Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 38718 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Hastrina Mailani; Pembimbing: Evi Martha; Penguji: Dumilah Ayuningtyas, Wachyu Sulistiadi, Nani Hidayanti Widodo, Kemal Imran
Abstrak: Prosedur tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi mutlak harus diterapkan dirumah sakit termasuk di rawat inap. Kegiatan ini bertujuan untuk meminimalkan danmencegah terjadinya infeksi pada pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat sekitarfasilitas pelayanan kesehatan. Selain menurunkan tingkat kesakitan dan kematian karenainfeksi nosokomial, pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian infeksi yangbaik akan menurunkan biaya kesehatan karena dapat menurunkan lama rawat yangberdampak pada penurunan biaya yang dikeluarkan. Tujuan penelitian ini adalah untukmengetahui gambaran pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi di rawat inapRumah Sakit Pusat Otak Nasional. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif denganmenggunakan metode penelitian kualitatif. Wawancara mendalam, diskusi grup terarah,dan observasi lansung dilaksanakan terhadap 13 informan. Hasil penelitian menunjukanbahwa pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi di rawat inap Rumah SakitPusat Otak Nasional ditinjau dari struktur, proses dan output belum terlaksana sesuaidengan pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi yang telah ditetapkan.Pelaksanaan pencegahan dan pelaksanaan infeksi di rawat inap belum optimal karenapelaksanaan kebersihan tangan, penggunaan alat pelindung diri, pemisahan limbahmedis dan penyuntikan yang aman pada sebagian petugas belum dilakukan sesuaistandar serta monitoring dan evaluasi yang tidak dilakukan secara rutin. Jumlah petugasyang masih kurang, tumpang tindih tugas dan kurangnya pelatihan berpengaruh padapelaksanaan tugas pencegahan dan pengendalian. Saran yang dapat dilakukan adalahanalisis beban kerja, meningkatkan pelatihan pada petugas dan monitoring sertaevaluasi pelaksaanan pencegahan dan pengendalian infeksi dilakukan secara rutin.Kata Kunci : Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, infeksi nosokomial
Infection prevention and control procedures must be implemented in hospitals includingthe inpatient care. It is intended to minimize and prevent infection in patients,healthcare workers, visitors, and the community surrounding the healthcare facility.Other than reducing mortality and morbidity rate associated with nosocomialinfections, the right implementation of Infection prevention and control program willalso reduce health costs due to reduced care duration which affects the decrease of thehealth cost expenditure. The purpose of this research is to understand the descriptive ofinfection prevention and control implementation at the inpatient care of the NationalBrain Center Hospital. This study uses a qualitative descriptive research method. In-depth interview, focus group discussion and observation are conducted with 13informants. Results of the study show that based on the structure, process and output,the infection prevention and control implementation at the inpatient care of theNational Brain Center Hospital has been done according to the guidelines of theinfection prevention and control that has been established.. The infection preventionand control implementation at the inpatient care is not yet optimized because of thepractices such as hand hygiene practice, use of personal protective equipment,separation of medical waste and safe injection that have not been done according tostandard and have not been monitored and evaluated routinely. The insufficient numberof healthcare workers, overlapping tasks and lack of training have an effect on theimplementation of Infection prevention and control tasks. Suggestions to be done arerestructuring of the Infection prevention and control organization, analysis ofworkload, the increase of training for healthcare workers and routine monitoring andevaluation of Infection prevention and control implementation.Keywords: Infection Prevention and Control,nosocomial infections.
Read More
T-5331
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Apriati Kartini; Pembimbing: Dian Ayubi, Sutanto Priyo Hastono; Penguji: Kusdinar Ahmad, Adhy Nugroho, Luana Lidwina
Abstrak: ABSTRAK Saat ini mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia masih rendah. Salah satu outcome dari layanan kesehatan selain kesembuhan pasien adalah kepuasan pasien. Salah satu cara atau metode yang dianggap cukup objektif dalam mengukur kepuasan pasien adalah Metode Servqual (Service Quality), dimana dibuat penilaian untuk mengukur kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan dengan lima dimensi mutu yaitu tangible, reliability, responsiveness, assurance, dan empathy. Penelitian dilakukan untuk meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan rawat inap di RS PON. Penelitian menggunakan desain kuantitatif dan kualitatif. Sampel penelitian menggunakan quota sampling 92 orang dan 1 orang informan. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner dan wawancara mendalam. Hasil penelitian yaitu nilai rata-rata kepuasan pasien adalah 76,88. Karakteristik pasien yang berhubungan dengan kepuasan pasien rawat inap yaitu pendidikan (p value 0,001) dan karakteristik yang tidak berhubungan dengan kepuasan pasien adalah pekerjaan (p value 0,814) dan cara pembayaran (p value 1,00). Reputasi berhubungan kepuasan pasien (p value 0,001) dan pengalaman tidak berhubungan dengan kepuasan pasien (p value 0,005). Variabel yang paling dominan yaitu pendidikan. Kepuasan pasien khususnya rawat inap belum sesuai dengan indikator mutu rawat inap berdasarkan Kementerian Kesehatan dan RS PON yaitu kepuasan pasien sebesar ≥ 90. Saran yaitu hendaknya melakukan edukasi dan penjelasan informasi menyesuaikan dengan tingkat pendidikan pasien, melakukan pengukuran tingkat kepuasan pasien yang mencakup penampilan fisik rumah sakit dan kebersihan, melakukan pelatihan bagi petugas tentang cara menanggapi keluhan pasien yang baik. Kata kunci: kepuasan, rawat inap, rumah sakit Nowadays the service quality of hospital in Indonesia is still low. One of the health service outcomes beside patient recovery is patient satisfaction. One of the methods which is considered quite objective in measuring patient satisfaction in Servqual method (Service Quality), which is made the assessment to measure patient satisfaction towards service quality with fifth quality dimensions such as tangible, reliability, responsiveness, assurance, and emphaty. This research is conducted to increase patient satisfaction towards inpatient service in National Brain Hospital. This research use quantitative and qualitative designs. The sample use the quota sampling for 92 respondens and one informan. The data collection were taken by questionnaire and indepth interview. The research result is showed that the mean value of patient satisfaction is 76,88. The patient characteristics which are associated with patient satisfaction is the education (p value 0,001). The patient characteristic which are not associated with patient satisfaction are occupation (p value 0,814) and payment (p value 1,000). The reputation is associated with patient satisfaction (p value 0,001) and patient experience is associated with patient satisfaction (p value 0,005). The dominant variable is education. Patient satisfaction especially inpatient ward has not matched with the inpatient quality indicators based on Ministry of Health that patient satisfaction is ≥ 90. The recommendation is to conduct the education and information explanation based on education level, measure patient satisfaction level include physical environment of hospital and cleanliness, do training for health workers the way to respond the patient complaints. Key words: satisfaction, inpatient, hospital
Read More
T-5319
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Oktarina; Pebimbing: Robiana Modjo; Penguji: Dian Ayubi, Puput Oktamianti, Jusuf Sato Kristianto
Abstrak: Kepuasan pasien merupakan salah satu indicator dalam mengukur mutu pelayanan di rumah sakit dan juga sebagai indikator standard suatu rumah sakit. Salah satu cara atau metode yang dianggap cukup objektif dalam mengukur kepuasan pasien adalah Metode Servqual (Service Quality), ada 5 (lima) dimensi mutu untuk mengukur kepuasan pasien yaitu tangible, reliability, responsiveness, assurance, dan empathy. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor faktor yang berhubungan dengan kepuasan pasien di RS PON. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif desain cross sectional study. Sampel adalah pasien rawat jalan sebanyak 200 orang, pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner. Hasil penelitian yaitu nilai rata-rata kepuasan pasien adalah 64%. Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan antara variabel umur dengan p value 0,026, variabel jenis kelamin dengan p value 0,001, variabel pendidikan dengan p value 0,001, variabel cara bayar dengan p value 0,036, variabel pelayanan administrasi dengan p value 0,003, variabel pelayanan perawat dengan p value 0,003, variabel pelayanan dokter dengan p value 0,001 dan variabel penunjang dengan p value 0,001 dengan kepuasan pasien. Karakteristik pasien yang merasa puas dengan pelayanan di instalasi rawat jalan RS. PON adalah pasien yang berumur tua, berjenis kelamin perempuan, pendidikan tinggi,cara bayar BPJS, yang mendapatkan pelayanan administrasi baik, yang mendapatkan pelayanan perawat baik, yang mendapatkan pelayanan dokter baik dan pelayanan penunjang baik. Secara keseluruhan kepuasan pasien di instalasi rawat jalan RS. PON masih rendah karena 90%.
Read More
T-5540
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Arifah Alfiyyah; Pembimbing: Robiana Modjo; Penguji: Adang Bachtiar, Evi Martha, Alexander K Ginting S. , Novita Dwi Istanti
Abstrak:
Penelitian ini menganalisis pengendalian mutu infeksi TB pada petugas di Rumah Sakit “X” Daerah Depok Jawa Barat, yang jarang dilakukan karena fokus pada pasien. Berdasarkan teori Donabedian (structure, process dan outcome) dan teori Van Meter dan Van Horn, penelitian ini mengidentifikasi standar pengendalian TB, kebijakan, SDM, sarana, dan anggaran sebagai bagian dari struktur; komunikasi dan manajemen risiko sebagai proses; serta deteksi TB/ILTB dan pengobatan sebagai hasil. Metode penelitian menggunakan analisis deskriptif kualitatif dengan triangulasi sumber melalui wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumen dengan 13 informan. Hasil menunjukkan bahwa standar pengendalian TB mengikuti aturan nasional, kebijakan khusus TB sedang diproses, dan perlindungan airborne disease diterapkan. Kesadaran individu dan unit terkait bertanggung jawab atas pemantauan dan evaluasi kebijakan perlindungan. Sarana dan prasarana TB RO belum memenuhi standar, namun anggaran sudah mendukung perlindungan melalui BPJS dan dana hibah. Proses komunikasi dilakukan antar unit dan personal melalui digitalisasi dan nota dinas, serta manajemen risiko infeksi TB memenuhi 5 level hirarki pengendalian. Data outcome menunjukkan 49% petugas ILTB tahun 2023 dengan 2 petugas hasil x-ray tidak normal, namun pemantauan pengobatan belum optimal. Secara keseluruhan, perlindungan petugas terhadap infeksi TB berjalan meski kebijakan khusus TB belum ditetapkan. Perlindungan petugas terhadap infeksi TB dengan melihat structure, process dan outcome dapat melindungi petugas dari penyebaran TB dan meningkatkan mutu rumah sakit.

This study analyzes TB infection control among healthcare workers at hospital “X” Depok West Java, which is often overlooked due to patient-focused efforts. Using Donabedian’s framework (structure, process, outcome) and Van Meter and Van Horn's theory, the study examines TB control standards, policies, human resources, facilities, and budget (structure); communication and risk management (process); and TB/LTBI detection and treatment (outcome). Qualitative descriptive methods, including interviews, observations, and document reviews with 13 informants, reveal adherence to national TB control standards, ongoing policy development, and airborne disease protection. Despite some infrastructural shortcomings, budget support through national universal health coverage called BPJS Kesehatan and grants is noted. Communication is maintained digitally and formally, with risk management aligning with the hierarchy of controls. Outcomes indicate 49% LTBI detection in 2023, though treatment monitoring is insufficient. Overall, TB protection for staff is in place, yet specific TB policies are pending. Improved MDR-TB (Multidrug-Resistant Tuberculosis) facilities and policy optimization could enhance hospital quality.
Read More
T-6921
Depok : FKM-UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rizki Rahayuningsih; Pembimbing: Dumilah Ayuningtyas; Penguji: Vetty Yulianty Permanasari, Yanti Herman, Molyadi
Abstrak:
Program pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan upaya paling efektif untuk mencegah terjadinya HAIs” (Healthcare-Associated Infections), yaitu infeksi akibat pelayanan kesehatan, yang dapat menjadi ancaman masuknya penularan wabah ke komunitas. Implementasi dan pelaporan program PPI cukup beragam. Ketiadaan pelaporan dan data implementasi PPI di Fasilitas Palayanan Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) pada Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) dapat menempatkan posisi layanan priemr dalam kondisi tidak siap dalam menghadapi ancaman wabah dan menambah kesenjangan. Tujuan penelitian untuk melihat gambaran implementasi PPI dan kesesuaian implementasi PPI di FKTP DTPK Kabupaten Kubu Raya. Penelitian ini menggunakan mix methode dengan desain sequential explanatory. Pada tahap pertama dilakukan pengisian kuesioner baku menggunakan kuesioner baku IPCAF- minimum requirement assesment for primary care oleh seluruh tim PPI dilanjutkan dengan wawancara mendalam kepada 11 informan dan dilakukan observasi dokumen. Hasil didapatkan 23,8% Puskesmas di level Kabupaten belum memenuhi kesesuaian standar minimum program PPI, akan tetapi pada Puskesmas DTPK 36,4% Puskesmas sudah memenuhi kesesuaian standar minimum program PPI. Dari 8 komponen inti PPI, pada level Kabupaten nilai tertinggi didapat komponen monitoring dan umpan balik, sedangkan pada Puskesmas DTPK nilai tertinggi didapat pada komponen surveilans HAIs. Sementara pada level Kabupaten maupun Puskesmas DTPK, nilai terendah didapatkan pada komponen pendidikan pelatihan dan beban kerja kepegawaian dan ketersediaan tempat tidur. Perencanaan dan pembiayaan pendidikan pelatihan serta pemanfaatan pelatihan daring dapat menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan nilai komponen pendidikan pelatihan.

Infection prevention and control programs are the most effective way to prevent "Healthcare-Associated Infections" (HAIs), which are healthcare-associated infections that can threaten the entry of outbreaks into the community. Implementation and reporting of the IPC program is quite various. The absence of reporting and data on the implementation of IPCs in Primary Care Facilities (FKTP) in rural/remote area (DTPK) can place the position of primary care facilities in an unprepared condition in facing the threat of an outbreak and increase inequality. The purpose of the study was to look at the description of IPC implementation and the suitability of IPC implementation in DTPK FKTP Kubu Raya Regency. This study used a mix method with a sequential explanatory design. In the first stage, a standard questionnaire was filled in using the IPCAF- minimum requirement assessment for primary care by the entire IPC team, followed by in-depth interviews with 11 informants and document observation. The results showed that 23.8% of FKTP at the district level had not yet compliance with the minimum standards of the IPC program, but at FKTP DTPK 36.4% of FKTP have met the minimum standards of the IPC program. Of the 8 core components of PPI, at the district level the highest value is obtained for the monitoring and feedback component,. while at the FKTP DTPK the highest value is obtained in the HAIs surveillance component. While at both the district and DTPK health center levels, the lowest scores were obtained in the components of training education and staffing workload and bed availability.
Read More
T-6995
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Emytri; Pembimbing: Evi Martha; Penguji: Wachyu Sulistiadi, Dian Ayubi, Pradnya Paramita
Abstrak: Penilaian budaya keselamatan pasien adalah satu elemen dasar dalammeningkatkan upaya keselamatan pasien. Sangat penting untuk menilaibagaimana sikap, persepsi, kompetensi individu dan perilaku orang / kelompoksehingga menentukan komitmen dalam meminimalkan insiden. Penelitian itubertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan budayakeselamatan pasien. Jenis penelitian ini menggunakan metode crossectional padapopulasi seluruh pegawai Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RSPON) berjumlah649 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random samplingdengan besar sampel 250 orang responden. Analisis data yang dilakukan adalahanalisa regresi logistik ganda .Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya keselamatan pasien diRSPON memiliki respon positif 46,8%. dalam kategori budaya kurang kuat.Telah terbukti secara statistic bahwa terdapat hubungan signifikan dengan budayakeselamatan pasien Harapan dan Tindakan Promosi Keselamatan Pasien ,Persepsi Keselamatan Pasien, Komunikasi Terbuka, Pembelajaran Organisasi,Komitmen Manajemen, Umpan balik insiden, Kerjasama didalam unit dankerjasama diantara unit kerja, serta Serah terima dan pergantian shift. Faktor yangdominan berhubungan dengan budaya keselamatan pasien di RSPON tahun 2016adalah faktor pekerjaan yaitu Serah terima dan pergantian shif serta faktororganisasi berupa Manajemen SDM/staffing dan faktor pekerjaan yaitu Kerjasamaantar unit yang secara signifikan memiliki peluang untuk budaya keselamatanpasien yang lebih baik.Disarankan agar RSPON mengembangkan budaya keselamatan pasiendengan upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien. Mmengevaluasiinstrument atau dokumentasi serah terima pasien atau pekerjaan untukkeselamatan pasien. Mengembangkan dan mengevaluasi prosedur informasi padaserah terima.Mengoptimalkan pergantian kerja/shift melalui perubahan shift kerja.Mengidentifikasi model kerja tim antar unit dan meningkatkan koordinasi sertakolaborasi antara unit kerja.Melibatkan staf dan partisipasi aktif dalam evaluasisasaran keselamatan pasien, Melakukan pemutakhiran penilaian beban kerja danpengelolaannya lamanya waktu kerja lebih atau lembur.Kata kunci : Budaya Keselamatan pasien, faktor orang, organisasi, pekerjaan
Patient safety culture assessment are the basic component in the patientsafety improvement program. It is important to assess how attitudes, perceptions,competencies and behaviors of individuals / groups that determine thecommitment to minimize the incident. The study aims to determine patient safetyculture and the factors that influence it. This research used cross sectional methodon the entire population RSPON numbered 649 employees to response. Samplingwith simple random sampling technique and the number of sample in thisresearch is 250 respondents. Data analysis by logistic regression.The results showed that patient safety culture in the category of culture toresponse less well with the positive response of 46.8%. The dominant factoraffecting patient safety culture are job factor that handoff or transition and shift(p = 0.03) and cooperation between working units (p = 0.035), as well asorganizational factors, namely: staffing (p = 004). It is recommended to responseimprove patient safety culture (a) develop instruments handover of patients orwork for the safety of the patient, (b) development and evaluation procedure theinformation on the handover mainly verbal orders and telephones, (c) optimizingthe turn of the job / shift through changes in work shifts a maximum of 3 days andestablish effective communication as well as their supervision in patient safety, (d)identify a model of teamwork between the units and improve the coordination ofteamwork between units.Keywords: Patient Safety Culture, factor person, system, job
Read More
T-4681
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Okti Eko Nurarti; Pembimbing: Sutanto Priyo Hastono; Penguji: Dian Ayubi, Enny Mulyatsih, Ns. Siti Anisah
T-5326
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Verawati Lenny; Pembimbing: Hafizurrachman, Robiana Modjo; Penguji: Mayarni, Tati Nuryati
T-3368
Depok : FKM-UI, 2011
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Annisa Dea Sari; Pembimbing: Wachyu Sulistiadi; Penguji: Dumilah Ayuningtyas, Tini Suminarti, Bertha Farida Tarigan
Abstrak: Kualitas pelayanan di rumah sakit menjadi penting karena bila memiliki kualitas rendahmaka dapat membahayakan pasien. Perawat sebagai profesi yang 24 jam berhubungandengan pasien, turut menentukan mutu pelayanan. Depkes RI (2005) menyatakanpenerapan standar asuhan keperawatan untuk mengukur, memantau dan menyimpulkanapakah pelayanan sudah mengikuti persyaratan. Tujuan penelitian untuk melihatgambaran kualitas asuhan keperawatan melalui kinerja perawat. Pengukuran kualitasasuhan keperawatan dinilai melalui pelaksanaan asuhan dan pendokumentasi asuhan(Muller-Staub, 2008). Penelitian menggunakan desain deskriptf dengan cross sectionalstudy. Sampel penelitian menggunakan simple random sampling pada seluruh perawatdi rawat inap RSJPDHK sebanyak 159 orang. Pengumpulan data dilakukan melaluikuesioner dan observasi. Hasil penelitian yaitu sebanyak 56% perawat usia muda,57,2% pendidikan sarjana, 86,2% perawat perempuan, 57,2% pengetahuan baik tentangasuhan keperawatan, 64% perawat memiliki motivasi tinggi, 54,7% perawat memilikipersepsi positif, 66% perawat merasa beban kerja berat, 40,9% pelaksanaan asuhankeperawatan sesuai standard dan 63,5% pendokumentasian sesuai standar, hal inidipengaruhi oleh motivasi, pengetahuan dan beban kerja. Rekomendasi untukmanajemen keperawatan yaitu memberikan pelatihan tentang asuhan keperawatan,resosialisasi SPO pendokumentasian, bimbingan dan monitoring evaluasi penerapanstandar asuhan keperawatan.Kata Kunci : Kinerja perawat, pelaksanaan asuhan keperawatan, pendokumentasianasuhan keperawatan.
Read More
T-5343
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Chandra Wirawan; Pembimbing: Adang Bachtiar; Penguji: Puput Oktamianti, Robiana Modjo, Hermain, Zelvy Emmelya Sundari
Abstrak:
Bagi pasien rumah sakit, pelayanan kesehatan yang berkualitas tidak hanya dirasakan dengan sembuhnya dari penyakit secara fisik namun juga menyangkut kepuasan pasien terhadap sikap, pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan serta tersedianya sarana dan prasarana yang memadai. Pasien akan puas apabila layanan yang diterimanya setidaknya sama atau melampaui harapan pasien. Sedangkan pasien merasa tidak puas apabila layanan yang diterimanya tidak sesuai dengan harapan pasien. Berdasarkan data capaian indikator mutu di Rumah Sakit Bakti Timah (RSBT) Mentok Tahun 2022, terdapat beberapa indikator mutu yang belum mencapai target. Selain itu angka kunjungan pasien JKN di instalasi rawat jalan RSBT Mentok Tahun 2020-2022 juga mengalami penurunan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kepuasan pasien dan gambaran minat kunjungan ulang pada pasien JKN di instalasi rawat jalan RSBT Mentok Tahun 2023. Desain penelitian ini adalah Cross Sectional dengan jumlah sampel sebanyak 120 orang. Analisis statistik menggunakan uji Chi Square atau uji Fisher Exact. Berdasarkan uji statistik untuk melihat hubungan karakteristik responden dengan minat kunjungan ulang didapat hasil seluruh karakteristik responden memiliki p value > 0,05 yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara karakteristik responden dengan minat kunjungan ulang. Sedangkan hasil uji statistik antara kepuasan responden pada dimensi Tangibles dengan minat kunjungan ulang diketahui p value > 0,05 yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara kepuasan responden pada dimensi Tangibless dengan minat kunjungan ulang. Dan hasil uji statistik antara kepuasan responden pada dimensi Reliability, Responsiveness, Assurance dan Emphaty dengan minat kunjungan ulang diketahui p value ≤ 0,05 yang artinya ada hubungan yang signifikan antara kepuasan responden pada dimensi Reliability, Responsiveness, Assurance dan Emphaty dengan minat kunjungan ulang. Hubungan kepuasan pasien secara keseluruhan didapat hasil p value ≤ 0,05 yang artinya ada hubungan yang signifikan antara kepuasan pasien dengan minat kunjungan ulang. Hasil pemetaan unsur pelayanan pada diagram Kartesius didapat hasil 5 (lima) unsur pelayanan berada pada kuadran A yang artinya menjadi prioritas utama untuk dilakukan upaya perbaikan. Kelima unsur pelayanan tersebut yaitu kondisi ruang tunggu pasien, ketersediaan alat kesehatan, ketersediaan jenis pemeriksaan di laboratorium, ketersediaan obat di instalasi farmasi rumah sakit dan kehadiran dokter sesuai jadwal pelayanan. Oleh karena itu pihak RSBT Mentok harus lebih memperhatikan unsur-unsur pelayanan yang belum memberikan kepuasan maksimal kepada pasien.

For hospital patients, quality health services are not only felt by recovering from physical illness but also regarding patient satisfaction with the attitudes, knowledge and skills of health workers in providing services and the availability of adequate facilities and infrastructure. Patients will be satisfied if the service they receive at least equals or exceeds patient expectations. Meanwhile, the patient feels dissatisfied if the service he receives does not match the patient's expectations. Based on the achievement data of quality indicators at Bakti Timah Mentok Hospital in 2022, there are several quality indicators that have not reached the target. In addition, the number of JKN patient visits at the outpatient installation at Bakti Timah Mentok Hospital in 2020-2022 has also decreased. The purpose of this study was to describe patient satisfaction and interest in revisiting JKN patients at the outpatient installation at Bakti Timah Mentok Hospital in 2023. The study design was cross sectional with a sample size of 120 people. Statistical analysis using Chi Square test or Fisher Exact test. Based on statistical tests to see the relationship between the characteristics of the respondents and the interest in repeat visits, it was found that all of the characteristics of the respondents had p value > 0.05, which means that there was no significant relationship between the characteristics of the respondents and the interest in repeat visits. While the results of statistical tests between respondents' satisfaction on the Tangibles dimension and intention to revisit, it is known that p value > 0.05, which means that there is no significant relationship between respondent's satisfaction on the Tangibles dimension and intention to revisit. And the results of statistical tests between respondents' satisfaction on the dimensions of Reliability, Responsiveness, Assurance and Empathy with interest in repeat visits are known to be p value ≤ 0.05, which means that there is a significant relationship between respondents' satisfaction in the dimensions of Reliability, Responsiveness, Assurance and Empathy with interest in repeat visits. The relationship between patient satisfaction as a whole resulted in p value ≤ 0.05, which means that there is a significant relationship between patient satisfaction and interest in repeat visits. The results of the mapping of service elements in the Cartesian diagram show that 5 (five) service elements are in quadrant A, which means they are a top priority for improvement efforts. The five elements of service are the condition of the patient's waiting room, the availability of medical devices, the availability of types of laboratory examinations, the availability of drugs in the hospital pharmacy installation and the presence of doctors according to the service schedule. Therefore, the Bakti Timah Mentok Hospital must pay more attention to service elements that have not provided maximum satisfaction to patients.
Read More
T-6771
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive