dan SO2 merupakan zat pencemar udara yang menimbulkan bau busuk dan mencemari udara di sekitar TPA. Gas-gas tersebut akan bermunculan di setiap tahap operasi penimbunan dan pemadatan sampah di TPA. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat risiko pajanan gas NO2 dan SO2, dalam udara ambien terhadap gangguan kesehatan pada pemulung yang beraktivitas dan bermukim di sekitar TPA Cipayung, Depok. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni tahun 2018 dengan menggunakan metode penulisan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL). Hasil pengukuran NO2 dan SO2 menggunakan waktu pengukuran 1 jam dan didapatkan nilai rata-rata sebagai berikut. Untuk NO2 memiliki rata-rata hasil pengukuran adalah 31,794 µg/m3 , dan SO2 memiliki rata-rata hasil pengukuran adalah 6,365 µg/m3 . Dari hasil tersebut, masih sangat jauh dibawah Baku Mutu Udara Ambien dalam PP No. 41/1999. Nilai asupan merupakan perhitungan dari antropometri, pola aktivitas, dan laju inhalasi, sehingga didapatkan nilai asupan real time dengan pajanan konsentrasi NO2 adalah 1,079×10-3 mg/kg/hari dan pajanan konsentrasi SO2 adalah 2,5962×10-5 mg/kg/hari. Hasil rata-rata nilai asupan life span dengan pajanan konsentrasi NO2 adalah 2,15801×10-3 mg/kg/hari dan pajanan konsentrasi SO2 adalah 5,1024×10-5 mg/kg/hari. Karakteristik risiko didapatkan dari perbandingan antara asupan dengan nilai default referensi konsentrasi yang diperbolehkan. Perhitungan tingkat risiko dinyatakan dengan risk quotient (RQ) didapatkan hasil dengan masing-masing pajanan dan beberapa durasi pajanan (1, 10, 15, 20, 30 dan 300 tahun) yang mencakup real time dan life span. Nilai RQ untuk konsentrasi NO2 adalah 0,0036; 0,036; 0,0539; 0,0719; 0,108; 1,079 dan nilai RQ untuk konsentrasi SO2 adalah 0,000067; 0,00067; 0,001; 0,00134; 0,002; 0,02. Secara keseluruhan, nilai RQ adalah <1 maka udara ambien TPA Cipayung dengan pajanan NO2 dan SO2 masih aman sehingga tidak diperlukan adanya pengelolaan risiko. Kata kunci: NO2, SO2, Pencemaran Udara, TPA, Pemulung, ARKL
The result of measurement of NO2 and SO2 using 1 hour measurement time and got the average value as follows. For NO2 the average measurement result is 31.794 μg/m3 , and SO2 has an average measurement result of 6.365 μg/m3 . From these results, it is still very far below the Ambient Air Quality Standard in PP No. 41/1999. The intake value is calculated from anthropometry, activity pattern, and inhalation rate, so the real time intake value with NO2 exposure is 1.079×10-3 mg/kg/day and the concentration of SO2 is 2,5962×10-5 mg/kg/day. The mean value of life span intake with NO2 exposure concentration was 2.15801×10-3 mg/kg/day and the exposure of SO2 concentration was - 5.1024×10-5 mg/kg/day. Risk characteristics were obtained from the comparison between intake with the allowed reference reference concentration values. The calculation of the risk level expressed by the risk quotient (RQ) obtained results with each exposure and some duration of exposure (1, 10, 15, 20, 30 and 300 years) covering real time and life span. The RQ value for NO2 concentration is 0.0036; 0.036; 0.0539; 0.0719; 0.108; 1.079 and the RQ value for SO2 concentration is 0.000067; 0,00067; 0,001; 0.00134; 0.002; 0.02. Overall, the RQ value is <1 then the ambient air of Cipayung TPA with NO2 and SO2 exposure is still safe so there is no need for risk management. Key words: NO2, SO2, Air Pollution, Landfill, Scavengers, Environmental Health Risk Analysis
Read More
S-9723
Depok : FKM UI, 2018
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Dwi Maniksulistya; Pembimbing: Haryoto Kusnoputranto; Penguji: Ririn Arminsih, Dwinda Ramadhoni, Diah Wati Soetojo
Abstrak:
Balita merupakan populasi yang rentan terhadap PM 2,5 di udara dikarenakan sistemimun yang belum sempurna dan jalan napasnya yang masih sempit. PM 2,5 dapat masuksampai ke alveoli paru dan melemahkan sistem pertahanan lokal saluran pernapasansehingga menyebabkan pneumonia. Angka pneumonia di Kabupaten Kubu Raya,Kalimantan Barat masih cukup tinggi dengan jumlah kasus yang terbanyak di KecamatanSungai Raya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara PM 2,5 dalamudara ruang dengan kejadian pneumonia pada balita. Metode penelitian yang digunakanadalah kasus kontrol. Total sampel sebanyak 120 sampel yang terdiri dari 60 kasus dan60 kontrol. Hasil penelitian didapatkan terdapat empat variabel yang berhubungan denganpneumonia pada balita yaitu PM 2,5 dalam udara ruang, kepadatan hunian, ventilasidapur, dan pencahayaan. PM 2,5 dalam udara ruang berhubungan dengan pneumoniapada balita setelah dikontrol dengan variabel ventilasi dapur, suhu, pencahayaan,penggunaan obat nyamuk bakar, kepadatan hunian, dan kebiasaan membuka jendeladengan OR sebesar 13,596.Kata kunci:pneumonia, balita, PM 2,5, pencemaran udara dalam ruangan
Toddlers are a population susceptible to PM 2.5 in the air due to the immune system thatis not perfect and the airway is still narrow. PM 2.5 can enter up to the pulmonary alveoliand weaken the respiratory system of the respiratory tract causing pneumonia. Thenumber of pneumonia in Kabupaten Kubu Ra ya, West Kalimantan is still quite high withthe highest number of cases in Sungai Raya District. The purpose of this study was todetermine the relationship between PM 2.5 in air space with the incidence of pneumoniain infants. The research method used is case control. A total sample of 120 samplesconsisting of 60 cases and 60 controls. The results showed that there were four variablesrelated to pneumonia in toddlers namely PM 2.5 in space air, occupancy density, kitchenventilation, and lighting. PM 2.5 in space air is associated with pneumonia in toddlersafter controlled with variables of kitchen ventilation, temperature, lighting, use ofmosquito coils, density, and the habit of opening windows with ORs of 13,596.Key words:pneumonia, toddler, PM 2.5, indoor air pollution.
Read More
Toddlers are a population susceptible to PM 2.5 in the air due to the immune system thatis not perfect and the airway is still narrow. PM 2.5 can enter up to the pulmonary alveoliand weaken the respiratory system of the respiratory tract causing pneumonia. Thenumber of pneumonia in Kabupaten Kubu Ra ya, West Kalimantan is still quite high withthe highest number of cases in Sungai Raya District. The purpose of this study was todetermine the relationship between PM 2.5 in air space with the incidence of pneumoniain infants. The research method used is case control. A total sample of 120 samplesconsisting of 60 cases and 60 controls. The results showed that there were four variablesrelated to pneumonia in toddlers namely PM 2.5 in space air, occupancy density, kitchenventilation, and lighting. PM 2.5 in space air is associated with pneumonia in toddlersafter controlled with variables of kitchen ventilation, temperature, lighting, use ofmosquito coils, density, and the habit of opening windows with ORs of 13,596.Key words:pneumonia, toddler, PM 2.5, indoor air pollution.
T-5426
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Tia Prabawati Suhengsi; Pembimbing: R. Budi Haryanto; Penguji: Laila Fitria, Didi Purnama, Zahra
Abstrak:
Latar belakang. Pencemaran udara telah menjadi masalah global tahunan sejak beberapa tahun belakangan. Pencemaran udara dapat mengakibatkan berbagai dampak buruk bagi kesehatan. Salah satu komponen zat pencemar udara yang umum ditemukan di kota-kota besar di dunia yaitu PM2,5, polutan yang dapat menyebabkan gangguan fungsi paru. Sumber terbesar dari pencemaran PM2,5 di udara ambien perkotaan berasal dari asap kendaraan bermotor.
Tujuan. Penelitian ini dilakukan untuk mengatahui hubungan antara konsentrasi pajanan PM2,5 dan gangguan fungsi paru pada sopir angkutan kota Terminal Kampung Melayu, Jakata Timur.
Metode. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode observasi dengan desain studi cross-sectional untuk mengetahui hubungan konsentrasi pajanan PM2,5 dan gangguan fungsi paru pada sopir angkutan kota Terminal Kampung Melayu, Jakata Timur. 125 sopir angkutan kota terlibat sebagai subjek pada penelitian ini.
Hasil. Dari 125 sopir yang terlibat, ada 72 sopir angkutan kota yang mengalami gangguan fungsi paru dengan persentase sebesar 57,6%. Konsentrasi rata-rata PM2.5 yaitu 90,99 μg/m3. Nilai P konstan dari uji regresi logistik antara gangguan fungsi paru dengan konsentrasi PM2.5, umur, lama kerja dan riwayat penyakit paru, yaitu 0,039.
Kesimpulan. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah ditemukan adanya hubungan antara gangguan fungsi paru yang dialami oleh sopir angkutan kota Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur dengan Konsentrasi PM2.5, setelah setelah dikontrol oleh variabel umur, lama kerja, serta riwayat penyakit paru
Kata kunci: pencemaran udara; PM2,5; gangguan fungsi paru; sopir angkutan kota
Background. Air pollutions has been becoming annual global issue for the past fiew years. Air Pollutions can cause various adverse effects on health. One component of air pollutants which commonly found in major cities in the world is PM2.5, a pollutant that can cause lung function impairments. The biggest source of PM2.5 pollutions in urban air comes from motor vehicle combustion.
Purpose. The aim of this study is to determine the relationship between exposure of PM2.5 and impaired lung function on Public Transportation Drivers of Kampung Melayu Terminal, East Jakarta.
Methods. This study was conducted by the observation method with a cross-sectional study design to determine the relationship between PM2.5 exposure concentration and lung function impairment in the public transportation drivers of Kampung Melayu Terminal, East Jakarta. 125 drivers were involved as subjects in this study.
Results. There were 72 public transportation drivers, of the 125 drivers involved, who experienced lung function impairments (57.6%). The mean PM2.5 concentration was 90.99 μg / m3. The constant P value from the logistic regression test between lung function impairments and PM2.5 concentrations, controlled by age, length of work and a history of lung disease is 0.039.
Conclution. The conclusion from this study is lung function impairments experienced by public transportation drivers of Kampung Melayu Terminal, East Jakarta were associated with PM2.5 concentration, after being controlled by variables of age, length of work, and a history of lung disease.
Keyword: Air Pollutions; PM2.5; lung function; drivers
Read More
Tujuan. Penelitian ini dilakukan untuk mengatahui hubungan antara konsentrasi pajanan PM2,5 dan gangguan fungsi paru pada sopir angkutan kota Terminal Kampung Melayu, Jakata Timur.
Metode. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode observasi dengan desain studi cross-sectional untuk mengetahui hubungan konsentrasi pajanan PM2,5 dan gangguan fungsi paru pada sopir angkutan kota Terminal Kampung Melayu, Jakata Timur. 125 sopir angkutan kota terlibat sebagai subjek pada penelitian ini.
Hasil. Dari 125 sopir yang terlibat, ada 72 sopir angkutan kota yang mengalami gangguan fungsi paru dengan persentase sebesar 57,6%. Konsentrasi rata-rata PM2.5 yaitu 90,99 μg/m3. Nilai P konstan dari uji regresi logistik antara gangguan fungsi paru dengan konsentrasi PM2.5, umur, lama kerja dan riwayat penyakit paru, yaitu 0,039.
Kesimpulan. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah ditemukan adanya hubungan antara gangguan fungsi paru yang dialami oleh sopir angkutan kota Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur dengan Konsentrasi PM2.5, setelah setelah dikontrol oleh variabel umur, lama kerja, serta riwayat penyakit paru
Kata kunci: pencemaran udara; PM2,5; gangguan fungsi paru; sopir angkutan kota
Background. Air pollutions has been becoming annual global issue for the past fiew years. Air Pollutions can cause various adverse effects on health. One component of air pollutants which commonly found in major cities in the world is PM2.5, a pollutant that can cause lung function impairments. The biggest source of PM2.5 pollutions in urban air comes from motor vehicle combustion.
Purpose. The aim of this study is to determine the relationship between exposure of PM2.5 and impaired lung function on Public Transportation Drivers of Kampung Melayu Terminal, East Jakarta.
Methods. This study was conducted by the observation method with a cross-sectional study design to determine the relationship between PM2.5 exposure concentration and lung function impairment in the public transportation drivers of Kampung Melayu Terminal, East Jakarta. 125 drivers were involved as subjects in this study.
Results. There were 72 public transportation drivers, of the 125 drivers involved, who experienced lung function impairments (57.6%). The mean PM2.5 concentration was 90.99 μg / m3. The constant P value from the logistic regression test between lung function impairments and PM2.5 concentrations, controlled by age, length of work and a history of lung disease is 0.039.
Conclution. The conclusion from this study is lung function impairments experienced by public transportation drivers of Kampung Melayu Terminal, East Jakarta were associated with PM2.5 concentration, after being controlled by variables of age, length of work, and a history of lung disease.
Keyword: Air Pollutions; PM2.5; lung function; drivers
T-5782
Depok : FKM UI, 2019
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Gilang Anugerah Munggaran; Pembimbing: Haryoto Kusnoputranto; Penguji: Laila Fitria, Zakianis, Arif Sumantri
Abstrak:
Polusi udara di DKI Jakarta meningkat setiap tahun bahkan berkontribusi besar terhadap kejadian pneumonia balita. Kasus pneumonia balita di DKI Jakarta 2018 mencapai 42.305 dengan cakupan penemuan 95,53% kasus. Maka, sangat penting untuk memahami dan memeriksa faktor-faktor yang mempengaruhi pencemaran udara ambien (PM10, SO2, CO, O3, dan NO2) dengan kejadian pneumonia balita pada tiga tahun sebelum dan setahun saat pandemic COVID 19 ang dimulai tahun 2017 sampai 2020 di Provinsi DKI Jakarta. Desain penelitian ini menggunakan analisis time-trend ecologic study dan analisis keeratan hubungan menggunakan uji korelasi spearman (non parametrik). Data Indeks Standar Pencemaran Udara dikumpulkan dengan cara menghitung rata-rata bulanan dan data pneumonia berdasarkan data bulanan insidens pneumonia balita emuan ini mendukung alasan bahwa membatasi konsentrasi PM10 dan CO lebih lanjut di Jakarta merupakan strategi yang efektif untuk mengurangi insidens pneumonia balita. Penelitian ini memanggil penelitian lanjutan dengan metode cross sectional/ kasus kontrol mengenai pencemaran udara bebas dengan pneumonia balita yang dielaborasi dengan pandemi COVID 19
Read More
T-6207
Depok : FKM-UI, 2021
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Salsa Rahmadania Fitriani; Pembimbing: Bambang Wispriyono; Penguji: Laila Fitria, Randy Novirsa
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara faktor kualitas udara (AQI dan konsentrasi PM2.5) dan faktor individu (usia dan jenis kelamin) dengan kasus terkonfirmasi positif COVID-19 di Jakarta Selatan. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi berdasarkan tren waktu mingguan dari bulan Maret-Desember 2020. Data agregat jumlah kasus COVID-19 diperoleh dari Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan, sedangkan data kualitas udara diperoleh dari website airnow.gov milik kedutaan besar Amerika Serikat untuk Indonesia di Jakarta.
Read More
S-10593
Depok : FKM UI, 2021
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Aqiela Fadia Putri; Pembimbing: Budi Haryanto; Penguji: Budi Hartono, Didi Purnama
Abstrak:
Read More
Latar belakang: Polusi udara, khususnya partikulat halus (PM2,5), merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan yang signifikan di wilayah perkotaan padat lalu lintas seperti Kota Depok. PM2,5 memiliki ukuran partikel yang sangat kecil sehingga dapat masuk hingga ke alveoli paru dan menimbulkan berbagai gangguan kesehatan, termasuk gangguan fungsi paru. Sopir angkutan kota menjadi salah satu kelompok yang paling rentan karena sebagian besar waktu kerjanya dihabiskan di area dengan tingkat polusi udara tinggi. Tujuan: Mengetahui hubungan antara pajanan PM2,5 di udara ambien dengan gangguan fungsi paru pada sopir angkutan kota di Terminal Depok, Jawa Barat tahun 2025. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan jumlah sampel 100 sopir angkutan kota yang dipilih melalui teknik proportionate stratified random sampling. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat, dan multivariat untuk mengetahui hubungan antara pajanan PM2,5 dan gangguan fungsi paru dengan mempertimbangkan faktor kovariat. Hasil: Penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsentrasi PM2,5 adalah 42,19 μg/m³ (SD 10,04 μg/m³), yang melebihi nilai ambang batas yang direkomendasikan WHO. Sebanyak 74% responden mengalami gangguan fungsi paru. Analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pajanan PM2,5 dan gangguan fungsi paru (p = 0,012). Namun, pada analisis multivariat, setelah dikontrol dengan variabel umur, masa kerja, dan status merokok, hubungan tersebut tidak signifikan (p = 0,642; OR = 1,018; 95% CI: 0,944–1,099). Kesimpulan: Pajanan PM2,5 memiliki hubungan dengan gangguan fungsi paru secara statistik pada analisis bivariat, tetapi tidak setelah dikontrol dengan faktor risiko lainnya. Saran: Penelitian ini menyarankan perlunya upaya pengendalian polusi udara, peningkatan kesadaran sopir akan risiko kesehatan, penyediaan alat pelindung diri, serta perlunya kebijakan pemerintah dalam pengaturan ulang terhadap baku mutu udara ambien nasional.
Background: Air pollution, particularly fine particulate matter (PM2,5), is a significant environmental health issue in urban areas with dense traffic such as Depok. PM2,5 consists of extremely small particles that can reach the alveoli and cause various health problems, including pulmonary function impairment. Public transport drivers are among the most vulnerable groups as they spend most of their working hours in areas with high levels of air pollution. Objective: To determine the relationship between ambient PM2,5 exposure and pulmonary function impairment among public transport drivers at Depok Terminal, West Java in 2025. Methods: This study employed a cross-sectional design with 100 public transport drivers selected using proportionate stratified random sampling. Data were analyzed using univariate, bivariate, and multivariate methods to assess the association between PM2,5 exposure and pulmonary function impairment while controlling for covariates. Results: The study showed that the mean PM2,5 concentration was 42.19 μg/m³ (SD 10.04 μg/m³), exceeding the limit recommended by WHO. A total of 74% of respondents experienced pulmonary function impairment. Bivariate analysis indicated a significant association between PM2,5 exposure and pulmonary function impairment (p = 0.012). However, in multivariate analysis, after adjusting for age, length of employment, and smoking status, the association was not statistically significant (p = 0.642; OR = 1.018; 95% CI: 0.944–1.099). Conclusion: PM2,5 exposure was significantly associated with pulmonary function impairment in the bivariate analysis, but this association was not significant after controlling for other risk factors. Recommendation: This study suggests the need for air pollution control efforts, increased driver awareness of health risks, provision of personal protective equipment, and a review of national ambient air quality standards by the government.
Background: Air pollution, particularly fine particulate matter (PM2,5), is a significant environmental health issue in urban areas with dense traffic such as Depok. PM2,5 consists of extremely small particles that can reach the alveoli and cause various health problems, including pulmonary function impairment. Public transport drivers are among the most vulnerable groups as they spend most of their working hours in areas with high levels of air pollution. Objective: To determine the relationship between ambient PM2,5 exposure and pulmonary function impairment among public transport drivers at Depok Terminal, West Java in 2025. Methods: This study employed a cross-sectional design with 100 public transport drivers selected using proportionate stratified random sampling. Data were analyzed using univariate, bivariate, and multivariate methods to assess the association between PM2,5 exposure and pulmonary function impairment while controlling for covariates. Results: The study showed that the mean PM2,5 concentration was 42.19 μg/m³ (SD 10.04 μg/m³), exceeding the limit recommended by WHO. A total of 74% of respondents experienced pulmonary function impairment. Bivariate analysis indicated a significant association between PM2,5 exposure and pulmonary function impairment (p = 0.012). However, in multivariate analysis, after adjusting for age, length of employment, and smoking status, the association was not statistically significant (p = 0.642; OR = 1.018; 95% CI: 0.944–1.099). Conclusion: PM2,5 exposure was significantly associated with pulmonary function impairment in the bivariate analysis, but this association was not significant after controlling for other risk factors. Recommendation: This study suggests the need for air pollution control efforts, increased driver awareness of health risks, provision of personal protective equipment, and a review of national ambient air quality standards by the government.
S-12015
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Sulthan Alvin Faiz Bara Mentari; Pembimbing: Budi Hartono; Penguji: Laila Fitria, Ririn Arminsih Wulandari, Herwin Meifendy, Debbie Valonda S
Abstrak:
Read More
Jalan Raya Daan Mogot-Pesing Kota Jakarta Barat merupakan jalan raya yang memiliki fungsi vital karena dikelilingi perumahan, industri, pasar, menghubungkan dua kota besar (Jakarta Barat dan Tanggerang), serta merupakan jalan raya yang memiliki titik konsentrasi PM2.5 tertinggi dengan 298 µg/m3 berdasarkan data IQair. Oleh karena itu, diperlukan sebuah penelitian yang dapat menganalisis risiko kesehatan terhadap masyarakat yang tinggal disekitarnya akibat pajanan PM2.5. Penelitian ini menggunakan metode ARKL dengan sampel udara pada 4 titik pengukuran dan sampel subjek sebanyak 96 responden. Pengambilan sampel udara menggunakan alat Dusttrak sedangkan pengambilan data sampel subjek dilakukan dengan wawancara. Berdasarkan hasil pengukuran PM2.5 pada 4 titik pengukuran, terdapat 3 titik yang konsentrasinya telah berada diatas baku mutu PP No.22 tahun 2021 pada titik 2 dengan 73,8 µg/m3, titik 3 dengan 57,2 µg/m3, dan titik 4 dengan 155,4 µg/m3. Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan data rerata berat badan responden 59,5 kg, umur 44,5 tahun, waktu pajanan 24 jam/hari, frekuensi pajanan 350 hari/tahun, dan durasi pajanan 20 tahun. Intake realtime dan lifetime tertinggi berada pada titik 4 pengukuran dengan konsentrasi maksimum 0,03 mg/kg/hari dan 0,05 mg/kg/hari. RQ realtime dan lifetime tertinggi berada pada titik 4 dengan nilai maksimum 1,74 dan 2,61. Dibutuhkan manajemen risiko yang dapat menanggulangi titik dengan kategori berisiko diantaranya edukasi penggunaan masker, menanam tanaman penyaring debu dalam rumah, peningkatan gizi, serta penghijauan jalan raya.
Daan Mogot-Pesing road of West Jakarta is a highway that has a vital function because it is surrounded by housing, industry, markets, connects two big cities (West Jakarta and Tangerang), and is a highway that has the highest PM2.5 concentration point with 298 µg /m3 based on IQair data. Therefore, a study is needed that can analyze the health risks to the people who live around them due to PM2.5 exposure. This study used the EHRA method with air samples at 4 measurement points and a sample of 96 respondents. Air samples were taken using the Dusttrak tool while the subject sample data was collected by interview. Based on the results of PM2.5 measurements at 4 measurement points, there are 3 points whose concentrations are above the PP No. 22 of 2021 quality standards at point 2 with 73.8 µg/m3, point 3 with 57.2 µg/m3, and point 4 with 155.4 µg/m3. Based on the interview results, the average respondent's body weight was 59.5 kg, age 44.5 years, exposure time 24 hours/day, exposure frequency 350 days/year, and exposure duration 20 years. The highest realtime and lifetime intakes were at point 4 of measurement with a maximum concentration of 0.03 mg/kg/day and 0.05 mg/kg/day. The highest realtime and lifetime RQ is at point 4 with a maximum value of 1.74 and 2.61. Risk management is needed that can address points with risk categories including education on using masks, planting dust filter plants in the house, improving nutrition, and planting plants around the road.
T-6615
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Ridh Restila; Pembimbing: Umar Fahmi Achmadi; Penguji: Budi Hartono, Laila Fitria, Cucu Cakrawati, Didik Supriyono
T-4649
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Nurafni Ellizhona Fajrin; Pembimbing: Ema Hermawati; Penguji: Laila Fitria, Endah Kusumowardani
S-8090
Depok : FKM UI, 2014
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Fildzah Auliaul Haq; Pembimbing: Ema Hermawati; Penguji: Bambang Wispriyono, Carolina Rusydi Akib
Abstrak:
Benzena merupakan cairan tidak berwarna yang memiliki bau khas dan bersifat toksik yang dapat terkonsentrasi di udara ambien sebagai zat pencemar udara. Salah satu penggunaan Benzena adalah menjadi unsur pokok pada bahan bakar di mana dia berperan sebagai bahan pengikat oktan dan anti-knock dengan konsentrasi 1-5% sehingga Benzena dapat terkonsentrasi udara dari gas buang kendaraan bermotor dan gas uap dari staisun pengisian bahan bakar. Penelitian ini dilakukan guna mengestimasi tingkat risiko kesehatan pajanan Benzena di udara terhadap siswa-siswi di SMPN 16 Bandung yang dekat dengan sumber pencemar Benzena. Penelitian dilakukan pada Mei-Juni 2017 dengan metode yang digunakan adalah Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL). Dari penelitian didapatkan hasil konsentrasi Benzena di udara ambien memiliki rata-rata sebesar <0,316 mg/m3. Karaktersitik antropomteri melalui pengukuran berat badan dan pola aktivitas siswa. Dari perhitungan konsentrasi, data antropometri, dan pola aktivitas, di dapatkan rata-rata nilai asupan untuk pajanan non karsinogenik (CDI) durasi pajanan real time 0,000987 mg/kg/hari, durasi pajanan 3 tahun adalah 0,00165 mg/kg/hari, dan durasi pajanan life span adalah 0,1371 mg/kg/hari sedangkan untuk nilai asupan pajanan karsinogenik (LADD) adalah 0,00035 mg/kg/hari. Perhitungan tingkat risiko non karsinogenik dinyatakan dalam Risk Quotient (RQ) mendapatkan hasil untuk durasi pajanan real time adalah 0,115 dan durasi pajanan 3 tahun adalah 0,191, sedangkan durasi pajanan life span adalah 1,598. Untuk perhitungan tingkat risiko karsinogenik (ECR) dengan CSF minimal 2,676E-6 dan CSF maksimal 9,462E-6. Nilai RQ dalam durasi life span telah melampaui batas aman risiko yang berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat sekolah sehingga diperlukan adanya pengelolaan risiko untuk meminimalisir dampak kesehatan yang muncul.
Kata Kunci: Benzena, Pencemaran Udara, Sekolah, Analisis Risiko Kesehatan
Read More
Kata Kunci: Benzena, Pencemaran Udara, Sekolah, Analisis Risiko Kesehatan
S-9371
Depok : FKM UI, 2017
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
