Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 33547 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Wennas; Pembimbing: Dumilah Ayuningyas; Penguji: Puput Oktamianti, Astrid Saraswati, Budiman Widjaja
Abstrak: Komunikasi antar profesi kesehatan merupakan ciri dari kualitas kesehatan dan penentu kesejahteraan pasien. Persepsi perawat terhadap kualitas komunikasi antara perawat dengan dokter mempengaruhi kualitas pelayanan terhadap pasien. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi persepsi perawat terhadap kualitas komunikasi perawat dengan dokter di Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam 2017. Penelitian dilakukan secara potong lintang dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif, dengan menggunakan kuesioner kepada 98 orang perawat permanen di Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam, serta melakukan wawancara kepada 5 orang informan sebagai data pendukung pada penelitian kualitatif. Gambaran Persepsi perawat terhadap kualitas komunikasi antara perawat dan dokter di Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam tahun 2017 memperlihatkan 61.2% adalah baik. Faktor kesempatan, informasi, dukungan, sumber daya tidak mempengaruhi persepsi perawat, masih ada faktor lain yang mempengaruhi persepsi perawat dan belum dibahas dalam penelitian ini Kata kunci: Perawat, Persepsi, Kuesioner, Kualitas komunikasi perawat-dokter
Communication and collaboration among different health professions is a hallmark of health quality and patient welfare determinants. The nurse's perception of the quality of communication between nurse and physician affects the quality of service to the patient. The purpose of this study to determine the factors that influence the nurse's perception of the quality of nurse communication with doctors at Santa Elisabeth Hospital Batam in 2017. The study was cross-sectional with quantitative and qualitative approach, using questionnaires to 98 permanent nurses at Santa Elisabeth Hospital Batam, and interviewed 5 informants as supporting data on qualitative research. The nurse's perception of communication quality between nurse and doctor at Santa Elisabeth Hospital Batam 2017 shows 61.2% is good. Factors of opportunity, information, support, resources do not affect the perception of nurses, there are still other factors that influence the perception of nurses and have not been discussed in this study Keywords: Nurse, Perception, Questionnaire, Nurse-doctor communication.
Read More
B-1888
Depok : FKM-UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Maria Lydia Elizabeth; Pembimbing: Puput Oktamianti; Penguji: Jaslis Ilyas, Vetty Yulianty Permanasari, Budi Hartono
Abstrak:

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubngan antara pelanggaran kontrak psikologis menurut perawat dengan intention to quit dan kepuasan kerja perawat rumah sakit x. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional dan melibatkan 61 perawat sebagai responden. Instrumen yang digunakan dalam pengmpulan data adalah kuesioner yang terdiri dari kuesioner pelanggaran kotrak psikologis, intention to quit dankepuasan kerja. Analisis data menggunakan uji chi-square dan hasil penelitian menunjukanbahwa kepuasan kerja dalam aspek pengawasan memiliki hubungan dengan intention to quit. Dari penelitian ini disarankan agar mengupayakan komunikasi lebih lanjut antara pihak Rumah Sakit X dan perawat mengenai aspek-aspek kontrak psikologis terutama yang dianggap masih kurang agar terbentuk kepuasan kerja dan menurunkan niat untuk berhenti perawat.


This study aims to determine the relationship between psychological contract breach according to nurse, intention to quit and nurse; job satisfication in X Hospital 2011. This study uses a quantitative approach with cross sectional design and involved 61 nurses as respondents. Instrumens used in data collection is a questionnaire consisting of psychological contract breach, intention to quit and job satisfication in terms of rewards and promotional opportunities have a relationship with psychological contract breach. In addition, rewards and supervision aspects of job satisfication have a relationship with intention to quit. It is suggested to seek further communication between X Hospital and nurses about psychological contract aspects that are considered primarily is still lacking so that it can improve nurses' job satisfication and lower intentions to quit.

Read More
B-1371
Depok : FKM-UI, 2012
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Bie Novirenallia Umar; Pembimbing: Mieke Savitri; Penguji: Dumilah Ayuningtyas, Wachyu Sulistiadi, Irwan Heriyanto, Linda Amiyanti
Abstrak: Abstrak
Penelitian ini menganalisis hubungan kejadian burnout syndrome pada perawat di unit rawat inap dan unit rawat jalan RS “X” Bandar Lampung tahun 2013. Disain penelitian ini potong lintang dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner dari 239 perawat serta 5 orang informan. Kuesioner yang digunakan adalah Maslach Burnout Inventory dan survei diagnosis stres. Hasil penelitian didapatkan 21,8% perawat unit rawat inap dan 10,8% perawat rawat jalan mengalami burnout syndrome dan menunjukan tingginya kelelahan emosional dan rendahnya depersonalisasi. Kesimpulan : Sebagian besar perawat mengalami burnout syndrome derajat tinggi. Pengurangan kejadian burnout syndrome dapat dilakukan dengan cara peningkatan SDM, berupa peningkatan pendidikan dan pelatihan serta pengaturan jam kerja.
 

This research analyzed burnout syndrome on nurses worked in in-patient units and out-patient units in “X” Hospital in Bandar Lampung in 2013. This was cross-sectional study with quantitative and qualitative approaches. Data were collected through a questionnaire survey of 239 nurses and 5 informant. This research used Maslach Burnout Syndrome and Survey Diagnostic Stress questionnaire. The results showed 21,8% nurses in in-patient units and 10,8% nurses in out-patient units having burnout syndrome and exhibited higher emotional exhaustion and lower depersonalization. Conclusion: Majority nurses were experienced high level of burnout. To reduced burnout syndrome can be solved by increasing resources, such as improving training and skills also providing reasonable work hour.
 

 

Read More
B-1549
Depok : FKM-UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
M Rizqy Setyarto; Pembimbing: Mieke Savitri; Penguji: Dumilah Ayuningtyas, puput Oktamianti, Budiman Widjaja
Abstrak: ABSTRAK 
Program Pendidikan Dokter Spesialis merupakan integrasi antara pelayanan dan pendidikan. Permasalahan timbul berkaitan dengan pembiayaan pendidikan dokter spesialis antara Fakultas Kedokteran dengan Rumah Sakit terutama berhubungan dengan penentuan biaya pendidikan.. Tujuan penelitian ini adalah melakukan analisis besarnya biaya pendidikan di RSUP Dr. Kariadi Semarang sebagai Rumah Sakit Pendidikan Utama bagi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dengan menggunakan metode activity based costing . Didapatkan bahwa sumber biaya meliputi biaya alat dan bahan habis, alat medik, alat non medik, gaji karyawan dan honor karyawan. Hasil perhitungan menggunakan metode activity based costing mendapatkan satuan biaya pendidikan sebesar Rp. 2.456.181,34 per mahasiswa per tahun.
 ABSTRACT
 Program Pendidikan Dokter Spesialis merupakan integrasi antara pelayanan dan pendidikan. Permasalahan timbul berkaitan dengan pembiayaan pendidikan dokter spesialis antara Fakultas Kedokteran dengan Rumah Sakit terutama berhubungan dengan penentuan biaya pendidikan.. Tujuan penelitian ini adalah melakukan analisis besarnya biaya pendidikan di RSUP Dr. Kariadi Semarang sebagai Rumah Sakit Pendidikan Utama bagi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dengan menggunakan metode activity based costing . Didapatkan bahwa sumber biaya meliputi biaya alat dan bahan habis, alat medik, alat non medik, gaji karyawan dan honor karyawan. Hasil perhitungan menggunakan metode activity based costing mendapatkan satuan biaya pendidikan sebesar Rp. 2.456.181,34 per mahasiswa per tahun.
Read More
B-1555
Depok : FKM-UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Anna Aurelia; Pembimbing: Mardiati Nadjib; Penguji: Sandi Iljanto, Pujiyanto, Satrio N. Pratomo
Abstrak: Rumah Sakit X merupakan salah satu rumah sakit kelas C di Jakarta Selatan yangmengalami lonjakan pasien sejak diberlakukannya rujukan berjenjang oleh BPJS. PasienAcute Coronary Syndrome merupakan pasien dengan kegawatdaruratan medis yangmembutuhkan penanganan intensif di ICU. Tujuan penelitian ini adalah menganalisisbiaya pelayanan pasien ACS dengan rawat inap di RS X pada tahun 2015 menggunakanmetode Activity Based Costing. Hasil penelitian menyatakan bahwa biaya satuan untukmenyelenggarakan pelayanan pasien ACS dengan rawat inap di RS X pada tahun 2015adalah Rp 6.083.444,-. Diperoleh hasil analisis Cost Recovery Rate untuk pasien umumadalah 227.98 % dan pasien BPJS adalah 71.38 %. Disarankan agar Rumah Sakit Xmengembangkan clinical pathway untuk penyakit ACS sebagai panduan tindakan danhari rawat pasien, dan merekrut dokter tetap untuk pengendalian biaya operasional.Kata Kunci: Rumah Sakit; Cost Recovery Rate; Activity Based Costing
Hospital is a Class C Hospital in South Jakarta, which experiencing a substantialincreased number of patients since the BPJS has implemented the referral system. AcuteCoronary Syndrome patient is a patient with a medical emergency require intensivetreatment in the ICU. The purpose of this study was to analyze the cost for hospitalizedACS patients at X Hospital in 2015. The study revealed that the unit cost of hospitalizedACS patients at X Hospital in 2015 was Rp 6.083.444,-. The Cost Recovery Rate forpatients with fee-for-service was 227.98% and for BPJS patient was 71.38%. This studysuggested the hospital to develop clinical pathway for ACS guidance, as well as recruitingfull time doctors.Keyword: Hospital; Cost Recovery Rate; Activity Based Costing
Read More
B-1807
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Indriya Purnamasari; Pembimbing: Dumilah Ayuningtyas; Penguji: Purnawan Junadi, Anhari Achadi, Asjikin Iman Hidayat Dachlan
Abstrak: Penelitian ini bertujuan menggali lebih dalam ketersediaan dokter spesialis serta upaya yangdilakukan untuk memenuhi kebutuhan tenaga dokter spesialis pada Rumah Sakit UmumKelas C milik Pemerintah di daerah terpencil. Penelitian kualitatif dilakukan denganpendekatan studi kasus di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Abdoel Madjid Batoe (RSUDHAMBA) Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi dan RSUD Malingping Kabupaten Lebak,Provinsi Banten.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan dokter spesialis baik di RSUD HAMBAmaupun RSUD Malingping masih belum memadai. Kedua RS masih kekurangan tenagaspesialis baik dari segi jenis dan jumlah, sehingga mengakibatkan belum optimalnyapelayanan kesehatan. Berbagai upaya dilakukan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) setempat,namun masih terdapat kendala, antara lain letak geografis, kondisi infrastruktur danperekonomian daerah yang masih belum memadai, kurangnya kompensasi baik yang bersifatfinansial maupun non finansial, selain tentunya kebijakan dan komitmen Pemda setempat,yang masih perlu ditingkatkan.Kesimpulan penelitian ini adalah suasana kerja yang nyaman serta kebijakan dan komitmenPemda sangat berperan terhadap peningkatan motivasi dan retensi dokter spesialis di daerah.Perlu dirumuskan kebijakan dan regulasi yang spesifik mengenai standar pola rekrutmen,penempatan, serta hak dan kewajiban dokter spesialis secara komprehensif.Kata Kunci : Dokter Spesialis, Pemenuhan, RS Umum Kelas C, Daerah Terpencil danKebijakan.
Read More
B-1810
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Efa Krisna; Pembimbing: Amal Chalik Sjaaf; Penguji: Dumilah Ayuningtyas, Purnawan Junadi, Adib A. Yahya, Amila Megraini
Abstrak: Salah satu permasalahan penting dalam pembangunan Kesehatan Nasional adalah terbatasnya aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan. Hal ini terjadi juga di Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Riau. Untuk mengatasi hal tersebut Pemerintah Kabupaten Lingga mengupayakan berbagai upaya diantaranya dengan upaya meningkatkan Puskesmas Perawatan Dabo menjadi RSUD Dabo Kelas D. Penampilan suatu rumah sakit sangat ditentukan oleh sumber daya manusia kesehatan yang dimiliki oleh rumah sakit akan mempengaruhi diferensiasi dan kualitas pelayanan kesehatan sehingga pengelolaan organisasi tidak bisa kita lepaskan dari pengelolaan sumber daya manusia di dalamnya. Namun sering kita temui pengelolaan sumber daya manusia di rumah sakit tersebut terjebak pada sistem dan prosedur yang rumit dan kadang tidak efisien dan tidak efektif. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimana proses perubahan fungsi operasional manajemen sumber daya manusia di RSUD Dabo. Hasil penelitian mendapatkan bahwa sudah ada badan hukum dalam perubahan bentuk organisasi dari Puskesmas Perawatan menjadi RSUD Kelas D yang dibuktikan dengan adanya visi dan misi, SK Bupati Lingga SK Menteri Kesehatan RI, Peraturan Daerah, SOTK baru dan Pola PPK-BLUD. Fungsi operasional manajemen SDM telah diupayakan oleh Direktur RS dengan mengajukan formasi yang dibutuhkan ke BKD Lingga guna merekrut paraPNS yang berkualitas. Disarankan agar perekrutan SDM lebih ditingkatkan menginggat sangat pentingnya SDM kesehatan khusunya dengan adanya perubahan bentuk status. Kemudian pihak RS lebih memperhatikan dokumen-dokumen terkait yang berhubungan dengan RS guna bilamana diperlukan tidak akan kesulitan dalam pencarian dokumen. Kata Kunci : Pelayanan Kesehatan, Sumber Daya Manusia, Puskesmas Perawatan, Rumah Sakit Umum Daerah.
Read More
B-1848
Depok : FKM-UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Erani Soengkono; Pembimbing: Atik Nurwahyuni; Penguji: Vetty Yulianty Permanasari, Wachyu Sulistiadi, Dedi Tedjakusnadi, Jusuf Kristianto
Abstrak: Gastroenteritis akut merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia karena faktormortalitas dan morbiditas yang tinggi terutama pada anak-anak. Proses pelayanan yangbaik dan terorginisir akan meningkatkan hasil keluaran (outcome) yang baik daripasien dengan gastroenteritis akut. Clinical Pathway dapat digunakan sebagai standardyang jelas untuk meningkatkan kualitas pelayanan, mengurangi lama hari perawatandi rumah sakit, biaya perawatan dan mengurangi variabilitas. Rumah Sakit Husadayang menerapkan clinical pathway gastroenteritis akut pada pasien anak sebagai alatkendali mutu harus benar-benar merencanakan, menyusun, menerapkan danmengevaluasi clinical pathway secara sistematis dan berkesinambungan.Penelitian inidilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang menggunakan Tools PengembanganPra Clinical Pathway dan Evaluasi Clinical Pathway serta pendekatan kualitatif denganwawancara mendalam. Implementasi clinical pathway gastroenteritis akut pada pasienanak di RS Husada dapat dilihat dari faktor input (sumber daya manusia, biaya / dana,kebijakan rumah sakit, ketersediaan obat dan alat kesehatan, sarana dan prasarana),faktor proses mulai dari proses pra persiapan clinical pathway sampai tahapimplementasi dan faktor output berupa kesesuaian pelayanan kesehatan denganclinical pathway gastroenteritis akut (lama hari rawat, visite DPJP, pemeriksaanpenunjang, tindakan keperawatan dan penggunaan obat dan alat kesehatan). Hasilpenelitian didapatkan dari faktor input sumber daya manusia menjadi faktorpenghambat penerapan clinical pathway gastroenteritis akut sehingga penerapannyatidak berjalan baik, sedangkan dari sisi proses langkah awal pembuatan clinicalpathway tidak dijalankan dengan benar sehingga menjadi awal hambatan pada prosesimplementasi selanjutnya, dan dari faktor output masih belum ada kesesuaianpelayanan dengan clinical pathway gastroenteritis seperti visite DPJP, penggunaanobat dan alkes yang polifarmasi dan tidak efisien, serta pemeriksaan penunjang yangtidak diperlukan.Kata Kunci: gastroenteritis akut, pasien anak, evaluasi, implementasi, ClinicalPathway
Acute gastroenteritis becomes health problem all over the world, because it is thecausal factor of high mortality and morbidity especially in children. Good and well-organized process of healthcare service will improve the outcome of the patients withacute gastroenteritis. Clinical pathway may be used as clear standard to improve thequality of health care, and also to reduce the length of hospital stay, hospital costs anddecrease the variability. Husada Hospital which implementing the clinical pathwayacute gastroenteritis in children as a quality control should really plan, organize,implement and evaluate clinical pathway systematically and continuously. Methodethat used for the research are quantitative approach with development of pre-clinicalpathways and evaluation of clinical pathways tools, and also indepth interview. Theaim of this research are to find out the inhibiting factors for implementation of clinicalpathways acute gastroenteritis which seen from input factors (human resources,funds, hospital policy, availability of drugs and medical equipments, also facilitiesand infrastructure); process factors which start from pre-preparation of clinicalpathways until the implementation phase; the output factors to look at theappropriateness of health services acute gastroenteritis in children with clinicalpathways in Husada Hospital. The result showed that the inhibiting factors from inputfactors are human resources, then process factors are the beginning of deciding on anICP to develop, and the output which there are no appropriatness in service healthwith acute gastroenteritis clinical pathways (e.g. visite doctors, using drugs andmedical equipments, laboratories, radiology that unnecessary)
Read More
B-1808
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Vina Juwitasari; Pembimbing: Vetty Yulianty Permanasari; Penguji: Dumilah Ayuningtyas, Adang Bachtiar, Dewa Ayu Martasari Badung, Diba Astried
Abstrak: Budaya keselamatan menjadi hal yang diutamakan dalam melaksanakan pelayanan pasien terutama di RS. Penelitian mengenai budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit Pondok Indah Puri Indah dilakukan untuk memenuhi temuan JCI pada trianneal survey tahun 2016 yaitu belum dilaksanakannya evaluasi terhadap persepsi staf mengenai budaya keselamatan pasien. Metode penelitian ini memakai mix method explanatory dengan menganalisis outcome dari hasil survei AHRQ dengan menggunakan pendekatan sistemik Malcolm Baldrige. Instrumen penelitian yang dipakai adalah dengan menggunakan kuesioner HSOPC (Hospital Survey of Patient Safety Culture) dari AHRQ (Agency for Health Research and Quality) yang terdiri dari 42 pertanyaan dan dikelompokkan dalam 12 dimensi dan dilanjutkan dengan wawancara terstruktur menggunakan pendekatan 7 aspek dari Malcolm Baldrige yaitu Kepemimpinan, Rencana Startegis, Fokus pada Tim, Fokus pada Pelanggan, Fokus pada Proses, Pengukuran,Analisis dan Manajemen Pengetahuan serta Hasil. Hasil penelitian ini mendapatkan dimensi Pembelajaran Organisasi dan Peningkatan Berkelanjutan (77%) dan dimensi Kerjasama Dalam Unit (76%) memiliki hasil persepsi positif yang tertinggi dan digolongkan dalam kategori Baik. Dimensi Respon non-punitive terhadap kesalahan, Staffing dan Serah terima dan transisi mempunyai hasil persepsi positif terendah dan masuk dalam kategori Kurang. Rencana tindakan yang akan dilakukan adalah perbaikan kebijakan dan prosedur mengenai penanganan pelaporan insiden yang menjelaskan mengenai respon non-punitif serta RS akan membuat program mengenai budaya keselamatan pasien yang akan dievaluasi secara berkala. Kata Kunci : Budaya Keselamatan Pasien, AHRQ, Malcolm Baldrige.
Read More
B-1841
Depok : FKM-UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nur Indah Yuliaty; Pembimbing: Budi Hidayat; Penguji: Atik Nurwahyuni, Ondrio Nas, Kusnanto
Abstrak: Abstrak
Sistem pembayaran rumah sakit secara prospektif merupakan salah satu cara untuk mengendalikan mutu dan biaya pelayanan kesehatan. Sistem INACBG's yang akan diterapkan secara luas di Indonesia pada era Jaminan Kesehatan Nasional merupakan salah satu bentuk sistem pembayaran tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan rerata biaya klaim dan mengetahui estimasi biaya rawat inap pasien Askes di RSUD Kota Bekasi tahun 2012 apabila menggunakan tarif INA-CBG's. Sepuluh diagnosis dengan jumlah biaya klaim rawat inap tertinggi dijadikan kerangka sampel dan ditetapkan 356 kasus sebagai total sampel penelitian. Hasil penelitian : Beberapa faktor yang secara signifikan berpengaruh pada rerata biaya klaim pola Askes adalah faktor spesialisasi DPJP, jenis kelamin DPJP, umur pasien, jenis kelamin pasien dan diagnosis penyakit. Faktor yang secara signifikan berpengaruh terhadap rerata biaya klaim rawat inap pola INACBG's adalah faktor spesialisasi DPJP, jenis kelamin DPJP, umur pasien, jenis kelamin pasien, diagnosis penyakit dan kelas perawatan. Beban biaya klaim rawat inap yang menjadi kewajiban PT. Askes (Persero) berdasarkan INA-CBG's adalah 93 % lebih tinggi dibanding dengan pola tarif saat ini. Tingkat kenaikan bervariasi di antara sepuluh diagnosis yang diteliti. Saran diberikan kepada semua pihak untuk mempersiapkan penerapan sistem INA-CBG’s di Indonesia. Merupakan hal yang penting untuk menjamin kecukupan dana dan kesinambungan pelayanan kesehatan di era Jaminan Kesehatan Nasional. 
The Prospective Payment System for hospitals is a system to control the quality and costs of health care. INA-CBG’s that will be widely applied in Indonesia at National Health Insurance era is one form of this payment system. 
This study aims to determine the factors associated with the average cost of claims and inpatient cost estimation of PT. Askes at RSUD Kota Bekasi in 2012 under INA CBG’s scheme. The top ten diagnoses with the highest total cost of inpatient claims used as the sample frame and obtained 356 cases as the total sample of study. 
RESULTS : Some factors that significantly influence to the average cost of claims under Askes scheme are the specialization of doctor in charge, sex of doctor in charge, age of the patient, sex of the patient and diagnosis of disease. The factors that significantly influence to the average cost of claims under INACBG's scheme are the specialization and sex of doctor in charge, age and sex of the patient, diagnosis of disease and classof room care. The cost of inpatient claims under INA-CBG’s scheme that become responsibilities of PT. Askes (Persero) is 93% higher than the current applied rates. The rate of increment was varied among the top ten diagnoses studied. 
Suggestions are given to all parties to prepare for the implementation of INA-CBG's in Indonesia. It is essential to ensure sufficiency of fund and sustainability of care at National Health Insurance era.
Read More
B-1553
Depok : FKM-UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive