Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Isti Istianah; Pembimbing: Ahmad Syafiq; Penguji: Kusharisupeni Djokosujono, Wahyu Kurnia Yusrin Putra, Meylina Djafar, Anies Irawati
Abstrak: Anak usia 6-23 bulan sedang dalam masa emas atau golden age, pada masa tersebut anak mengalami perkembangan kognitif, yang muncul dan berkembang pesat. Sekitar 50% potensi kognitif terbentuk pada 4 tahun pertama kehidupan. Tujuan penelitian ini, untuk mengetahui karakteristik individu dan faktor gizi dengan perkembangan kognitif anak usia 6-23 bulan. Penelitian ini merupakan penelitian analisis lanjut dengan menggunakan data sekunder yang telah dilakukan oleh Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Binawan tahun 2016. Jumlah sampel diambil semua anak usia 6-23 bulan yang tersedia di data sekunder sebanyak 83 anak. Perkembangan kognitif diukur menggunakan instrument Battelle Developmental Inventory (BDI). Hasil penelitian menunjukan anak usia 6-23 bulan dengan kognitif meragukan 47%. Uji korelasi spearman menyatakan bahwa faktor yang berhubungan dengan perkembangan kognitif adalah umur (p=0,027) dan jenis kelamin (p=0,014). Berdasarkan hasil analisis regresi logistik linier, menyatakan bahwa jenis kelamin merupakan faktor dominan dalam perkembangan kognitif dan dapat disimpulkan pengaruh jenis kelamin dengan perkembangan kognitif sebesar 4,7% dengan probabilitas 0,018 < 0,05. Untuk itu, orang tua harus senantiasa memperhatikan perkembangan anak dimulai dari masa kehamilan sampai 2 tahun pertama kehidupan dan mengikuti kegiatan yang diadakan di Posyandu dan Puskesmas terutama dalam hal memantau pertumbuhan dan perkembangan anak.
Read More
T-5498
Depok : FKM UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Chyntia Aryanti Mayadewi; Pembimbing: Engkus Kusdinar Achmad; Penguji: Diah M. Utari, M. Bal`an K. Rangkuti
Abstrak: Perkembangan kognitif anak pra-sekolah merupakan faktor penting yang dapat menentukan kemampuan kognitifnya di kemudian hari. Namun berbagai penelitian sebelumnya menemukan bahwa terdapat anak yang mengalami keterlambatan perkembangan kognitif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perkembangan kognitif serta hubungannya terhadap status gizi (TB/U & IMT/U), riwayat berat badan lahir dan stimulasi psikososial pada anak pra-sekolah (usia 5-6) tahun di Kecamatan Duren Sawit & Kramat Jati, Jakarta Timur. Pada penelitian ini digunakan analisis kuantitatif dengan desain potong lintang dan metode analisis korelasi. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa rata-rata perkembangan kognitif anak dinilai baik (n = 71). Terdapat korelasi yang bermakna antara hubungan perkembangan kognitif dan TB/U & berat badan lahir (p = 0,001; 0,02). Tingkat pendapatan ditemukan bermakna pada kelompok responden berpendapatan menengah-tinggi dalam hubungan antara perkembangan kognitif dan status gizi TB/U & berat badan lahir. Hasil analisis lebih lanjut dengan regresi linear multivariat menunjukkan bahwa status gizi TB/U merupakan faktor dominan yang berkontribusi terhadap tingkat perkembangan kognitif sebesar 68% (R2 = 0,68; sig = 0,001).

Cognitive development in pre-school children is known to be important factor that contributes to later cognitive function in school-age. Previous studies found that there were numbers of children not fulfilling their cognitive development. This research focus on the cognitive development and its correlation to nutritional status (HAZ & BAZ), birth weight and psychosocial stimulation on 71 pre-school children (5-6 y.o) in Duren Sawit & Kramat Jati districts, Jakarta Timur. We implemented quantitative analysis with crosssectional design study and correlation analysis method. Univariate analysis showed that the cognitive development is mostly good (n = 71). We investigated that there was significant correlation between cognitive development and on BAZ & birth weight (p = 0,001; 0,02). Level of income is shown to be significant among averagehigh income group in the correlation of cognitive development and BAZ & birth weight. Further analysis used multivariate linear regression showed that BAZ was the dominant factors that contributes cognitive development level for 68% (R2 = 0,68; sig = 0,001).
Read More
S-9677
Depok : FKM UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sari Rahayu Setyaningrum; Pemb. Yvonne Magdalena Indrawani; Penguji: Triyanti, Lestari Kusuma Wardhani, Nurfadilah, Trini Sudiarti
Abstrak:

Perkembangan kognitif merupakan aspek perkembangan yang muncul dan berkembang pesat ketika masa usia dini, 50% potensi kognitif terbentuk pada 4 tahun pertama kehidupan. Perkembangan kognitif berkaitan dengan kualitas hidup manusia. Tujuan penelitian ini, untuk menjelaskan faktor dominan yang berhubungan dengan perkembangan kognitif. Penelitian dilakukan April 2013. Dengan desain penelitian cross sectional teknik pengambilan sampel menggunakan proportional random sampling, jumlah sampel 128 anak usia dini 24-72 bulan yang mengikuti PAUD atau pun tidak ikut PAUD di Desa Talagamulya Kabupaten Karawang. Cara pengukuran dengan microtoise untuk mengukur tinggi badan wawancara perkembangan kognitif dengan kuesioner yang dikembangkan Kemendikbud dan FFQ semikuantitatif untuk asupan zat gizi. Uji regresi logistik digunakan untuk analisis multivariat. Hasil penelitian menunjukkan anak usia dini dengan kognitif baik 61,7%. Uji Chi square menyatakan bahwa faktor yang berhubungan dengan perkembangan kognitif yaitu asupan vitamin A, asupan zink, pengetahuan ibu dan mengikuti PAUD. Kesimpulan faktor dominan dalam penelitian ini yaitu pembelajaran di PAUD. Saran kepada orangtua untuk memasukkan anaknya ke lembaga PAUD sehingga anak terstimulasi, mengontrol pemberian vitamin A dan asupan zat gizi seperti zink dan zat besi.


 

Cognitive development is a developmental aspect that emerged and thrived when the preschool years, 50 percent of the potential cognitive formed in the first 4 years of life. Cognitive development related to increasing the quality of human resource. The objective of the study is to examine the correlation between factors to cognitive development early childhood. The method of this research was quantitative using cross-sectional study was employed to gather information factors among 128 sample early childhood 24-72 month in April 2013 in Talagamulya Village, Karawang district. Cognitive development were gathered using questionnaire Kemendikbud.. Direct anthrophometry measurement was used for nutrition status data, and FFQ semiquantitative used for intake nutrient. The logistic regression used for multivariate analysis. The results of this research showed earlychilhood with good cognitive 61.7%. Chi square analysis result intake of vitamin A, zinc intake, maternal knowledge and follow Early childhood education showed a significant correlation to cognitive development. Conclusion the dominant factor in this study are the participation in early childhood education. Therefore it is important for parents to know about the important role of the early chilhood education for their child’s cognitive development, and parents must have control of micronutrient intake such as vitamin A, iron and zinc.

Read More
T-3876
Depok : FKM UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Euis Sunarsih; Pembimbing: Indang Trihandini; Penguji: Mieke Savitri, Mujaddid, Aditiawarman
T-4332
Depok : FKM UI, 2015
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Esti Sri Ananingsih; Promotor: Ratna Djuwita; Kopromotor: Endang Laksminingsih Achadi, Hardiono Pusponegoro; Penguji: Budi Utomo, Rini Sekartini, Anies Irawati, Besral, Yekti Widodo
Abstrak:
Ukuran lingkar kepala digunakan sebagai indikator antropometri non-invasif dan murah untuk menilai status gizi dan perkembangan otak dan gambaran pertumbuhan otak yang kemudian hari dapat menentukan perkembangan fungsi kognitif. Penelitian, mengkaji hubungan antara ukuran lingkar kepala anak usia 0 ? 12 bulan dengan perkembangan kognitif anak usia 24 bulan di 5 Kelurahan di Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Penelitian ini dilakukan dengan desain longitudinal, menggunakan data riset Kohor Tumbuh Kembang Anak di Kota Bogor yang dimiliki oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Sampel penelitian diambil dari seluruh bayi baru lahir yang memiliki data ukuran lingkar kepala 0 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan serta memiliki data perkembangan kognitif saat usia 24 bulan. Jumlah sampel yang dilakukan analisis berjumlah 271. Ukuran lingkar kepala anak menggunakan data ukuran lingkar kepala usia 0 bulan, 6 bulan, 12 bulan dan pertambahan ukuran lingkar kepala anak usia 0 ? 6 bulan dan anak usia 6 ? 12 bulan. Perkembangan kognitif dijelaskan dengan data skor kognitif anak usia 24 bulan. Analisis yang digunakan adalah uji t tidak berpasangan dan uji regresi linier untuk menganalisis hubungan antara ukuran lingkar kepala anak usia 0 ? 6 bulan dan usia 6 ? 12 bulan dengan perkembangan kognitif anak usia 24 bulan. Pertambahan ukuran lingkar kepala merupakan refleksi dari pertumbuhan otak anak dan berhubungan dengan perkembangan kognitif anak usia 24 bulan. Ada hubungan positif antara pertambahan ukuran lingkar kepala usia 0 ? 6 bulan dengan perkembangan kognitif anak usia 24 bulan. Anak yang memiliki rata-rata pertambahan ukuran lingkar kepala usia 0 ? 6 bulan sebesar 7,5 cm dan mendapatkan ASI Ekslusif 6 bulan kemungkinan skor kognitif anak pada usia 24 bulan sebesar 91,82 poin, termasuk cukup berkembang kognitifnya dibandingkan anak-anak lain seusianya. Hasil studi menyarankan, pengukuran lingkar kepala menjadi perhatian dalam proses pengukuran antropometri dan interpretasi yang bermanfaat untuk pemantauan perkembangan anak.

Head circumference (HC) measurement is performed as a non-invasive and inexpensive anthropometric indicator to assess nutritional status and brain development. It is also utilized as an overview of brain growth which can later determine a cognitive function development. This study examines the association between HC at 0-12 months of age and cognitive development at 24 months in 5 subdistricts in Bogor Tengah district, Bogor city. This research was a longitudinal study using data from the Bogor cohort study on child growth and development held by National Health Research and Development. The sample size was 271 recruited from all newborns who had HC at 0 months, 6 months, and 12 months and had cognitive development at 24 months. The HC measurement was collected from data of HC at the age of 0 months, 6 months, and 12 months and the children?s HC increments aged 0-6 months and 6-12 months. Meanwhile, cognitive development was reported based on children?s cognitive scores aged 24 months. The analysis used was an unpaired t-test and linear regression test to analyze the association between HC of children aged 0-6 months and 6-12 months and cognitive development of children aged 24 months. This study showed that the HC increment was a reflection of children?s brain growth and was associated with cognitive development at 24 months of age. There was a positive association between the increase of HC at 0-6 months and the children?s cognitive development aged 24 months. Children having an average HC increment of 0-6 months of 7.5 cm and experience exclusive breastfeeding for 6 months may have a cognitive score of 91.82 points at 24 months and can be categorized as having adequate cognitive development compared to other children at their age. It is recommended that HC measurement can be a concern in the process of anthropometric measurements and a useful interpretation for monitoring child growth and development.
Read More
D-467
Depok : FKM-UI, 2022
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Irlina Raswanti Irawan; Pembimbing: Ratna Djuwita Hatma; Penguji: Asri C. Adisasmita, Kusharisupeni Djokosoetono, Hartono Gunardi Arnelia
Abstrak: Perkembangan kognitif merupakan kunci utama yang memberikan sumbangan padakemampuan belajar di masa depan, kualitas sumber daya tenaga kerja, dan kemampuanseseorang secara keseluruhan. Umumnya anak dengan BBLR (berat badan lahir rendah)memiliki tingkat perkembangan yang lebih rendah dibandingkan anak dengan berat lahirnormal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara berat lahir denganperkembangan kognitif pada anak usia dibawah dua tahun (3-23 bulan). Penelitian inimenggunakan desain studi kohor prospektif. Populasi penelitian ini adalah anak badutabeserta ibunya yang menjadi sampel penelitian kohor tumbuh kembang anak. Pengambilansampel dilakukan dengan mengambil keseluruhan sampel yang memenuhi kriteria inklusidan eksklusi sehingga didapatkan 278 responden. Sebagian besar baduta (51,8%) memilikiperkembangan kognitif yang optimal dan sebagian besar juga memiliki berat lahir ≥ 3100gram (58,6%). Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antaraberat lahir dengan perkembangan kognitif pada baduta 3-23 bulan dengan nilai p= 0,01(RR 1,36; 95% CI: 1,06-1,73). Berdasarkan hasil analisis stratifikasi, variabel lain yangdiduga turut memberikan pengaruh dalam hubungan antara berat lahir denganperkembangan kognitif adalah pertumbuhan baduta berdasarkan kurva PB/U dengan nilaip=0,05 (RR 1,36; 95% CI: 1,05-1,75) dan status gizi ibu sebelum hamil p<0,05 (RR 1,42;95% CI: 1,1-1,83). Berdasarkan hal ini, disarankan kepada para orangtua terutama ibuuntuk memperhatikan tumbuh kembang anak antara lain dengan cara mengunjungiposyandu atau fasilitas kesehatan agar dapat mendeteksi adanya gangguan pada tumbuhkembang anak secara dini. Selain itu juga, dengan mempersiapkan kondisi tubuh denganbaik terutama bila merencanakan kehamilan dengan berkonsultasi tenaga kesehatan yangberkompeten.Kata Kunci :Perkembangan Kognitif, Berat Lahir, Baduta
Cognitive development is a key factor contributing to the ability to learn in the future, thequality of labor resources, and the ability of a person as a whole. Generally, children withlow birth weight (LBW) have a lower level of development than children with normalbirth weight. The purpose of this study was to determine the relationship between birthweight with cognitive development in children under two years of age (3-23 months). Thisstudy used a prospective cohort study design. The study population was under two yearsold children and their mother which is the sample of child development cohort study.Sampling was done by taking the overall sample who meet the inclusion and exclusioncriteria to obtain 278 respondents. Most under two year child (51.8%) had optimalcognitive development, and most also have a birth weight ≥ 3100 g (58.6%). The resultsshowed a significant relationship between birth weight with cognitive development inunder two years child (3-23 months) with a value of p = 0.01 (RR 1.36; 95% CI: 1.06 to1.73). Based on the analysis of stratification, another variable that is thought to contributeto give effect in the relationship between birth weight with cognitive development is thegrowth curve of under two years child based on length/age with p = 0.05 (RR 1.36; 95%CI: 1.05 to 1 , 75) and the nutritional status of the mother before pregnancy p <0.05 (RR1.42; 95% CI: 1.1 to 1.83). Based on this, it is suggested to parents, especially mothers topay attention to child growth and development, among others by visiting the neighborhoodhealth center or health facilities in order to detect any disturbance in early childdevelopment. In addition, by preparing with good body condition, especially whenplanning a pregnancy to consult a competent health personnel.Keywords :Cognitive Development, Birth Weight, Under Two Years Children.
Read More
T-4566
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Noer Laily; Promotor: Kusharisupeni; Kopromotor: Diah Mulyawati Utari, Suyanto Pawiroharsono; Penguji: Ratna Djuwita, Purwantyastuti, Sudijanto Kamso, Soedjatmiko, Soemiarti Patmonodewo, Esti Wijayanti
Abstrak: Asam lemak DHA merupakan salah satu asam lemak omega-3 PUFA yang berperan dalam perkembangan kognitif. Ikan laut dan seafood merupakan sumber utama DHA. Namun DHA dan prekusornya juga ditemukan pada bahan pangan lain seperti telur, daging, ayam kacang-kacngan maupun biji-bijian. Selain asupan DHA, perkembangan kognitif juga dipengaruhi oleh asupan zat gizi lain dan dukungan lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh asupan PUFA, konsumsi omega-3 dari ikan laut/ seafood selama kehamilan trimester 3, menyusui hingga usia bayi 4 bulan dan DHA RBC bayi terhadap perkembangan kognitif bayi usia 4 bulan. Disain studi adalah kohor prospektif dengan jumlah sampel 102 pasang ibu dengan bayinya yang melakukan pemeriksaan ke puskesmas/posyandu di Kecamatan Panimbang dan Majasari Kabupaten Pandeglang. Sampel diteliti sejak kehamilan trimester 3 hingga melahirkan dan bayi berusia 4 bulan. Sampel ASI dan Perkembangan kognitif bayi diukur pada saat bayi berusia 4 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asupan asupan PUFA ibu selama kehamilan dan menyusui adalah 549,45 (95% CI 491,48-607,42) mg dan 240,86 (95% CI 228,06- 253,67) mg. Selama kehamilan 30% ibu jarang mengonsumsi makanan kaya omega-3 dari ikan laut, sementara selama masa menyusui meningkat menjadi 70%. Sebagian besar responden bayi memiliki perkembangan kognitif sesuai atau lebih dari usia kronologis (85,3%) dan hanya 14,5% dari responden bayi memiliki perkembangan kognitif kurang dari usia kronologis. Hasil analisis multivariat terhadap pengaruh asupan PUFA dan makanan kaya omega-3 dari ikan laut/ seafood ibu hamil trimester 3 dan Ibu menyusui terhadap perkembangan kognitif bayi usia 4 bulan setelah dikontrol oleh variabel karakteristik responden ibu dan bayi, konsumsi ibu dan dukungan lingkungan (varibel kovariat) menunjukkan bahwa variabel-variabel yang dapat memprediksi perkembangan kognitif bayi adalah konsumsi makanan kaya omega-3 dari ikan laut/ seafood (OR=5,647 95% CI 1,45-21,986), asupan PUFA (OR= 1,862, 95% CI 0,5-6,935) dan dikendalikan oleh aspek responsivitas emosi dan verbal (OR=7,52, 95% CI: 1,804-31,346) dan asupan lemak (OR=0,204 CI 0,051-0,810). Ibu-ibu yang sering mengonsumsi makanan kaya omega-3 dari ikan laut mempunyai kesempatan 5,647 kali mendapatkan bayi dengan perkembangan kognitif yang lebih baik. Pemberian stimulasi berupa pelukan, ciuman, perhatian, kasih sayang, dan kesensitifan serta responsivitas ibu terhadap kebutuhan bayi memberikan kesempatan meningkatkan perkembangan kognitif bayi sebesar 7,52 kali. Sering mengonsumsi makanan kaya omega-3 dari ikan laut/ seafood adalah mengonsumsi cumi-cumi atau ikan laut pipih seperti ikan raja gantang, teri, ikan bawal, ikan banyar, ikan kerapu, ikan layang, ikan ekor kuning, ikan kembung, ikan kakap sebanyak 3-4 porsi per minggu, atau mengonsumsi 1-2 porsi per minggu kerang, atau udang, atau kepiting atau ikan berlemak seperti ikan tongkol, ikan sardin, ikan bandeng dan ikan kue. Asupan DHA bayi diukur berdasarkan asam lemak DHA pada ASI sebesar 0,997 (95% CI: 0,515-1,479)% total asam lemak. Rata-rata DHA pada sel darah merah (RBC) bayi adalah 6,845 (95% CI: 6,16-7,52)% total asam lemak. Konsumsi DHA ASI dapat meningkatkan kecukupan DHA-EBC bayi sebesar 0,349
 

The fatty acid DHA is one of the omega-3 fatty acids PUFA that plays a role in cognitive development. Sea fish and seafood is the main source of DHA. However, DHA and the prekusor is also found in other foodstuffs such as eggs, chicken meat, nuts or seeds. In addition to intake of DHA, cognitive development is also influenced by the intake of other nutrients and support environment. The purpose of this research is to get influence of PUFA and consumption of foods rich in omega-3 from marine fish/ seafood during pregnancy in third trimester, breastfeeding, Docosahexanoic acid (DHA)-Red Blood Cell of infants and its relation to cognitive development of infant at 4 months. Design study is prospective cohort study by the number of sample is 102 pairs of mothers with their newborn who checks into public health center (puskesmas)/ maternal and child health center (posyandu) in Panimbang and Majasari. The sample examined since the third trimester of pregnancy to childbirth and infants aged 4 months. Samples of breast milk and baby's cognitive development was measured at the time of a baby aged 4 months. The results showed that the intake of PUFA mothers during pregnancy and lactation is 549.45 (95% CI 491,48-607,42) mg and 240.86 (95% CI 228,06-103.02) mg. Most respondents baby has cognitive development of the appropriate chronological age or above (85,3%) and only 14.5% of the respondents have less cognitive development of infants age from chronological. Multivariate analysis of the effects of intake of PUFA and foods rich in omega-3 from marine fish / seafood in third tremester pregnant women and mother breastfeeding on cognitive development of infants aged 4 months after being controlled by the variable characteristics of respondents mothers and infants, mother consumption and environmental support (covariate variable) showed that the variables that could predict infant cognitive development is the consumption of foods rich in omega-3 from marine fish / seafood (OR=5,647 95% CI 1,45-21,986), intake of PUFA (OR= 1,862, 95% CI 0,5-6,935), aspects of emotional and verbal responsiveness (OR=7,52, 95% CI: 1,804-31,346) and fat intake (OR=0,204 CI 0,051-0,810). Mothers frequently consuming foods rich in omega-3 from fish has a chance 5,6 times get a baby with better cognitive development. Granting of stimulation in the form of hugs, kisses, attention, affection, and sensitive as well as the mother's responsiveness to the needs of the infant cognitive development increase gives the opportunity of baby 7.52 times.
 
Based on the value measurement of the cut off point from consumption of foods rich in omega-3 from fish demonstrates that to get a baby with good cognitive development of pregnant and breastfeeding women should eat squid or fish the sea flat fish such as raja gantang fish, anchovy, pomfret fish, banyar fish, grouper fish, swallow fish, yellow tail fish, long jawed mackerel, snapper fish as much as 3-4 servings per week, or eating 1-2 servings per week of mussels crab, or shrimp, or crab or fatty fish such as mackerel, sardines, milk fish and fish cake. DHA intake is measured based on the baby's DHA fatty acids in breastmilk of 0.997 (95% CI: 0.515-1,479)% total fatty acids. The average DHA on red blood cell (RBC) baby was 6.845 (95% CI: 6.16-7,52)% total fatty acids. Keywords: DHA, PUFA, omega 3, fish/seafood, breast milk (ASI) , RBC, cognitive development of infants
Read More
D-332
Depok : FKM-UI, 2016
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive