Ditemukan 38775 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Adi Gail; Pembimbing: L Meily Widjaja; Penguji: Chandra Satrya, Hanny Harjulianty, Darmawan M Sophian
Abstrak:
Latar Belakang: Pterygium merupakan kelainan mata yang terutama di deritaoleh penduduk yang tinggal di negara tropis dan subtropis, penyebabnya pajanansinar matahari (UV), debu dan udara panas. Hasil pemeriksaan kesehatan rutintahun 2014 banyak ditemukan pterygium (85%).Tujuan: Untuk mengevaluasi dampak pajanan sinar matahari, debu dan udarapanas terhadap kelainan pterigium pada pekerja di luar ruanganMetode: potong lintang, pengambilan sampel secara random.Jumlah sampel 32orang dari masing-masing kantor cabang. Menggunakan data primer darikuesioner dan data sekunder dari pemeriksaan mata.Hasil: Prevalensi pterygiumpekerja diluar ruangan sebesar 50%, rasioprevalens 4,Old ratio 7.Adanya hubungan yang bermakna antara lokasi pekerjaan (p=0.012),kebiasaan merokok (p=0,020, riwayat pajanan sinar matahari, debu, udara panas(p=0,020) dan jenis kendaraan operasional (p=0.0029)dengan kelainan pterygium.Kesimpulan: Pterygium pada pekerja di luar ruangan disebabkan pajanan sinarmatahari, debu dan udara panas dengan dipengaruhi lokasi pekerjaan, kebiasaanmerokok, jenis kendaraan operasional.Kata kunci: Pterygium, sinar matahari, pekerja di luar ruangan
Background: Pterygium is an eye disorder that primarily suffered by people whoare live in a tropical and subtropical countries, due to the ultraviolet (sunlight),dust, and heat exposure. The routine medical check up held on 2014 of PT.SCMfound that 85% of their workers were suffered by pterygium.Objective: To evaluate the effects of sunlight, dust, and heat exposure topterygium among outdoor workers.Method: A cross-sectional study with random sampling that participated by 32workers of each branch. This study use questionaires to collect a primary data andalso do the eye examination to get the secondary data.Outcome:The result of this study show that the prevalence of pterygium amongoutdoor workers is 50% with the score of prevalence ratio is 4, and the score ofold ratio is 7. This study also found that there is a significant correlation betweenthe location of work (p=0.012), smoking habits (p=0.020), history of sunlight,dust, and heat exposure (p =0,020), and the type of operational vehicle (p=0.0029)with pterygium disorders.Conclusion:The exposure of sunlight, dust, and heat may cause Pterygium amongoutdoor workers, which is affected by the location of work, smoking habits, andtype operational vehicle.Keywords: Pterygium, sunlight, outdoor workers
Read More
Background: Pterygium is an eye disorder that primarily suffered by people whoare live in a tropical and subtropical countries, due to the ultraviolet (sunlight),dust, and heat exposure. The routine medical check up held on 2014 of PT.SCMfound that 85% of their workers were suffered by pterygium.Objective: To evaluate the effects of sunlight, dust, and heat exposure topterygium among outdoor workers.Method: A cross-sectional study with random sampling that participated by 32workers of each branch. This study use questionaires to collect a primary data andalso do the eye examination to get the secondary data.Outcome:The result of this study show that the prevalence of pterygium amongoutdoor workers is 50% with the score of prevalence ratio is 4, and the score ofold ratio is 7. This study also found that there is a significant correlation betweenthe location of work (p=0.012), smoking habits (p=0.020), history of sunlight,dust, and heat exposure (p =0,020), and the type of operational vehicle (p=0.0029)with pterygium disorders.Conclusion:The exposure of sunlight, dust, and heat may cause Pterygium amongoutdoor workers, which is affected by the location of work, smoking habits, andtype operational vehicle.Keywords: Pterygium, sunlight, outdoor workers
T-4466
Depok : FKM-UI, 2015
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Fanry; Pembimbing: Robiana Modjo; Penguji: Baiduri Widanarko, Wardatul Hamro
Abstrak:
Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian utama penduduk dunia. Beberapa faktor risiko diantaranya adalah merokok, kurang aktivitas, stress kerja, workaholic¸ obesitas, dll. Untuk itu maka perlu diketahui distribusi faktor risiko penyakit kardiovaskuler pada pekerja, serta tingkat risiko penyakit kardiovaskuler. Penelitian ini menggunakan data primer berupa tabel check list, menggunakan desain cross sectional, dianalisis secara univariat, serta jumlah sampel 47 karyawan PT. X divisi SCM pada tahun 2015. Hasil menunjukkan bahwa faktor risiko dengan proporsi terbesar yaitu, kurang aktivitas fisik 82,2%,stress kerja 51,1%, merokok 44,7%, workaholic 36,2%, obesitas 10,7%. Tingkat risiko penyakit kardiovaskuler dengan kategori rendah 38,3%, sedang 34%, tinggi 17%, dan sangat tinggi 10,6%.
Kata Kunci: penyakit kardiovaskuler, faktor risiko, tingkat risiko
Cardiovascular disease is the leading cause of death world population. Some risk factors inlude smoking, phsycal inactivity, job stress, workaholic, obesity, etc. For that, it is necessary to know the distribution of risk factors for cardiovascular disease in workers, as well as the level of risk of cardiovascular disease. This study uses primary data in the form of a table check list, using cross sectional design, univariate analysis, amount of the samples are 47 employees of PT. X SCM division in 2015. The results showed that the risk factors which the largest proportion, 82,2% less physical inactivity, job stress 51,1%, 44,7% smoked, workaholic 36,2%, 10,7% obese. The level of risk cardiovascular disease with low risk 38,3%, moderate 34%, high 17%, and very high 10,6%.
Keywords : cardiovascular disease, risk factor, level of risk
Read More
Kata Kunci: penyakit kardiovaskuler, faktor risiko, tingkat risiko
Cardiovascular disease is the leading cause of death world population. Some risk factors inlude smoking, phsycal inactivity, job stress, workaholic, obesity, etc. For that, it is necessary to know the distribution of risk factors for cardiovascular disease in workers, as well as the level of risk of cardiovascular disease. This study uses primary data in the form of a table check list, using cross sectional design, univariate analysis, amount of the samples are 47 employees of PT. X SCM division in 2015. The results showed that the risk factors which the largest proportion, 82,2% less physical inactivity, job stress 51,1%, 44,7% smoked, workaholic 36,2%, 10,7% obese. The level of risk cardiovascular disease with low risk 38,3%, moderate 34%, high 17%, and very high 10,6%.
Keywords : cardiovascular disease, risk factor, level of risk
S-9021
Depok : FKM UI, 2016
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Danang Kurniawan Anggoro; Pembimbing: Indri Hapsari; Penguji: Dadan Erwandi, Mila Tejamaya, Irma Setiawaty Wulandari, Yuni Kusminti
Abstrak:
Industri tambang merupakan salah satu industri yang mempunyai potensi bahayatinggi yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan, dimana menempati urutanjumlah kecelakaan tertinggi bila dibandingkan dengan sektor lain. PT. Smerupakan kontraktor tambang permukaan yang telah menerapkan SistemManajemen Integrasi, namun hasil observasi menunjukkan banyaknyapelanggaran dan ketidakpedulian terhadap permasalahan keselamatan dankesehatan kerja. Perlu dilakukan kajian persepsi risiko pada pekerja sektortambang permukaan sebagai upaya pengendalian risiko kecelakaan kerja. Tujuanpenelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran persepsi risiko keselamatan dankesehatan kerja menggunakan pendekatan psikometri. Desain penelitian crosssectional, menggunakan kuesioner, analisis data menggunakan univariat danbivariat. Hasil penelitian menunjukkan gambaran persepsi risiko keselamatan dankesehatan kerja pada kategori seimbang antara persepsi risiko baik dan persepsirisiko buruk. Persepsi risiko baik terdapat pada dimensi kesegeraan dampak,keparahan konsekuensi dan pengendalian risiko. Sedangkan persepsi burukterdapat pada dimensi kesukarelaan terhadap risiko, pemahaman risikoberdasarkan pengalaman, potensi dampak, reaksi yang ditimbulkan, pengetahuanterhadap risiko dan kebaruan risiko. Disarankan bagi PT. S untuk melakukanupaya promotif melalui pelatihan yang terencana, memaksimalkan forumm safetytalk dan toolbox meeeting, meningkatkan pengawasan kerja melalui inspeksi,pembuatan rencana kerja yang sistematis dan terperinci serta menerapkan sistemhadiah dan hukuman.
Kata kunci : Persepsi Risiko, Psikometri, Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Read More
Kata kunci : Persepsi Risiko, Psikometri, Keselamatan dan Kesehatan Kerja
T-4552
Depok : FKM UI, 2016
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Nono Haryono; Pembimbing: Ridwan Zahdi Sjaaf; Penguji: Chandra Satrya, Indri Hapsari Wulandari, Wiprasyogie, Ade Mutiara
Abstrak:
Penelitian bertujuan memperoleh gambaran dan hubungan faktor-faktor risiko individu dan pekerjaan terhadap keluhan muskuloskeletal disorder pada pekerja kantor PT. X Jakarta. Metode yang digunakan cross-sectional dengan menggunakan data sekunder hasil medical check up data dan perangkat lunak RSIGuard untuk 607 pekerja. Dari 607 pekerja terdapat 292 orang (48, 1%) mengalami keluhan musculoskeletal discomfort. Hasil uji bivariate menunjukkan hubungan signifikan (p<0,005) antara faktor individu (tinggi badan, berat badan, olahraga, jenis kelamin dan temuan masalah musculoskeletal pada MCU), dan faktor risiko pekerjaan (self-assessment risk, overall risk level, average daily mouse use, break time taken dan average strain from mouse use) dengan discomfort. Hasil uji multivariate menunjukkan jenis kelamin, temuan masalah musculoskeletal MCU, self-assessment dan overall assessment merupakan faktor-faktor yang memiliki hubungan kuat dan dapat mempengaruhi keluhan musculoskeletal discomfort. Saran-saran ditujukan untuk mencegah discomfort dan work related musculoskeletal disorder melalui prinsip-prinsip ergonomik.
The objective of this study are to describe profile and relationship between individual and occupational risks factors with musculoskeletal discomfort in office workers of PT. X Jakarta. This is cross-sectional using secondary data of medical check up (MCU) and RSIGuard software for 607 workers. There are 272 of 607 workers (48.1%) complained musculoskeletal discomfort based on self-asessment result. Based on bivariate test results a significant (p <0.005) for individual factors (height, weight, exercise, sex and medical finding during MCU), and occupational risk factors from computer usages (self assessment risk, overall risk level, average daily mouse use, break time taken and average strain of mouse use). The final model of multivariate test results a significant correlation of gender, findings of musculoskeletal problems, self-assessment and overall assessment with musculoskeletal discomfort complaints. Suggestions addressed to reduce occupational factors to prevent discomfort and work-related musculoskeletal disorder through ergonomic princips.
Read More
The objective of this study are to describe profile and relationship between individual and occupational risks factors with musculoskeletal discomfort in office workers of PT. X Jakarta. This is cross-sectional using secondary data of medical check up (MCU) and RSIGuard software for 607 workers. There are 272 of 607 workers (48.1%) complained musculoskeletal discomfort based on self-asessment result. Based on bivariate test results a significant (p <0.005) for individual factors (height, weight, exercise, sex and medical finding during MCU), and occupational risk factors from computer usages (self assessment risk, overall risk level, average daily mouse use, break time taken and average strain of mouse use). The final model of multivariate test results a significant correlation of gender, findings of musculoskeletal problems, self-assessment and overall assessment with musculoskeletal discomfort complaints. Suggestions addressed to reduce occupational factors to prevent discomfort and work-related musculoskeletal disorder through ergonomic princips.
T-4922
Depok : FKM UI, 2017
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Wansuzusino; Pembimbing: L. Meily Kurniawidjaja; Penguji: Indri Hapsari Susilowati, Chandra Satrya, Hanny Harjulianti
Abstrak:
Latar Belakang: kesibukan dalam bekerja sehari-hari, seringkali individu mengabaikan aspek risiko keselamatan dan kesehatan yang berpotensi menimbulkan dampak kesehatan, seperti keluhan nyeri muskuloskeletal. Keluhan muskuloskeletal merupakan suatu gangguan pada bagian sistem muskuloskeletal tubuh. Beberapa faktor risiko seperti postur janggal, posisi statis, repetisi, durasi, beban kerja, lingkungan, suhu dan lain-lain. Banyak literatur yang mengungkapkan dampak kesehatan dan kerugian finansial akibat keluhan muskuloskeletal.
Tujuan: penelitian ini untuk menggambarkan penerapan ergonomi kantor dan keluhan muskuloskeletal pada PT. X Jakarta, sebuah perusahaan bergerak dibidang penjualan alat kesehatan dan keselamatan kerja.
Metode: penelitian kualitatif deskriptif yang menggambarkan penerapan ergonomi kantor dan keluhan muskuloskeletal. Pengumpulan data dengan kuesioner, risiko diukur dengan Quick Exposure Checklist (QEC) dan pengukuran terhadap area dan peralatan kerja.
Hasil: sebagian besar responden(90%) berusia diatas 35 tahun, perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Sebagian besar lama kerja responden kurang dari 5 tahun. Tingkat pendidikan yang paling banyak (66,7%) sarjana. Responden yang perokok (26,7%) dan sebagian besar responden (66,7%) tidak berolahraga, mayoritas responden tidak melakukan strecthing saat bekerja. Semua tidak pernah menghadiri training ergonomi. Nilai pengetahuan ergonomi baik, hasil QEC didapatkan sebagian besar postur kepala/leher berisiko tinggi, postur punggung sebagian besar risiko tinggi, sedangkan postur bahu, tangan dan pergelangan tangan responden sebagian berisiko sedang. Proporsi kelompok lima besar keluhan muskuloskeletal dalam satu tahun terakhir yaitu leher atas (54%), pinggang (54%), pinggul (36%), bahu kanan (36%), leher bawah dan punggung (32%). Sedangkan kelompok lima besar keluhan muskuloskeletal dalam tujuh hari terakhir yaitu leher atas (54%), pinggang (36%), leher bawah (29%), punggung (29%), dan bahu kanan (21%)
Kesimpulan: pengetahuan ergonomi yang baik memerlukan faktor pendukung berupa sarana dan prasarana peralatan kerja, serta dukungan dari atasan langsung agar penerapan ergonomi berjalan baik.
Kata kunci: Ergonomi kantor, keluhan musculoskeletal, Quick Exposure Checklist
Read More
Tujuan: penelitian ini untuk menggambarkan penerapan ergonomi kantor dan keluhan muskuloskeletal pada PT. X Jakarta, sebuah perusahaan bergerak dibidang penjualan alat kesehatan dan keselamatan kerja.
Metode: penelitian kualitatif deskriptif yang menggambarkan penerapan ergonomi kantor dan keluhan muskuloskeletal. Pengumpulan data dengan kuesioner, risiko diukur dengan Quick Exposure Checklist (QEC) dan pengukuran terhadap area dan peralatan kerja.
Hasil: sebagian besar responden(90%) berusia diatas 35 tahun, perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Sebagian besar lama kerja responden kurang dari 5 tahun. Tingkat pendidikan yang paling banyak (66,7%) sarjana. Responden yang perokok (26,7%) dan sebagian besar responden (66,7%) tidak berolahraga, mayoritas responden tidak melakukan strecthing saat bekerja. Semua tidak pernah menghadiri training ergonomi. Nilai pengetahuan ergonomi baik, hasil QEC didapatkan sebagian besar postur kepala/leher berisiko tinggi, postur punggung sebagian besar risiko tinggi, sedangkan postur bahu, tangan dan pergelangan tangan responden sebagian berisiko sedang. Proporsi kelompok lima besar keluhan muskuloskeletal dalam satu tahun terakhir yaitu leher atas (54%), pinggang (54%), pinggul (36%), bahu kanan (36%), leher bawah dan punggung (32%). Sedangkan kelompok lima besar keluhan muskuloskeletal dalam tujuh hari terakhir yaitu leher atas (54%), pinggang (36%), leher bawah (29%), punggung (29%), dan bahu kanan (21%)
Kesimpulan: pengetahuan ergonomi yang baik memerlukan faktor pendukung berupa sarana dan prasarana peralatan kerja, serta dukungan dari atasan langsung agar penerapan ergonomi berjalan baik.
Kata kunci: Ergonomi kantor, keluhan musculoskeletal, Quick Exposure Checklist
T-4467
Depok : FKM UI, 2015
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Alleluia Victoria Aljonak; Pembimbing: Milla Tejamaya; Penguji: Indri Hapsari Susilowati, Hendra, Muhamad Dawaman, Eka Cempaka Putri
Abstrak:
Komputer merupakan alat kerja yang sudah tidak asing lagi bagi pekerja kantor. Aktivitas ini dapat meningkatkan risiko terjadinya ketidaknyamanan pada tubuh, hingga dapat menyebabkan keluhan nyeri muskuloskeletal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara faktor individu (postur, usia, jenis kelamin, dan indeks massa tubuh) dan lingkungan kerja (suhu, pencahayaan, dan stasiun kerja) terhadap keluhan gangguan otot rangka akibat kerja (GOTRAK) di PT. X. Penelitian ini juga menilai ergonomi stasiun kerja pada PT. X berdasarkan PERMENKES no. 48 tahun 2016 tentang Standar K3 Perkantoran. Desain penelitian ini adalah potong lintang kepada 42 pekerja dan observasi langsung. Hasil yang didapatkan adalah 61,9% pekerja mengalami nyeri pada tubuh selama 1 bulan terakhir. Berdasarkan pengisian Nordic Body Map, keluhan terbanyak berada pada titik 5 (punggung) sebanyak 57,7%, titik 7 (pinggang) sebanyak 53,8%, dan titik 0 (leher atas) sebanyak 46,2%. Pada hasil analisis penelitian ini didapatkan bahwa pada faktor individu, hanya faktor indeks massa tubuh yang memiliki korelasi (rho = 0,330 = berpengaruh positif yang sedang) dan signifikan (p-value = 0,033) terhadap keluhan nyeri. Sedangkan pada faktor lingkungan kerja, hanya faktor pencahayaan yang memiliki korelasi (rho = -0,323 = berpengaruh negatif yang sedang) dan signifikan (p-value = 0,037) terhadap keluhan nyeri. Stasiun kerja pada PT. X membutuhkan beberapa perbaikan karena dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya keluhan GOTRAK pada pekerja
Computers are work tools that are familiar to office workers. This activity can increase the risk of discomfort to body and become musculoskeletal pain. This study aims to analyse the relationship of individual factors (posture, age, sex, and body mass index) and work environment (temperature and lighting) on occurrence of work-related musculoskeletal disorders at PT. X. This paper is also assessing the ergonomics of work station at PT. X based on PERMENKES no. 48 of 2016 concerning Office K3 Standards. The design of this study was cross-sectional with 42 workers and direct observation. 61.9% of workers experienced pain in the body during the last 1 month. The results of Nordic Body Map questionnaire show the most pain occurrence are at point 5 (back) as much as 57,7%, point 7 (waist) as much as 53,8%, and point 0 (upper neck) as much as 46,2%. Through quantitative analysis, it is known that on the individual factors, only the body mass index factor has a correlation (rho = 0,330 = moderate positive correlation) and significant (p-value = 0,033) on pain occurrence. Meanwhile, on the work environment factor, only the lighting factor has correlation (rho = -0.323 = moderate negative correlation) and significant (p-value = 0.037) on pain occurrence. Work station at PT. X needs some improvements because an unergonomic work station can be one of the contributors of work-related musculoskeletal disorders occurrence complaints among workers
Read More
Computers are work tools that are familiar to office workers. This activity can increase the risk of discomfort to body and become musculoskeletal pain. This study aims to analyse the relationship of individual factors (posture, age, sex, and body mass index) and work environment (temperature and lighting) on occurrence of work-related musculoskeletal disorders at PT. X. This paper is also assessing the ergonomics of work station at PT. X based on PERMENKES no. 48 of 2016 concerning Office K3 Standards. The design of this study was cross-sectional with 42 workers and direct observation. 61.9% of workers experienced pain in the body during the last 1 month. The results of Nordic Body Map questionnaire show the most pain occurrence are at point 5 (back) as much as 57,7%, point 7 (waist) as much as 53,8%, and point 0 (upper neck) as much as 46,2%. Through quantitative analysis, it is known that on the individual factors, only the body mass index factor has a correlation (rho = 0,330 = moderate positive correlation) and significant (p-value = 0,033) on pain occurrence. Meanwhile, on the work environment factor, only the lighting factor has correlation (rho = -0.323 = moderate negative correlation) and significant (p-value = 0.037) on pain occurrence. Work station at PT. X needs some improvements because an unergonomic work station can be one of the contributors of work-related musculoskeletal disorders occurrence complaints among workers
T-6295
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Setyanti; Pembimbing: Zulkifli Djunaidi; Penguji: Indri Hapsari Susilowati, Ryan Hendra
Abstrak:
Aktivitas administrasi di dalam ruang kantor seperti menulis, membaca, mengetik dan menggunakan komputer merupakan pekerjaan yang dilakukan terus menerus dan membutuhkan tingkat pencahayaan yang memadai. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat pencahayaan dan keluhan subjektif kelelahan mata pada pekerja di ruang kantor PT. XYZ tahun 2017. Variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat pencahayaan, usia, lama kerja, kelainan refraksi, perilaku berisiko terhadap kesehatan mata, durasi kerja, kekontrasan, dan tampilan layar monitor. Sedangkan variabel dependen adalah keluhan subjektif kelelahan mata. Penelitian ini dilakukan kepada 45 orang pekerja dengan desain studi cross sectional. Hasil pengukuran tingkat pencahayaan menggunakan lux meter diketahui bahwa 80% area kerja tidak memenuhi standar Permenkes No. 48 Tahun 2016, dimana terdapat 82,2% pekerja mengalami keluhan subjektif kelelahan mata. Hasil penelitian ini tidak menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara karakteristik individu (usia, lama kerja, kelainan refraksi, perilaku berisiko terhadap kesehatan mata), faktor pekerjaan (durasi kerja, kekontrasan,tampilan layar monitor), dan tingkat pencahayaan dengan keluhan subjektif kelelahan mata.
Kata kunci : tingkat pencahayaan, keluhan subjektif, kelelahan mata
Administrative activities in office such as writing, reading, typing and using computers are work that are done repetitively and require adequate lighting levels. This study aims to analyze the lighting level and subjective complaints of eye fatigue in workers in the office of PT. XYZ in 2017. The independent variables in this study are the lighting level, age, duration of employment, refractive abnormalities, risky behavior, duration of work, contrast, and monitor screen display. While the dependent variable is subjective complaints of eye fatigue. This research was conducted to 45 workers with cross sectional study design. From the measurement of ligthing level using lux meter, 80% work area is known to not meet the standard of Permenkes. 48 of 2016, where 82.2% of workers are experiencing eyestrain due to insufficient level of lighting. The results of this study did not show any significant relationship between individual characteristics (age, duration of work, refractive abnormalities, risky behavior to eye health), occupational factors (duration of work, contrast, monitor screen display) and lighting level with subjective complaints of eyestrain on workers.
Keywords: lighting level, subjective complaints, eyestrain
Read More
Kata kunci : tingkat pencahayaan, keluhan subjektif, kelelahan mata
Administrative activities in office such as writing, reading, typing and using computers are work that are done repetitively and require adequate lighting levels. This study aims to analyze the lighting level and subjective complaints of eye fatigue in workers in the office of PT. XYZ in 2017. The independent variables in this study are the lighting level, age, duration of employment, refractive abnormalities, risky behavior, duration of work, contrast, and monitor screen display. While the dependent variable is subjective complaints of eye fatigue. This research was conducted to 45 workers with cross sectional study design. From the measurement of ligthing level using lux meter, 80% work area is known to not meet the standard of Permenkes. 48 of 2016, where 82.2% of workers are experiencing eyestrain due to insufficient level of lighting. The results of this study did not show any significant relationship between individual characteristics (age, duration of work, refractive abnormalities, risky behavior to eye health), occupational factors (duration of work, contrast, monitor screen display) and lighting level with subjective complaints of eyestrain on workers.
Keywords: lighting level, subjective complaints, eyestrain
S-9598
Depok : FKM UI, 2018
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Tiara Nurhafizhah; Pembimbing: Indri Hapsari Susilowati; Penguji: Mila Tejamaya, Muthia Ashifa
Abstrak:
Kebutuhan energi batu bara yang masih menempati urutan ke-2 di dunia dengan karakterisiknya yang dikenal tinggi resiko menjadikan bahasan mengenai kesehatan pekerja tambang batu bara penting untuk didiskusikan. Salah satu risiko yang terdapat dalam kegiatan pertambangan batu bara adalah buruknya kualitas udara dalam ruangan (KUDR) akibat banyaknya bahaya dalam udara pertambangan batu bara. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi hasil pengukuran kualitas udara dalam ruangan kantor PT X. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan menggunakan data kuantitatif yang berasal dari data sekunder. Variabel yang diukur adalah NO2, SO2, CO2, CO, Pb, PM10, suhu, kelembapan, dan kebisingan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat masalah KUDR yakni pada kebisingan, suhu dan kelembapan yang melewati persyaratan. Manajemen KUDR yang sudah dilakukan oleh PT X masih dapat dikembangkan menjadi manajemen KUDR yang lebih sistematis dan komprehensif. Kata kunci: Tambang batu bara, kualitas udara dalam ruangan, parameter kimia, parameter fisik Coal still ranks the second largest source of total global energy demand. Complemented with high risk nature of coal mining activity make the topic about health of coal workers important to discuss. One of the risks exist in coal mining activities is the poor indoor air quality (IAQ) due to high concetration of airborne pollutant in coal mining air. This study aims to evaluate the results of air quality measurements in the office of PT X. This research used descriptive approach with quantitative data derived from secondary data. The measured variables are NO2, SO2, CO2, CO, Pb, PM10, temperature, humidity, and noise. The results showed that there was IAQ problem, namely noise, temperature and humidity which exceed the recommendations. IAQ management that has been carried out by PT X can still be developed into a more systematic and comprehensive IAQ management. Key words: Coal mining, office air quality, chemical parameter, physical parameter
Read More
S-10476
Depok : FKM-UI, 2020
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Gelar Winayawidhi Suganda; Pembimbing: Sjahrul Meiza; Penguji: Fatma Leastari, M. Heru Sunardjo, Eko Pudjadi
T-3270
Depok : FKM-UI, 2010
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Feri Hendriyadi; Pembimbing: Chandra Satrya; Penguji: Ridwan Zahdi Syaaf, Hendra, Masjuli
Abstrak:
Kegiatan maintenance dan operational produksi crude oil pasca pemboran merupakan salah satu aktivitas yang berpotensi terjadinya kecelakaan kerja di industri minyak dan gas bumi lepas pantai. kecelakaan yang terjadi bisa menyebabkan cidera ringan, serius dan bahkan sampai menyebabkan kematian, kerusakan peralatan dan lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas pembuatan analisa keselamtan kerja pada pekerja di departemen Produksi dan Perawatan di anjungan lepas pantai PT X. Desain penelitian Deskriptif dengan pendekatan kualitatif dilakukan dengan cara wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan hubungan antara pelaksanaan analisa keselamatan kerja dilapangan dengan kecelakaan kerja yang terjadi dilapangan selama periode 2013-2014. Dari hasil penelitian ini disarankan bagi perusahaan untuk melakukan pelatihan dan pelatihan penyegaran yang berhubungan dengan pelaksanaan analisa keselamatan kerja, melakukan evaluasi secara berkala oleh para pimpinan dilapangan, meningkatkan kesadaran pekerja dalam melakukan analisa keselamatan kerja dengan baik dan konsisten. Dan membuat formulir analisa keselamatan kerja yang lebih sederhana agar setiap pimpinan tim kerja lebih mudah dalam membuat analisa keselamatan kerja lebih berkualitas. Kata kunci: Analisa keselamatan kerja, identifikasi bahaya
Read More
T-4537
Depok : FKM-UI, 2015
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
