Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Halimah Siregar; Pembimbing: Krisnawati Bantas; Penguji: Helda, Harimat Hendrawan
Abstrak:
Obesitas adalah proses akumulasi lemak abnormal atau berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan seseorang. Obesitas dapat diketahui dengan pengukuran indeks massa tubuh (IMT) yaitu berat badan seseorang (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat dari tinggi badannya (dalam meter). Seseorang dengan IMT 25 atau lebih dikategorikan mengalami obesitas menurut klasifikasi obesitas Asia Pasifik. Tujuan penelitian ini ialah mengetahui hubungan obesitas terhadap kejadian disabilitas pada lansia diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2018. Variable pada penelitian ini ialah Obesitas, disabilitas, usia, jenis kelamin, aktivitas fisik, stres, asma, hipertensi dan penyakit jantung. Penelitian ini menggunakan data sekunder Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 dengan desain cross sectional Populasi penelitian ini ialah lansia diabetes mellitus (pernah di diagnose dokter dan atau sedang mengkonsumsi obat DM). Minimal jumlah sampel penelitian ini sebesar 1233 responden lansia diabetes mellitus. Penelitian ini dianalisis sampai tahap multivariat menggunakan Regressi Logistik. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa ada hubungan signifikan antara obesitas dengan kejadian disabilitas pada lansia diabetes mellitus di Indonesia tahun 2018. rtinya, lansia obesitas dengan rentang usia 75-90 tahun memiliki peluang 2.509 kali dibandingkan lansia tidak obesitas dengan rentang usia 60-74tahun. Peningkatan capaian program posbindu PTM, agar sedini mungkin ditemukan factor risiko obesitas untuk segera dicegah.

Obesity is a process of abnormal or excessive fat accumulation that can harm a person's health. Obesity can be determined by measuring the body mass index (BMI), which is a person's body weight (in kilograms) divided by the square of their height (in meters). A person with a BMI of 25 or more is categorized as obese according of Asia Pacific obesity classification.  Objective of this study was to determine the relationship of obesity to get incidence of disability in the elderly who has diabetes mellitus in Indonesia in 2018. Variables in this study were obesity, disability, age, sex, physical activity, stress, asthma, hypertension and heart disease. This study using secondary data from Basic Health Research (Riskesdas) 2018 with cross sectional design. The population of this study was the elderly who has diabetes mellitus (ever diagnosed by a doctor and or currently taking DM drugs). The minimum number of samples in this study was 1233 elderly respondents who has diabetes mellitus. This study was analyzed till the multivariate stage used of Logistic Regression. The results of this study found was a significant relationship between obesity to get incidence of disability in elderly who has diabetes mellitus in Indonesia in 2018 with a POR value of 2.509 (95% CI; 1.136 - 5,539). The meaning is, obese for elderly with an age range of 75-90 years have a 2,509 times chance compared to the non-obese elderly with an age range of 60-74 years. Increasing the achievement of program posbindu PTM, so that as early to find risk factors obesity to be prevented immediately.

Read More
T-5923
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ratih Qamara Dewi; Pembimbing: Amal Chalik Sjaaf; Penguji: Prastuti S. Chusnun, Harimat Hendrawan
Abstrak: Makanan prelakteal adalah makanan atau minuman selain ASI yang diberikan kepada bayi sebelum menyusui dalam 3 hari pertama kehidupan yang dapat menyebabkan gagalnya pemberian ASI Eksklusif dan mendorong risiko infeksi dan malnutrisi yang kemudian berdampak pada stunting. Satu dari dua bayi yang pernah diberikan ASI di Indonesia pernah diberikan makanan prelakteal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor determinan perilaku pemberian makanan prelakteal pada bayi di pulau Sumatera. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari SDKI tahun 2017 dengan rancangan studi cross sectional. Sampel penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi usia 0 ? 23 bulan yang memenuhi kriteria inklusi dengan jumlah 1.224 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 54,4 persen ibu yang memberikan makanan prelakteal. Pada analisis hubungan didapatkan hasil bahwa usia ibu, paritas, IMD, dan jenis persalinan memiliki hubungan yang signifikan dengan pemberian makanan prelakteal pada bayi (p-value < 0,05). Hasil uji regresi logistik ganda menunjukkan IMD sebagai faktor dominan yang menyebabkan pemberian makanan prelakteal pada bayi di pulau Sumatera (OR 6,06) yakni ibu yang terlambat memberikan IMD berpeluang 6 kali lebih berisiko untuk memberikan makanan prelakteal pada bayi di pulau Sumatera setelah dikontrol oleh variabel berat lahir, ANC, jenis persalinan, usia ibu, paritas, dan tenaga penolong persalinan.
Prelacteal is anything other breastmilk that given to infants before breastfeeding in the first 3 days of life which can cause failure of exclusive breastfeeding and may increased risk of infection and malnutrition which then will impact on stunting. One in two babies who have been breastfed in Indonesia have been given prelacteal. This study aims to determine the determinants of prelacteal feeding behavior in infants on the island of Sumatra. This study uses data from the 2017 IDHS with a cross sectional study design. The sample of this study was mothers who had babies aged 0-23 months with the inclusion criteria with a sum of 1,224 respondents. The results showed that there were 54.4% of mothers who gave prelacteal. From correlations analysis it was found that maternal age, parity, IMD, and type of delivery were associated with prelacteal feeding to infants (p-value < 0.05). The results of the logistic regression analysis showed that IMD as the dominant factor that causes prelacteal feeding (OR: 6.06) where mothers who are late in giving IMD are 6 times more likely to giving prelacteal to infants after being controlled by weight. birth, ANC, type of delivery, maternal age, parity, and birth attendants.
Read More
S-11082
Depok : FKM-UI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Mustafa Arief; Pembimbing: Puput Oktamiyanti; Penguji: Dumilah Ayuningtyas, Harimat Hendrawan
Abstrak:

ABSTRAK

Tesis ini membahas implementasi kebijakan larangan merokok pada kantor Kementerian Kesehatan. Pemerintah telah menerbitkan beberapa peraturan perundang-undangan terkait pengendalian dampak rokok, salah satunya Undangundang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Hingga kini implementasi kebijakan-kebijakan tersebut belum memperlihatkan hasil yang signifikan. Prevalensi perokok dari tahun ke tahun terus bertambah. Dilingkungan kantor Kementerian Kesehatan sendiri kebijakan larangan merokok belum dilaksanakan secara optimal. Desain penelitian ini adalah kualitatif eksplanatoris. Hasil penelitian menunjukkan bahwa titik lemah pelaksanaan kebijakan larangan merokok di lingkungan Kementerian Kesehatan adalah kurangnya penegakkan hukum.  Sangat disarankan kepada pihak berwenang untuk segera membuat pedoman pelaksanaan kebijakan larangan merokok di Kementerian Kesehatan. Kata kunci : Rokok, hukum, kebijakan


 ABSTRACT

This thesis discusses the implementation of policies banning smoking on the health ministries. Government has issued several laws and regulations related to controlling the impact of smoking, one of which the law number 36 of 2009 on health. Until now the implementation of these policies have not shown significant results. Prevalence of smokers from year to year continues to grow.  Environment of their own health ministries have implemented  a smoking ban policy optimally. This research design is qualitative explanatory. Results showed that the weak points of policies banning smoking in an office environment the ministry of health is the lack of law enforcement. Highly recommended to the authorities to immediately create policy guidelines for the implementation of smoking bans in the Ministry of Health. Keywords : Cigarette, laws, regulations

Read More
T-3480
Depok : FKM-UI, 2012
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ida Farida; Pembimbing: Hafizurrachman, H.M; Penguji: Jaslis Ilyas, Harimat Hendrawan
S-6942
Depok : FKM-UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Alphin Nilam Sari; Pembimbing: Amal Chalik Sjaaf; Penguji: Prastuti Soewondo, Harimat Hendrawan
Abstrak:
Berdasarkan laporan pemantauan global WHO pada tahun 2023 mengenai pelacakan cakupan kesehatan universal yang diluncurkan pada tanggal 18 September 2023 oleh WHO dan Bank Dunia, menunjukkan bahwa 400 juta orang tidak memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan dasar, dan 40% penduduk dunia tidak memiliki akses terhadap jaminan sosial serta 4,5 miliar orang tidak sepenuhnya tercakup dalam layanan kesehatan penting pada tahun 2021, dan 2 miliar orang mengalami bencana belanja kesehatan akibat pengeluaran yang dikeluarkan sendiri untuk kesehatan atau out of pocket. Universal Health Coverage (UHC) berarti bahwa semua orang menerima layanan kesehatan berkualitas yang mereka perlukan tanpa mengalami kesulitan keuangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran implementasi kebijakan Universal Health Coverage (UHC) dalam meningkatkan kesehatan di berbagai negara dengan metode Literature review yang menganalisis 8 artikel terinklusi dari 350 artikel pada empat online database (PubMed, ScienceDirect, Scopus, Springer Link). Penelitian ini menekankan kerangka kerja sistem kesehatan WHO yang dikenal dengan Six Building Blocks yang terdiri dari enam pilar meliputi aspekaspek pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan, sistem informasi kesehatan, akses terhadap layanan kesehatan, obat-obatan, pembiayaan kesehatan, dan kepemimpinan atau tata Kelola. Implementasi Universal Health Coverage (UHC) di dunia saat ini menunjukkan perkembangan yang signifikan, meskipun masih menghadapi sejumlah tantangan yang bervariasi dari setiap negara yang disebabkan perbedaan karakteristik penduduk, pemasukan negara, ekonomi dan geografis.

According to WHO's 2023 global monitoring report on tracking universal health coverage launched on September 18, 2023 by WHO and the World Bank, 400 million people do not have access to basic health services, 40% of the world's population does not have access to social security, 4.5 billion people are not fully covered by essential health services by 2021, and 2 billion people experience health spending disasters due to out of pocket health expenditures. Universal Health Coverage (UHC) means that all people receive the quality health services they need without experiencing financial hardship. This study aims to describe the implementation of Universal Health Coverage (UHC) policies in improving health in various countries using the Literature review method which analyzed 8 articles included from 350 articles in four online databases (PubMed, ScienceDirect, Scopus, Springer Link). This study emphasizes the WHO health system framework known as the Six Building Blocks which consists of six pillars including aspects of health services, health workers, health information systems, access to health services, medicines, health financing, and leadership or governance. The implementation of Universal Health Coverage (UHC) in the world is currently showing significant progress, although it still faces a number of challenges.
 
Read More
S-11800
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Mieska Despitasari; Pembimbing: Jaslis Ilyas; Penguji: Sandi Iljanto, Anhari Achadi, Harimat Hendrawan, Rubeah
Abstrak: Peningkatan kinerja pelayanan KIA tidak disertai dengan penurunan AKI dan AKB di Indonesia. Terjadi peningkatan AKI dan AKB di Kota Bogor pada tahun tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor manajerial kinerja pelayanan KIA Puskesmas Cipaku dan Pasir Mulya, menggunakan metode studi kasus dengan kerangka berpikir EFQM. Lima belas orang bidan diwawancarai sebagai informan kunci. Informan pelengkap berjumlah 30 orang (pimpinan, petugas promkes, kader dan pasien). Observasi dan telaah dokumen juga dilakukan sebagai triangulasi. Pola kepemimpinan yang berbeda memberikan nuansa manajerial yang berbeda bagi kedua puskesmas. Faktor kontekstual yang menjadi pembeda adalah budaya masyarakat. Kata Kunci: EFQM, puskesmas, pelayanan KIA, bidan, Bogor Improvement in MCH service performance was not followed by a reduction in MMR and IMR in Indonesia. In 2013, MMR and IMR at Bogor City were increased. The objective of this study was to determine the managerial performance of MCH services at Cipaku and Pasir Mulya Public Health Centre, implementing the case study method in EFQM framework. Fifteen midwives were interviewed as key informants. The complementary informants were 30 people (leaders, Promkes officers, cadres and the patient). Observation and document analysis were also conducted as triangulation. Differences in leadership style also provide a different managerial nuances for each Public Health Centre. Contextual factor that distinguished both of Public Health Centre is the culture of the community. Keywords: EFQM, public health centre, MCH services, midwives, Bogor
Read More
T-4407
Depok : FKM-UI, 2015
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Aprilia Dwi Ardianti; Pembimbing: Jaslis Ilyas; Penguji: Sandi Iljanto, Anhari Achadi, Harimat Hendrawan
Abstrak: Evaluasi terhadap program pelayanan kesehatan di era Jaminan Kesehatan Nasional sangat penting dengan tujuan peningkatan kualitas pelayanan dengan menilai tingkat kepuasan pasien. Tujuan penelitian adalah diketahuinya analisis perbedaan kepuasaan antara pasien BPJS Kesehatan PBI dan Non PBI yang berobat ke Poli Kebidanan dan Non Kebidanan terhadap kualitas pelayanan rawat jalan di Puskesmas Ngawi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan kuantitatif dan menggunakan design penelitian cross sectional. Sampel penelitian adalah 160 orang. Analisis menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan pasien BPJS PBI dan Non PBI yang berobat ke Poli Kebidanan dan Non Kebidanan di Puskesmas Ngawi menunjukkan tidak adanya perbedaan yang bermakna. Kata Kunci : Kualitas Pelayanan, Kepuasan Pasien
Read More
T-4428
Depok : FKM-UI, 2015
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Eva Laelasari; Pembimbing: L Meily Kurniawidjaja; Penguji: Dadan Erwandi, Mila Tejamaya, Harimat Hendrawan
Abstrak: Faktor karakteristik pekerjaan dan situasional yang berhubungan dengan stres kerja pegawai fungsional umum adalah beban kerja, jam kerja, gaya manajemen, hubungan interpersonal, ergonomi, dan perjalanan, sedangkan pada pegawai fungsional peneliti adalah beban kerja, rutinitas, gaya manajemen, aturan kerja, ergonomi, interaksi antara keluarga dan pekerjaan, dan perjalanan. Hal yang berkaitan dengan konteks pekerjaan juga dapat menyebabkan stres kerja pegawai. Diperlukan penanggulangan stres yang komprehensif untuk pegawai dan instansi untuk mengurangi tingkat stres pegawai. Kata kunci: fungsional umum; fungsional peneliti; jabatan; stres kerja; tingkat stres
Read More
T-4463
Depok : FKM-UI, 2015
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Anton Suryatma; Pembimbing: Besral, Martgya Rahmaniati Makful; Penguji: R. Sutiawan. Harimat Hendrawan, Rini Rachmawati
Abstrak: Pendahuluan. Indonesia menerapkan program internship dokter Indonesia sejak tahun 2010 dengan tujuan pemahiran kompetensi dokter umum yang baru lulus. Salah satu permasalahan dalam program internship adalah kelayakan wahana. Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh kelayakan wahana terhadap kompetensi dokter Indonesia. Metode. Penelitian ini merupakan analisis lanjut dari data penelitian Assesmen Program Internship Dokter Indonesia 2015 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan menggunakan desain potong lintang. Data diambil dari peserta internship dan data wahana yang berada di 9 Kabupaten yang terpilih berdasarkan metode sampling proportional probability to size (PPS). Analisis yang digunakan adalah analisis jalur dimana ingin dilihat pengaruh langsung maupun tidak langsung dari wahana terhadap peningkatan kompetensi yang terdiri dari pengetahuan upaya kesehatan masyarakat, upaya kesehatan perorangan, kemampuan diagnosa dan kemampuan tindakan dokter internship. Hasil. Dari 9 kabupaten tersebut, wahana terbagi menjadi empat kategori yaitu: rs tidak layak pkm tidak layak (3 wahana), rs tidak layak pkm layak (1 wahana), rs layak pkm tidak layak (2 wahana) dan rs layak pkm layak (3 wahana). Untuk pengaruh wahana terhadap pengetahuan upaya kesehatan masyarakat secara statistik bernilai signifikan dengan kategori wahana yang memiliki puskesmas layak menghasilkan peningkatan nilai ukm lebih baik dibandingkan kategori lainnya. Untuk pengaruh wahana terhadap pengetahuan upaya kesehatan perorangan, diagnosa dan tindakan secara statistik tidak bernilai signifikan. Kesimpulan. Tempat penempatan / wahana merupakan salah satu komponen penting dalam program internship dokter indonesia, hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan kompetensi pengetahuan dan tindakan pada peserta internship di masing-masing kategori wahana. Peningkatan pengetahuan upaya kesehatan masyarakat karena pengaruh wahana lebih besar terjadi pada wahana dengan kategori puskesmas layak, sedangkan peningkatan pengetahuan upaya kesehatan perorangan karena pengaruh wahana hampir merata pada semua kategori wahana. Untuk peningkatan kemampuan diagnosa karena pengaruh wahana dapat dilihat dari jalur langsung ataupun jalur tidak langsung melalui pengaruh pengetahuan upaya kesehatan perorangan dan walaupun tidak signifikan secara statistik, peningkatannya juga terjadi pada seluruh wahana. Dan peningkatan kemampuan tindakan karena pengatuh wahana dapat dilihat dari jalur langsung ataupun jalur tidak langsung melalui pengaruh pengetahuan upaya perorangan dan jalur tidak langsung melalui pengaruh kemampuan diagnosa. Kata kunci: Analisis jalur, kompetensi, internship, wahana Introduction. Indonesian medical internship program has been adopted in Indonesia since 2010 with aim to exercise medical competency of the newly graduated general practitioner. One of the critical problems in internship program is the feasibility of medical internship training facilities. Thus, this study was to reveal the influence of medical internship training facilities feasibility on Indonesian doctor competency. Method. This study was a further analysis of research data Asesmen Program Internship Dokter Indonesia 2015 previously done by National Institute of Health Research Development Indonesian Ministry of Health using cross sectional study design. The data was taken from internship participants and training facilities in 9 chosen districts based on sampling method proportional probability to size (PPS). Analysis was using pathway analysis to see both direct and indirect influence of training facilities on competence improvement, consisted of public health knowledge, personal health care, diagnosis and intervention skills. Results. Of all 9 districts, training facilities were divided into 4 categories: improper hospital- improper public health center (3 facilities), improper hospitalproper public health center (1 facility), proper hospital-improper public health center (2 facilities), and proper hospital-proper public health center (3 facilities). The influence of training facility on intern knowledge showed significant results, in which facilities with proper public health center improved public health knowledge score better than other categories. On the other hand, the influence of training facility on personal health care, diagnosis, and intervention skills was not significant. Conclusion. Training facility is one of important components in Indonesian medical internship program, as it was proven by improvement of intern knowledge and intervention skills in each training facility categories. Improvement of public health knowledge contributed by training facility is higher in facilities with proper public health center, while improvement of personal health care knowledge is similar in almost all facilities. Improvement of diagnosis skill contributed by training facility can be seen in both direct and indirect pathways through increased personal health care knowledge, despite statistically not significant, improvement was found in all facilities. Improvement of intervention skill contributed by training facility can be seen in both direct and indirect pathways through increased personal health care knowledge and in indirect pathway through increased diagnosis skill. Key words: Pathway analysis, Competency, Internship, Training Facility
Read More
T-5043
Depok : FKM-UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Lis Prifina; Pembimbing: Budi Utomo; Penguji: Tris Eryando, Harimat Hendrawan, Zaeni Dahlan
Abstrak:

ABSTRAK Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) hingga mencapai 102 per 100.000 kelahiran hidup di tahun 2015 sulit dicapai. Peningkatan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan merupakan upaya pendekatan untuk mencapai target tersebut. Chen et al menyatakan densitas tenaga kesehatan per 1000 penduduk kurang dari 2,5 akan sulit mencapai persentase persalinan oleh tenaga kesehatan lebih dari 80%. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui hubungan antara densitas bidan dan persentase persalinan oleh bidan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Banten. Desain penelitian adalah cross sectional menggunakan data gabungan Susenas 2010 dan Potensi Desa 2011 dengan unit analisis 107 kabupaten/kota. Hasil analisis menunjukkan ukuran yang paling baik dalam menjelaskan hubungan antara densitas bidan dan persentase persalinan oleh bidan adalah jumlah bidan per 10.000 penduduk dibandingkan jumlah bidan per luas wilayah dan persentase desa memiliki bidan. Peningkatan jumlah bidan per 10.000 penduduk dapat meningkatkan persentase persalinan oleh bidan sebesar 4,1% setelah dikontrol oleh densitas dokter dan provinsi, dengan R2 0,38. Sedangkan peningkatan jumlah bidan per 10.000 penduduk dapat meningkatkan persentase persalinan oleh bidan pada kuintil pengeluaran rendah sebesar 6,0% setelah dikontrol oleh densitas dokter, dengan R2 0,11.<><> ABSTRACT Decreasing Maternal Mortality Rate (MMR) up to 102 per 100000 live births in 2015 is difficult to achieve. An approaching effort to achieve these targets is by increasing skilled birth attendant. Chen et al declared the density of health workers per 1000 population less than 2.5, will be difficult to reach the percentage of skilled birth attendant more than 80%. This study is aimed to determine the relationship between density of midwives and percentage of births by midwives in West Java, Central Java, East Java, and Banten. This research used secondary data from Susenas 2010 and Podes 2011, with cross-sectional study design. Unit of analysis covers 107 districts / cities. The results showed that number of midwives per 10,000 population describes the relationship between density of midwives and percentage of births by midwives better than number of midwives per area and percentage of village which has midwives. The increasing number of midwives per 10,000 population can increase the percentage of births by midwives by 4.1% after controlling the density of doctors and province (R2 0.38). While increasing number of midwives per 10,000 population can increase the percentage of births by midwives at lower quintiles by 6.0% after being controlled by the density of physicians (R2 0.11).

Read More
T-3857
Depok : FKM-UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive