Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Evrilia Bayu Fista Saraswati; Pembimbing: Mieke Savitri; Penguji: Evi Martha, Caroline Endah Wuryaningsin, Astrid Saraswaty Dewi, Hasnerita
Abstrak: Salah satu faktor yang berperan dalam kesuksesan ibu memberikan ASI eksklusif adalah faktor psikososial atau efikasi diri. Pendekatan kualitatif memberikan gambaran yang lengkap terkait analisis efikasi diri pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja di PT. Indonesia Epson Industry Tahun 2017. Dalam studi ini terdapat 4 faktor yang berperan dalam efikasi diri pada ibu bekerja yang terdiri dari pengalaman penguasaan, pengalaman orang lain, persuasi lisan dan kondisi emosional. Hasil menunjukkan sebagian besar ibu bekerja memiliki efikasi diri tinggi. Hal ini dilihat dari usaha dan kesiapan ibu memberikan ASI eksklusif serta dapat mengatasi kesulitan maupun masalah menyusui yang dihadapi. Faktor pengalaman penguasaan lebih berperan terhadap efikasi diri. Sebagian besar ibu multipara dipengaruhi oleh pengalaman sebelumnya sehingga termotivasi untuk memberikan ASI eksklusif kembali pada anak berikutnya. Selain itu lingkungan kerja dan tempat tinggal berperan dalam keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Oleh karena itu diperlukan adanya motivasi menyusui dari efikasi diri serta lingkungan yang mendukung untuk meningkatkan kesadaran ibu bekerja dalam pemberian ASI eksklusif.

The most important factors that influence mother's success in giving exclusive breastfeeding is psychosocial factor. Qualitative approach provides a more complecated which describes self-efficacy analysis of breastfeeding at working mothers in PT. Indonesia Epson Industry in 2017. In this study there are 4 factors that influence self efficacy in working mother which consist of experience of mastery, experience of others, verbal persuasion and emotional condition. Factor of mastery experience more a role to self efficacy. The results show that most working mothers have high self-efficacy. This is seen from the efforts and readiness of mothers to give exclusive breastfeeding and can overcome the problems and problems of breastfeeding is. Factor of experience over mastery of self efficacy. Most mothers are multiparous by previous experience to be motivated to exclusively breastfeed back to the next child. Moreover the achievements are given not only by the self-efficacy behind workplace environment and mother's residence. It is therefore necessary to have a factor of self-efficacy as well as a supportive environment for raising mother awareness in the exclusive breastfeeding method of working mothers. 
Read More
T-5047
Depok : FKM UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Vinny Nurhamiza; Pembimbing: Kusharisupeni Djokosujono; Penguji: Asih Setiarini, Cesilia Meti Dwiriani
Abstrak: Food Insecurity Experience adalah keterbatasan yang dialami oleh individu maupun kelompok untuk mendapatkan makanan yang aman dan bergizi secara teratur yang diiringi oleh pengalaman berupa ketidakpastian mengenai makanan yang akan dapat dikonsumsi sehari-harinya. Food insecurity dapat berdampak pada penurunan kesejahteraan, kekurangan gizi spesifik, hingga kelaparan. Kelompok mahasiswa sebagai individu dewasa termasuk kelompok rentan terhadap risiko food insecurity. Penelitian ini menelaah adanya hubungan melalui pengukuran beda proporsi food insecurity pada mahasiswa S1 FMIPA di Universitas Indonesia berdasarkan jenis kelamin, pendapatan pribadi, cooking self-efficacy, tingkat pengetahuan gizi, uang saku, alokasi biaya makan, pemilihan makanan meliputi: kepentingan persepsi sehat, kepentingan persepsi harga, dan kepentingan persepsi aksesibilitas. Penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif menggunakan desain studi cross-sectional, pada bulan Maret hingga Juni 2021. Partisipan penelitian terdiri dari 134 mahasiswa dengan metode purposive sampling melalui pengisian kuesioner secara daring. Hasil Penelitian menemukan bahwa sebanyak 64,9% responden mengalami food insecurity. Hasil analisis bivariat juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan pada food insecurity experience dengan cooking self-efficacy (p-value 0,046), uang saku (p-value 0,006), alokasi besaran biaya makan (p-value 0,045), pemilihan makanan: kepentingan persepsi harga (p-value 0,001).
Food Insecurity Experience is a limitation experienced by individuals and groups to get safe and nutritious food on a regular basis accompanied by an experience in the form of uncertainty about the food that will be able to be consumed daily. Food insecurity can have an impact on decreased well-being, specific malnutrition, and hunger. The group of students as adult individuals is a vulnerable group to the risk of food insecurity. This study examines the relationship through measuring the different proportions of food insecurity in undergraduates students at the Faculty of Mathematics and Sciences of Universitas Indonesia based on gender, personal income, cooking self-efficacy, nutritional knowledge level, allowance, allocation of food costs, food preferences including: perceives of health, perceives of price, and perceives of accessibility. The study was conducted using quantitative methods using a cross-sectional study design, from March to June 2021. The research participants consisted of 134 college students with the purposive sampling method through filling out an online questionnaire. The results of the study found that as many as 64,9% of respondents experienced food insecurity. The results of the bivariate analysis also showed that there was a significant relationship in food insecurity experience with cooking self-efficacy (p-value 0.,46), allowance (p-value 0,006), allocation of food costs (p-value 0.045), food preferences: perceives of price (p-value 0,001).
Read More
S-11036
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rico Januar Sitorus; Promotor: Ratna Djuwita; Ko-Promotor: Sabarinah B. Prasetyo, Siti Dharmayati B. Utoyo; Penguji: Nuning MK. Masjkuri, Asri C. Adisasmita, Syahrizal Syarif, Hartati Kurniadi, Evi Martha
Abstrak: Penyalahgunaan narkotika merupakan masalah kesehatan yang sangat penting di seluruh dunia yang dapat mengakibatkan ketergantungan, kerugian ekonomi, kerugian kesehatan dan dampak sosial. Di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, penyalahgunaan narkotika dari tahun ke tahun tetap tinggi. Angka yang pernah menggunakan narkotika di populasi diperkirakan sebesar 2,4 % dengan laki-laki jauh lebih besar daripada perempuan. Berdasarkan kelompok umur, prevalensi penyalahguna narkotika yang paling tinggi pada kelompok usia kelompok usia 20-29 tahun sebesar yaitu 4,41 % sedangkan yang paling rendah pada kelompok usia di atas 40 tahun sebesar 1,06 %. (BNN, 2012). Penelitian ini bertujuan mengetahui efek tahapan rehabilitasi melalui skor rata-rata self efficacy sebelum mengikuti komunitas terapeutik dibanding dengan sesudah mengikuti komunitas terapeutik pasien ketergantungan narkotika. Penelitian ini menggunakan desain before and after yang bersifat longitudinal, dimana pengukuran terhadap outcome dilakukan beberapa kali (berulang). Pada penelitian ini pengukuran terhadap self efficacy dilakukan sebanyak empat kali.
 
 
Hasil penelitian ini membuktikan ada perbedaan yang bermakna skor rata-rata self efficacy sebelum komunitas terapeutik dibanding dengan skor rata-rata self efficacy sesudah komunitas terapeutik, nilai p = 0,014 < (α ; 0,05). Pasien telah menjalani tahapan komunitas terapeutik selama dua bulan atau 60 hari. Pada tahapan komunitas terapeutik selama satu bulan pertama, terlihat bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna skor rata-rata self efficacy bila dibandingkan dengan skor rata-rata self efficacy sebelum komunitas terapeutik, p value 0,25 > (α ; 0,05), tetapi pada komunitas terapeutik bulan kedua terlihat ada perbedaan yang bermakna skor rata-rata self efficacy dibandingkan dengan sebelum komunitas terapeutik, nilai p = 0,005 < (α ; 0,05). Dari peningkatan skor rata-rata self efficacy, terbukti bahwa program ini bermanfaat bagi pasien dengan ketergantungan narkotika yang akan menjalani rehabilitasi dengan menjalani program minimal 60 hari atau dua bulan.
 

 
Drug abuse is a very important health problem worldwide which can lead to dependence, economic loss, loss of health and social impacts. In Indonesia as a developing country, drug abuse over the years remains high. Figures ever using drugs in a population is estimated at 2.4% with males much larger than females. By age group, the prevalence of drug abusers is highest in the age group of 20-29 years age group is 4.41% while the lowest in the age group above 40 years amounted to 1.06%. (BNN, 2012). This study aims to determine the effect of the rehabilitation phase through an average score of self-efficacy before following therapeutic communities compared with patients after participating in a therapeutic community drug dependence. The design of this study before and after that is longitudinal, where the measurement of the outcome done several times (repeated). In this study, measurement of self-efficacy was done four times.
 
 
The results of this research prove there were significant differences in mean score before the self efficacy of therapeutic communities compared with an average score of self-efficacy after therapeutic communities, p value 0.014 < (α; 0.05). Patients had undergone stages of therapeutic communities for two months or 60 days. At the stage of therapeutic communities during the first month, it appears that there are no significant differences of mean score of self-efficacy when compared to the average score of self-efficacy prior to therapeutic communities, p value 0.25 > (α; 0.05), but the therapeutic communities in both show no significant differences mean score of self-efficacy compared to prior therapeutic communities, p value 0.0005 <(α; 0.05). The increase in the average score of self-efficacy, proved that this program is very beneficial for patients with drug addiction which will undergo a program of rehabilitation with a minimum of 60 days or two months.
Read More
D-323
Depok : FKM-UI, 2015
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ditya Fahlevi Safitri; Pembimbing: Evi Martha; Penguji: Hadi Pratomo, Tri Yunis Miko Wahyono, Andriyani Hamzah, Hadi Kusairi
Abstrak:
Jumlah pasien tuberkulosis anak yang berobat di RSUD X menunjukkan angka paling tinggi diantara fasilitas pelayanan kesehatan lain di Kabupaten Banyuwangi. Selain itu, angka pasien TBC anak yang Lost to Follow Up (LFU) sebanyak 7 pasien, di mana angka tersebut tidak mengalami penurunan dalam waktu dua tahun. Ibu merupakan pembuat keputusan atas kesehatan anak, sehingga persepsi positif ibu terhadap pengobatan TBC berhubungan dengan kesuksesan perawatan TBC anak. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara mendalam persepsi, efikasi diri, dan perilaku ibu sebagai PMO pada pasien TBC anak. Informan utama penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak yang didiagnosis TBC berusia 0-10 tahun yang masih menjalani pengobatan rawat jalan di RSUD X Kabupaten Banyuwangi tahun 2022. Informan didapatkan melalui purposive sampling. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2022. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dan observasi. Hasil penelitian ini adalah semua ibu mempersepsikan bahwa apabila anak tidak mendapatkan pengobatan secara lengkap maka akan menyebabkan kefatalan. Keuntungan yang dirasakan sebagian besar ibu terkait pengobatan TBC pada anak memberikan semangat kepada ibu untuk memberikan obat sesuai dosis. Semua ibu dengan anak di bawah usia sekolah menghadapi hambatan dalam pemberian obat dibandingkan semua ibu yang memiliki anak usia sekolah. Sebagian besar informan merasa mampu melalui masa pengobatan anaknya dengan menerima kondisi anak dan tidak berpikir negatif. Semua ibu mendapatkan dukungan yang cukup dari tenaga kesehatan dan keluarga. Pada praktik pemberian obat kepada anak, hampir seluruh ibu memberikan obat sesuai dosis, sesuai waktu, dan sesuai cara.

The number of pediatric tuberculosis patients seeking treatment at RSUD X shows the highest number among other healthcare facilities in Banyuwangi Regency. In addition, the number of pediatric TB patients who lost to follow-up (LFU) was 7 patients, and this number has not decreased in two years. Mothers are the decision makers for children's health so mothers' positive perceptions of TB treatment are associated with successful child TB treatment. The general objective of this study was to in-depth know the perceptions, self-efficacy, and behavior of mothers as PMO in pediatric TB patients. The main informants for this study were mothers who had children diagnosed with tuberculosis aged 0-10 years and who were still undergoing outpatient treatment at RSUD X Banyuwangi Regency in 2022. Informants were obtained through purposive sampling. This research was conducted in July-August 2022. Data was collected through in-depth interviews and observation. The results of this study are all mothers perceive that if the child does not get the complete treatment it will cause death. The advantages felt by most mothers regarding TB treatment in children encourage mothers to give medication according to the dose. All mothers with children under school age face barriers to drug administration compared to all mothers with school-age children. Most of the informants felt they were able to go through their child's treatment period by accepting the child's condition and not thinking negatively. All mothers get adequate support from health workers and families. In the practice of giving medicine to children, almost all mothers give medicine according to the dose, at the right time, and according to the method.
Read More
T-6518
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Amaliyah Nurmely Rahmah Saragih; Pembimbing: Rita Damayanti; Penguji: Dien Anshari, Martya Rahmaniati Makful, Melyana, Zhafira Aqyla
Abstrak:
Literasi kesehatan reproduksi merupakan kemampuan dalam mengakses, memahami, menilai, dan menggunakan informasi kesehatan reproduksi secara tepat untuk mendukung pengambilan keputusan yang sehat dan bertanggung jawab. Di era digital, media sosial menjadi salah satu sumber informasi, termasuk terkait isu kesehatan reproduksi. Instagram @taulebih.id merupakan inisiatif edukasi yang dirancang untuk meningkatkan literasi kesehatan reproduksi di kalangan remaja. Penelitian ini bertujuan menganalisis peran aktivitas penggunaan Instagram dan self-efficacy terhadap literasi kesehatan reproduksi remaja. Penelitian menggunakan desain cross-sectional dengan sampel sebanyak 255 remaja perempuan berusia 18–24 tahun yang merupakan pengikut akun @taulebih.id. Data dikumpulkan melalui kuesioner daring yang mengadaptasi instrumen Social Media Activity Questionnaire (SMAQ), Generalized Self-Efficacy Scale (GSES), dan kuesioner literasi kesehatan reproduksi yang telah divalidasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas penggunaan Instagram berhubungan dengan literasi kesehatan reproduksi (p = 0,001). Self-efficacy juga memiliki hubungan dengan literasi kesehatan reproduksi (p = 0,001). Responden dengan aktivitas penggunaan Instagram dan self-efficacy tinggi cenderung memiliki skor literasi kesehatan reproduksi yang lebih tinggi. Self-efficacy ditemukan sebagai faktor yang memiliki pengaruh lebih besar dibandingkan aktivitas penggunaan Instagram. Temuan ini menunjukkan bahwa intervensi peningkatan literasi kesehatan reproduksi perlu mengintegrasikan penguatan self-efficacy remaja dan optimalisasi penggunaan media sosial melalui partisipasi aktif, konten yang relevan, serta pendekatan interaktif. Strategi kolaboratif lintas sektor diperlukan untuk menciptakan ekosistem edukasi kesehatan reproduksi digital yang efektif, aman, dan berkelanjutan guna mendukung remaja dalam mengambil keputusan kesehatan reproduksi yang tepat dan bertanggung jawab.


Reproductive health literacy refers to the ability to access, understand, evaluate, and apply reproductive health information appropriately to support healthy and responsible decision-making. In the digital era, social media has become a major source of information, including on reproductive health issues. Instagram @taulebih.id is an educational initiative designed to improve reproductive health literacy among adolescents. This study aimed to analyze the role of Instagram use activity and self-efficacy on adolescents’ reproductive health literacy. A cross-sectional design was employed with a sample of 255 female adolescents aged 18–24 years who were followers of @taulebih.id. Data were collected through an online questionnaire adapting the Social Media Activity Questionnaire (SMAQ), the Generalized Self-Efficacy Scale (GSES), and a validated reproductive health literacy questionnaire. The results showed that Instagram use activity was significantly associated with reproductive health literacy (p = 0.001). Self-efficacy was also significantly associated with reproductive health literacy (p = 0.001). Respondents with higher Instagram use activity and greater self-efficacy tended to have higher reproductive health literacy scores. Self-efficacy was found to have a stronger influence compared to Instagram use activity. These findings indicate that interventions to improve reproductive health literacy need to integrate the strengthening of adolescents’ self-efficacy and the optimization of social media use through active participation, relevant content, and interactive approaches. Cross-sectoral collaborative strategies are required to develop an effective, safe, and sustainable digital reproductive health education ecosystem that supports adolescents in making appropriate and responsible reproductive health decisions.
Read More
T-7404
Depok : FKM-UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nurrachma Sari; Pembimbing: Endang Laksminingsih Achadi; Penguji: Kusharisupeni Djokosudjono, Asih Setiarini, Anies Irawati, Marina Damajanti
Abstrak: Self Efficacy merupakan salah satu prediktor penting dalam penentuan inisiasi,durasi dan eksklusivitas dalam menyusui. Penelititan ini bertujuan untuk mengkajipengaruh konseling menyusui dengan pendekatan teori sosial kognitif terhadapself efficay ibu dalam menyusui di Koba Bangka Tengah pada bulan Mei-Junitahun 2015. Desain penelitian adalah quasy experimental dengan rancangan non-randomized control group pretest posttest design, total sampel sebanyak 48 ibumenyusui yang terbagi menjadi 24 ibu menyusui pada kelompok kontrol yangmendapatkan leaflet menyusui dan 24 ibu pada kelompok intervensi yangmendapatkan konseling menyusui dengan pendekatan teori sosial kognitif.Analisis data meliputi analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Analisis bivariatmenggunakan uji T independen, dan uji Wilcoxon. Sedangkan analisis multivariatmenggunakan regresi linier. Perbandingan nilai self efficacy sebelum dan sesudahperlakuan pada masing-masing kelompok meningkat bermakna (p=0,001).Perbandingan selisih nilai self efficacy pada kelompok intervensi lebih tinggibermakna dibandingkan kelompok kontrol (p=0,002). Kelelahan postpartum dantingkat pendidikan berhubungan bermakna terhadap perbedaan nilai self efficacy.Hasil analisis multivariat menunjukkan adanya pengaruh kelelahan postpartum,pengetahuan menyusui, pendidikan ibu, dan konseling menyusui terhadapperbedaan nilai self efficacy. Konseling menyusui merupakan faktor yang palingberpengaruh terhadap perbedaan nilai self efficacy (p=0,003) dengan koef (B)sebesar 3,286. Konseling lebih dapat meningkatkan self efficacy ibu dalammenyusui dibandingkan pemberian leaflet menyusui.Kata kunci : konseling menyusui, leaflet, self efficacy, Teori Sosial Kognitif.
Read More
T-4557
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nanien Indriani; Pembimbing: Rita Damayanti; Penguji: Krisnawati Bantas, Mondastri Korib Sudaryo, Husein Habsyi
Abstrak: 2017 mengalami peningkatan 5x lipat dibanding tahun 2016. Jumlah WUS dengan IVA positif pada tahun yang sama juga mengalami peningkatan 2x lipat dibanding tahun sebelumnya. Sampai dengan tahun 2018 WUS dengan IVA positif di Kota Tegal dirujuk ke rumah sakit untuk pemeriksaan lanjutan dan pengobatan. Terjadi lost of follow up terhadap WUS yang dirujuk tersebut sehingga lesi pra kanker pada diagnosis awal tidak dapat dievaluasi perkembangannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepatuhan WUS dengan IVA positif terhadap prosedur lanjutan pada Program Deteksi Dini Kanker Serviks Kota Tegal tahun 2017- 2018 dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini merupakan studi kualitatif dengan pendekatan RAP(Rapid Assessment Procedure) dengan metode pengumpulan informasi melalui wawancara mendalam pada 35 WUS dengan IVA positif, 29 suami WUS tersebut, 8 petugas IVA puskesmas, 3 petugas rumah sakit. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat 74,3% WUS dengan IVA positif yang patuh terhadap rujukan. WUS yang mempunyai keluhan di awal cenderung lebih patuh terhadap prosedur rujukan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan WUS dalam prosedur pemeriksaan ulang 6 bulan pasca terapi atau 1 tahun pada WUS yang menolak rujukan antara lain tidak adanya keluhan, tidak tahu tentang prosedur pemeriksaan ulang, waktu, trauma terhadap pemeriksaan sebelumnya, preferensi tenaga pemeriksa, dilarang suami dan repot anak. Lost of follow up WUS dengan IVA positif pasca rujukan disebabkan tidak adanya rujukan balik dari rumah sakit dan tidak adanya pendampingan rujukan dari puskesmas. Kesimpulannya adalah bahwa kepatuhan WUS dengan IVA positif terhadap prosedur lanjutan dipengaruhi oleh motivasi, pengetahuan, persepsi relevansi, norma subyektif dan self efficacy WUS tersebut. Perbaikan sistem rujukan, koordinasi dengan rumah sakit rujukan sampai pada level pelaksana dan pemantapan program IVA dan krioterapi dengan single visit approach diharapkan dapat meminimalisir lost of follow up WUS dengan IVA positif
Read More
T-5756
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Muhammad Ilhan Khazin; Pembimbing: Dien Anshari; Penguji: Evi Martha, Moh Ilyas
Abstrak:
Tidur merupakan hal yang penting bagi manusia untuk bertahan hidup, bahkan tidur menghabiskan sepertiga dari hidup manusia. Kejadian kurang tidur saat ini menjadi masalah yang umum terjadi di sekolah menengah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di berbagai sekolah menengah atas di Indonesia menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kualitas tidur yang buruk lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang memiliki kualitas tidur yang baik. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi apakah terdapat hubungan antara sikap, dukungan sosial, efikasi diri, niat, dan praktik sleep hygiene dengan kualitas tidur pada remaja di SMA Negeri 21 Kota Bekasi dengan menggunakan desain cross sectional. Sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 258 responden yang terdiri dari kelas 10 dan kelas 11. Penelitian yang dilakukan menunjukkan sebagian remaja di SMA Negeri 21 Kota Bekasi memiliki sikap, dukungan sosial, efikasi diri, niat, dan praktik sleep hygiene yang baik tetapi memiliki kualitas tidur yang buruk, hal ini dikarenakan untuk memiliki kualitas tidur yang baik, diperlukan adanya kesadaran dan praktik untuk menerapkan hal-hal yang dapat meningkatkan kualitas tidur. Sebanyak 180 responden (69,8%) memiliki kualitas tidur yang buruk. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara efikasi diri dan praktik sleep hygiene dengan kualitas tidur. Sementara pada sikap, dukungan sosial, dan niat tidak menunjukkan adanya hubungan dengan kualitas tidur. Oleh karena itu, diperlukan adanya edukasi maupun program kesehatan untuk meningkatkan kualitas tidur pada remaja

Sleep is essential for humans to survive, even it takes one-third of human life. Sleep deprivation is now a common problem in middle school students. Based on research conducted in various high schools in Indonesia, It shows that more students have poor sleep quality than students who have good sleep quality. This research was conducted to identify a possible relationship between attitudes, social support, self-efficacy, intentions and sleep hygiene practices with sleep quality in adolescents at SMA Negeri 21 Bekasi. This study used a cross-sectional method. The sample used in this study was 258 respondents consisting of grades 10 and grade 11. The research conducted showed that some adolescents at SMA Negeri 21 Kota Bekasi have good attitudes, social support, self-efficacy, intentions, and sleep hygiene practices but have poor sleep quality, this is because to have good sleep quality, awareness and practices both needed to implement things that can improve sleep quality. 180 respondents or 69.8% had poor sleep quality. The results showed that there was a positive association between self-efficacy and sleep hygiene practices and sleep quality, which means that students with good self-efficacy and sleep hygiene practices will have good sleep quality. Meanwhile, attitudes, social support and intentions did not show a relationship with sleep quality. Therefore, education and health programs are needed to improve the quality of sleep in adolescents.
Read More
S-11345
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dyah Rumaisha Nurul Aini; Pembimbing: Tri Krianto; Penguji: Dien Anshari, Rebecca Noerjani Angka
Abstrak:
Latar belakang: Kanker payudara pada wanita menjadi penyebab kejadian kanker tertinggi di dunia dengan jumlah kasus sebanyak 2,3 juta kasus dengan 685 ribu kematian. Sedangkan kejadian kanker pada wanita di Indonesia yang tertinggi adalah kanker payudara dengan prevalensi 42,1 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk. Oleh sebab itu, sangat diperlukan upaya pencegahan secara dini dengan melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan efikasi diri dengan perilaku pemeriksaan payudara sendiri pada mahasiswi. Metode: Metode kuantitatif dan desain cross-sectional. Sampel 257 mahasiswi S1 reguler di Universitas Indonesia. Hasil: Pada analisis univariat menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswi melakukan SADARI, namun tidak melakukan secara rutin setiap bulan. Ada hubungan antara pengalaman keberhasilan, pengalaman orang lain, dukungan orang sekitar, keadaan fisiologis dan suasana hati, serta efikasi diri dengan perilaku SADARI. Variabel pengalaman keberhasilan tinggi 1,69x akan cenderung melakukan perilaku SADARI. Variabel pengalaman orang lain tinggi, 1,94x akan cenderung melakukan perilaku SADARI. Variabel dukungan orang sekitar tinggi 3,34x akan cenderung melakukan perilaku. Variabel keadaan fisiologis dan suasana hati memperlihatkan bahwa responden yang memiliki tingkat keadaan fisiologis dan suasana hati tinggi 3,32x akan cenderung melakukan perilaku SADARI. Variabel efikasi diri yang tinggi 7,65x akan cenderung melakukan perilaku SADARI.Correlation between Self Efficacy and Breast Self-Examination (BSE) Behaviour Among Undergraduate Female Students in University Indonesia

Background: Breast cancer in women is the cause of the highest incidence of cancer in the world, with a total of 2.3 million cases and 685 thousand deaths. Meanwhile, breast cancer is the most common cancer in women in Indonesia, with a prevalence of 42.1 per 100,000 people and a death rate of 17 per 100,000 people. Therefore, early prevention efforts are needed through breast self-examination (BSE). Purpose: This study aims to determine the relationship between self-efficacy and breast self-examination behavior in female students. Methods: Quantitative method and cross-sectional design. A sample of 257 regular undergraduate students at the University of Indonesia. Results: According to the univariate analysis, the majority of female students took BSE but did not do so on a monthly basis. There is a relationship between the experience of success, the experiences of other people, the support of those around them, physiological states and moods, and self-efficacy with BSE behavior. The high success experience variable (1.69 times) is more likely to exhibit BSE behavior. Other people's variable experience is high; (1.94 times) more people will tend to do BSE behavior. The variable support of those around you is high, and they will tend to do the behavior (3.34 times). According to the physiological state and mood variables, respondents who have a high level of physiological state and mood (3.32 times) are more likely to engage in BSE behavior. A high self-efficacy variable (7.65 times) will tend to exhibit BSE behavior.
Read More
S-11220
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Citra Puspa Juwita; Promotor: Rita Damyanti; Kopromotor: Djohan Aras, Besral, Dian Ayubi, Sudijanto Kamso, Wahyuddin, Chandra Rudyanto, Muhammad Andry Usman
Abstrak:
Osteoartritis (OA) lutut merupakan penyakit sendi yang umumnya diderita oleh lansia, dimana lansia akan merasakan nyeri, kaku, dan gangguan fungsional, yang apabila tidak ditangani dengan tepat akan dapat memengaruhi kualitas hidup lansia. Salah satu penanganan OA adalah dengan kepatuhan melakukan latihan fisik, sehingga diperlukan edukasi latihan fisik OA berbasiskan efikasi diri. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan edukasi berbasiskan efikasi diri yang dapat memengaruhi perilaku aktivitas fisik pada lansia OA lutut. Metode penelitian ini menggunakan desain kuasi eksperimen pre dan post edukasi. Pengembangan edukasi menerapkan Intervention Mapping (IM), melalui enam tahapan, yaitu menentukan masalah, menentukan tujuan program, mendesain program, merencanakan program, implementasi, dan evaluasi. Lokasi penelitian dilakukan di Kota Jakarta Timur, yang melibatkan 20 Posyandu Lansia. Populasi adalah lansia dengan kondisi OA lutut, dengan jumlah subjek penelitian 195 lansia, dipilih cluster random sampling pada empat grup intervensi. OA lutut pada lansia didasarkan pada pemeriksaan rontgen. Pengumpulan data menggunakan instrumen Western Ontario and MacMaster Universities Osteoarthritis Index (WOMAC), instrumen self efficacy for exercise, kuesioner Self Reported Questioners (SRQ-20), dan self reported aktivitas fisik dengan log book. Analisis data yang dilakukan univariat, bivariat, dan multivariat dengan uji Different in Different (DID) untuk melihat delta dari perubahan aktivitas fisik sebelum dan sesudah diberikan edukasi latihan fisik OA. Pengukuran dilakukan sebanyak empat kali yaitu sebelum intervensi, satu bulan, dua bulan, dan tiga bulan sesudah intervensi. Hasil penelitian didapat bahwa edukasi latihan fisik berbasiskan efikasi diri pada lansia osteoarthritis lutut adalah latihan fisik yang terdiri dari pemanasan, enam gerak inti, pola berjalan, dan materi efikasi diri. Terdapat pengaruh edukasi latihan fisik OA sebesar 32% terhadap aktivitas fisik, dimana terlihat delta perbedaan efek intervensi pada grup berbasiskan efikasi diri lebih tinggi 0,6 hari dibandingkan grup tidak berbasiskan efikasi diri. Didapat pengaruh edukasi latihan fisik OA terhadap aktivitas fisik sebesar 22% pada metode edukasi, dimana terlihat perbedaan efek intervensi pada metode edukasi kelompok lebih tinggi 0,5 hari dibandingkan metode edukasi individu. Kepatuhan aktivitas fisik secara berurutan dari yang tinggi ke yang rendah adalah kelompok efikasi diri, individu efikasi diri, kelompok tidak efikasi diri, dan yang terakhir individu tidak efikasi diri. Disarankan agar Puskesmas dan Posyandu Lansia dapat menerapkan edukasi latihan fisik OA berbasiskan efikasi diri untuk mengatasi masalah OA lutut pada lansia. Peningkatan kapasitas kader Posyandu Lansia perlu terus dilakukan secara rutin, untuk dapat mengatasi masalah kesehatan pada lansia.

Osteoarthritis (OA) of the knee is a joint disease commonly suffered by the elderly, that causing pain, stiffness, and functional limitation, and will affect their quality of life if not treated properly. One of the treatment of OA is with adherence physical exercise, thus based-on-self-efficacy-physical-exercise education is needed. The purpose of this study is to develop based-on-self-efficacy education that can affect physical activity behavior in the elderly OA knee. This research method uses quasi-experimental design of pre and post education. Educational development implements Intervention Mapping (IM), through six stages, namely determining problems, determining program goals, designing programs, planning programs, implementation, and evaluation. The location of the study was conducted in the city of East Jakarta, which involved 20 Elderly Posyandu. The population is elderly with OA knee condition, with the number of study subjects 195 elderly, selected cluster random sampling in four intervention groups. Osteoarthritis conditions in subjects using X-ray examination of the knee. Data collection using Western Ontario and MacMaster Universities Osteoarthritis Index (WOMAC), self efficacy instrument for exercise, emotional mental health questionnaire (SRQ-20), and self reported physical activity with log book. Data analysis conducted univariate, bivariate, and multivariate with Different in Different (DID) test to see the delta of changes in physical activity before and after OA physical exercise education. Measurements were taken four times that consists before the intervention, one month, two months, and three months after the intervention. The results obtained that physical exercise education based on self-efficacy in the elderly osteoarthritis of the knee is a physical exercise consisting of warm-up, six core physical exercises, walking patterns, and induction of self-efficacy. There was a 32% effect of OA physical exercise education on physical activity, where the delta difference in the intervention effect in the self-efficacy based group was 0.6 days higher than the non-self-efficacy based group. Obtained the effect of OA physical exercise education method on physical activity by 22%, where the difference in the effect of intervention in the group was 0.5 days higher than individuals. The regularity of physical activity in order from high to low is the self-efficacy group, the self-efficacy individual, the non-self-efficacy group, and finally the non-self-efficacy individual. It is recommended that Puskesmas and Posyandu for the elderly can apply OA physical exercise education based on self-efficacy to minimalize knee OA problems in the elderly. Increasing the capacity of Elderly Posyandu cadres needs to be done regularly, to solve health problems in the elderly.
Read More
D-482
Depok : FKM-UI, 2023
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive