Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 41494 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Anifatun Mu`asyaroh; Pembimbing: Besral; Penguji: Milla Herdayati, Rahmadewi
S-8548
Depok : FKM UI, 2015
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ristina Rosauli Harianja; Pembimbing: Tris Eryando; Penguji: Kemal N. Siregar, Ahmad Syafiq, Rahmadewi, Mugia Bayu Raharja
Abstrak: Masa remaja merupakan salah satu periode dalam perkembangan manusia yang menandai masa transisi dari kanak-kanak ke dewasa. Hasil survey kesehatan reproduksi remaja Indonesia (SKRRI) 2017 menunjukan bahwa 3,7% dari total seluruh remaja usia 15-24 tahun memiliki perilaku seksual yang beresiko. Hal ini pun dikhawatirkan akan berdampak pada fisik, psikologis dan sosial remaja hingga timbulnya kecacatan dan kematian generasi produktif di masa mendatang akibat kehamilan remaja, depresi, dan juga mengalami penyakit kelamin menular. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui Determinan Perilaku Seksual Pra Nikah pada Remaja Pria di Indonesia analisis lanjut data SDKI-KRR 2017 untuk. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa Perilaku seksual pra nikah pada remaja pria belum menikah usia 15-24 tahun di Indonesia, adalah 12,1%. Variable yang berhubungan dengan perlaku seksual pra nikah pada remaja pria antara lain variable Umur, pendidkan, pengetahuan, keikutsertaan program remaja, diskusi teman sebaya, diskusi dengan tenaga kesehatan dan Paparan media. Variable yang paling dominan mempengaruhi perilaku seksual pra nikah pada remaja pria yakni paparan media dengan OR 1,065 (95% CI=0,874-1,296) Setelah diketahui maka kemudian dapat dilakukan intervensi yang adekuat bagi program remaja melalui media masa.
Adolescence is a period in human development that marks the transition from childhood to adulthood. The results of the 2017 Indonesian Adolescent Reproductive Health Survey (SKRRI) show that 3.7% of all adolescents aged 15-24 years have risky sexual behavior. It is also feared that this will have an impact on the physical, psychological and social aspects of adolescents to the emergence of disability and death of future productive generations due to teenage pregnancy, depression, and also experiencing sexually transmitted diseases. The purpose of this study was to determine the determinants of premarital sexual behavior in adolescent boys in Indonesia, further analysis of the 2017 IDHS-KRR data for. The results of this study found that premarital sexual behavior in unmarried male adolescents aged 15-24 years in Indonesia, was 12.1%. Variables related to premarital sexual behavior in adolescent boys include age, education, knowledge, participation in youth programs, peer discussions, discussions with health workers and media exposure. The most dominant variable influencing premarital sexual behavior in male adolescents is media exposure with OR 1.065 (95% CI=0.874-1.296).
Read More
T-6169
Depok : FKM-UI, 2021
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Risma Mulia; Promotor: Budi Utomo; Ko Promotor: Wendy Hartanto; Penguji: Sabarinah, Agustin Kusumayati, Kemal Nazasruddin Siregar, Omas Bulan Samosir, Augustina Situmorang, Sudibyo Alimoeso
Abstrak: Kelahiran risiko tinggi menjadi ancaman sekaligus penyumbang terbesar kematian ibu dan anak di negara berkembang termasuk Indonesia. Data global, 810 perempuan hamil dan melahirkan meninggal tiap harinya di negara berkembang. Tujuan Penelitian untuk mengetahui gambaran kelahiran risiko tinggi dan faktor-faktor yang mempengaruhi kelahiran risiko tinggi di Indonesia. Studi ini menggunakan data SDKI 2017 dengan pendekatan cross-sectional. Subyek penelitian adalah semua kelahiran terakhir dalam lima tahun sebelum survei sebesar 14.257 kelahiran. Variabel independen adalah faktor individu (pendidikan ibu dan status pekerjaan ibu), faktor suami/pasangan (diskusi tentang KB dengan suami/pasangan), faktor rumah tangga (status sosial ekonomi dan partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan rumah tangga), faktor lingkungan (tempat tinggal dan wilayah), faktor demografi (umur melahirkan terakhir dan paritas), dan faktor program/layanan kesehatan dan KB (metode KB yang digunakan sebelum kehamilan terakhir dan akses informasi KB dari TV, radio, majalah/koran dan internet). Variabel dependen yaitu kelahiran terlalu muda (<20 tahun), kelahiran terlalu tua (>=35 tahun), kelahiran terlalu dekat jaraknya (<24 bulan), kelahiran terlalu banyak (4+), dan kehamilan tidak diinginkan. Analisis data menggunakan regresi logistik biner. Hasil penelitian menunjukkan proporsi kelahiran terlalu muda 8,2%, kelahiran terlalu tua 18,6%, kelahiran terlalu dekat 5,3%, kelahiran terlalu banyak 11,4%, kehamilan tidak diinginkan sebesar 8,2% dan 11,3% kelahiran berisiko (4T dan KTD). Analisis multivariat diperoleh faktor paling dominan pengaruhnya terhadap kelahiran terlalu muda adalah riwayat KB (OR=4,6; 95% CI=3,9-5,5). Sementara itu, akses informasi KB dari internet (OR=2,9; 95% CI=2,6-3,4) sebagai faktor paling berpengaruh terhadap kelahiran terlalu tua. Hasil analisis diperoleh ANC 1-3 (OR=2,1; 95% CI=1,6-2,7) dan tidak ANC (OR:2,4: 95% CI:1,7-3,2) adalah faktor paling dominan pengaruhnya pada kelahiran terlalu dekat. Faktor yang paling berpengaruh terhadap kelahiran terlalu banyak adalah wilayah luar Jawa-Bali I (OR: 2,1: 95% CI: 1,8-2,4) dan luar Jawa-Bali II (OR: 3,0: 95% CI: 2,6-3,6) Paritas 4+ (OR: 72: 95% CI: 43-121) merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi kehamilan tidak diinginkan. Faktor yang paling dominan pengaruhnya terhadap kelahiran berisiko (4T dan KTD) adalah akses informasi KB dari internet (OR:2,8: 95% CI: 2,3-3,3). Program intervensi dengan meningkatkan pelayanan KB berkualitas dan akses metode alat/cara KB modern yang menjangkau seluruh wilayah Indonesia untuk mencegah kelahiran risiko tinggi. Meningkatkan penyebarluasan informasi KB melalui TV dan internet dan mendorong pemeriksaan ANC berkualitas bagi ibu hamil.
Read More
D-446
Depok : FKM UI, 2021
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Desi Suantari; Pembimbing: Besral, Sutanto Priyo Hastono; Penguji: Martya Rahmaniati, Wira Hartiti
Abstrak: Persalinan dengan tenaga kesehatan dapat menurunkan Angka Kematian Ibu. Cakupanpersalinan dengan tenaga kesehatan di Indonesia sudah mencapai 87,1%. Akan tetapi,masih di bawah target Kemenkes 2013 dan terdapat perbedaan cakupan di berbagaiprovinsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kunjungan ANC sesuaistandar dengan pemilihan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan. Desainpenelitian adalah cross-sectional. Sampel merupakan sampel pada Survei Demografidan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, yaitu ibu usia 15-49 tahun berstatusmenikah yang melahirkan anak lahir hidup setahun sebelum survei sejumlah 2.986responden. Data dianalisis dengan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwahampir semua ibu memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan (93,9%).Hubungan kunjungan ANC sesuai standar dengan pemilihan tenaga kesehatan sebagaipenolong persalinan berbeda menurut wilayah tinggal tetapi pola di semua wilayahhampir sama, ibu yang melakukan K4 dan mendapatkan pelayanan 7T lengkap memilikipeluang paling besar untuk memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinandibandingkan dengan ibu pada kelompok lainnya. Usia, tingkat pendidikan, pengambilkeputusan, kuintil indeks kekayaan, paritas, komplikasi, kepemilikan asuransi, danperencanaan persalinan melemahkan hubungan kunjungan ANC sesuai standar denganpemilihan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan.Kata kunci: kunjungan ANC sesuai standar, pemilihan tenaga kesehatan sebagaipenolong persalinan, wilayah tinggal.
Read More
T-5438
Depok : FKM UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nursania; Pembimbing: Budi Hidayat; Penguji: Pujiyanto, Atik Nurwahyuni, Agus Marzuki Prihartono
Abstrak: Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012diketahui AKB di Indonesia adalah 32 kematian per 1000 kelahiran hidup. Angkaini masih jauh dari target Renstra Kementerian Kesehatan RI Tahun 2010-2014 yang menargetkan AKB tahun 2014 sebesar 24/1000 kelahiran hidup, dan targetMillenium Development Goals (MDGs) yang menargetkan AKB tahun 2015sebesar 23/1000 kelahiran hidup. AKB tersebut menunjukan peningkatan derajatkesehatan anak di Indonesia belum sesuai dengan yang diharapkan, dan dapatmengancam kelangsungan hidup anak di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui determinan kematian bayi di Indonesia dengan menganalisis lebihlanjut data SDKI Tahun 2012. Determinan kematian bayi pada peneilitian ini dapat dilihat dari faktor ibu (umur ibu saat melahirkan, pendidikan ibu, statuspekerjaan ibu, paritas, perdarahan saat melahirkan, merokok), faktor lingkungan(keadaan rumah, wilayah tempat tinggal, status ekonomi), faktor bayi (jeniskelamin, berat bayi lahir, mendapatkan ASI), faktor upaya kesehatan (pemberian imunisasi tetanus pada saat ibu hamil, mendapat pil/sirup zat besi pada saat ibu hamil, tempat persalinan, penolong persalinan, kepemilikan jaminan kesehatan).Unit analisis adalah bayi yang lahir dalam rentang waktu setahun sebelum surveiSDKI 2012. Desain penelitian adalah cross sectional dengan menggunakan analisis regresi logistik. Hasil penelitian diketahui dari 2965 bayi yang lahir dalam rentang waktu setahun sebelum survei, 1,9% meninggal dunia, dan 98,1% bayimasih hidup. Diketahui faktor status ibu bekerja, berat bayi lahir, danmendapatkan air susu ibu merupakan faktor yang signifikan terhadap kematianbayi, dengan faktor dominan adalah faktor mendapatkan air susu ibu (ASI).Penelitian ini menyarankan agar memasyarakatkan pentingnya ASI, pentingnyanutrisi ibu hamil, meningkatkan kualitas penatalaksanaan bayi berat lahir rendah(BBLR), serta meningkatkan akses, kuantitas dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak dengan memperhatikan aspek teknis dan manajerial. Kata Kunci : Determinan, Bayi, Kematian Bayi, AKB, Survei, SDKI
Based on Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) 2012 IMR inIndonesia known is 32 deaths per 1000 live births. This figure is still far from thetarget of the Ministry of Health Strategic Plan, 2010-2014 targeting 2014 IMR of24/1000 live births, and the millennium Development Goals (MDGs) that targets IMR 2015 at 23/1000 live births. The IMR showed an increase in the degree ofchild health in Indonesia is not as expected, and could threaten the survival ofchildren in Indonesia. This study was conducted to determine the determinants ofinfant mortality in Indonesia to further analyze the data IDHS 2012. Determinantsof infant mortality in this study can be seen from maternal factors (maternal age,maternal education, maternal employment status, parity, bleeding duringchildbirth, smoking), environmental factors (home state, region of residence,economic status), infant factors (gender, birth weight, breast fed), and factors ofhealth efforts (tetanus immunization of pregnant women at the time, gotpills/syrup iron, place of delivery, birth attendents, health insurance ownership).The unit of analysis is the baby born in the span of a year prior to the surveyIDHS 2012. Study design was cross-sectional by using logistic regres sionanalysis. The results of the 2965 research showed the babies born in the span of ayear before the survey, 1,9% died, and 98,1% of babies are still alive. Knownfactors working mother status, birth weight, and get breast milk is a significant toinfant mortality, the dominant factor is the factor of getting breast milk.This study suggests that promote the importance of breastfeeding, the importanceof maternal nutrition, improve the quality of management of low birth weight(LBW), as wel as improving access, quantity and quality of maternal and childhealth services by taking into account the technical and managerial aspects.Key words : Determinants, Baby, Infant mortality, IMR, Survey, IDHS
Read More
T-4119
Depok : FKM-UI, 2014
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Hariyanti; Promotor: Budi Utomo; Kopromotor: Sabarinah B. Prasetyo; Penguji: Meiwita Budiharsana, Kemal Nazaruddin Siregar, Rita Damayanti, Tris Eryando, Wendy Hartanto, Sudibyo Alimoeso
Abstrak:
Unmet need KB merupakan kondisi perempuan aktif seksual yang ingin menunda atau membatasi kehamilan tetapi tidak menggunakan KB. SDKI 2017 melaporkan unmet need KB perempuan kawin 10,6% dengan variasi provinsi 6% sampai 24%. Ini berarti pada saat survei sekitar 5,5 juta perempuan kawin berisiko mengalami kehamilan tidak diinginkan. Angka unmet need KB dalam dua dekade terakhir tidak berubah. Penelitian ini mengkaji determinan sosiodemografik unmet need KB di Indonesia. Melalui data SDKI 2017, pengukuran unmet need dengan cara non-kalender dan cara kalender dilakukan pada perempuan potensial hamil (n=32.110) dan perempuan potensial hamil yang ingin menunda atau membatasi kehamilan (n=26.436). Perhitungan unmet need cara non-kalender mendasarkan pada status penggunaan KB saat survei, sedangkan cara kalender mendasarkan status penggunaan KB dalam kurun waktu 69 bulan jelang survei. Regresi logistik digunakan dalam analisis determinan sosio- demografik unmet need KB. Indonesia dengan konteks angka putus pakai KB yang relatif tinggi, 29% dalam satu tahun, pengukuran unmet need KB dengan cara kalender lebih sesuai dibanding cara non-kalender. Unmet need KB pada perempuan potensial hamil dengan cara non-kalender 11,7% dan cara kalendar 14,7%. Perbedaan sekitar 3% ini menyangkut tambahan hampir 1,6 juta perempuan berisiko kehamilan tidak diinginkan. Pemerintah perlu mengantisipasi dengan menyusun kebijakan yang mendukung pencegahan dan penanganan kehamilan tidak diinginkan di layanan primer. Perempuan yang terpapar informasi KB oleh tenaga kesehatan, suami bekerja, tinggal di perdesaan, dan tinggal di Jawa-Bali berisiko lebih rendah terhadap kehamilan tidak diinginkan. Sumber informasi baik dari petugas KB, media informasi dan komunitas, umur perempuan, paritas, pendidikan perempuan, pekerjaan perempuan, sosial ekonomi rumah tangga, dan pendidikan suami tidak mempengaruhi unmet need KB. Hasil studi menyarankan penggunaan pengukuran unmet need KB cara kalender dan mempersiapkan layanan primer yang tanggap terhadap risiko kehamilan tidak diinginkan, penguatan konseling oleh tenaga kesehatan, penataan pola pelayanan KB yang lebih sesuai dengan karakteristik perempuan di perkotaan, pemerataan pelayanan KB di seluruh wilayah Indonesia dan menjangkau masyarakat miskin, diharapkan dapat menurunkan unmet need KB.
Read More
D-424
Depok : FKM-UI, 2020
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Eko Setyo Pambudi; Promotor: Budi Utomo; Ko promotor: Budi Hidayat, Endang L Achadi; Penguji: Anhari Achadi, Soewarta Kosen, Prastuti Soewondo, Mardiati Nadjib
D-307
Depok : FKM-UI, 2015
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Mutiara Putriani Laksana; Pembimbing: Ahmad Syafiq; Penguji: Sandra Fikawati, Lilysiana
Abstrak: Skripsi ini membahas tentang determinan kematian bayi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi dengan menggunakan uji korelasi. Variabel independen yang dibahas dalam penelitian ini bersumber dari data SDKI 2012 meliputi faktor demografi (daerah tempat tinggal), faktor ibu dan bayi (usia ibu, pendidikan, paritas dan berat bayi lahir), dan faktor pengendalian penyakit per orangan (frekuensi ANC, penolong persalinan, Inisiasi Menyusu Dini, dan waktu kunjungan neonatal). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang memiliki korelasi dengan tingginya AKB di Indonesia adalah daerah pedesaan, pendidikan tidak tamat SD/sekolah, paritas >5 anak, berat bayi lahir 7hari. Kata kunci: Determinan kematian bayi; studi ekologi; kematian bayi; angka kematian bayi 7 hari. Kata kunci: Determinan kematian bayi; studi ekologi; kematian bayi; angka kematian bayi
Read More
S-8560
Depok : FKM-UI, 2015
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dian Kristiani Irawaty; Promotor: Hadi Pratomo; Kopromotor: Rita Damayanti, Meiwita P. Budiharsana; Penguji: Anhari Achadi, Purnawan Junadi, Sabarinah B. Prasetyo, Kemal Nazaruddin Siregar, Besral, Wendy Hartanto
Abstrak:
Rasio angka kematian ibu melahirkan di Indonesia masih tinggi. Keluarga Berencana (KB) berkontribusi secara langsung terhadap penurunan rasio angka kematian ibu. Namun, kebutuhan KB yang tidak terpenuhi dan angka penggunaan kontrasepsi cara modern di Indonesia masih stagnan. Belum ada definisi dan pengukuran baku mengenai partisipasi laki-laki dalam KB. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tren partisipasi laki-laki dalam KB di Indonesia pada tahun 2007, 2012 dan 2017 dengan alasannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian potong lintang berdasarkan data pasangan dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, 2012 dan 2017. Subyek penelitian adalah pasangan (suami dan istri) yang berhasil diwawancarai dalam SDKI namun mereka menyatakan bahwa istrinya tidak sedang hamil dan menyatakan tidak ingin memiliki anak. Jumlah subyek penelitian sebesar 4.661 pasangan pada tahun 2007, 4.553 pasangan pada tahun 2012 dan 5.117 pasangan pada tahun 2017. Variabel bebas pada penelitian ini adalah sumber informasi KB yang diterima oleh suami baik melalui tenaga kesehatan, tenaga penyuluh KB atau media. Variabel terikat pada penelitian ini adalah partisipasi laki-laki dalam keluarga berencana yang diukur berdasarkan hasil analisis faktor dari pengetahuan suami mengenai kontrasepsi, sikap suami mengenai KB, sikap suami mengenai kontrasepsi, komunikasi pasangan mengenai KB, pengambil keputusan mengenai kontrasepsi, dan penggunaan kontrasepsi. Variabel kontrol adalah karakteristik sosial demografi pasangan. Analisis menggunakan analisis satu arah (one- way) dan analisis varians ganda (multiway Analysis of Variance-ANOVA). Dapat disimpulkan bahwa pemberian informasi secara langsung antara suami dengan tenaga kesehatan dan tenaga penyuluh KB berhubungan secara signifikan dengan partisipasi laki-laki dalam KB. Suami yang mendapat informasi KB dari tenaga penyuluh KB memiliki skor partisipasi yang baik daripada suami yang mendapat informasi dari tenaga kesehatan. Media tidak berhubungan secara signifikan dengan partisipasi laki-laki dalam KB. Disarankan tenaga penyuluh KB maupun tenaga kesehatan memberikan informasi KB secara langsung kepada suami dengan pendekatan yang sensitif jender.

Indonesia faces huge challenges for reducing maternal mortality ratio. Family planning has direct contribution for reducing maternal mortality ratio. Nevertheless, the unmet need for family planning and contraceptive prevalence rate for modern methods remains stagnan. No universal measurement of male engagement in FP. Hence, the objective of this research is to analyze various factors associated with low male engagement in family planning in Indonesia during 2007, 2012 and 2017. This cross-sectional study utilized a quantitative approach based on couple- matched data from 2007, 2012 and 2017 Indonesian Demographic and Health Surveys (IDHS). Research subjects were couples (husbands and wives) who had successfully interviewed by the IDHS but they declared that their wives were not pregnant and they were not want any child. The numbers of research subjects were 4.661 couples in 2007, 4.553 couples in 2012 and 5.117 couples in 2017. The independent variable of this study was source of family planning information received by husbands, either through health workers, family planning field workers or the media (television, radio, newspaper/magazine). This study conducted a factor analysis for reducing a set of complex variables in terms of male engagement in family planning, as the dependent variable of this study, measured by husband's knowledge on contraception, husband's attitude about family planning, husband's attitude about contraception, inter-spousal communication regarding family planning, contraceptive decision-maker, and contraceptive use. The control variable was the socio-demographic characteristics of couples. This research utilized one-way and multi-way Analysis of Variance (ANOVA). The conclusion that family planning field workers and health workers revealed significant association to male engagement into FP. Husbands who received FP information from family planning field worker had higher score of male engagement of FP than husbands who received information from health workers. Media has no correlation with male engagement into FP. Hence, it is recommended that family planning field worker and health workers provide face-to-face counselling of FP to husbands with gender sensitive approach
Read More
D-411
Depok : FKM-UI, 2020
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Eva Azzara; Pembimbing: Asri C. Adisasmita; Penguji: Hadi Pratomo, Flourisa Juliaan
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan penggunaan MKJP pada pasangan usia subur di Provinsi Bali tahun 2012. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan analisis data sekunder Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2012. Populasi pada penelitian ini ialah semua Wanita Usia Subur (WUS) (15-49 tahun), sementara sampel penelitian ini ialah wanita kawin usia 15-49 tahun dan memiliki data lengkap. Analisis statistik bivariat menggunakan uji chi-square.
Read More
S-8245
Depok : FKM UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive