Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Dwi Febria Rachmadini; Pembimbing: Sjahrul Meizar Nasri; Penguji: Baiduri Widanarko, Wenny Ipmawan
Abstrak: Penelitian ini merupakan penilaian ergonomi di tempat kerja konstruksi Proyek Apartemen Pejaten Park Residence PT PP Persero tahun 2016. Penelitian ini merupakan penelitian dekskriptif kuantitatif dengan desain studi cross sectional, melalui observasi langsung pada seluruh tahapan kegiatan. Penilaian tingkat risiko ergonomi menggunakan metode Ovake Working Assesment (OWAS) dan Quick Exposure Checklist (QEC), sedangkan keluhan MSDs per bagian tubuh yang dirasakan pekerja menggunakan kuesioner Nordic Body Maps. Berdasarkan metode OWAS hasil analisis risiko ergonomi pada pekerjaan plesteran, pengecatan, pemasangan keramik, dan pemasangan plafon memiliki tingkat risiko menengah, sedangkan berdasarkan metode QEC tingkat risiko ergonomi per bagian tubuh rata- rata pada setiap pekerjaan, pada punggung memiliki risiko tinggi, bahu/lengan dan pergelangan tangan memiliki risiko sedang, dan leher memiliki risiko sangat tinggi. Hasil kuesioner Nordic Body Maps, paling banyak merasakan keluhan gangguan otot rangka pada pinggang (62,9%), leher bagian atas (61,4%), punggung (60%), bahu kanan (58,6%), dan bahu kiri (55,7%). Upaya untuk mengatasi pajanan ergonomi dan keluhan MSDs dapat dilakukan dengan meninjau kembali desain kerja, peralatan kerja, dan lingkungan kerja.

This study is an ergonomic assesment in the construction workplace at project of Apartment Pejaten Park Residence PT PP Persero in 2016. This research is a quantitatve descriptive research with cross sectional study design, through direct observation at all stages of activity. The assesment of ergonomic risk level uses Ovake Working Assessment System (OWAS) and Quick Exposure Checklist (QEC), while the level of MSDs complaints that is felt by workers per part of the body using Nordic Body Maps questionnaire. Based on the results of risk analysis methods OWAS ergonomics at work plastering, painting, tiling, and installation of ceiling has a medium risk level, while based on QEC method ergonomic risk levels per body part on average at every task, on the back has a high risk, shoulder / arm and the wrist has a moderate risk, and the neck has a very high risk. Nordic Body Map questionnaire results about MSDs complaints were many who complained on the the waist (62.9%), upper neck (61.4%), back (60%), right shoulder (58.6%), and left shoulder (55,7%). Efforts to overcome the ergonomic exposures and MSDs complaint can be done with the review of design work, equipment, and environment in the workplace.
Read More
S-9101
Depok : FKM UI, 2016
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ayu Rini Agustin; Pembimbing: Syahrul Meizar Nasri; Penguji: Mila Tejamaya, Wenny Ipmawan
Abstrak: Penelitianini tentang health risk assessment pada kegiatan produksi yang dilakukan di area Stasiun Pengumpul A (SP A) dan Stasiun Pengumpul Utama B (SPUB) PT X tahun 2014. Penilaian risiko kesehatan dilakukan dengan dengan menganalisis nilai potensi dari bahaya yang ada (P), Frekuensi pajanan (F), Durasi (D), Risiko Awal (RA), Upaya Perlindungan (UP) dan Risiko Risidual (RR) untuk mengetahui level risiko kesehatan yang ada pada setiap kegiatan kerja. metode penelitian ini adalah semikuantitatif dengan melakukan observasi dan pengumpulan data. Hasil dari penilaian risiko menunjukkan bahwa pada kegiatan di area SP A yaitu pengukuran volume tangki di tangki produksi 7 (benzene, toluene, xylene, hexane, pasta gasoline), di tangki 4 dan 6 (pasta gasoline), pengoprasian pompa transfer, compressor (bising) memiliki risiko kesehatan tinggi. Sedangakn di area SPU B pajanan kebisingan pada pompa transfer memiliki risiko medium. Kata Kunci: Health Risk Assessment(HRA), Stasiun Pengumpul (SP), Potensi bahaya (P), Frekuensi pajanan (F), Durasi (D), Risiko Awal (RA), Upaya Perlindungan (UP) dan Risiko Risidual (RR) This Health Risk Assessment research that was held at Oil Station A (SP A) and Primary Oil Station B (SPU B) PT X Years 2014. Health risk assessment was conducted by analyzing the value potential of hazard (P), Frequency rate of exposure (F), Duration (D), level of risk (RA), Prevention means (UP) and Residual Risk (RR) from every job activity. This study is a semi quantitative method by observation and data collection. The result of this risk assessment indicated that in SP A activity, measuring the volume of tank in tank production 7 (benzene, toluene, xylene, hexane, gasoline pasta), in tank 4 and 6 (gasoline past), in transfer pump and compressor (noisy) has a high risk. While in the area SPU B noise exposure in transfer pump that have a medium risk. Keywords: Health Risk Assessment (HRA), oil station (SP), Potential hazard (P), exposure frequency (F), duration (D), Level of Risk (RA), Safeguard (UP) and Residual Risk (RR)
Read More
S-8665
Depok : FKM-UI, 2015
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Oke Ila Lia Yuliyanti; Pembimbing: Hendra; Penguji: Doni Hikmat Ramdhan, Wenny Ipmawan
Abstrak: Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian postur kerja, peralatan kerja, danworkstation yang menyebabkan pada keluhan gejala MSDs pada pekerja pengguna komputerhead office PT X. Desain penelitian ini adalah cross sectional. Data yang dikumpulkan daripenelitian ini berasal dari data primer hasil observasi berupa postur kerja, peralatan kerja,keluhan yang dirasakan pekerja, dan workstation. Hasil penelitian menunjukan terdapatketidaksesuaian pada beberapa postur kerja dari pekerja saat bekerja, peralatan kerja yangdigunakan, serta workstation. Hasil penilaian keluhan gejala MSDs menggunakan metode ROSAmenunjukan hasil yang bervariasi, yaitu skor akhir ROSA 1-4 (tindakan perbaikan tidakdiperlukan sesegera mungkin) bdan 5-10 (tindakan perbaiakn diperlukan sesegera mungkin).Hasil obseravasi keluhan gejala MSDs menunjukan 92 (87%) responden merasakan keluhanpada minimal satu area tubuhnya. Area tubuh yang paling banyak dikeluhkan adalah leher bagianatas (67%), pinggang (62%), dan leher bagian bawah (53%). Disarankan untuk melakukanpenyesuaian peralatan kerja dengan pekerja, melakukan peregangan di sela-sela pekerjaan, dansosialisasi pentingnya ergonomi pada pekerja.
Kata Kunci:MSDs, keluhan gejala MSDs, ROSA
This study aims to analyze approprietness of work posture, work equipment, and workstationthat cause the symptoms of MSDs complaints of computer users Head Office PT X. Designstudy is cross sectional. All of the data collected in these study are derived from primary data ofobservation results in the form of workm posture, work equipment, and workstation. The resultsstudy showed there were discrepancies in some of work posture while work, work equipmentused, and workstation. The results of the symptoms MSDs complaints use ROSA methodsshowed variying results, that are the ROSA final score 1-4 (further assessment not immediatelyrequired) and 5-10 (further assessment required as soon as possible). The observation resluts ofthe symptoms MSDs complaints showed 92 (87%) of respondents feel there are complaints atone area of the body. Many areas of the body most complaints are upper neck (67%), lumbar(62%), and lower neck (53%). It is recommended to make adjustments of work equipment byworkers, doing stretching on the side lines job, and socialization importance of ergonomics toworkers.
Key words:MSDs, symptoms of MSDs complaints, ROSA
Read More
S-9134
Depok : FKM UI, 2016
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Andri Cahyadi; Pembimbing: Fatma Lestari; Penguji: Dadan Erwandi, Hendra; Wenny Ipmawan, Renauld Koswiranagara
Abstrak: Keadaan darurat adalah suatu peristiwa yang tidak direncanakan/diinginkan, menyebabkan kematian/cedera serius, mematikan/mengganggu proses bisnis, mengganggu kegiatan operasional, menyebabkan kerusakan fisik/lingkungan, mengancam kerusakan fasilitas bangunan, kondisi keuangan atau citra perusahaan di masyarakat. Pada saat ini PT X telah mengoperasikan stasiun penyaluran gas dan kapal FSRU di perairan Lampung Timur untuk menyuplai kebutuhan gas di wilayah sumatera bagian selatan dan wilayah jawa bagian barat. Pesatnya perkembangan teknologi yang menunjang kegiatan operasional penyaluran gas akan berpengaruh terhadap masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sehingga dapat berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja karena lokasi fasilitas berada di tengah laut dan jauh dari fasilitas umum sehingga dibutuhkan evaluasi kesiapsiagaan penanganan kondisi emergensi medis. Berdasarkan pendapat responden didapatkan bahwa terdapat 3 (tiga) elemen yang memiliki kategori excelent ( > 90% ) antara lain : elemen Kesisteman & Prosedur dengan nilai sebesar 95,05%; elemen Jumlah, distribusi dan isi kotak P3K dengan nilai sebesar 93,09%; elemen Klinik dan Sarana dengan nilai sebesar 92,09%. Elemen yang memiliki kategori sangat siap (81-90%) antara lain : elemen Komunikasi dan simulasi dengan nilai sebesar 88,56 %; elemen Pelatihan P3K dengan nilai sebesar 88,28%; elemen Jumlah, Distribusi dan kompetensi P3K dengan nilai sebesar 83,98%; elemen RS Rujukan dan Kerjasama Dengan Organisasi Eksternal dengan nilai sebesar 82,03%. Sedangkan elemen yang memiliki kategori tidak siap (<60%) adalah elemen Kompetensi Dokter & Paramedis dengan nilai sebesar 35,16 %.
An emergency is an unplanned/desired event, causing death/serious injury, shutting down/interfering with business processes, disrupting operational activities, causing physical/environmental damage, threatening damage to building facilities, financial condition, or company image in the community. Currently, PT X has operated gas distribution stations and FSRU vessels in the waters of East Lampung to supply gas needs in the southern part of Sumatra and western Java. The rapid development of technology that supports gas distribution operational activities will affect occupational safety and health (K3) problems so that it can potentially cause work accidents and diseases due to work relations because the location of the facility is in the middle of the sea and far from public facilities, so an evaluation of preparedness for handling emergency conditions is needed. medical. Based on the opinion of the respondents, it was found that there are 3 (three) elements that have an excellent category (> 90%), including System & Procedure elements with a value of 95.05%; elements Number, distribution, and contents of the first aid kit with a value of 93.09%; elements of Clinics and Facilities with a value of 92.09%. Elements that have a very ready category (81-90%) include Communication and simulation elements with a value of 88.56%; Elements of First Aid Training with a value of 88.28%; elements of Quantity, Distribution, and First Aid competence with a value of 83.98%; elements of Referral Hospital and Cooperation with External Organizations with a value of 82.03%. In comparison, the elements that have the unprepared category (<60%) are the Competency Elements of Doctors & Paramedics with a value of 35.16%.
Read More
T-6569
Depok : FKM UI, 2022
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Chandra Sunaryo; Pembimbing: Hendra; Penguji: Fatma Lestari, Zulkifli Djunaidi, Wenny Ipmawan, Machfud
Abstrak:
Kecelakaan di lokasi kerja masih terus terjadi dan telah banyak upaya yang dilakukan untuk mencegahnya. Dalam beberapa penelitian, telah banyak dilakukan upaya mengendalikannya antaralain melakukan perbaikan mulai dari peralatan kerja, APD, sistem pelaporan, pelaksanan program-program komunikasi, pelatihan, pelaksanaan inspeksi hingga perbaikan sistem manajemen HSSE juga peningkatan budaya HSSE. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh implementasi Budaya HSSE terhadap Sistem Manajemen HSSE dan pengaruhnya terhadap tingkat kecelakaan kerja. Penellitian ini dilakukan dikarenakan peneliti ingin melihat gambaran implementasi SMHSSE dan Budaya HSSE dari dua Perusahaan berbeda, bagaimana hubungannya dengan angka kecelakaan kerja. Penelitian ini dilakukan dengan desain restrospektif kohort menggunakan data sekunder angka kecelakaan kerja Perusahaan X dari tahun 2016 – 2022 di lapangan EK yang merupakan lapangan eksploitasi dan produksi minyak dan gas Bumi meliputi seluruh area kegiatan baik di offshore, onshore, fasilitas pendukung hingga area perkantoran. Durasi data yang diteliti adalah periode 2016 hingga 2022 dengan menggunakan data-data milik Perusahaan X. Gambaran implementasi SMHSSE Perusahaan X dilihat dari hasil audit SMHSSE pada tahun 2019, 2020 dan 2022 dengan seluruh hasilnya adalah Excellence sedangkan budaya HSSE Perusahaan X berdasarkan hasil survey budaya tahun 2021 dan 2022 berada pada level Proactive. Meskipun kedua Perusahaan sudah sama-sama memiliki budaya HSSE dan penerapan SMHSSE, fluktuasi kecelakaan kerja tetap terjadi. Hal ini terjadi terutama pada proses transisi operasi dan SMHSSE, dimana kinerja HSSE menurun ditandai dengan angka TRIR (Total Recordable Incident Rate) yang meningkat. Namun setelah stabilnya penerapan SMHSSE yang baik, telah memberikan dampak positif terhadap turunnya TRIR. Meskipun telah memiliki budaya HSSE dan implementasi yang sudah baik, masih diperlukan perbaikan pada empat elemen SMHSSE Perusahaan X.

Accidents on the job site are still happening and many efforts have been made to prevent them. In several studies, many efforts have been made to control it, including making improvements ranging from work equipment, PPE, reporting systems, implementing communication programs, training, carrying out inspections to improving the HSSE management system as well as improving the HSSE culture. This study aims to analyze the influence of the implementation of HSSE Culture on the HSSE Management System and its effect on work accident rates. This research was conducted because researchers wanted to see an overview of the implementation of SMHSSE and HSSE Culture from two different companies, how it relates to the number of work accidents. This research was conducted using a retrospective cohort design using secondary data on Company X's work accident rate from 2016 – 2022 in the EK field which is an oil and gas exploitation and production field covering all areas of activity both offshore, onshore, supporting facilities to office areas. The duration of the data studied is the period from 2016 to 2022 using the data belonging to Company X. An overview of Company X's SMHSSE implementation is seen from the results of SMHSSE audits in 2019, 2020 and 2022 with all results being Excellence while Company X's HSSE culture is based on the results of the year's culture survey 2021 and 2022 are at the Proactive level. Even though the two companies already have an HSSE culture and the implementation of SMHSSE, fluctuations in work accidents still occur. This happened especially during the operational transition process and SMHSSE, where HSSE performance decreased marked by an increase in TRIR (Total Recordable Incident Rate). However, after the stable implementation of a good SMHSSE, it has had a positive impact on the decrease in TRIR. Even though it already has a good HSSE culture and implementation, it still needs improvement on the four elements of Company X's SMHSSE.
Read More
T-6804
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Venti Novriza; Pembimbing: Fatma Lestari; Penguji: Dadan Erwandi, Zulkifli Djunaedi, Estu Subagyo, Wenny Ipmawan
Abstrak: Pemerintah Indonesia saat ini memprioritaskan pembangunan infrastruktur yang berdampak pada meningkatnya permintaan semen dan beton siap pakai. PT. XYZ sebagai salah satu produsen beton siap pakai terbesar di Indonesia menekankan pada upaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang baik untuk mencapai zero harm. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi profil iklim keselamatan dan membandingkan variabelnya antara batch plant dan posisi. Ini adalah studi cross-sectional menggunakan kuesioner online yang diadopsi dari studi Safety Climate Survey sebelumnya. Data ditabulasi dan dianalisis menggunakan metode univariat dan hasilnya disajikan dalam grafik, variabel, dan skoring. Secara umum, iklim keselamatan di perusahaan PT XYZ cukup memuaskan
Read More
T-6262
Depok : FKM-UI, 2021
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Atta Rizky Suharto; Pembimbing: Fatma Lestari; Penguji: Dadan Erwandi, Zulkifli Djunaidi, Estu Subagyo, Wenny Ipmawan
Abstrak: Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di perusahaan dapat diukur dengan berapa banyak kecelakaan yang terjadi setiap tahun dan banyak profesional telah mengembangkan indikator utama sebagai budaya keselamatan untuk mencegahnya. Perusahaan yang bergerak di bidang migas juga memiliki potensi risiko kebakaran, ledakan, pencemaran lingkungan dan kecelakaan kerja lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang komprehensif tentang penerapan budaya keselamatan di tempat kerja, khususnya perusahaan pengolahan minyak dan gas bumi dan akan digunakan sebagai perilaku keselamatan untuk mencapai target yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Studi penelitian melibatkan 356 pekerja di kantor dan lapangan PT XYZ melalui survei online yang menanyakan item demografis dan dimensi iklim keselamatan. Analisis statistik dilakukan dengan uji T sampel independen yang membandingkan item iklim keselamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa iklim keselamatan dalam dimensi organsisasi, pekerjaan dan individu memperolah nilai masing-masing 4,23, 3,98 dan 4,36. Dilihat dari faktor keselamatannya, Personal Priorities and Need for Safety (PPNS) secara umum memiliki persepsi skor tertinggi di antara yang lainnya, sedangkan lingkungan kerja adalah yang paling rendah. Rata-rata perbandingan menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara iklim keselamatan berdasarkan lokasi kerja dan pendidikan. Sedangkan variabel posisi manajemen menunjukkan perbedaan rata-rata yang meliputi komitmen manajemen, komunikasi, lingkungan yang mendukung, keterlibatan, prioritas pribadi dan kebutuhan akan keselamatan, dan lingkungan kerja. Selain itu, terdapat tiga kategori temuan paling sering dari PEKA (Safety Observation) yaitu peralatan dan perlengkapan sekitar 61,29%, kondisi lingkungan 25,32%, dan Alat Pelindung Diri 5,34%. Dari hasil pengukuran Tingkat Kematengan Budaya K3 pada PT XYZ terlihat bahwa PT XYZ berada pada level kalkulatif dengan nilai 3,04. Ditinjau dari Level jabatannya yaitu manajemen 3,1 dan pekerja level bawah 2,98
The implementation of Occupational Health and Safety (OHS) in the company can be measured with how many accidents happened each year and many professionals have developed leading indicators as safety culture to prevent these. The company focused on oil and gas sector has also potential risk to fires, explosions, environmental poollution and other work accidents. This study aims to provide comprehensive overview of safety culture implementation in the workplace, in particular oil and gas refining company and will be utilized as safety behaviour to achieve target set by the company. The research study included 356 workers in both office and field through online survey asking for demographic items and safety climate dimensions. The statistical analysis was performed with independent-samples T test comparing safety climate items. The study resulted the safety climate in the dimensions of the organization, work and individual earned values of 4.23, 3.98 and 4.36, respectively. Based on the safety factor, Personal Priorities and Need for Safety (PPNS) in general having highest score perception among others, while work environment has lowest score. The mean comparison showed there was no significant among safety climates based on work location and education. Meanwhile the variable of management position indicated mean difference including management commitment, communication, supportive environment, involvement, personal priorities and need for safety, and work environment. In addition, Three categories of common finding from Safety Observation (PEKA): equipment and supplies around 61.29%, environmental conditions 25.32%, and Personal Protective Equipment 5.34%. From the measurement results of the Safety Culture Maturity Level at PT XYZ, it can be seen that PT XYZ is at a calculative level with a value of 3.04. In terms of position level: upper management 3.1 and lower management 2.98.
Read More
T-6213
Depok : FKM-UI, 2021
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Krisman J. Sihotang; Pembimbing: Baiduri Widanarko; Penguji: Fatma Lestari, Laksita Ri Hastiti, Wenny Ipmawan, Achmad Dahlan
Abstrak: Industri minyak memiliki risiko tinggi, kasus kejadian darurat seperti tumpahan minyak dan kebakaran di tangki pengumpul minyak sering terjadi dan digolongkan sebagai bahaya besar. Kejadian darurat ini dapat terjadi karena kegagalan safety protection layers (SPL) yang terpasang di tangki pengumpul minyak. Tangki T-04, T-09, T-18 adalah tangki pengumpul minyak PT. X yang berpotensi mengalami kejadian darurat tersebut, untuk itu dilakukan kajian dampak pajanan kimia berbahaya dan radiasi panas kebakaran tangki T-04, T-09, T-18 terhadap manusia dan fasilitas di sekitarnya. Metode kajian yang dilakukan merupakan penelitian potong lintang dengan pendekatan kuantitatif untuk melakukan analisis dampak pajanan kimia berbahaya berupa merkaptan dan benzene serta radiasi panas yang ditimbulkan tumpahan minyak dan kebakaran tangki T-04, T-09, T-18 terhadap manusia dan fasilitas sekitar. Penelitian ini dilakukan melalui pengumpulan data sekunder baik yang ada di PT. X dan studi literatur dengan tanpa melakukan intervensi pada objek penelitian. Data yang didapatkan tersebut dipergunakan untuk mengetahui dampak pajanan kimia berbahaya dan radiasi panas secara kuantitatif dengan menggunakan software ALOHA (Areal Location of Hazardous Atmosphere). Hasil simulasi ALOHA dari kerjadian darurat tumpahan minyak didapatkan pajanan merkaptan dan benzene di area Jalan Raya Utara PPP sebesar 1,33 ppm dan 379,68 ppm memberi dampak ketidaknyamanan, iritasi dan bersifat sementara bagi manusia yang terpajan di area tersebut. Pajanan di area Jalan Raya Selatan PPP sebesar 0,142 ppm dan 40,72 ppm tidak memberi dampak gangguan kesehatan bagi manusia yang terpajan di area tersebut. Pajanan di Area Ruang Operator PPP sebesar 2,9 ppm merkaptan mengakibatkan manusia yang terpajan mengalami ketidaknyamanan, iritasi dan bersifat sementara, pajanan benzene sebesar 829,79 ppm berdampak gangguan kesehatan yang merugikan atau serius atau gangguan kemampuan melarikan diri bagi manusia yang terpajan di area tersebut. Pajanan di Area Kantor PPP sebesar 1,18 ppm dan 338,45 ppm berdampak ketidaknyamanan, iritasi dan bersifat sementara bagi manusia yang berada di area tersebut. Hasil simulasi ALOHA dari kejadian kebakaran tangki mengakibatkan pajanan radiasi panas di area yang dihuni oleh manusia yaitu di Area Jalan Raya Utara PPP, Area Ruang Operator PPP, Area Kantor PPP dengan dampak yang dapat mengakibatkan kematian apabila terpajan sampai 60 detik, serta di Area Jalan Raya Selatan PPP berdampak mengalami luka bakar derajat dua apabila terpajan sampai 60 detik. Radiasi panas dari tangki terbakar juga berpotensi menimbulkan domino efek berupa kebakaran tangki di sekitar tangki yang sedang terbakar karena menerima radiasi panas sebesar 15 kW/m2. Safety Protection Layers yang terpasang di tangki PPP PT. X belum memadai sehingga kejadian darurat tumpahan minyak dan kebakaran masih pada level risiko tinggi yang menurut matriks risiko PT. X dikategorikan sebagai risiko yang tidak dapat diterima (Not Acceptable Risk). Kajian ini memberikan rekomendasi untuk menambahkan Safety Protection Layers pada tangki penampung minyak PT. X untuk mengurangi risiko kebakaran menjadi risiko yang dapat diterima.
The oil industry has a high risk, cases of emergencies such as oil spills and fires in oil storage tanks occur frequently and are classified as a major hazard. This emergency event can occur due to failure of the safety protection layers (SPL) installed in the oil storage tank. Tanks T-04, T-09, T-18 are oil storage tanks of PT. X which has the potential to experience this emergency event, for this reason, a study is carried out on the impact of hazardous chemical exposure and heat radiation from the T-04, T-09, T-18 tank fires on humans and surrounding facilities. The study method used was a cross-sectional study with a quantitative approach to analyze the impact of exposure to hazardous chemicals in the form of mercaptans and benzene and heat radiation caused by oil spills and tank fires T-04, T-09, T-18 on humans and surrounding facilities. This research was conducted through secondary data collection both at PT. X and literature studies without intervening in the research object. The data obtained is used to quantitatively determine the impact of exposure to hazardous chemicals and heat radiation using ALOHA (Areal Location of Hazardous Atmosphere) software. The results of the ALOHA simulation from the emergency incident of the oil spill showed that the exposure to mercaptans and benzene in the PPP North Highway area was 1.33 ppm and 379.68 ppm, causing discomfort, irritation and temporary effects for humans exposed to the area. Exposures in the South Highway PPP area of 0.142 ppm and 40.72 ppm did not have a health impact on humans exposed to the area. Exposure in the PPP Operator Room Area of 2.9 ppm mercaptan resulted in exposed humans experiencing discomfort, irritation and was temporary, exposure to benzene of 829.79 ppm resulted in adverse or serious health problems or impaired ability to escape for humans exposed in the area. Exposure in the PPP Office Area of 1.18 ppm and 338.45 ppm had an uncomfortable, irritating and temporary effect on humans in the area. ALOHA simulation results of tank fire incidents resulting in exposure to heat radiation in areas inhabited by humans, namely in the PPP North Highway Area, PPP Operator Room Area, PPP Office Area with an impact that can result in death if exposed to up to 60 seconds, as well as in the Highway Area South PPP has the impact of experiencing second degree burns if exposed to 60 seconds. Heat radiation from a burning tank also has the potential to cause a domino effect in the form of a tank fire around the burning tank due to receiving heat radiation of 15 kW/m2. Safety Protection Layers installed in PT. X is not sufficient so that oil spill and fire emergencies are still at a high risk level according to the risk matrix of PT. X is categorized as an unacceptable risk (Not Acceptable Risk). This study provides recommendations for adding Safety Protection Layers to the PT. X to reduce fire risk to an acceptable risk.
Read More
T-6715
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive