Ditemukan 35382 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Esti Katherini Adhi; Pembimbing; Sandra Fikawati, Ahmad Syafiq; Penguji: Endang L. Achadi, Marudut. Mayang Sari
Abstrak:
ABSTRAK
Prevalensi balita stunting di Kab.Bogor tahun 2013 sebesar 28,3%. Hal tersebut masih
menunjukan bahwa stunting di Kab. Bogor masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat. Susu merupakan sumber pangan yang mengandung energi, protein dan
mikronutrien yang hanya ditemukan pada sumber makanan hewani yang dapat berfungsi
dalam merangsang pertumbuhan. Pelarangan promosi susu pada anak dibawah umur 3
tahun memunculkan kekhawatiran akan jumlah balita stunting yang malah akan
meningkat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara asupan susu
dengan stunting ada anak balita umur 24 bulan di Kecamatan Bojong Gede Kabupaten
Bogor Tahun 2018. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional dengan sampel
penelitian sebanyak 113 balita. Hasil penelitian menunjukan 26,5% balita umur 24 bulan
di Kecamatan Bojong Gede Kabupaten Bogor Tahun 2018 mengalami stunting. Terdapat
hubungan antara umur mulai minum susu dengan kejadian stunting (p=0,021), sedangkan
tipe konsumsi susu (p=0,734) dan frekuensi minum susu (p=0,588) tidak mempunyai
hubungan dengan kejadian stunting. Balita yang mulai minum susu umur ≥12 bulan
mempunyai peluang 4,1 kali (95% CI: 1,23-13,32) untuk menjadi stunting dibandingkan
dengan balita yang minum susu umur <12 bulan setelah dikontrol pekerjaan ibu,
pendidikan bapak dan asupan protein.
Kata kunci:
Stunting, asupan susu, mulai minum susu, tipe konsumsi susu, frekuensi minum susu
The prevalence of under five children stunting in Kab.Bogor in 2013 is 28,3%. It is shows
that stunting in Kab. Bogor is still a public health problem. Milk is a food source that
contains energy, protein and micronutrients that found only in animal food sources that
can stimulating growth. The prohibition of promotion of milk in children under 3 years
old raises concerns about increasing of stunting children . The purpose of this study was
to determine the corelation between milk intake and stunting on 24-month-old child in
Bojong Gede sub-district, Bogor Regency in 2018. This study used cross-sectional
method with 113 research samples. The results showed 26.5% of children aged 24 months
in Bojong Gede District, Bogor Regency in 2018 had stunting. There was a corelation
between drinking milk start date and stunting (p = 0,021), while type milk consumption
(p = 0,734) and milk drinking frequency (p = 0,588) had no corelation with stunting .
Toddlers who start drinking milk ≥12 months old have a chance of 4.1 times (95% CI:
1,23-13,32) encounter stunting compared to under-fives who drink milk <12 months after
controlled by mother's job, father's education and intake protein.
Keyword : stunting, dairy intake, drinking milk start date, type milk consumption, milk
drinking frequency
Read More
T-5410
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Mega Santi Widya Putri; Pembimbing: Sandra Fikawati; Penguji: Ahmad Syafiq, Anies Irawati, Endang Sri Wahyuningsih
Abstrak:
ABSTRAK waktu yang lama, biasanya diikuti dengan frekuensi sering sakit, yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti kurangnya pengasuhan, penggunaan air yang tidak bersih, lingkungan yang tidak sehat, terbatasnya akses terhadap pangan dan kemiskinan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsumsi susu dengan kejadian stunting pada anak balita usia 24 bulan di Kecamatan Duren Sawit tahun 2018. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian case control, jumlah sampel penelitian ini adalah 74 orang, pada kelompok kasus 37 anak, dan pada kelompok kontrol 37 anak. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Duren Sawit pada anak balita usia 24 bulan. Hasil: Hasil penelitian analisis bivariat menunjukkan terdapat pengaruh antara konsumsi susu, frekuensi minum susu, jumlah minum susu, mulai minum susu, pendidikan ibu, pengetahuan gizi ibu, penyakit infeksi, asupan energi, asupan lemak, dan asupan zat besi dengan kejadian stunting. Tidak ditemukan pengaruh pendidikan ayah, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, besar keluarga, riwayat ASI Eksklusif, asupan karbohidrat, dan asupan kalsium dengan kejadian stunting. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa konsumsi susu, penyakit infeksi, dan asupan energi berpengaruh terhadap kejadian stunting dan yang paling dominan dalam mempengaruhi kejadian stunting adalah konsumsi susu. Kesimpulan: Konsumsi susu memiliki pengaruh dengan kejadian stunting pada anak usia 24 bulan. Kata Kunci : Balita, Stunting, Konsumsi Susu Introduction: Stunting is a chronic malnutrition caused by a lack of long-term nutritional intake, usually followed by frequent frequent illness, caused by factors such as lack of care, impure water use, unhealthy environment, limited access to food and poverty . Purpose: This study aims to determine the effect of milk consumption with the incidence of stunting in children aged 24 months in Kecamatan Duren Sawit in 2018. Method: This study is a quantitative study with case control research design, the number of samples of this study was 74 people, in case group 37 children, and in the control group of 37 children. This research was conducted in Duren Sawit Subdistrict in children aged 24 months. Results: The results of bivariate analysis showed that there was influence between milk consumption, milk drinking frequency, milk drinking, milk, mother education, mother's nutrition, infectious diseases, energy intake, fat intake, and iron intake with stunting events. No effect of father's education, father's work, mother's job, family size, history of exclusive breastfeeding, carbohydrate intake, and calcium intake with stunting events. The result of multivariate analysis showed that milk consumption, infectious diseases, and energy intake had an effect on stunting event and the most dominant in influencing stunting incidence was milk consumption. Conclusion: Milk consumption has an influence with stunting events in children aged 24 months. Key words: Toddler, Stunting, Milk Consumption
Read More
T-5417
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Hasyyati; Pembimbing: Helda; Penguji: Yovsyah, Astrid Hereline
Abstrak:
Skripsi ini membahas hubungan pemberian stimulasi terhadap perkembangan anak umur 12 bulan di Wilayah Kecamatan Jambe pada bulan Mei tahun 2017. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional dan pengambilan sampel dilakukan dengan Total Sampling. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 92,9% dari anak umur 12 bulan di wilayah Kecamatan Jambe mengalami perkembangan yang sesuai dengan umurnya. Sebanyak 61,4% anak umur 12 bulan mendapatkan stimulasi yang cukup. Sebanyak 67,2% dari responden merupaka perempuan. Sebanyak 94.3% anak memiliki berat badan lahir yang normal saat lahir. Sebanyak 94,3% anak memiliki status gizi baik. Sebanyak 68,6% anak diberikan ASI eksklusif. Sebanyak 68,6% dari responden ibu memiliki pendidikan rendah dan 91,4% dari responden ibu tidak bekerja. Sebanyak 85,7% dari anak umur 12 bulan diasuh oleh selain orang tua. Sebanyak 77,1% memiliki jumlah saudara lebih dari satu. Terdapat hubungan antara pemberian stimulasi dengan perkembangan anak umur 12 bulan di Kecamatan jambe pada bulan Mei tahun 2017 (p=0,04). Kata kunci: Perkembangan anak,stimulasi. This thesis discusses about relationship between stimulation with the development of childr aged 13 in jambe sub-district in may 2017. This study is a quantitative study with cross sectional research design and sampling carried out by the Total Sampling. The results showed that 92,9% have the good development of Child, 61,4% child aged 12 in Jambe Sub-district have a sufficient stimulation, 67,2% respondents are girls, 94.3% child have a normal weight when they born, 94,3% child have a good nutrition, 68,6% ASI eksklusif, 68,6% respondents have a low educated mothers, 91,4% mothers does not doing work, 14,3% full taken care ye teir parents, 77,1% have more than one siblings. There is a relatonship between stimuation and the development of child aged 13 in Jambe Sub-district in May 2017 (p=0,04). Keyword : development of child, stimulation.
Read More
S-9559
Depok : FKM-UI, 2017
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Dewi Syafitriani; Pembimbing: Indang Trihandini; Penguji: Ayu Dewi Sartika, Yuni Zahraini, Guspianto
Abstrak:
Indonesia termasuk dalam 17 negara yang mengalami beban ganda permasalahan gizi, salah satunya adalah stunting sebesar 37,2%, Tahun 2021 terlihat laju penurunan prevalensi stunting sudah semakin membaik terlihat data SSGI 2021 menunjukkan prevalensi stunting dari Tahun 2019 menurun 3,9% diikuti penurunan tahun 2021 menurun 3,3% dari 27,67% menjadi 24,4% di Tahun 2021. Kehamilan Tidak Diinginkan di Indonesia cenderung stagnan dan belum turun. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 memperlihatkan prevalensi KTD sebesar 15%, selanjutnya tahun 2018 Survei Kinerja dan Akuntabilitas Program KKBPK (SKAP) memperlihatkan angka KTD 15%. Kehamilan tidak diinginkan menjadi faktor pemungkin dan memiliki peranan dalam menyebabkan stunting, dimulai sejak masa kehamilan seperti kesiapan untuk memiliki anak memberikan pengaruh terhadap kejadian kehamilan tidak diinginkan dan pola pengasuhan. Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui hubungan kehamilan tidak diinginkan dengan kejadian stunting pada balita 12-24 bulan di Indonesia, bersifat kuantitatif menggunakan data sekunder Riskesdas 2018. Penelitian ini mencakup seluruh provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia. Penelitian ini menggunakan analisis data dengan menu complex samples. Hasil penelitian ini didapatkan tidak ada hubungan bermakna antara Kehamilan Tidak Diinginkan dengan Kejadian Stunting pada Baduta (12-24 bulan) di Indonesia pada analisis bivariat dengan menggunakan uji chi-square dengan nilai p 0,648 (OR: 1,054; 95%CI: 0,840 ? 1,324). Pada analisis multivariat dengan menggunakan uji regeresi logistik menunjukkan Kehamilan Tidak Diinginkan memiliki pengaruh 1,287 berisiko lebih besar pada Kehamilan Tidak Diinginkan untuk menjadi Stunting dibandingkan pada Kehamilan Diinginkan (p 0,086, OR: 1,287; 95%CI: 0,965-1,716). Terdapat konfonding pada penelitian ini yaitu variabel ASI Eksklusif (aOR=1,l92: 95%CI : 0,987-1,441: p value 0,069). Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Tingkat Sosial Ekonomi dan Jenis Kelamin merupakan faktor pengontrol yang mempengaruhi kejadian Stunting pada Baduta (12-24 bulan) di Indonesia, bayi yang lahir BBLR akan memiliki peluang risiko 2,508 kali lebih besar untuk menjadi stunting pada Baduta (12-24 bulan) dibanding dengan bayi lahir normal (p 0,000, OR: 2,508; 95%CI: 1,632-3,855), semakin rendah tingkat sosial ekonomi keluarga akan berisiko 2,151 kali lebih besar untuk mengalami stunting (p0,000, OR:2,151; 95%CI: 1,596-2,900), jenis kelamin laki-laki lebih memiliki kemungkinan mengalami stunting 1.309 kali berisiko dibanding anak perempuan (aOR: 1,309; 95% CI 1,090 1,573; pvalue = 0,004).
Indonesia is one of 17 countries that have experienied in a double burden of nutritional problems, one of which is stunting of 37.2%, In 2021, the rate of decline in the prevalence of stunting has improved, as can be seen from the 2021 SSGI data showing the prevalence of stunting from 2019 decreased by 3.9% followed by a decrease in 2021 decreased by 3.3% from 27.67% to 24.4% in 2021. Unwanted pregnancies in Indonesia tend to be stagnant and have not decreased. Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) showed an adverse event prevalence of 15%, then the Program Performance and Accountability Survey (SKAP) in 2018 showed an adverse event rate of 15%. Unwanted pregnancy is an enabling factor and has a role in causing stunting, starting from the time of pregnancy such as readiness to have children which influences the incidence of unwanted pregnancies and parenting patterns. This study aims to determine the relationship between unwanted pregnancies and the incidence of stunting in toddlers 12-24 months in Indonesia, using secondary data from Riskesdas 2018 in quantitative methods. This research covered all provinces and districts/cities in Indonesia. This research uses data analysis with complex samples menu. The result of this research showed that there was no significant relationship between unwanted pregnancy and stunting in Baduta (12-24 months) in Indonesia in bivariate analysis using the chi-square test with a p-value of p 0,648 (OR: 1,054; 95%CI: 0,840 ? 1,324). In multivariate analysis using logistic regression test showed that unwanted pregnancy had a 1.287 greater risk of unwanted pregnancy becoming stunting than unwanted pregnancy (p 0,086, OR: 1,287; 95%CI: 0,965-1,716). There was a confounding in this research, namely the exclusive breastfeeding variable (aOR=1,192: 95%CI : 0,987-1,441: p value 0,069). Low Birth Weight (LBW), Socioeconomic Level and Gender are controlling factors that influence the incidence of stunting in Baduta (12-24 months) in Indonesia, the babies born with LBW will have a 2,508 times greater chance of being stunting in Baduta (12-24 months) compared to babies born normally (p 0,000, OR: 2,508; 95%CI: 1,632-3,855), the lower the socio economic level of the family, the risk is 2.151 times greater for stunting p 0,000, OR:2,151; 95%CI: 1,596-2,900), the male is more likely to experience stunting 1.309 times the risk than female (aOR: 1,309; 95% CI 1,090 1,573; pvalue = 0,004).
Read More
Indonesia is one of 17 countries that have experienied in a double burden of nutritional problems, one of which is stunting of 37.2%, In 2021, the rate of decline in the prevalence of stunting has improved, as can be seen from the 2021 SSGI data showing the prevalence of stunting from 2019 decreased by 3.9% followed by a decrease in 2021 decreased by 3.3% from 27.67% to 24.4% in 2021. Unwanted pregnancies in Indonesia tend to be stagnant and have not decreased. Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) showed an adverse event prevalence of 15%, then the Program Performance and Accountability Survey (SKAP) in 2018 showed an adverse event rate of 15%. Unwanted pregnancy is an enabling factor and has a role in causing stunting, starting from the time of pregnancy such as readiness to have children which influences the incidence of unwanted pregnancies and parenting patterns. This study aims to determine the relationship between unwanted pregnancies and the incidence of stunting in toddlers 12-24 months in Indonesia, using secondary data from Riskesdas 2018 in quantitative methods. This research covered all provinces and districts/cities in Indonesia. This research uses data analysis with complex samples menu. The result of this research showed that there was no significant relationship between unwanted pregnancy and stunting in Baduta (12-24 months) in Indonesia in bivariate analysis using the chi-square test with a p-value of p 0,648 (OR: 1,054; 95%CI: 0,840 ? 1,324). In multivariate analysis using logistic regression test showed that unwanted pregnancy had a 1.287 greater risk of unwanted pregnancy becoming stunting than unwanted pregnancy (p 0,086, OR: 1,287; 95%CI: 0,965-1,716). There was a confounding in this research, namely the exclusive breastfeeding variable (aOR=1,192: 95%CI : 0,987-1,441: p value 0,069). Low Birth Weight (LBW), Socioeconomic Level and Gender are controlling factors that influence the incidence of stunting in Baduta (12-24 months) in Indonesia, the babies born with LBW will have a 2,508 times greater chance of being stunting in Baduta (12-24 months) compared to babies born normally (p 0,000, OR: 2,508; 95%CI: 1,632-3,855), the lower the socio economic level of the family, the risk is 2.151 times greater for stunting p 0,000, OR:2,151; 95%CI: 1,596-2,900), the male is more likely to experience stunting 1.309 times the risk than female (aOR: 1,309; 95% CI 1,090 1,573; pvalue = 0,004).
T-6505
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Ika Sabtini Putri; Pembimbing: Sandra Fikawati; Penguji: Ahmad Syafiq, Lilysiana
Abstrak:
Asupan energi ibu merupakan salahsatu faktor yang mempengaruhi keberhasilan menyusui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah asupan energi ibu menyusui pada bulan pertama dan pada bulan ke enam serta faktor yang berhubungan dengan pemberian air susu ibu (ASI) . Penelitian ini desain crossectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei–Juni 2018 pada ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan yang terdaftar di Posyandu yang berada di wilayah kerja Puskesmas Merdeka. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara langsung menggunakan kuesioner. Data asupan energi ibu diperoleh dengan mengisi lembar food frequency Questionaire (FFQ). Tehnik pengolahan data dilakukan secara analisis univariat, bivariat dan multivariate . Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 50,9% responden memberikan ASI predominan. Rata-rata asupan energi ibu pada bulan pertama sebanyak 2291,6 kkal sedangkan pada bulan ke enam sebanyak 1982,31, terjadi penurunan asupan energi sebesar 309,29 kkal. Konsumsi energi pada bulan ke enam menjadi faktor yang paling dominan terhadap pemberian ASI predominan. Selama 6 bulan dengan nilai OR: 3,4(95% CI:1,254-9,258) setelah dikontrol dengan variabel lain. Artinya ibu dengan asupan energi yang cukup berpeluang 3,4 kali untuk memberikan ASI predominan selama 6 bulan dibanding ibu dengan asupan energi kurang. Berdasarkan penelitian ini perlu dilakukan peningkatan pengetahuan dengan konseling informasi dan edukasi (KIE) terkait permberian ASI serta asupan makan dan gizi pada ibu menyusui
Mother’s energy intake is one of the factors that influence the success of breastfeeding. This study aims to determine the amount of energy intake in the first month and in the sixth month of lactating mothers as well as factors related to 6 months of breastfeeding. This study uses quantitative approach with crossectional design. This study was conducted on May-June 2018 to mothers with babies 6 to 12 months old and enrolled in Posyandu which located in the working area of community health care Merdeka. Data collection was done by direct interview using questionnaire. The data of mother’s energy intake was obtained by filling the Food Frequency Questionaire (FFQ). Data processing by univariate, bivariate and multivariate analysis (logistic regression analysis). The results showed that 50.9% of respondents gave predominant breastfeeding. The average mother's energy intake in the first month was 2291.6 kcal while in the sixth month was 1982.31 kcal , there was a decrease of energy intake 309,29 kcal. Energy consumption in the sixth month is the most dominant factor in predominant breastfeeding. For 6 months with OR value: 3.4 (95% CI: 1,254-9,258) after being controlled with other variables. This means that the mother with a sufficient energy intake 3.4 times likely to give predominant breastfeeding for 6 months compared to mothers with less energy intake. Based on this study, it is necessary to increase the knowledge with information and education counseling (IEC) related to breastfeeding as well as food and nutrition intake of breastfeeding mothers.
Read More
Mother’s energy intake is one of the factors that influence the success of breastfeeding. This study aims to determine the amount of energy intake in the first month and in the sixth month of lactating mothers as well as factors related to 6 months of breastfeeding. This study uses quantitative approach with crossectional design. This study was conducted on May-June 2018 to mothers with babies 6 to 12 months old and enrolled in Posyandu which located in the working area of community health care Merdeka. Data collection was done by direct interview using questionnaire. The data of mother’s energy intake was obtained by filling the Food Frequency Questionaire (FFQ). Data processing by univariate, bivariate and multivariate analysis (logistic regression analysis). The results showed that 50.9% of respondents gave predominant breastfeeding. The average mother's energy intake in the first month was 2291.6 kcal while in the sixth month was 1982.31 kcal , there was a decrease of energy intake 309,29 kcal. Energy consumption in the sixth month is the most dominant factor in predominant breastfeeding. For 6 months with OR value: 3.4 (95% CI: 1,254-9,258) after being controlled with other variables. This means that the mother with a sufficient energy intake 3.4 times likely to give predominant breastfeeding for 6 months compared to mothers with less energy intake. Based on this study, it is necessary to increase the knowledge with information and education counseling (IEC) related to breastfeeding as well as food and nutrition intake of breastfeeding mothers.
S-9649
Depok : FKM-UI, 2018
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Dyah Irma Rachmatika; Pembimbing: Sandra Fikawati; Penguji: Ahmad Syafiq, Izra Haflinda Izmil, Eti Rohayati
T-4639
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Ayu Sekarini; Pembimbing: Ahmad Syafiq; Penguji: Sandra Fikawati, Zaterti
S-9609
Depok : FKM UI, 2018
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Adimas Siti Helvanisari Denang; Pembimbing: Ahmad Syafiq; Penguji: Sandra Fikawati, Irwan
Abstrak:
Stunting atau pendek (PB/U < -2SD) merupakan kegagalan pertumbuhan liniear yangmenjadi permasalahan dunia terutama negara berkembang. Stunting terjadi akibat daribanyak faktor diantaranya, faktor maternal, lingkungan, MPASI tidak adekuat, danpemberian ASI. Faktor maternal yang mempengaruhi kejadian MPASI adalahkarakteristik ibu, riwayat kehamilan, dan kesehatan mental. Salah satu masalahkesehatan mental pada ibu adalah gangguan mood. Pada penelitian ini penulis inginmengetahui hubungan gangguan mood dan pola asuh gizi terhadap stunting. Penelitianini menggunakan desain cross-sectional dengan menggunakan data Riskesdas 2018.Penelitian ini dimulai dari September 2019 s/d April 2020. Analisis pada penelitian iniadalah univariate, bivariate dan multivariate. Uji Chi-square pada penelitian inimendapati bahwa ada hubungan signifikan gangguan mood, pola asuh gizi dankarakteristik ibu terhadap stunting (p value < 0.001). Gangguan mood, ASI Eksklusif,MPASI tepat waktu, dan pekerjaan ibu merupakan faktor protektif terhadap stunting(OR<1) Hasil analisis multvariat mendapati usia adalah faktor yang paling kuatmempengaruhi kejadian stunting. Peneliti menyaranakan pemerintah untuk melakukanupaya yang lebih gencar lagi pada skrining gangguan mood, pemantauan status gizi danpemantauan status gizi ibu dan anak.Kata Kunci :Stunting, gangguan mood, pola asuh gizi.
Read More
S-10374
Depok : FKM-UI, 2020
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Intan Hajar Fauzanin; Pembimbing: Tri Yunis Miko Wahyono; Penguji: Triyanti, Tris Eryando, Yekti Widodo, Lina Marlia
Abstrak:
Anemia kehamilan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang banyak terjadi baik di negara maju maupun negara berkembang. Anemia kehamilan umumnya dikaitkan dengan kondisi kehamilan yang buruk dan dapat mengakibatkan komplikasi yang mengancam kehidupan ibu dan janin. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan umur dengan anemia kehamilan di Indonesia berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Penelitian ini bersifat kuantitatif menggunakan data sekunder dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dengan metode penelitian potong lintang
Anemia in pregnancy is a public health problem that often occurs both in developed and developing countries. Anemia during pregnancy is generally associated with poor pregnancy conditions and can lead to complications that threaten the lives of the mother and fetus. This study aims to analyze the relationship between age and pregnancy anemia in Indonesia based on Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. This quantitative research is using cross sectional research method. This study covers all provinces and districts / cities in Indonesia, which were carried out starting from preparation until further analysis in 2018 and secondary data were processed in September - December 2019
Read More
Anemia in pregnancy is a public health problem that often occurs both in developed and developing countries. Anemia during pregnancy is generally associated with poor pregnancy conditions and can lead to complications that threaten the lives of the mother and fetus. This study aims to analyze the relationship between age and pregnancy anemia in Indonesia based on Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. This quantitative research is using cross sectional research method. This study covers all provinces and districts / cities in Indonesia, which were carried out starting from preparation until further analysis in 2018 and secondary data were processed in September - December 2019
T-6003
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Clara Anggrea Rahmaliani; Pembimbing: Besral; Penguji: Kemal Nazaruddin Siregar, Amin Munandar
S-9816
Depok : FKM-UI, 2018
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
