Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Emylina Manurung; Pembimbing: Indri Hapsari Susilowati; Penguji: Fatma Lestari, Doni Hikmat Ramadhan, Yuni Kusminanti, Nevi Setyasih
Abstrak: Penelitian ini dilakukan di perusahaan tambang batu bara yang memiliki konsep penambangan terbuka. Fluktuasi angka kecelakaan dari tahun 2011-2017 menyebabkan PT XYZ memiliki potensi resiko kecelakaan yang tinggi. Hasil investigasi kecelakaan menyebutkan bahwa faktor utama yang menyebabkan kejadian kecelakaan yaitu faktor pengawasan. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara safety leadership dengan safety performance di PT XYZ. Metode yang digunakan dalam penelitian kuantitatif ini adalah analisis komperatif dan analisis korelasi. Gaya kepemimpinan yang akan diidentifikasi melalui pendekatan persepsi dari manajemen (top dan middle management) serta dari karyawan (staff atau front line) dengan menggunakan kuesioner yang akan diberikan kepada 240 karyawan sehingga dapat diketahui gambaran gaya kepemimpianan yang saat ini menjadi budaya di PT XYZ. Gaya kepemimpinan akan dihubungkan dengan safety performance (safety inspection, safety motivation dan incident investigation). Berdasarkan hasil analisa data diperoleh bahwa kepemimpinan transformasional yang saat ini menjadi budaya di PT XYZ memiliki pengaruh positif yang siginifikan terhadap safety performance (safety inspection, safety motivation dan incident investigation).
Read More
T-5547
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rijal Noor Al-Ghiffari; Pembimbing: Dadan Erwandi; Penguji: Abdul Kadir, Robiana Modjo, Agung Surya Irawan; Djunafar Eric
Abstrak: Budaya keselamatan (safety culture) didefinisikan sebagai kumpulan karakteristik dan sikap dalam organisasi dan individu yang menetapkan bahwa, sebagai prioritas utama, isu keselamatan terjamin menjadi perhatian karena signifikansinya. Sedangkan performa keselamatan merupakan capaian keselamatan yang didefinisikan berdasarkan target (tujuan terencana pada periode waktu tertentu) dan indikator (parameter berdasarkan data yang digunakan untuk memonitor dan menialai) performa keselamatan. PT. XYZ merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang menaruh perhatian terhadap budaya keselamatan dengan risiko kerja dari aktivitas produksi minuman. Catatan performa keselamatan PT. XYZ dalam 5 tahun terkahir menunjukkan masih adanya kecelakaan kerja kategori lost time injury (LTI) dan medical treatment injury (MTI). Catatan penilaian bahaya dan risiko ditempat kerja juga menunjukkan 80% bahaya dan risiko berkaitan dengan faktor perilaku manusia. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk menilai hubungan budaya keselamatan dan performa keselamatan. Penelitian dilakukan di 8 pabrik PT. XYZ yang tersebar diseluruh Indonesia dengan responden 321 karyawan di bagian manufaktur. Penelitian dilakukan pada bulan Maret – Juni 2022 dengan menggunakan kuesioner yang didukung dengan wawancara, obeservasi lapangan, dan data perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan skor persepsi budaya keselamatan PT. XYZ adalah 3,83 dan termasuk dalam kategori baik. Dimensi yang dipersepsikan dengan skor tertinggi ialah sistem keselamatan dan dimensi dengan skor terendah ialah tekanan pekerjaan. Perhitungan statistik menunjukkan tidak adanya hubungan antara budaya keselamatan dan performa keselamatan di PT. XYZ. Penelitian selanjutnya diharapkan mampu memerikan gambaran budaya bukan hanya pada konteks iklin keselamatan, melainkan juga konteks budaya keselamatan organisasi yang komprehensif
Safety culture is the assembly of characteristics and attitudes in organizations and individuals which establishes that, as an overriding priority, protection and safety issues receive the attention warranted by their significance. Meanwhile, safety performance is a safety achievement that is defined based on targets (planned goals for a certain period of time) and indicators (parameters based on data used to monitor and assess) safety performance. PT. XYZ is one of the manufacturing companies that pays attention to safety culture with occupational risks from beverage production activities. PT. XYZ in the last 5 years shows that there are still occupational accidents in the lost time injury (LTI) and medical treatment injury (MTI) categories. The hazard and risk assessment records in the workplace also show that 80% of hazards and risks are related to human factors. Therefore, this study was conducted to assess the relationship between safety culture and safety performance. The research was conducted in 8 factories of PT. XYZ spread throughout Indonesia with 321 employees in the manufacturing sector as respondents. The research was conducted in March – June 2022 using a questionnaire supported by interviews, field observations, and company data. The results showed that the score of the perception of the safety culture of PT. XYZ is 3.83 and is in the good category. The dimension perceived with the highest score is the safety management system and the dimension with the lowest score is work pressure. Statistical calculations show that there is no relationship between safety culture and safety performance at PT. XYZ. Future research is expected to be able to provide a cultural picture not only in the context of safety climate, but also in the context of a comprehensive organizational safety culture
Read More
T-6835
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fadli Zuchri; Pembimbing: Dadan Erwandi; Penguji: Fatma Lestari, Mufti Wirawan, Willy Dasrul Ilham, Widihasmoro Haryoseno
Abstrak: Kinerja keselamatan kerja sebuah perusahaan menunjukkan seberapa baik perusahaan tersebut dalam melindungi keselamatan karyawan dan mengurangi kerugian akibat kecelakaan kerja (Sullivan, 2000). Kinerja keselamatan pada sebuah perusahaan atau organisasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah faktor manusia. Dalam loss causation model, (Bird & Germain, 1996) menjelaskan bahwa terdapat lima elemen sebagai faktor penyebab terjadinya kecelakaan, yaitu kurangnya kontrol akibat tidak memadainya program, standar program dan kepatuhan terhadap standar, penyebab dasar yang terdiri atas faktor personal dan faktor pekerjaan, penyebab langsung yang terdiri dari tindakan dan kondisi yang tidak standar, dan kerugian yang ditimbulkan terhadap manusia, properti dan proses. PT. X merupakan sebuah perusahaan jasa pertambangan yang bergerak di bidang peledakan. Dari data kecelakaan kerja yang terjadi di PT. X selama 10 tahun ke belakang, ditemukan bahwa 60 % dari penyebab utama kecelakaan tersebut adalah akibat faktor manusia. Penelitian pada tesis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor manusia dalam kinerja keselamatan PT.X dan menganalisis faktor manusia yang paling berpengaruh dalam meningkatkan kinerja keselamatan PT. X yang diukur dari tingkat kecelakaan kerja. Berdasarkan loss causation model dan penyebab dasar kecelakaan kerja di PT. X periode 2009-2013, ada enam (6) faktor manusia yang diteliti, yaitu kompetensi, kebugaran, kepatuhan terhadap prosedur, komunikasi keselamatan kerja, kesadaran kesalamatan kerja, dan perilaku keselamatan kerja. Hasil penelitian adalah kompetensi dan komunikasi merupakan faktor manusia yang paling berpengaruh dalam meningkatkan keselamatan PT. X.
The safety performance of a company shows how well the company is in protecting employee safety and reducing losses due to work accidents (Sullivan, 2000). Safety performance in a company or organization is influenced by various factors, one of which is the human factor. In the loss causation model, (Bird & Germain, 1996) explains that there are five elements as factors that cause accidents, namely lack of control due to inadequate programs, program standards and compliance with standards, basic causes consisting of personal factors and work factors, causes direct actions consisting of non-standard acts and conditions, and the resulting harm to people, property and processes. PT. X is a Mining Service Company engaged in blasting. From the data of safety accidents that occurred at PT. X over the past 10 years, it was found that 60% of the main causes of these accidents were due to the human factor. The research in this thesis aims to determine the effect of human factors on the safety performance of PT.X and to analyze the most influential human factors in improving the safety performance of PT. X as measured by the level of work accidents. Based on the loss causation model and the basic causes of work accidents at PT. X period 2009-2013, there were six (6) human factors studied, namely competence, fitness to work, compliance with procedures, safety communication, safety awareness, and safety behavior. The result of the research is that competence and communication are the most influential human factors in improving the safety of PT. X.
Read More
T-6714
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Hariandy Hasbi; Pembimbing: Doni Hikmat Ramdhan; Penguji: Abdul Kadir, Laksita Ri Hastiti, Subkhan, Tubagus Dwika Yuantoko
Abstrak:
Kepemimpinan keselamatan yang kuat dapat menjadi role models, pemotivasi, dan pendorong karyawan untuk berperilaku aman, nyaman, dan sehat dalam bekerja. Ketika karyawan dilibatkan dalam proses usaha, mereka akan lebih bersemangat, berdedikasi, dan sangat menikmati pekerjaan yang diberikan. Sikap dan perilaku tidak berwujud tersebut mendorong karyawan menunjukkan performa terbaik, sehingga terbangun budaya keselamatan yang terus tumbuh semakin baik dan akan mendorong terciptanya kinerja keselamatan perusahaan yang baik dan berkelanjutan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis bagaimana pengaruh ekosistem kepemimpinan keselamatan dalam membangun budaya keselamatan kerja yang dimediasi oleh keterlibatan karyawan serta pengaruh budaya keselamatan pada kinerja keselamatan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif melalui pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian cross-sectional di mana analisis data multivariat dihitung dengan Partial Least Squares Structural Equation Modeling (PLS-SEM). Pengumpulan data primer menggunakan kuesioner yang telah disetujui melalui informed consent. Populasi penelitian ini adalah seluruh karyawan PT X bidang konstruksi perkeretaapian. Teknik pengambilan sampel menggunakan stratified random sampling yang diambil secara acak dari berbagai level jabatan dan lokasi kerja yang memenuhi kriteria inklusi, di mana penetapan jumlah sampel menggunakan formulasi Slovin, sehingga didapatkan sebanyak 243 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan keselamatan berpengaruh positif terhadap budaya keselamatan dan juga pada kinerja keselamatan, keterlibatan karyawan mampu menjadi mediasi antara kepemimpinan keselamatan terhadap budaya keselamatan, serta budaya keselamatan berpengaruh positif terhadap kinerja keselamatan. Implikasinya bahwa peningkatan kapasitas kepemimpinan keselamatan melalui visi, kredibilitas, orientasi terhadap tindakan, komunikasi, kolaborasi, umpan balik, dan pengakuan pada seluruh karyawan di setiap level jabatan dan lokasi. Hal ini dapat membangun budaya keselamatan yang lebih baik melalui keterlibatan karyawan yang memiliki semangat kerja tinggi, berdedikasi dan menikmati pekerjaannya membentuk perilaku aman, nyaman, dan sehat, sehingga membentuk dan berdampak pada patuhnya terhadap aturan dan ikut bersama-sama membangun keselamatan di lingkungan perusahaan.

Strong safety leadership can be a role model, motivator, and booster for employees to behave safely, comfortably and healthily at work. When employees are involved in the business process, they will be more enthusiastic, dedicated, and really enjoy the work. These intangible attitudes and behaviors encourage employees to show their best performance so that a safety culture is built that continues to grow better and will encourage the creation of great and sustainable company safety performance. The purpose of this study is to analyze how the relationship between the safety leadership ecosystem in building a work safety culture mediated by employee involvement and the influence of safety culture on safety performance. This study uses a descriptive method through a quantitative approach with a cross-sectional research design where multivariate data analysis is calculated using Partial Least Squares Structural Equation Modeling (PLS-SEM). Primary data collection uses a questionnaire that has been approved through informed consent. The population of this study were all employees of PT X in the railway construction sector, the sampling technique used stratified random sampling which was taken randomly from various job levels and work locations that met the inclusion criteria, where the determination of the number of samples used the Slovin formulation so that 243 respondents were obtained. The results of the study indicate that safety leadership has a positive effect on safety culture and also on safety performance, employee engagement can be a mediator between safety leadership and safety culture, and safety culture has a positive effect on safety performance. The implication is that increasing the capacity of safety leadership through: vision, credibility, action orientation, communication, collaboration, feedback and recognition in all employees at every level of position and location can build a great safety culture through the employees engagement who have high work enthusiasm, are dedicated and enjoy their work forming safe, comfortable and healthy behaviors so that they form and have an impact on compliance with the rules and participate together in building safety in the company.
Read More
T-7214
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Lyza Yuni Setiawati; Pembimbing: Zulkifli Djunaidi; Penguji: Abdul Kadir, Mufti Wirawan, Rudiyanto, Soehatman Ramli
Abstrak:

Pemerintah mendorong agar setiap perusahaan melakukan penerapan SMK3 di lingkungan kerja masing-masing. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012. Penerapan K3 sering kali dianggap sebagai cost atau beban biaya bagi perusahaan, bukan investasi untuk mencegah kecelakaan kerja. Menurut data organisasi perburuhan internasional (ILO) sekitar 2,78 juta pekerja meninggal setiap tahun karena kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Penelitian bertujuan untuk menganalisis kesesuaian Kinerja SMK3 dan tingkat pemahaman budaya keselamatan karyawan di Perusahaan X. Data Penelitian meliputi data primer dengen FGD menggunakan kuisioner safety culture maturity The Hudson Model dalam 6 kelompok Jabatan dan data sekunder (hasil temuan eksternal audit ISO 45001 : 2018 dan SMK3 sesuai PP No. 50 tahun 2012). Metodelogi penelitian menggunakan deskriptif analitik dan mix metode (semi kuantitatif dan kualitatif). Ada 20 variabel metode Hudson diperoleh tingkat kematangan budaya pada angka 3,33 (kategori Kalkulatif). Ini berarti keselamatan dianggap sebagai tanggung jawab Petugas K3 atau unit K3 saja yang berfokus terhadap pemenuhan standar atau peraturan saja yang menjadi minimum requirement. Tingkat pengukuran kinerja SMK3 perusahaan telah berada di level memuaskan menunjukan bahwa hasil SMK3 Perusahaan mengkonfirmasi apa yang dideteksi tingkat kematangan budaya keselamatan Perusahaan baru mulai untuk pemenuhan standar K3 dan kebutuhan peraturan perundang-undang. Perusahaan belum melakukan improvement ke arah generative yang sesungguhnya untuk menuju level proaktif dan generative tidak bisa hanya berfokus pada kebutuhan SMK3 namun banyak hal yang dibutuhkan improvement. Jika Perusahaan ingin menuju tingkat proaktif keselamatan dan nilai tingkat budaya generative maka keselamatan harus menjadi nilai yang diyakini secara bersama di seluruh organsasi dan unit kerja.


 

The government encourages every company to implement SMK3 in their respective work environments. In accordance with Republic of Indonesia Government Regulation Number 50 of 2012. Implementing K3 is often considered a cost or burden for companies, not an investment to prevent work accidents. According to data from the International Labor Organization (ILO), around 2.78 million workers die every year due to work accidents and occupational diseases. The research aims to analyze the suitability of SMK3 performance and the level of understanding of employee safety culture at Company in accordance with PP No. 50 of 2012). The research methodology uses analytical descriptive and mixed methods (semi quantitative and qualitative). There are 20 variables in the Hudson method, the level of cultural maturity is 3.33 (Calculative category). This means that safety is considered the responsibility of the K3 Officer or K3 unit which focuses on fulfilling standards or regulations which are the minimum requirements. The level of measurement of the company's SMK3 performance has been at a satisfactory level, indicating that the Company's SMK3 results confirm what was detected. The maturity level of the company's safety culture is just starting to fulfill K3 standards and statutory regulatory requirements. The company has not made improvements in a truly generative direction. In order to reach a proactive and generative level, it cannot only focus on SMK3 needs, but there are many things that need improvement. If the Company wants to move towards a proactive level of safety and a generative cultural value level, then safety must become a value that is shared across the organization and work units. Key words: Conformity, Safety Performance, Safety Culture Maturity Level

Read More
T-6911
Depok : FKM-UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nur Aini; Pembimbing: Doni Hikmat Ramdhan; Penguji: Indri Hapsari Susilowati, RIdwan Zahdi Syaaf, Debbiyantina, Dina Mariana Br Maha
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk analisis kualitas tidur , fatigue dan performakeselamatan kerja bidan di Kecamatan Cimanggis tahun 2016. Penelitianini merupakan penelitian analitik kuantitatif dengan desain cross sectional.Menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index ( PSQI), fitbit actigraph,Chalder fatigue Quisionnaire ( CFQ) , dan Safety Inventory bidan untukmengukur kualitas tidur, fatigue dan performa keselamatan bidan.. Sampeldalam penelitian ini yaitu sebanyak 50 bidan yang diambil secara totalSampling.Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi bidan yangmengalami injuri sebanyak 21 orang (42%) ,medicall error 23 orang (46%),prilaku membahayakan keselamatan 26 orang (52% ),kualitas tidur yangburuk pada bidan sebanyak 23 orang( 46 %), mengalami fatigue sebanyak 28orang ( 56 % ),usia bidan terbanyak adalah berusia 35- 55 tahun yaitu 20orang (60%), masa kerja bidan masa kerja ≤ 5 tahun sebanyak 26 orang (52 % ), waktu kerja bidan > 12 jam yaitu 33 orang ( 66 % ),kondisi kesehatanbidan tidak baik yaitu sebanyak 30 orang ( 60 %). Disimpulkan adahubungan antara kualitas tidur yang buruk dan fatigue dengan performakeselamatan bidan di Kecamatan Cimanggis tahun 2015 .Kata kunci : kualitas tidur, fatigue,performa keselamatanDaftar bacaan : 15 (1991-2015).
Read More
T-4745
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
First Mayro Annibaja Hutauruk; Pembimbing: Doni Hikmat Ramdhan; Penguji: Laksita Ri Hastiti, Wahyudin Lihawa, Julia Rantetampang
Abstrak:
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) sangat penting dalam industri pengolahan susu karena dapat membantu dalam meminimalkan risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, sehingga dapat memastikan kesehatan dan keselamatan para pekerja. PT. ABC adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan susu dan produk turunannya. Perusahaan ini berlokasi di Bogor. PT. ABC dalam kegiatan produksinya melibatkan banyak mesin dan peralatan yang memerlukan perawatan dan pengoperasian yang baik agar tidak menimbulkan risiko kecelakaan kerja. Oleh karena itu, perusahaan ini memutuskan untuk mengembangkan aplikasi Era-K3 yang merupakan aplikasi untuk meningkatkan efektivitas keselamatan kerja di tempat kerja. Oleh sebab itu perlu diadakan penelitian mengenai efektivitas analisis implementasi aplikasi Era-K3 (keselamatan dan kesehatan kerja) pada PT. ABC untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan guna mengevaluasi apakah aplikasi secara efektif menyelesaikan berbagai masalah. Berdasarkan hasil dari analisis kinerja SMK3 sebelum implementasi aplikasi Era-K3 yang dilakukan dapat dilihat pemenuhan elemen dari analisis efektivitas sebelum implementasi PT. ABC berhasil memenuhi persyaratan sebanyak 142 elemen, dimana persentase pemenuhan secara keseluruhan sebesar 79.3 %. Setelah implementasi aplikasi Era-K3 PT. ABC berhasil memenuhi persyaratan sebanyak 174 elemen, dimana persentase pemenuhan secara keseluruhan sebesar 96.9 %. Dengan pemenuhan 96.9 % artinya PT. ABC telah memiliki peningkatan kinerja sistem manajemen K3 dari sebelumnya 142 kriteria menjadi 174 dengan presentasi kenaikan sebesar 17.9%.. Angka tersebut dapat menggambarkan bahwa terjadi peningkatan signifikan pada element Perencanaan, Review, Pengembangan Kebijakan dan Prosedur dan Pelatihan.

The Occupational Safety and Health Management System (SMK3) is very important in the dairy processing industry because it helps minimize the risk of work accidents and occupational diseases, thus ensuring the health and safety of workers. PT. ABC is a company engaged in the processing of milk and its derivative products. This company is located in Bogor. PT. ABC production activities involve many machines and equipment that require proper maintenance and operation to prevent work accidents. Therefore, the company decided to develop the Era-K3 application, which is an application to improve work safety effectiveness in the workplace. Therefore, research is needed on the effectiveness of the analysis of the implementation of the Era-K3 application (occupational safety and health) at PT. ABC to collect the necessary data and information to evaluate whether the application effectively addresses various problems. Based on the results of the performance analysis of SMK3 before the implementation of the Era-K3 application, it can be seen that the fulfillment of elements from the effectiveness analysis before the implementation, PT. ABC managed to meet the requirements of 142 elements, with an overall fulfillment percentage of 79.3%. After the implementation of the Era-K3 application, PT. ABC managed to meet the requirements of 174 elements, with an overall fulfillment percentage of 96.9%. With a fulfillment of 96.9%, it means PT. ABC has had an increase in K3 management system performance from the previous 142 criteria to 174, with an increase of 17.9%. These figures can illustrate that there has been a significant increase in elements such as Planning, Review, Policy and Procedure Development, and Training
Read More
T-7148
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Arinanda Utomo; Pembimbing: Zulkifli Djunaidi; Penguji: Abdul Kadir, Mufti Wirawan, Hasan Bisri, Ahmad Afif Mauludi
Abstrak:
Industri pertanian dan perkebunan (agribisnis) merupakan pilar utama penyediaan sumber makanan global, namun memiliki statistik kecelakaan kerja yang tinggi. Di Indonesia, sektor ini menyumbang 17,4% dari seluruh kecelakaan kerja periode 2019-2021. Penelitian ini dilakukan dalam rangka untuk menganalisis peran kepemimpinan keselamatan dan pembentukan iklim keselamatan yang mempengaruhi performa kinerja keselamatan di industri agribisnis PT. XXX yang bergerak di sektor perkebunan kelapa sawit. Metode penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan pendekatan kuantitatif, melibatkan 1332 responden yang dipilih melalui stratifikasi random sampling. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas pekerja menilai kepemimpinan dan iklim keselamatan di tempat kerja sebagai sangat baik, namun ada area yang memerlukan perbaikan. Penelitian memberikan penjelasan bahwa kepemimpinan keselamatan berada pada kategori tinggi, iklim keselamatan juga berada pada kategori tinggi serta performa kinerja keselamatan juga berada pada kategori optimal. Kemudian secara khusus, hasil analisis juga mengungkapkan hubungan signifikan antara Safety Coaching, Safety Caring, Safety Controlling, Commitment to Safety, dan Perceived Risk dengan Safety Performance. Hal ini dapat di lihat pada Safety Coaching (P = 0,001), Safety Caring (P=0,011), Safety Controlling (P = 0,037), Commitment to Safety (P= 0,007), dan Perceived Risk (P = 0,035) menunjukkan hubungan signifikan dengan kinerja keselamatan. Namun, Emergency Response tidak menunjukkan hubungan signifikan (P = 0,244). Disamping itu Safety Coaching merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap kinerja keselamatan. Sehingga peningkatan program pembinaan keselamatan sangat penting untuk meningkatkan keselamatan kerja. Hal ini menekankan pentingnya kegiatan pembinaan guna meningkatkan kompetensi dan melakukan peningkatan serta pemantapan dalam pemahaman serta kesadaran dalam manajemen risiko yang efektif untuk menciptakan proses kerja serta lingkungan kerja yang bersinergi dengan aspek keselamatan dan kesehatan kerja.

The agricultural and plantation industry (agribusiness) is a primary pillar of global food supply, yet it has a high rate of occupational accidents. In Indonesia, this sector accounted for 17.4% of all workplace accidents between 2019-2021. This study aims to analyze the role of safety leadership and the establishment of a safety climate influencing safety performance in the agribusiness industry, specifically in PT. XXX, a palm oil plantation company. The research employs a cross-sectional study design with a quantitative approach, involving 1332 respondents selected through stratified random sampling. The results indicate that the majority of workers rate safety leadership and the workplace safety climate as very good, though there are areas needing improvement. The study explains that safety leadership is in the high category, the safety climate is also high, and safety performance is optimal. Specifically, the analysis results reveal significant relationships between Safety Coaching, Safety Caring, Safety Controlling, Commitment to Safety, and Perceived Risk with Safety Performance. This is evidenced by Safety Coaching (P = 0.001), Safety Caring (P = 0.011), Safety Controlling (P = 0.037), Commitment to Safety (P = 0.007), and Perceived Risk (P = 0.035) showing significant relationships with safety performance. However, Emergency Response does not show a significant relationship (P = 0.244). Additionally, Safety Coaching is the most influential variable on safety performance. Therefore, enhancing safety coaching programs is crucial for improving workplace safety. This emphasizes the importance of training activities to improve competence, understanding, and awareness in effective risk management to create a synergistic work process and environment with occupational health and safety aspects.
Read More
T-6983
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive