Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 39893 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Ariati Dewi; Pembimbing: Ede Surya Darmawan; Penguji: Vetty Yulianty Permanasari, Puput Oktamianti, Budi Hartono, Indah Rosana Alpisahar
T-4052
Depok : FKM-UI, 2014
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dewi Setyorini; Pembimbing: Kurnia Sari; Penguji: Pujianto, Erty Masiha
Abstrak: Waktu pelayanan farmasi merupakan hal yang penting dalam pelayanan Rumah Sakit. Lean Six Sigma adalah metode untuk mengurangi waste dan menurunkan variasi. Metode Lean Six Sigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah define, measure, analyze, dan improve. Setelah melakukan analisa akar masalah, perbaikan perlu dilakukan dengan visual management, 5S, perubahan lay out, evaluasi beban kerja. Sebagai perbaikan jangka panjang dengan perbaikan resep eletronik dan heijunka. Melalui Lean Six Sigma diperoleh hasil perbaikan yang diharapkan berupa pengurangan kegiatan yang merupakan waste pada pelayanan resep non racik dari 43 kegiatan menjadi 32 dengan waktu dari 31 menit menjadi 16 menit. Pada resep racikan mengurangi kegiatan dari 60 kegiatan menjadi 46 kegiatan dengan waktu dari 47 menit menjadi 25 menit.
Kata kunci: Farmasi, Lean Sigma, Lean Six Sigma Farmasi

Time service of pharmacy is the important part of the hospital excellent services. Lean six sigma is a methodology of decreasing the waste and variation. Lean six sigma method which used are : define, measure, analyze and improve. After conducting root cause analysis with the proposed improvement are visual management, 5S culture, lay out changing, evaluation of workload. As a long term porpuse with electronic prescription and heijunka. Using of lean six sigma method to reduce the waste of non compounding prescription service from 43 to 32 activities with time allocation from 31 to 16 minutes. For the compounding prescription service, could be reduce from 60 to 46 activities with time allocation from 47 to 25 minutes.
Key words: Pharmacy, Lean Sigma, Lean Sigma Pharmacy
Read More
S-9691
Depok : FKM UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yaslina; Pembimbing: Atik Nurwahyuni; Penguji: Anhari Achadi, Vetty Yulianty Permanasari, Linda Rosalina
T-4515
Depok : FKM-UI, 2015
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Syanti Puspitasri; Pembimbing: Masyitoh; Penguji: Hadijah
Abstrak:

Peningkatan mutu dan keselmatan pasien merupakan dua hal yang tidak bisa dipisaahkan dan harus berkesinambungan. Upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Prof. DR. dr. Mahar Mardjono digambarkan melalui capaian indicator pelayanan menurut Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang belum mencapai standar. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis waktu tunggu pelayanan obat jadi pasien JKN dan aktivitas risiko terjadinaya medication error dengan prinsip lean thinking dan swiss cheese model. Jenis penelitian ini adalah operational research dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh melalui proses observasi dan telaah dokumen, sedangkan kuantitatif berdasarkan data waktu tunggu dari electronic health record dan waktu tunggu hasil observasi. Hasil penelitian menunjukan waktu tunggu adalah 1 jam 3 menit 11 detik, dengan waktu tunggu terlama adalah pada proses penerimaan resep (30 menit 42 detik). Kegiatan VA (79%) yaitu 13 menit 13 detik. Aktivitas NVA (21%) dengan waktu 49 menit 21 detik. Waste terbanyak adalah pada kegiatan waiting dengan presentasi waktu 92% dari waktu NVA. Bottleneck pada penelitian ini diambil dari proses waktu tunggu terlama dan hasil analisis swiss chesse model pada tahapan pengkajian dan pemeriksaan sediaan obat.Usulan perbaikan berdasarkan hasil analisis proses pengkajian dan pelayanan resep obat jadi ini adalah perlu adanya penyusunan regulasi pengkajian dan pelayanan obat sesuai standar pelayanan kefarmasian, telaah profil indicator waktu tunggu obat jadi sesuai SPM rumah sakit, perlu adanya analisis beban kerja, dan monitoring supervise kajian pelayanan resep obat. Usulan perbaikan digambarkan dalam future state map dengan mereduksi aktivitas NVA yang dapat secara langsung dihapuskan tanpa dilakukan intervensi. Kata kunci: lean thinking, , medication error, swiss chesse model waktu tunggu pelayanan


 

Quality improvement and patient safety are two things that cannot separated and must be continuous. Effort to improve quality and patient safety at Outpatient Pharmacy Pusat Otak Nasional Prof. DR.dr. Mahar Mardjono Hospital is described through the achievement of service indicators according to the hospital minimum service standards thet have not resched the standard. This study was conducted to analyze the waiting time for JKN patient medication services and risk activities of medication errors using principles of lean thinking and the swiss cheese model. This type of research is operational research with qualitative and quantitative approaches. Qualitative data is obtained through the process of observation and document review, while quantitative data is based on waiting time data from electronic health records and waiting time for observations. The result showed that the waiting time was 1 hour 3 minutes 11 seconds, with the longest waiting time was in the process of receiving the recipe (30 minutes 42 seconds). Value_added activity (79%) was 13 minutes 13 seconds, non value added activity (21%) for 49 minutes 21 second. Most of waste is in waiting activities with a presentation time of 92% of the time for non value added. The bottleneck in this study was taken from the longest waiting time process and the result of the swiss cheese model analysis at the assessment and examination stage of drug preparations. Reviewing the waiting time indicator profile for the finished medicine according to the SPM of the hospital. There is a need for workload analysis, and monitoring of the review of prescription services. Proposed improvements are described in a future state map by reducing non value added activity which can be directly eliminated without intervention. Key words: lean thinking, medication error, swiss chesse model, medication error, service waiting time

Read More
S-10896
Depok : FKM-UI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fitriah; Pembimbing: Hasbullah Thabrany; Penguji: Anhari Achadi, Wahyu Sulistiadi, Budi Iman Santoso, Lies Nugrohowati
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi waktu pelayanan instalasi farmasi rawat jalan dalam rangka peningkatan mutu pelayanan rumah sakit. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian gabungan (mixed method) dengan melakukan wawancara mendalam serta observasi waktu tunggu pelayanan obat yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis univariat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu tunggu pelayanan obat racik dan paten di rumah sakit ini melebih standar waktu yang ditetapkan, ditemukan beberapa penghambat seperti ketersediaan sumber daya manusia, sarana prasarana dan fasilitas kerja yang merupakan hambatan terbesar dalam pelayanan ini. Disarankan kepada rumah sakit untuk dapat redisain layout farmasi, menghitung ulang pola ketenagaan serta pengaturan tugas sesuai dengan kompetensinya.

Kata Kunci : efisiensi, farmasi rawat jalan, obat racik dan paten

This study aims to improve the efficiency of service time of outpatient pharmacy installation in order to improve the quality of hospital services. The research method used is the method of combined research (mixed method) by conducting in-depth interviews and observation of drug service waiting time which then analyzed by using univariate analysis.

The result of the research shows that the waiting time for the service of racik and patent medication in this hospital exceeds the standard time set, found some obstacles such as availability of human resources, infrastructure and work facilities which is the biggest obstacle in this service. It is advisable to the hospital to be able to redesign the pharmacy layout, recalculate the pattern of the workforce as well as the arrangement of tasks in accordance with its competence.

Keywords: Efficiency, outpatient pharmacy, racik medicine and patent
Read More
T-5070
Depok : FKM UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Patricia Kresnauli; Pembimbing: Vetty Yulianty Permanasari; Penguji: Wachyu Sulistiadi, Marchen Prasetyaningrum
Abstrak:
Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit XYZ bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan dengan target 100% indikator waktu tunggu layanan terpenuhi. Namun, data dari laporan penjaminan mutu internal menunjukkan bahwa ketercapaian indikator mutu rata-rata waktu tunggu obat non-racikan di Depo Farmasi Rawat Jalan dengan sistem pembayaran BPJS masih diatas 30 menit, atau belum tercapai sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mencari letak pemborosan, variasi, dan hambatan yang menyebabkan lamanya waktu tunggu pelayanan dengan pendekatan Constraint Lean Six Sigma. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa rata-rata lead time yang dibutuhkan dalam satu proses pelayanan resep obat non racikan adalah 80,27 menit dengan jenis kegiatan pemborosan yang paling banyak dengan total 94% dari keseluruhan waktu kegiatan Non-Value Added adalah waiting (3.790 sekon). Selain itu, terdapat tiga jenis pemborosan lainnya yaitu overproduction (89 sekon), poor process design (76 sekon), dan defects (67 sekon) yang masing-masing menyumbang 2% dari total waktu Non-Value Added yang ada dalam keseluruhan lead time. Hambatan terjadi pada proses dispensing dan serah obat karena terjadi penumpukan resep yang disebabkan oleh kurangnya jumlah tenaga teknis kefarmasian dan apoteker serta kurang maksimalnya sistem informasi dalam menunjang keseluruhan sistem proses. Melihat masalah ini, dibutuhkan tambahan tenaga kefarmasian dan juga pengembangan sistem informasi dengan keseluurhan data sudah terdigitalisasi dan terintegrasi agar lebih mudah untuk digunakan oleh seluruh tenaga kefarmasian dalam rangka mempercepat proses pelayanan resep obat non-racikan. Semakin cepat pelayanan resep, akan semakin meningkat juga kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan.

Pharmacy services at XYZ Hospital aim to improve the quality of health services with a target of 100% service waiting time indicators being met. However, data from the internal quality assurance report shows that the achievement of the quality indicator of the average waiting time for non-compounded drugs at the Outpatient Pharmacy Depot with the BPJS payment system is still above 30 minutes, or has not been achieved in accordance with the standards set by the Ministry of Health of the Republic of Indonesia. Therefore, this research aims to find the location of waste, variations, and bottleneck that cause the long waiting time for services with the Constraint Lean Six Sigma approach. Based on the results of the study, it was found that the average lead time required in one non-compounded prescription service process was 80.27 minutes with the most wasteful activity type totaling 94% of the overall Non-Value Added activity time was waiting (3,790 seconds). In addition, there are three other types of waste, namely overproduction (89 seconds), poor process design (76 seconds), and defects (67 seconds), each of which accounts for 2% of the total Non-Value Added time in the overall lead time. Bottlenecks occur in the dispensing and drug handover process due to the accumulation of prescriptions caused by the lack of technical pharmaceutical personnel and pharmacists and not yet optimized information systems in supporting the entire process system. Seeing this problem, additional pharmaceutical personnel are needed and also the development of the information system with the entire data already digitalized and integrated so that it is easier to be used by all pharmaceutical personnel in order to speed up the process of non-prescription drug prescription services needed to be done. The faster the prescription service, the more patient satisfaction will increase.
Read More
S-11705
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nabilah Lailati Fajriah; Pembimbing: Septiara Putri; Penguji: Adang Bachtiar, Nanda Lestari Putriawan
Abstrak:
Sebagai upaya dalam meningkatkan ketersediaan obat publik, dibutuhkan optimalisasi perencanaan dan pendistribusian obat dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota ke Unit Pelayanan Kesehatan. Diketahui bahwa persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat esensial di Kota Depok pada tahun 2022 adalah sebesar 84,21%, dimana angka tersebut memenuhi standar minimal 80%. Pada wilayah lain, diketahui persentase Puskesmas dengan ketersediaan obat esensial di Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bandung, dan Kota Semarang pada tahun 2022 masing-masing adalah sebesar 89,13%, 95,16%, dan 100%, persentase tersebut dikatakan lebih baik dari persentase yang dimiliki Kota Depok pada tahun 2022. Tingkat ketersediaan obat dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, antara lain faktor input seperti keterbatasan anggaran dan faktor proses yaitu pengelolaan obat yang kurang ideal. Pengelolaan obat merupakan suatu proses yang dapat dievaluasi dan ditingkatkan setiap tahunnya guna mendapatkan hasil yang maksimal. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran manajemen pengelolaan obat di Kota Depok. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif dengan metode wawancara mendalam. Validasi data yang digunakan yaitu triangulasi sumber melalui wawancara dengan berbagai informan dan triangulasi metode dengan telaah dokumen serta observasi. Hasil penelitian menunjukkan ketersediaan obat sesuai kebutuhan untuk tiga penyakit terbesar di Kota Depok tahun 2022 adalah sebesar 85,57%, dimana persentase tersebut sudah memenuhi standar yang ada. Pengelolaan obat yang dilakukan sudah mengikuti pedoman dari Badan Pengawas Obat dan Makanan serta Kementerian Kesehatan RI. Saran yang dapat diberikan yaitu dengan melakukan analisis beban kerja bagi SDM agar pengelolaan obat yang dilakukan dapat lebih maksimal.

In an effort to increase the availability of public drugs, it is necessary to optimize the planning and distribution of drugs from the Regency / City Pharmacy Installation to the Health Service Unit. It is known that the percentage of Puskesmas with the availability of essential drugs in Depok City in 2022 is 84.21%, which meets the minimum standard of 80%. In other regions, it is known that the percentage of health centers with the availability of essential drugs in Bekasi Regency, Bandung Regency, and Semarang City in 2022 is 89.13%, 95.16%, and 100%, respectively, which is better than the percentage of Depok City in 2022. The level of drug availability can be influenced by various things, including input factors such as budget constraints and process factors, namely less than ideal drug management. Drug management is a process that can be evaluated and improved every year to get maximum results. Therefore, this study aims to determine the description of drug management in Depok City. The type of research used in this study is qualitative with in-depth interview method. Data validation used is source triangulation through interviews with various informants and method triangulation with document review and observation. The results showed that the availability of drugs as needed for the three largest diseases in Depok City in 2022 was 85.57%, where the percentage had met the existing standards. The drug management carried out has followed the guidelines of the Food and Drug Administration and the Indonesian Ministry of Health. Suggestions that can be given are to conduct a workload analysis for human resources so that drug management can be maximized.
Read More
S-11298
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Zakiah; Pembimbing: Purnawan Junadi; Penguji: Anhari Achadi, Pujiyanto, Enny Ekasary, Bety Setyorini
Abstrak: Kesehatan adalah hak yang sangat mendasar bagi manusia, untuk itu negara harus hadirdalam pemenuhannya. Dalam era otonomi daerah, Standar Pelayanan Minimal (SPM)bidang kesehatan menjadi jaminan penyelenggaraan pelayanan kesehatan dengan jenis danmutu pelayanan dasar yang sama. Salah satu jenis layanan dasar adalah SPM bidangkesehatan pada usia produktif (SPM BKUP). Jenis layanan dasar ini bernilai strategis bagikinerja Pemerintah Daerah, karena berdasarkan BPS (2017) komposisi penduduk usiaproduktif menempati proporsi 60-70% dari seluruh jumlah penduduk dan nilai strategisbagi pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) karena bentuk skrining. Analisiskesiapan ditujukan untuk melihat seberapa besar jarak antara kondisi ideal dengankenyataan yang sebenarnya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknikWM, FGD dan telaah dokumen terkait. Hasil penelitian didapatkan 10 dari 13 indikatorkesiapan implementasi, belum lengkap dimiliki Kota Depok, meliputi konseling faktorrisiko PTM, Pelatihan teknis petugas skrining dan surveilans berbasis web, pelayananterpadu PTM, pencatatan pelaporan, monitoring evaluasi, komunikasi, sikap pelaksana,ketersediaan SDM, fasilitas dan dana. Sementara 3 indikator yang belum sama sekalidimiliki yaitu insentif bagi pelaksana yang mencapai target, SOP pelaksanaan SPM BKUPdan Tim penanggung jawab penyelenggaraan SPM BKUP. Kesimpulan didapatkan bahwaKota Depok memiliki kesiapan yang minimal dalam rangka implementasi SPM BKUP.Kata kunci: analisis kesiapan, kinerja pemerintah daerah, pelayanan kesehatan usiaproduktif, pengendalian PTM, standar pelayanan minimal
Health is a fundamental right for human being, in its fulfillment, the state must be presentto provide health services for all citizens. In the era of regional autonomy, MinimumService Standards (MSS) in the field of health becomes the guarantee of health servicedelivery with the same type and quality of basic services. One type of basic service is theSPM field of health at the productive age (MSSPA). This type of basic service is ofstrategic importance to the performance of the regional government, since based on BPS(2017) the composition of the productive age population occupies a proportion of 60-70%of the total population and the strategic value for the control of Non-CommunicableDiseases (NCD) due to the form of screening. Preparation analysis is intended to see howmuch distance between ideal conditions and actual reality. This research uses qualitativemethod with indepth interview technique, FGD and study related documents. The results ofthe study were 10 out of 13 indicators of implementation readiness, not yet fully owned byDepok City, including NCD risk factor counseling, technical training of screening officersand web-based surveillance, NCD integrated service, reporting recording, evaluationmonitoring, communication, dispotition, human resources availability, facilities and funds.While 3 indicators that have not yet been owned are incentives for implementers whoachieve the target, SOP implementation MSSPA and the team responsible for theimplementation of MSSPA. The conclusion found that Depok City has minimalpreparedness in order to implement MSSPA.Key words: preparation analysis, local government performance, productive healthservice age, NCD control, minimum service standard.
Read More
T-5095
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sakti Wahyu Perdana; Pembimbing: Wahyu Sulistiadi; Penguji: Anhari Achadi, Okky Indra Perdana
Abstrak: Skripsi ini membahas gambaran waktu tunggu pelayanan Instalasi Farmasi Rawat Jalanlantai 3 RS Hermina Bekasi pada jam sibuk. Penelitian ini adalah penelitian cross-sectional dengan pendekatan kuantitatif berupa observasi waktu tunggu dan didukungpendekatan kualitatif berupa telaah dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata waktu tunggu pelayanan obat pada jam sibuk melewati standar waktu tunggu yangditetapkan rumah sakit. Oleh karena itu disarankan untuk dilakukan penambahansumber daya baik berupa sumber daya manusia maupun sarana dan prasarana agarmeningkatkan performa pelayanan resep obat.di Instalasi Farmasi RS Hermina Bekasi

Kata kunci:Lama waktu tunggu, pelayanan resep, farmasi
The focus of this study is the overview of waiting time of pharmacy services in 3rd flooroutpatient pharmacy at busy hours. This is a crossectional study with quantitativeapproach and qualitative approach through observation of wating time and documentreview. The result of the study shows that average of waiting times pharmacyprescribtion services is above the standard that hospital made. The study sugest toincrease the input resource to improve the performance of prescribtion services in 3rdfloor Outpatient Pharmacy in Hermina Hospital Bekasi

Key words:Waiting Time, Prescription Service, Pharmacy.
Read More
S-9706
Depok : FKM UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sarah Kurnia Oktaviani; Pembimbing: Wiku Bakti Bawono Adisasmito; Penguji: Dumilah Ayuningtyas, Tamsiah Yulianti
Abstrak: Instalasi Farmasi adalah salah satu unit di rumah sakit yang memberikan layanan produk dan jasa dalam bentuk pelayanan resep. Mutu pelayanan resep farmasi yang baik dikaitkan dengan kecepatan dalam memberikan pelayanan. Pada pengamatan pelayanan resep pasien rawat jalan JKN yang dilakukan selama 12 belas hari di Instalasi Farmasi di RSUD Pasar Rebo pada 211 sampel resep, ditemukan bahwa waktu tunggu pasien untuk memperoleh obat racikan 4 jam 14 menit dan non racikan 3 jam 29 menit. Dan hasil penelitian didapatkan bahwa rata-rata proses waktu pengerjaan obat non racik per resepnya yaitu 5 menit 13 detik dan obat racikan 15 menit 21 detik. Penelitian ini menganalisis faktor yang mempengaruhi waktu tunggu pelayanan resep obat pasien rawat jalan JKN di Instalasi Farmasi RSUD Pasar Rebo Berdasarkan hasil penelitian ini, keterlambatan pelayanan disebabkan kurangnya jumlah petugas, beban kerja yang tidak sesuai dengan jumlah sumber daya manusia yang ada dan belum memiliki standar waktu pelayanan, serta tata letak ruangan. Diharapkan meningkatkan komitmen dalam bekerja dengan tidak menunda atau menumpuk pekerjaan dengan memiliki standar waktu pelayanan bagi petugas farmasi dalam bekerja. Kata Kunci : Waktu Tunggu, Pelayanan Resep, Farmasi Rumah Sakit
Pharmacy is one of the units in hospitals that provide services of products and services in the form of prescription services. Quality of service good pharmacy prescriptions associated with speed in providing services. In observation of outpatient prescription services JKN conducted over 12 twelve days in Pharmacy at Pasar Rebo Hospital on 211 samples of prescription, it was found that the waiting time of patients to obtain the drug concoction of 4 hours 14 minutes and non concoction 3 hours 29 minutes. And the result showed that the average processing time process non concotion per prescription medicine that is 5 minutes 13 seconds and drug concoction of 15 minutes 21 seconds. This study analyzes the factors that influence the waiting time of service prescription outpatient JKN in Pharmacy Pasar Rebo Hospital Based on these results, delays in service due to insufficient numbers of personnel, work load that does not correspond to the amount of human resources there and not have a standard time services, as well as the layout of the room. The expected increase in the commitment to work with no delay or accumulate work with service time standards for pharmaceutical officers at work. Keyword : waiting times, prescription services, hospital pharmacy
Read More
S-8971
Depok : FKM-UI, 2016
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive