Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 29953 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Bastian Ritonga; Pembimbing: Rachmandhi Purwana; Penguji: Budi Hartono, Ririn Arminsih Wulandari, Abdul Rahman, Heri Nugroho
Abstrak: ABSTRAK Nama : Bastian Ritonga Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat Judul : Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Kadar merkuri Rambut Pekerja Tambang Emas Tradisional Di Kecamatan Hutabargot, Mandailing Natal, Sumatera Utara Tahun 2019 Pembimbing : Prof.Dr.dr. Rachmadhi Purwana,SKM Pertambangan emas secara tradisional di Kecamatan Huta Bargot, Mandailing Natal, Sumatera Utara telah dilakukan + 12 tahun terakhir. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara karakteristik lingkungan (kadar merkuri air) dan karakteristik responden (umur, lama tinggal, lama kerja, lama berkerja/hari) dengan kadar merkuri rambut pekerja tambang emas tradisional di kecamatan Huta Bargot. Penelitian ini dilaksanakan di 6 desa yaitu Desa bangun sejati, Desa Binanga, Desa Hutabargot setia, Desa Hutarimbaru, Desa Kumpulan setia dan Desa Huta Bargot Nauli pada bulan Maret 2019 dengan desain cross sectional terhadap 60 orang pekerja tambang emas tradisional. Untuk memilih sampel terpilih digunakan metode quate sampling dengan jumlah sampel tiap desa sebanyak 10 orang Sampel dari tiap desa dipilih menggunakan metode purposive sampling. Kadar merkuri rambut pekerja masih dalam ambang baku mutu dengan rata-rata kadar merkuri 0,2117 μg/g. Dari 6 sampel air sungai yang diperiksa, 3 sampel air berada di atas baku mutu (> 0,001 mg/L ). Dari hasil analisis bivariat menunjukkan hubungan lama tinggal dengan kadar merkuri rambut. Hasil analisis multivariat diperoleh hubungan antara lama tinggal dengan kadar merkuri pada rambut (nilai p = 0,034)dengan OR=10,737 yang artinya pekerja tambang emas yang lama tinggal > 20 tahun memiliki peluang memiliki kadar merkuri rambut > 0,24 μg/g dibandingkan pekerja tambang yang lama tinggal < 20 tahun. Kata kunci: Merkuri, Pekerja tambang emas tadisional, lama tinggal ABSTRACT Traditional gold mining in Huta Bargot Subdistrict, Mandailing Natal, North Sumatra has been carried out the last 12 years. The purpose of this study was to determine the factors that influence the mercury levels of traditional gold mine workers in the Huta Bargot sub-district. The research was carried out in 6 villages, bangun sejati, Binanga, Hutabargot setia, Hutarimbaru, Kumpulan setia and Huta Bargot Nauli Village in March 2019 with a cross sectional design for 60 traditional gold mining workers. To select the selected sample, the quate sampling method was used with a total sample of 10 villages. Samples from each village were selected using the purposive sampling method. Workers' mercury levels are still within the threshold of quality standards with an average mercury level of 0.2117 μg / g. 3 of 6 water samples were above the quality standard (> 0.001 mg / L). From the results of bivariate analysis shows the length of stay with hair mercury levels. The results of multivariate analysis found a relationship between length of stay with mercury levels in hair (p value = 0,034) with OR = 10.737, which means gold miners who live> 20 years have the opportunity to have a hair mercury level of > 0.24 μg / g compared to miners <20 years . Key words: Mercury, traditional gold mining workers, length of stay
Read More
T-5535
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Muhammad Rizhkal; Pembimbing: Rachmadhi Purwana; Penguji: Ririn Arminsih, Budi Hartono, Didi Purnama, Iman Surahaman
Abstrak: Pertambangan emas di kabupaten Mandailing Natal sudah ada sejak 2008. Tetapi semakin marak pada tahun 2010 di kecamatan Hutabargot dan di kecamatan Nagajuang pada November 2011. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara kadar merkuri pada rambut pada pekerja tambang terpajan merkuri dan karakteristik individu pekerja(usia, lama tinggal, status gizi dan konsumsi ikan) dengan gangguan keseimbangan tubuh. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional. Data yang digunakan yaitu data primer dari kuesioner dan sekunder dari hasil uji laboratorium rambut. Sampel penelitian ini disesuaikan dengan sampel dari data sekunder yang menggunakan rumus Lemeshow sehingga didapatkan sampel 60 orang. Hasil penelitian ini didapatkan tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel independent (merkuri dalam rambut) dan variabel konfounding terhadap variabel dependent (gangguan keseimbangan tubuh). Walaupun hasil penelitian tidak menunjukkan hubungan yang signifikan jika dilihat dari nilai OR variabel merkuri dalam rambut masih tergolong tinggi yaitu 6,0 dan setelah dikontol variabel karakteristik individu OR merkuri dalam rambut turun menjadi 4,92.
Read More
T-5630
Depok : FKM UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Elvi Sahara Lubis; Pembimbing: Budi Hartono, Dewi Susanna; Penguji: Ema Hermawati, Heri , Nugroho, Prabaningrum, Dyah
Abstrak: Latar Belakang: Merkuri banyak ditemukan di sekitar PESK yang biasa digunakan dalam proses amalgamasi. Adanya pajanan merkuri kronis dapat dilihat dari kadar merkuri pada rambut masyarakat yang tinggal di sekitar PESK. Pajanan merkuri secara terus-menerus dapat berdampak negatif terhadap kesehatan masyarakat salah satunya peningkatan tekanan darah. Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh kadar merkuri pada rambut terhadap tekanan darah masyarakat yang tinggal di sekitar Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK). Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dan menggunakan data sekunder mulai dari observasi, wawancara, pengukuran, serta pengambilan sampel rambut dengan jumlah sampel 94 responden. Adapun data yang diambil meliputi kadar merkuri pada rambut, tekanan darah, umur, jenis kelamin, IMT, status merokok, dan frekuensi konsumsi ikan. Hasil: Sebanyak 55.3% responden memiliki kadar merkuri di atas kadar normal (> 2 ppm) dan tekanan darah dominan tidak normal (≥120/80 mmHg) yaitu sebesar 72.3% orang. Namun hasil hubungan didapatkan tidak ada pengaruh yang signifikan antara kadar merkuri rambut di atas kadar normal terhadap tekanan darah (Pvalue = 1). Saran: dilakukan penelitian yang sama dengan sampel yang lebih banyak dan pajanan terhadap faktor risiko yang lebih lama serta dilakukan edukasi mengenai bahaya merkuri terhadap kesehatan.
Read More
T-5577
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Vitara Caprinita Dewil Pembimbing: Robiana Modjo; Penguji: Indri Hapsari Susilowati, Dyah Eka Prasadjati
Abstrak: Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan salah satu dari jenis penyakit kardiovaskular yang menjadi penyebab kematian utama di dunia. Diketahui bahwa dislipidemia berperan penting terhadap terjadinya serangan jantung. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dislipidemia pada pekerja tambang emas PT. X Tahun 2017. Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional dengan target penelitian sejumlah 306 responden yang berasal dari semua departemen di PT. X. Ditemukan dislipidemia pada pekerja PT. X dialami oleh 157 pekerja (51,3%) dan sebanyak 149 pekerja tidak mengalami dislipidemia (48,7%). Dari hasil uji statistik ditemukan lima variabel yang signifikan antara lain: variabel usia (p-value=0,000), variabel wilayah tempat kerja (p-value=0,000), variabel Indeks Massa Tubuh (p-value=0,001), variabel kebiasaan konsumsi minuman beralkohol (p-value=0,013) dan variabel aktivitas fisik (p-value=0,013). Kesimpulannya, kejadian dislipidemia dipengaruhi beberapa faktor yang dapat dicegah dengan intervensi terkait pola makan dan olahraga.
Read More
S-10109
Depok : FKM UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Iman Surahman; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Laila Fitria, Ema Hermawati, Inne Nutfiliana, Yulia Fitria Ningrum
Abstrak: Penelitian analisis kadar merkuri dalam rambut dengan gangguan fungsi sistem saraf pusat bagi pekerja pertambangan emas, dilakukan untuk dapat memberikan referensi terkait dampak penggunaan merkuri dan penanggulangannya bagi kesehatan masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan menganalisis data sekunder dari Kementerian Kesehatan terhadap 119 sampel. Hasil pengukuran kadar merkuri dalam rambut pekerja, didapatkan 77,9% berada diatas normal, angka Nilai Indeks Pajanan Biologi yang dipersyarakatkan ≤ 3μg/g (ACGIH, 2005). Analisis kadar merkuri dalam rambut dengan gangguan fungsi sistem saraf pusat, secara perhitungan statistik menunjukan tidak ada hubungan signifikan, namun pekerja dengan kadar merkuri tinggi berisiko 3,12 kali,CI 95% (0,67 - 14,36) terhadap gangguan fungsi sistem saraf pusat. Analisis berbagai faktor konfounding, yaitu: Lama paparan, konsumsi sayur-buah, konsumsi ikan, penggunaan pestisida dan atau insektisida dan kebiasaan merokok, berdasarkan perhitungan statistik, hanya penggunaan pestisida secara konstan mempunyai hubungan diantara keduanya dan berisiko 3,97 kali, CI 95% (1,51 - 10,43) terhadap gangguan fungsi sistem saraf pusat. Hasil analisis multivariat, didapatkan responden dengan kadar merkuri dalam rambut tinggi, mempunyai risiko 2,82 kali lebih besar dengan CI 95% (0,595-13,379) untuk mengalami gangguan fungsi sistem saraf pusat setelah dikontrol variabel penggunaan pestisida. Pencegahan dan pengendalian dampak kesehatan akibat penggunaan merkuri perlu melibatkan berbagai pihak baik pemerintah, swasta dan masyarakat, melalui program eliminasi, subtitusi, pengendalian teknis dan administrasi.
Kata kunci: Merkuri, Gangguan Saraf, Pekerja

Research into the analysis of mercury levels in hair with impaired central nervous system function for gold mining workers, was conducted to provide a reference to the impact of mercury use and its prevention for public health. The method in this research use cross sectional design. This research used secondary data from Ministry of Health, with 119 miners as samples. The results of the measurement of mercury in the hair of workers, obtained 77.9% above normal, Biology Exposure Index value ≤ 3μg / g (ACGIH, 2005). Analysis of mercury levels in the hair with impaired function of the central nervous system, the statistical calculation showed no significant relationship, but workers with high mercury levels risked 3.12 times, 95% CI (0.67 - 14.36) against impaired functioning of the nervous system center. Analysis of various confounding factors, namely: Length of exposure, consumption of fruits, fish consumption, pesticide and or insecticide use and smoking habits, based on statistical calculations, only the use of pesticides has a constant relationship between them and 3.97 times risk, 95% (1.51 - 10.43) against impaired functioning of the central nervous system. The result of multivariate analysis, obtained by respondent with high mercury in hair, had 2.82 times greater risk with 95% CI (0,595-13,379) for impaired function of central nervous system after controlled variable of pesticide usage. Prevention and control of health impacts due to the use of mercury should involve various parties, government, private and public, through elimination, substitution, technical and administrative control programs.
Keywords: Mercury, Neurological Disorders, Workers
Read More
T-4889
Depok : FKM UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Hendra; Promotor: Budi Utomo; Kopromotor: I Made Djaja, Syahrul Meizar Nasri; Penguji:Mondastri Korib Sudaryo, Robiana Modjo, Indri Hapsari Susilowati, Sutanto Priyo Hastono, Lana Saria, Heny D. Mayawati
Abstrak:

Kelelahan merupakan hal umum yang dikeluhkan oleh pekerja dan hampir 20% pekerja melaporkan gejala kelelahan. Khusus pada pengemudi, kelelahan berkontribusi secara signifikan terhadap kecelakaan transportasi. Selain meningkatnya kerugian akibat kecelakaan, kelelahan mengemudi juga menyebabkan kerugian finansial yang besar di sesluruh dunia. Kelelahan mengemudi juga dialami oleh pekerja tambang batubara di Indoneisa, khususnya pekerja operator. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan determinan strategis kelelahan dari faktor individu, faktor pekerjaan dan faktor eksternal pada operator tambang batubara di Kalimantan dan Sumatra tahun 2021. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang pada 2 perusahaan tambang batubara, 7 lokasi tambang, dan 480 operator. Pengumpulan data dilakukan secara daring dengan menggunakan kuesioner. Kelelahan diukur dengan menggunakan 3 instrumen yaitu checklist individual streght-20 (CIS-20), multidimensionall fatigue inventory-20 (MFI-20), dan swedish occupational fatigue inventory (SOFI). Tipe kelelahan yang diteliti meliputi kelelahan umum, kelelahan fisik, kelelahan mental, dan kelelahan emosional. Beberapa instrumen standar juga digunakan dalampenelitian ini seperti perceived stress scale untuk mengukur stres, dutch boredom scale untuk mengukur rasa bosan, dan Pittsburg sleep quality index untuk mengukur kualitas tidur. Analisis data menggunakan chi-square dan regresi logistik ganda. Operator yang menjadi responden penelitian mempunyai umur 32,13 ± SD 6,1 tahun (21 – 58 tahun), sedangkan IMT diperoleh rerata sebesar 24,86 ± SD 3,1 dengan rentang (16,51 – 33,75) serta IMT terbanyak 24,22. Terdapat 26,9% operator termasuk kategori obesitas. Mayoritas operator sudah menikah (85%) dan sebagian besar (63,5%) tinggal di luar mess dengan keluarga (55,8%) serta mayoritas (96%) berpendidikan SMA atau sederajat. Rerata masa kerja operator adalah 9,52 ± SD 4,2 tahun dengan rentang (124 tahun) serta masa kerja terbanyak adalah 10 tahun. Sebagian besar operator bekerja di area tambang (65,8%). Jumlah operator berdasarkan pola shift dan waktu shift, masingmasing 240 (50%). Prevalensi kelelahan pada operator berkisar antara 20%-31% dengan kelelahan umum 24,8%, kelelahan fisik 22,3%, kelelahan mental 32,3%, dan kelelahan emosional 30,6%. Determinan strategis kelelahan pada operator terdiri dari faktor individu yang meliputi tingkat stres, kualitas tidur, gangguan eksternal tidur, faktor pekerjaan meliputi lokasi kerja di tambang, dan faktor eksternal yaitu tinggal dengan keluarga. Sedangkan faktor pola shift kerja dan masa kerja merupakan faktor kontekstual. Faktor yang menjadi determinan pada semua tipe kelelahan adalah faktor tingkat stres dan lokasi kerja. Determinan strategis pada kelelahan umum adalah tingkat stres (OR=3,0), lokasi kerja (OR=2,5), kualitas tidur (OR=1,8), dan tinggal dengan keluarga (OR=1,6). Pada kelelahan fisik, determinan strategis adalah tingkat stres (OR=2,5), gangguan eksternal tidur (OR=2,2), dan lokasi kerja di tambang (OR=1,7). Kelelahan mental mempunyai determinan strategis yaitu kualitas tidur (OR= 2,1), lokasi kerja di tambang (OR=2,1), tingkat stres (OR=1,7) dan gangguan eksternal tidur (OR=1,6). Sedangkan kelelahan emosional mempunyai determinan strategis yaitu tingkat stres (OR=2,0), lokasi kerja (OR=1,9), dan kualitas tidur (OR=1,9). Kelelahan emosional juga mempunyai faktor pola shift yang merupakan faktor kontekstual dengan OR= 1,9 dan masa kerja dengan OR=1,6. Dapat disimpulkan bahwa determinan kelelahan pada operator tambang batubara meliputi faktor individu, faktor pekerjaan, dan faktor eksternal. Kelelahan mental merupakan tipe kelelahan yang paling banyak dirasakan oleh operator. Determinan kelelahan yang terdapat pada semua tipe kelelahan adalah tingkat stres dan lokasi kerja. Semua determinan dapat menjadi perhatian dalam pengembangan kebijakan dan program manajemen risiko kelelahan di perusahaan tambang batubara. Kata kunci: kelelahan, kerja shift, kualitas tidur, operator batubara, stress


 

Fatigue is a common complaint by workers, and almost 20% of workers report symptoms of fatigue. Especially for drivers, fatigue contributes significantly to transportation accidents. In addition to the increasing loss due to accidents, driving fatigue is also causing many financial losses worldwide. Fatigued driving is also experiencing by coal mining workers in Indonesia, especially operator workers. This study aims to obtain strategic determinants of fatigue from individual factors, occupational factors, and external factors for coal mining operators in Kalimantan and Sumatra in 2021. This study uses a cross-sectional design for two coal mining companies, seven mine sites, and 480 operators. Data collection was online using a questionnaire. Fatigue was measured using three instruments, namely the individual strength-20 checklist (CIS-20), the multidimensional fatigue inventory-20 (MFI-20), and the Swedish occupational fatigue inventory (SOFI). The types of fatigue studied included general fatigue, physical exhaustion, mental fatigue, and emotional exhaustion. Several standard instruments were used in this study, such as the perceived stress scale to measure stress, the Dutch boredom scale to measure boredom, and the Pittsburgh sleep quality index to measure sleep quality. Data analysis used chi-square and multiple logistic regression. Operators who became research respondents had an age of 32.13 ± SD 6.1 years (21 – 58 years), while the BMI obtained an average of 24.86 ± SD 3.1 with a range (16.51 – 33.75) and the highest BMI 24.22. There are 26.9% of operators included in the obese category. The majority of operators are married (85%), and most (63.5%) live outside the mess with their families (55.8%), and the majority (96%) have a high school education or equivalent. The average operators' tenure is 9.52 ± SD 4.2 years with a range (1-24 years), and the most tenure is ten years. Most of the operators work in the mining area (65.8%). The number of operators based on shift patterns and shift times is 240 (50%). The prevalence of fatigue in operators ranges from 20%-31%, with general fatigue 24.8%, physical fatigue 22.3%, mental fatigue 32.3%, and emotional fatigue 30.6%. The strategic determinants of operator fatigue consist of individual factors, including stress levels, sleep quality, external sleep disturbances, work factors including work locations in the mine, and external factors, namely living with family. The work shift pattern and working period are contextual factors. Factors that determine all types of fatigue are stress levels and work locations. The strategic determinants of general fatigue were stress level (OR=3.0), work location (OR=2.5), sleep quality (OR=1.8), and living with family (OR=1.6). On physical exhaustion, strategic determinants were stress level (OR=2.5), external sleep disturbance (OR=2.2), and work location in the mine (OR=1.7). Mental fatigue has strategic determinants, namely sleep quality (OR = 2.1), work location in the mine (OR = 2.1), stress level (OR = 1.7) and external sleep disturbances (OR = 1.6). Meanwhile, emotional exhaustion has strategic determinants, namely stress level (OR=2.0), work location (OR=1.9), and sleep quality (OR=1.9). Emotional fatigue has a shift pattern as a contextual factor with OR = 1.9 and job tenure with OR = 1.6. The conclusion is the determinants of fatigue in coal mine operators include individual factors, occupational factors, and an external factor. Mental fatigue is the type of fatigue most felt by operators. The determinants of fatigue found in all fatigue types are work sites and stress levels. All determinants might be accountable for developing fatigue policy and risk management programs at coal mining companies. Keywords: coal mining operator, fatigue, shift work, sleep quality, stress

Read More
D-515
Depok : FKM-UI, 2021
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Futri Virginia Yusuf; Pembimbing: Budi Hidayat; Penguji: Pujiyanto, Desfauzi Umar
Abstrak: Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif dengan menggunakan disain studi cross-sectional. Sampel yang digunakan yaitu pekerja di sektor informal di Kelurahan Pela Mampang tahun 2016. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, maka dapat disimpulkan terdapat 60,6% atau 57 responden yang sudah terdaftar sebagai peserta JKN dan 39,4% atau 37 orang yang belum terdaftar sebagai peserta JKN. Hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pendapatan keluarga dan paparan informasi JKN, dengan demand terhadap JKN pada pekerja bukan penerima upah di Kelurahan Pela Mampang tahun 2016. Sedangkan usia, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, jumlah anggota keluarga, jenis usaha, besarnya premi, frekuensi keluhan sakit, jumlah keluhan, perilaku merokok, serta penilaian terhadap kesehatan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan demand terhadap JKN pada pekerja bukan penerima upah di RW Kelurahan Pela Mampang tahun 2016.
Kata kunci : Demand terhadap JKN,Peserta JKN, Pekerja Sektor Informal, Kelurahan Pela Mampang

This research is a quantitative research using a descriptive cross-sectional study design. Samples were used that workers in the informal sector in Sub Pela Mampang 2016. Based on the results of research by the author, it can be concluded there is a 60.6% or 57 respondents who have registered as participants JKN and 39.4% or 37 people who are not registered as participants JKN. Chi-Square test results showed that there was significant relationship between family income and exposure information JKN, with demand for workers not JKN on wage earners in the village of Pela Mampang 2016. While age, gender, education, marital status, number of family members, type of business, premium rate, frequency of pain complaints, the number of complaints, smoking behavior, as well as the assessment of health does not have a meaningful relationship with the demand of the workers JKN not wage earners RW Pela Mampang village in 2016.
Keywords: Demand for JKN, Participant JKN, Informal Sector Workers, Village Pela Mampang
Read More
S-9121
Depok : FKM UI, 2016
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Wahyu Hartono; Pembimbing: Sjahrul M. Nasri
Abstrak: Bahan kimia telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Manfaatnya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat berkaitan dengan pengendalian penyakit, peningkatan produktivitas pertanian, ekstraksi berbagai bahan mineral di pertambangan, keperluan untuk rumah tangga dan sebagainya.
Bahan kimia menimbulkan keterbahayaan pada lingkungan kerja dan pekerja itu sendiri. Oleh karena itu, pengelolaan dan pengamanan bahan kimia, harus dilakukan untuk melindungi pekerja dari efek yang merugikan. Pekerja harus mendapatkan perlindungan dari dampak yang diakibatkan oleh bahanbahan kimia di tempat kerja.
Laboratorium merupakan suatu tempat dimana banyak dilakukan kegiatan yang menggunakan bahan-bahan kimia. Potensi bahaya yang ditimbulkan antara lain bersifat toksik atau beracun, iritan, karsinogenik, korosif, mudah terbakar dan meledak.
Untuk mengetahui paparan bahan kimia di ternpat kerja, dalam hal ini merkuri, penulis melakukan penelitian dengan obyek penelitian adalah pekerja di Balai Laboratorium Kesehatan Bandar Lampung. Pengukuran kadar merkuri menggunakan spektrofotometri serapan atom, dengan spesimen yang diambil adalah rambut pekerja.
Hubungan paparan merkuri dengan kadar merkuri pada rambut pekerja laboratorium melibatkan variabel lamanya masa kerja, umur pekerja dan kadar merkuri diudara ruang kerja. Kadar merkuri pada rambut pekerja, dibandingkan dengan rata-rata tertinggi kadar merkuri di rambut pads komunitas yang dikeluarkan oleh WHO, yaitu sebesar 2,0 ppm.
Dari sejumlah 49 orang pekerja laboratorium, yang memenuhi kriteria sebagai sampel hanya 45 orang, dimana yang bekerja dibagian teknis sebanyak 29 orang, sedangkan yang bekerja dibagian non teknis sebanyak 16 orang.
Diperoleh hasil pengukuran kadar merkuri di udara ruang kerja laboratorium masih dibawah nilai ambang batas ( NAB ), tetapi paparan yang terus menerus akan mengakibatkan akumulasi merkuri didalam tubuh, walaupun konsentrasinya dibawah nilai ambang batas.
Hasil analisis bivariat terhadap variabel lamanya masa kerja, umur pekerja dan kadar merkuri diudara ruang kerja bagian teknis didapatkan hubungan yang signifikan antara variabel tersebut dengan kadar merkuri pada rambut pekerja.
Pada hasil akhir dari analisis regresi multivariate tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara variabel dependent dan independent Hal ini disebabkan karena ukuran sampel yang kecil dan distribusi data penelitian yang tidak normal.

Chemicals agent can not be separated with human's life. The benefit of the materials is to increase public's welfare especially that is related to disease control, agricultural productivity, mineral extract in mining, household's necessity and so on.
Chemicals agent may endanger the workers, work environment_ Therefore, materials' management and safety must be carried out for the sake of workers' protection from side effect. The workers need to be protected from the effects that cause by the materials in their work places.
Laboratory is a place where many activities using chemicals agent are conducted. Harmful potentials are caused by toxic agents, irritant, carcinogenic, corrosive chemicals, flammable and explosives substances.
To know the exposured of chemical materials in the work places, especially mercury, the writer conducted a research where the laboratory personnel of Bandar Lampung Health Laboratory were the object of the research. The measurement of the mercury level was by using Atomic Absorption Spectrophotometry, and the specimen materials taken were personnel's hair.
The relationship of mercury's exposure to the level of mercury within the laboratory's personnel hair involved length of work variable, personnel's age and level of mercury within the air in the working room. Mercury's level within the and level of mercury within the air in the working room. Mercury's level within the workers' hair were compared with the highest average mercury level within the hair in the community, that issued by WHO is 2.0 part per million.
From 49 laboratory's personnel, those fulfill the sample's criteria were 45, who 29 of them worked in technical section, and 16 others worked in non-technical section.
The obtained result from the measurement of mercury level in the working room at the laboratory remained below Threshold Limit Value (TLV). However, continual mercury's exposure may result mercury accumulation within the body, though its concentration was below the TLV.
The result of bivariat analysis from the variables of length of work, workers' age, and mercury level within the air in the technical section working room showed that there was a significant relationship between the variables and mercury level within workers' hair.
On the final result from multivariate regression analysis, not be obtained fairly significant relationship between dependent and independent variables. This problems caused by sample size was so small and spreading for data was not proportional.
Read More
T-1615
Depok : FKM UI, 2003
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sunardi; Pembimbing: Mary A. Wangsaraharja
T-783
Depok : FKM UI, 2000
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive