Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Ratri Ciptaningtyas; Pembimbing: Yvonne Magdalena Indrawani; Penguji: Sandra Fikawati, Nani Dharmasetiawani
S-4233
Depok : FKM UI, 2005
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ira Marti Ayu; Ppembimbing: Ratna Djuwita; Penguji: Asri C. Adisasmita, Nani Dharmasetiawani, Erna Mulati
Abstrak: Secara Global, penurunan NMR selama 2 dekade terakhir lebih lambatdibandingkan Under Five Mortality Rate (U5MR). Kematian neonatalmenyumbang lebih dari 1/3 kematian anak dibawah 5 tahun, 2/3 pada kematianbayi, serta ¾ kematian neonatal terjadi diminggu pertama kehidupannya. Daridata SDKI, angka kematian neonatal pada tahun 2012 sebesar 19 per 1000kelahiran hidup dan angka ini tidak mengalami penurunan dari SDKI 2007.Pemeriksaan pertama bayi baru lahir merupakan salah satu intervensi yang costeffective dan cost-efficient untuk meningkatkan kelangsungan hidup neonatalsehingga bisa dilakukan di negara-negara low and middle income, termasuk diIndonesia.Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek waktu pemeriksaan pertamabayi baru lahir terhadap kelangsungan hidup neonatal. Penelitian menggunakandata SDKI 2002-2003, 2007, dan 2012. Desain studi yang digunakan yaitu cohortretrospective, dengan melihat hubungan menggunakan analisis survival.Bayi baru lahir yang diperiksa >24 jam-7 hari dan tidak diperiksa ataudiperiksa >hari ke-7 tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kematianneonatal (HR:0,41 95% CI: 0,16-1,03; HR:0,73 95% CI:0,51-1,05). Untukmeningkatkan waktu pemeriksaan pertama ≤24 jam perlu ditingkatkan kunjunganANC sesuai standar, bersalin di fasilitas kesehatan, dan ditolong oleh tenagakesehatan.Kata kunci : Kelangsungan hidup, neonatal, waktu pemeriksaan pertama.
Read More
T-4578
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Izza Suraya; Pembimbing: Asri C. Adisasmita; Penguji: Sudarto Ronoatmodjo, Ratna Djuwita, Nani Dharmasetiawani
Abstrak:

ABSTRAK Untuk menurunkan kematian balita 30 % dalam Millenium Development Goal tahun 2015, ketahanan bayi neonatal perlu ditingkatkan . Terutama ketahanan hidup BBLR. Di Indonesia, terdapat 72,4 % bayi dengan berat < 2500 gram meninggal pada masa neonatal. Salah satu usaha meningkatkan ketahanan bayi tersebut adalah dengan melakukan intervensi pasca melahirkan, menyegarakan waktu disusui. Mengingat pentingnya peningkatan ketahanan hidup BBLR melalui waktu disusui pertama, penelitian ini dilakukan. Penelitian melihat peranan waktu disusui pertama kali terhadap ketahanan hidup BBLR pada masa 28 hari setelah kelahiran. Jika meninggal dalam kurun waktu tersebut, maka bayi dianggap gagal bertahan. Penelitian menggunakan data SDKI 2002-2003 dan 2007. Desain studi yang digunakan adalah kohort retrospektif. Analisis hubungan tersebut menggunakan teknik analisis survival . Setelah dikontrol, hasil penelitian menunjukkan bahwa BBLR yang disusui pertama kali < 1 hari tidak memiliki hubungan signifikan dengan ketahanan hidup BBLR, melalui pvalue = 0.114 (HR : 2,69 95 % CI : 0,78 ? 9,18). Dengan demikian, waktu disusui pertama kali perlu disesuaikan dengan kesiapan BBLR sehingga mendapatkan hasil yang optimal.


 Abstract To reduce child under five mortality until 30 % in Millenium Development Goal 2015, newborn survival must be increased, especially low birth weight newborn survival. There is 72,4 % low birth weight died around 28 days after their birth. And early breastfeeding is one of many intervention after birth. Based on that reason, we conduct this study to know effect early breastfeeding on newborn survival. Study will use Indonesia Demographic Health Survey 2002-2003 and 2007 with retrospective kohort as design study. This study will use survival analysis technique and control other variabels come from baby (gender and preterm birth) , mother (parity, birth interval, age, abortion, and complication) , health facility (ante natal care, assitance delivery, palce of birth, delivery mode, exclusive breastfeeding, and post natal care visit), and their social economic (wealth, mother?s education, and residence). This study show early breastfeeding doesnt have association with low birth weight newborn survival with pvalue = 0.114 (HR : 2,69 95 % CI : 0,78 ? 9,18). Therefore, early breastfeeding must be well prepared to get an optimal outcome.

Read More
T-3586
Depok : FKM-UI, 2012
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fahrul B. Arbi; Pembimbing: Hasbullah Thabrany; Penguji: Prasuti Soewondo, Atik Nurwahyuni,Mohamad Baharuddin, Nani Dharmasetiawani
Abstrak: Penelitian ini meneliti tentang faktor yag mempengaruhi tarif pada kasus Asfiksianeonatorum di RSIA Budi Kemuliaan dengan menggunakan skema tarif INA-CBG dan pembayaran tunai. Tujuan dari penelitian ini adalah untukmemperoleh karakteristik pasien asfiksia neonatorum,faktor yang berpengaruhtarif dan apakah ada perbedaan perlakuan medis berdasar perbedaan penjamin.Penelitian ini mendapatkan 232 pasien Asfiksia neonatorum selama periode Mei2013 sampai Januari 2014 dengan perincian 198 pasien CBG dan 34 pasiendengan pembayaran tunai..Usia asfiksia terbanyak usia nol sampai tujuh hari(64,2%). Dari semua pasien asfiksia dikelompokan dalam asfiksia murni sebanyak9,9% dan asfiksia dengan severitas sebanyak 90,1%. Penelitian mendapatkan85,3% pasien dengan jaminan publik (INA CBG 2013 dan INA CBG 2014), danhanya 14,6 % bayar sendiri/tunai. Lama rawat pasien rata rata dengan jaminanpublik 16,9 hari dan bayar sendiri sebanyak 7,2 hari. Outcome pasien yangmenggunakan jaminan social (CBG 3.1 dan CBG 4.0) tidak jauh berbeda denganpasien yang membayar tunai. hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan perlakuanpada kasusu asfiksia baik yang membayar tunai maupun jaminan publik. Faktoryang mempengaruhi tarif adalah lama rawat yang di pengaruhi oleh 2 faktorutama yaitu BBLR dan usia bayi (secara statistik bermakna). Kesimpulan :Kualitass outcome layanan Asfiksia neonatorum di RSIA Budi Kemuliaan tidakdibedakan berdasarkan jenis penjamin., faktor yang mempengaruhi tarif adalahlama rawat yang ditentukan oleh BBLR dan usia bayi.Kata kunci: Asfiksia neonatorum, tarif, INA CBG.
Read More
B-1654
Depok : FKM-UI, 2014
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sri Dewi Hayani; Pembimbing: Endang Laksminingish. Achadi; Penguji: Kusharisupeni Djokosujono, Diah Mulyawati Utari, Nani Dharmasetiawani, Yani Suryani
Abstrak: Abstrak

Berat lahir merupakan indikator yang paling ?reliable? dipakai sebagai indikator pertumbuhan anak. Beberapa ukuran antropometri ibu selama hamil seperti pertambahan berat badan, indeks massa tubuh, dan lingkar lengan merupakan prediktor yang baik untuk berat lahir dan kelangsungan hidup anak Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh (IMT) ibu hamil trimester 1 dan faktor lainnya dengan berat dan panjang lahir bayi. Penelitian dilakukan secara potong lintang menggunakan data sekunder yang berasal dari catatan rekam medis 232 pasangan ibu-bayi yang melahirkan-lahir di Puskesmas Kecamatan Makasar, Jakarta Timur tahun 2011 sampai Maret 2103. Rata- rata berat lahir±simpangan baku 3052,8±366,8gram dan rata-rata panjang lahir±simpangan baku 48,6±1,77cm. Ditemukan 41,4% bayi lahir dengan berat lahir <3000gram dan 26,7% lahir dengan panjang lahir <48cm. Rata-rata IMT ibu trimester 1±simpangan baku 22±3,58kg/m², 17,2% ibu yang mempunyai IMT trimester 1 < 18,5kg/m² dan 56,9% ibu dengan pertambahan berat badan yang tidak adekuat selama hamil.

Terdapat hubungan yang bermakna antara berat lahir bayi dengan IMT ibu trimester 1, lingkar lengan, dan usia gestasi. Terdapat hubungan yang bermakna antara panjang lahir bayi dengan IMT ibu trimester 1, lingkar lengan, dan usia gestasi. Hasil uji multivariat menyatakan bahwa IMT ibu trimester 1 merupakan faktor yang paling berhubungan dengan berat lahir bayi, dan ibu dengan IMT trimester 1 < 18,5kg/m² mempunyai peluang 2,66 kali lebih besar untuk melahirkan bayi < 3000gram dibanding ibu dengan IMT yang lebih besar. IMT ibu trimester 1 juga merupakan faktor paling yang berhubungan dengan panjang lahir bayi, dan ibu dengan IMT trimester 1 < 18,5kg/m² mempunyai peluang 2,14 kali lebih besar untuk melahirkan bayi < 48cm dibanding ibu dengan IMT yang lebih besar.


Birth weight is an indicator of the most 'reliable' is used as an indicator of the growth of children. Some mothers during pregnancy anthropometric measures such as weight gain, body mass index, and arm circumference are good predictors for birth weight and child survival. The main of this study was to determine the relationship of body mass index (BMI) first trimester pregnant women and other factors to weighing and long-born baby. A cross-sectional study was conducted using secondary data derived from medical record 232 mother-infant pairs who were born at Makasar Public Health Center, East Jakarta from 2011 until March 2103. The average birth weight was 3052.8 ± 366.8 grams and the average birth length 48.6 ± 1.77 cm. It was found that 41.4% of infants born with a birth weight <3000gram and 26.7% were born with birth length <48cm. Average the first trimester maternal BMI was obtained 22 ± 3.58 kg / m², 17.2% of women have first trimester BMI <18.5 kg / m² and 56.9% of women with weight gain during pregnancy is not adequate.

There was a significant association between birth weight infants with first trimester maternal BMI, arm circumference, and gestational age. And also a significant relationship between the length of a baby born with first trimester maternal BMI, arm circumference, and gestational age were obtained. Multivariate test results were stated that the first trimester maternal BMI was the most factor associated with infant birth weight, and maternal BMI trimester with 1 <18.5 kg / m² had a 2.66 times greater chance of having a baby <3000gram than mothers with higher BMI large. As well as,1st trimester maternal BMI is also the most factor associated with the lenght of baby born, and mothers with 1st trimester BMI <18.5 kg / m² had 2.14 times greater odds of having infants <48cm compared to mothers with a BMI greater.

Read More
T-3826
Depok : FKM-UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Irma Nursyarifah; Pembimbing : Kusharisupeni Djokosujono; Penguji: Endang Laksminingsih Achadi, Diah Mulyawati Utari, Nani Dharmasetiawani, Yani Suryani
Abstrak:

ABSTRAK

Berat lahir bayi digunakan sebagai salah satu indikator untuk memprediksi pertumbuhan dan ketahanan hidup bayi disamping status gizi dan kesehatan bayi. Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) adalah berat lahir kurang dari 2500 gram dengan mengabaikan usia kehamilan. Berbagai penelitian membuktikan terdapat banyak faktor yang mempengaruhi berat lahir, khususnya status gizi ibu. Tujuan dari penelitian yang dilakukan secara potong lintang ini adalah untuk mengetahui apakah Lingkar lengan Atas (LILA) merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan berat lahir pada ibu hamil usia remaja dengan menggunakan indikator status gizi lain (Berat Badan sebelum Hamil, Pertambahan Berat Badan selama Hamil, Tinggi Badan), gynecological age, frekuensi antenatal care, tingkat pendidikan dan asupan gizi sebagai prediktor. Penelitian dilakukan pada 94 ibu hamil usia remaja dengan rata-rata usia 18,01±1,12 tahun. Berat lahir, status gizi, frekuensi antenatal care, tingkat pendidikan diperoleh dari rekam medis (kohort Ibu dan buku kunjungan KIA), gynecological age diketahui melalui pengisian kuesioner, dan asupan gizi dihitung dengan menggunakan metode Food Frequency Questionaire (FFQ). Terdapat hubungan yang bermakna antara LILA, Berat Badan sebelum Hamil dan gynecological age dengan berat lahir bayi. Hasil uji statistik menyatakan bahwa LILA merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan berat lahir setelah dikontrol variabel Berat Badan sebelum Hamil, Pertambahan Berat Badan selama Hamil, gynecological age, frekuensi antenatal care, asupan energi total dan asupan zat besi. Untuk meningkatkan outcome kehamilan pada remaja, Puskesmas, Sekolah, BKKBN, LSM direkomendasikan untuk mengimplementasikan program peer group yang kegiatannya melibatkan keluarga dan berfokus pada pengendalian dan dukungan pada ibu hamil remaja, peningkatan status gizi, dan promosi asupan yang bergizi seimbang.


ABSTRACT

Baby birth weight was used as one of indicator for predicting baby?s growth and life?s survival beside of baby?s nutrient and health status. Low birth weight baby means a baby who have birth weight less than 2500 gram by ignoring pregnancy age. Some researchs proved that many factors affecting birth weight, mother?s nutrient status in particular. This study aim to understand whether upper arm circumference is the dominant factor which related with baby?s birth weight of teenage pregnant mother by using other nutrient status indicator (body weight before pregnancy, weight increase during pregnancy, body height), gynecological age, antenatal care frequency, education level and nutrients intake as predictor. Study design is cross sectional with 94 teenage pregnant mother. The mean of age was 18,01±1,12 years. Birth weight, nutrient status, antenatal care frequency and education level was recognized by fill in questionnaire while nutrients intakes was calculated by Food Frequency Questionaire (FFQ) method. There was a significant relationship between upper arm circumference, body weight before pregnancy and gynecological age with baby birth weight. Statistical Test showed that upper arm circumference is dominant factor which have a correlation with baby birth weight after controlled by body weight before pregnancy, weight increase during pregnancy, gynecological age, antenatal care frequency, total energy intake and Iron intake variables. To improve teenage pregnancy outcome, Primary Health Center, Schools, Family Planning Coordination Board and Non- Goverment Organization were recommended to implement peer group program which some activities involving family member and focus on controlling and supporting teenage pregnancy mothers, nutrient status improvement and promoting balance nutrients intakes.

Read More
T-3870
Depok : FKM-UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Mifta Novikasari; Pembimbing: Siti Arifah Pujonarti; Penguji: Kusharisupeni Djokosujono, Endang Laksminingsih Achadi, Nani Dharmasetiawani, Iip Syaiful
Abstrak: Abstrak

Praktek pemberian ASI Eksklusif di Indonesia masih sangat rendah, hanya sebesar 15,3%. Ayah memiliki peran dalam mendukung keberhasilan praktek pemberian ASI Eksklusif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan keberhasilan praktek pemberian ASI di Komunitas Ayah ASI. Disain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan sampel sebanyak 212 responden. Penelitian dilakukan melalui social media di komunitas akun twitter @ID_AyahASI pada bulan Mei 2013. Prevalensi keberhasilan praktek pemberian ASI Eksklusif dalam penelitian ini sebesar 88,7%.

Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ayah dengan pengetahuan yang baik dan sikap yang positif berhasil mendukung ibu untuk memberikan ASI Eksklusif dengan masing-masing pvalue sebesar 0,008 dan 0,027. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa ayah dengan pengetahuan yang baik akan berpeluang sebesar 3,4 kali lebih besar dalam mendukung keberhasilan praktek pemberian ASI Eksklusif. Pada penelitian ini, pengetahuan merupakan faktor dominan yang paling berhubungan dengan keberhasilan praktek pemberian ASI Eksklusif.


The prevalence of exclusive breastfeeding in Indonesia is still quite low at around 15% of the relevant population. A father has an important role that may contribute to a more successful exclusive breastfeeding practice. The purpose of this study was to determine the main factors associated between the father and successful practice of exclusive breastfeeding within the Breastfeeding Father Community. The study utilized a cross-sectional method and with 212 respondents as the sample. The data was taken on May 2013 through social media in twitter community called @ID_AyahASI. The prevalence for successful of exclusive breastfeeding practice was 88,7%.

Bivariate analysis showed higher proportion of better father?s knowledge and positive attitude will support the successful of exclusive breastfeeding practice (p-value=0,008 and p-value=0,027). Multivariate analysis verified that fathers who had better knowledge regarding breastfeeding is 3,4 times more likely to be successful in supporting the practice of exclusive breastfeeding. The study shows that a father?s background knowledge regarding breastfeeding is the main factor that contributes to the success of exclusive breastfeeding.

Read More
T-3951
Depok : FKM-UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
I Wayan Gede Artawan Eka Putra; Pembimbing: Ratna Djuwita; Penguji: Asri C. Adisasmita, Yeni Rustina, Nani Dharmasetiawani, Eulis Wulantari
Abstrak:

Peningkatan prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) di Kabupaten Temanggung merupakan masalah yang penting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perawatan metode kanguru (PMK) terhadap pencapaian berat normal pada BBLR. Desain penelitian ini adalah hohort retrospektif dengan survival analysis. Populasi adalah BBLR yang lahir periode 1 Januari sampai 31 Desember 2011. Jumlah sampel sebanyak 192, terbagi menjadi kelompok terpajan dan tidak terpajan PMK. Penelitian ini mendapatkan bahwa median waktu pencapaian berat normal pada BBLR terjadi pada minggu ke-8. BBLR yang mendapat PMK, median waktu tercapai pada minggu ke-6 sedangkan yang tidak setelah minggu ke-8 (nilai p=0,006). Risiko pencapaian berat normal pada BBLR yang mendapat PMK 2,1 kali dari pada yang tidak (95%CI: 1,3-3,5). Untuk itu penerapan PMK sangat penting dilakukan dalam merawat BBLR.


 The Increased of LBW (low birth weight) prevalence in Temanggung was an important problem. The study aimed to determine the influence of kangaroo mother care KMC at LBW to achieve the normal weight. The design was a retrospective cohort with survival analysis. The population was LBW that born at January 1 ? December 31, 2011. This study found that median time of LBW to achieve normal weight at week 8. LBW who received KMC, median time achieved at week 6, while who did not, median time achieved after week 8 (p value = 0.006). The risk of LBW with KMC to achieve the normal weight 2.1 times than LBW without KMC. (95%CI: 1.3 to 3.5). In addition the KMC is very important conducted to care LBW.

Read More
T-3585
Depok : FKM-UI, 2012
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sandra Fikawati; Promotor: Kusharisupeni; Ko-Promotor: Sudijanto Kamso, Ratna Djuwita; Penguji: Purnawan Junadi, Ahmad Syafiq, Anies Irawati, Nani Dharmasetiawani
D-285
Depok : FKM-UI, 2013
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Syawal Kamiluddin Saptaputra; Promotor: L. Meily Kurniawidjaja; Kopromotor: Hadi Pratomo; Indri Hapsari Susilowati; Penguji: Besral, Nurhayati Adnan Prihartono, Baiduri Widanarko, Nani Dharmasetiawani, Agus Triyono
Abstrak: Latar Belakang: Perawatan Metode Kanguru (PMK) memerlukan pendekatan yang komprehensif di antaranya sarana yang ergonomis untuk memperbaiki postur dan mengurangi risiko keluhan muskuloskeletal. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk merancang desain sofa ergonomis dan mengetahui efektivitasnya dalam memperbaiki postur dan menurunkan risiko keluhan muskuloskeletal pada ibu yang melakukan PMK. Metode: Desain penelitian pada tahap I adalah Research and Development. Pembuatan virtual human dan virtual sofa design menggunakan software Jack Tecnometrix Siemens. Desain Penelitian tahap II adalah pre and post test experimental controlled group design. Pengukuran postur duduk menggunakan Rapid Upper Body Limb Assessment (RULA). Pengukuran keluhan muskuloskeletal menggunakan Nordic Body Map (NBM). Kelompok intervensi adalah ibu yang menggunakan sofa ergonomis PMK sedangkan kelompok kontrol adalah ibu yang menggunakan kursi yang tersedia di rumah sakit. Hasil: Berdasarkan hasil pengukuran keluhan muskuloskeletal diketahui pada umumnya ibu mengalami keluhan pada berbagai anggota tubuh. Keluhan yang paling banyak antara lain pada bagian bokong (55.1%), pinggul (42%), bahu kanan dan kiri (37.7%), punggung (37.7%), pinggang (36.2%). Berdasarkan uji MannWhitney diketahui kelompok kontrol memiliki postur tubuh yang lebih berisiko mengalami keluhan muskuloskeletal dibandingkan kelompok intervensi dengan p value = 0.000. Berdasarkan uji Mc Nemar diketahui bahwa setelah dilakukan intervensi, kelompok kontrol memiliki keluhan muskuloskeletal yang lebih tinggi dibandingkan kelompok intervensi yaitu pada bagian leher atas (p value = 0.000), bahu kiri (p value = 0.008), bahu kanan (p value = 0.002), tengkuk (p value = 0.021), lengan kiri atas (p value = 0.031), dan punggung (p value = 0.031). Kesimpulan: Desain sofa ergonomis PMK berpotensi menurunkan risiko keluhan muskuloskeletal pada ibu yang melakukan PMK. Postur tubuh kelompok intervensi memiliki risiko lebih rendah mengalami keluhan muskuloskeletal dibandingkan kelompok kontrol. Setelah dilakukan intervensi, kelompok intervensi memiliki keluhan muskuloskeletal yang lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol yaitu pada leher atas, bahu kiri, bahu kanan, tengkuk, lengan kiri atas, dan punggung. Rekomendasi: Rumah sakit diharapkan dapat menyediakan fasilitas kursi yang ergonomis untuk menunjang PMK sehingga postur duduk menjadi lebih baik dan menurunkan risiko keluhan muskuloskeletal
Read More
D-457
Depok : FKM-UI, 2022
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive