Ditemukan 34730 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Kartika Setyaningsih Sunardi; Pembimbing: Evi Martha; Penguji: Diah Mulyawati Utari, Hadi Pratomo, Joko Hastaryo, Mafilinda Nuraini
Abstrak:
Tesis ini membahas tentang analisis perilaku pemberian makanan, perilaku pengasuhan, perilaku kebersihan, dan perilaku perawatan kesehatan sebagai perilaku PD pada keluarga status ekonomi rendah dengan kejadian tidak stunting di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan phenomenology. Hasil dari penelitian ini yaitu Perilaku Positive Deviance pada keluarga status ekonomi rendah dengan kejadian tidak stunting adalah 1) perilaku pemberian makanan atau MPASI dengan frekuensi tiga kali sehari masing-masing untuk makan utama maupun makanan selingan, (2) bahan-bahan makanan yang dikonsumsi anak bernilai gizi baik dengan makanan utama menu empat bintang yang terdiri dari nasi, protein nabati, protein hewani, dan sayuran serta makanan selingan seperti kacang hijau serta buah seperti pisang dan pepaya, (3) kuantitas waktu orang tua bersama dengan anak dimana orang tua yang anaknya tidak stunting memiliki waktu 24 jam bersama anak, (4) peran orang tua ketika bersama anak yaitu mengajak anak aktif berinteraksi tidak hanya menonton TV dan bermain handphone saja, (5) kegiatan bersama yang dilakukan sebelum tidur seperti memijat, bercerita kegiatan sehari-hari dan bernyanyi, serta (6) perilaku menjaga kebersihan tubuh anak seperti sikat gigi sebelum tidur
his thesis discusses the analysis of feeding behavior, parenting behavior, hygiene behavior, and health care behavior as Positive Deviance behavior in families of low economic status with non-stunting in Sleman Regency, Yogyakarta. This research is a qualitative research using the phenomenology approach. The results of this study are Positive Deviance Behavior in families of low economic status with non-stunting are 1) feeding behavior or MPASI with a frequency of three times a day each for main meals and snack foods, (2) the food ingredients consumed by children with good nutritional value with the main meal of the four-star menu and snacks such as green beans and fruit such as bananas and papayas, (3) the quantity of time parents spend together with children where parents whose children are not stunted have 24 hours with the child, (4) the role of parents when with the child is to invite children to actively interact, not only watch TV and play on handphones, (5) joint activities carried out before bedtime such as massaging , telling stories about daily activities and singing, and (6) the behavior of keeping the child's body clean such as brushing their teeth before bed.
Read More
his thesis discusses the analysis of feeding behavior, parenting behavior, hygiene behavior, and health care behavior as Positive Deviance behavior in families of low economic status with non-stunting in Sleman Regency, Yogyakarta. This research is a qualitative research using the phenomenology approach. The results of this study are Positive Deviance Behavior in families of low economic status with non-stunting are 1) feeding behavior or MPASI with a frequency of three times a day each for main meals and snack foods, (2) the food ingredients consumed by children with good nutritional value with the main meal of the four-star menu and snacks such as green beans and fruit such as bananas and papayas, (3) the quantity of time parents spend together with children where parents whose children are not stunted have 24 hours with the child, (4) the role of parents when with the child is to invite children to actively interact, not only watch TV and play on handphones, (5) joint activities carried out before bedtime such as massaging , telling stories about daily activities and singing, and (6) the behavior of keeping the child's body clean such as brushing their teeth before bed.
T-5990
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Bety Nurul Afni; Pembimbing: Caroline Endah Wuryaningsih; Penguji: Evi Martha, Indyah Rukmi Wirastuti
Abstrak:
Read More
Prevalensi stunting di Indonesia berada pada posisi 115 dari 151 negara di dunia pada tahun 2020. Secara nasional, Indonesia menunjukkan penurunan namun masih diperlukan penurunan untuk mencapai target di tahun 2024. Menurut hasil SSGI tahun 2021 prevalensi stunting di Provinsi Jawa Barat sebesar 24,5%. Berdasarkan Buku Profil Informasi Kesehatan Kabupaten Bogor 2019, prevalensi stunting di Puskesmas Ragajaya sebesar 41,98% lebih tinggi daripada prevalensi Kabupaten Bogor yaitu sebesar 19,08%. Ibu hamil merupakan salah satu kelompok sasaran dalam pencegahan stunting. Pencegahan stunting dapat dilakukan sejak 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yaitu dari masa kehamilan hingga usia 2 tahun. Stunting dapat terjadi akibat asupan nutrisi ibu hamil kurang. Theory of Planned Behavior (TPB) mencakup strategi untuk meningkatkan kepercayaan ibu terhadap kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan nutrisi selama kehamilan. Perilaku pencegahan stunting dapat dipengaruhi berbagai faktor seperti sikap, norma subjektif, dan persepsi kontrol perilaku. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sikap, norma subjektif, dan persepsi kontrol perilaku dengan perilaku pencegahan stunting pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Ragajaya. Desain penelitian ini cross-sectional. Sampel penelitian sebanyak 90 ibu hamil. Pengambilan data dilakukan pada bulan Desember 2022. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 65.5% ibu hamil memiliki perilaku pencegahan stunting yang baik. Hasil analisis bivariat menunjukkan sikap (p=0.004), norma subjektif (p=0.045), dan persepsi kontrol perilaku (p=0.001) berhubungan dengan perilaku ibu hamil dalam mencegah stunting. Saran bagi fasilitas kesehatan diharapkan memberikan pendidikan kesehatan secara rutin sebagai salah satu langkah preventif baik melalui pelayanan konsultasi kesehatan ibu hamil, berbagai platform media sosial, serta kegiatan – kegiatan diskusi terkait dengan kesehatan ibu hamil terutama mengenai gizi ibu hamil dalam pencegahan stunting.
In 2020, the prevalence of stunting in Indonesia will be the 115th highest out of 151 countries in the world. Nationally, Indonesia is showing a decline, but a gradual decrease is still needed to reach the target in 2024. According to the results of SSGI in 2021, the prevalence of stunting in West Java Province is 24.5%. Based on the 2019 Bogor Regency Health Information Profile Book, the prevalence of stunting in the Ragajaya Health Center is 41.98%, which is higher than the Bogor Regency prevalence of 19.08%. Pregnant women are one of the target groups in stunting prevention. Stunting can be prevented from the first 1000 days of life (HPK), or from pregnancy to the age of two. Stunting can occur due to the insufficient nutritional intake of pregnant women. The Theory of Planned Behavior (TPB) includes strategies to increase the mother's confidence in her ability to meet nutritional needs during pregnancy. Stunting prevention behavior can be influenced by various factors, such as attitudes, subjective norms, and perceptions of behavior control. This study aims to determine the relationship between attitudes, subjective norms, and perceptions of behavior control with stunting prevention behavior in pregnant women in the working area of the Ragajaya Health Center. The research design is cross-sectional. The research sample consisted of 90 pregnant women. Data collection was carried out in December 2022. The results showed that 65.5% of pregnant women had good stunting prevention behavior. The results of the bivariate analysis showed that attitude (p = 0.004), subjective norm (p = 0.045), and perceived behavioral control (p = 0.001) were related to pregnant women's behavior in preventing stunting. Suggestions for health facilities are expected to provide routine health education as one of the preventive measures both through pregnant women's health consultation services, various social media platforms, and discussion activities related to the health of pregnant women, especially regarding nutrition for pregnant women in preventing stunting.
S-11297
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Sasqia Rizqiana; Pembimbing: Rita Damayanti; Penguji: Dian Ayubi, Intan Kusumawati
Abstrak:
Read More
Kementerian Kesehatan RI melaporkan bahwa prevalensi merokok pada usia 10-18 tahun pada tahun 2023 di Indonesia mencapai 7,4%. Tingkat merokok pada remaja dapat dikurangi dengan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan self-esteem, lingkungan keluarga merokok, pola asuh negatif, dan tekanan teman sebaya dengan perilaku merokok pada siswa SMA DKI Jakarta Tahun 2023. Penelitian ini menggunakan data Survei Perilaku Remaja Siswa Sekolah Menengah di DKI Jakarta dengan menggunakan desain studi cross-sectional yang dianalisis secara univariat, bivariat, dan stratifikasi. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan lingkungan keluarga merokok (p=0,0001), pola asuh negatif (p=0,0001), dan tekanan teman sebaya (p= 0,0001) dengan perilaku merokok pada siswa, sedangkan pada self-esteem tidak terdapat hubungan dengan perilaku merokok pada siswa (p=0,582). Analisis stratifikasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan self-esteem, lingkungan keluarga merokok, dan tekanan teman sebaya dengan perilaku merokok siswa perempuan, sedangkan pada laki-laki terdapat hubungan lingkungan keluarga merokok, pola asuh negatif, dan tekanan teman sebaya dengan perilaku merokok. Selain itu, terdapat pengaruh pola asuh negatif pada hubungan tekanan teman sebaya dengan perilaku merokok pada siswa. Sementara itu, tidak terdapat pengaruh pola asuh negatif pada hubungan self-esteem dengan perilaku merokok pada siswa. Oleh karena itu, disarankan untuk mengadakan layanan konseling dan program peer educator/peer counselor pada siswa.
The prevalence of smoking among 10-18 years old in Indonesia reach 7,4% in 2023. Understanding the factors associated with smoking behavior can reduce smoking rates in adolescents. The purpose of this study is to determine the relationship between self-esteem, smoking family environment, negative parenting, and peer pressure with smoking behavior among high school students in DKI Jakarta in 2023. This study uses data from the Adolescent Behavior Survey of High School Students in DKI Jakarta using a cross-sectional study design that was analyzed univariate, bivariate, and stratified. The results of the study showed a relationship between smoking family environment (p=0,0001), negative parenting (p=0,0001), and peer pressure (p=0,0001) with smoking behavior among students. Meanwhile, self-esteem (p=0,582) is not related to smoking behavior among students. Stratified analysis shows a relationship between self-esteem, smoking family environment, and peer pressure with smoking behavior among female students, while among male students, there is a relationship between smoking family environment, negative parenting, and peer pressure with smoking behavior. Apart from that, negative parenting influences the relationship between peer pressure and smoking behavior among students. Meanwhile, there was no influence of negative parenting on the relationship between self-esteem and smoking behavior among students. Therefore, it is recommended to provide counseling services and peer educator/peer counselor programs for students.
S-11658
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Rizka Muyasara; Pembimbing: Dian Ayubi; Penguji: Caroline Endah Wuryaningsih, Lilah Muflihah
Abstrak:
Read More
Kasus HIV di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Bersamaan dengan itu, hanya sedikit pasien dengan HIV/AIDS yang melakukan pengobatan ARV. Studi ini untuk bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan perilaku kepatuhan minum obat pada pasien HIV/AIDS. Dalam studi cross sectional ini, 140 pasien HIV/AIDS yang melakukan pengobatan di RSUD Kabupaten Bekasi diikutsertakan dalam penelitian ini. Tingkat pendidikan, persepsi manfaat, self-efficacy, akses rumah ke fasilitas kesehatan, efek samping obat, dan pemantauan minum obat diteliti dalam studi ini. Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan variabel-variabel tersebut dengan kepatuhan minum obat. Diketahui bahwa akses rumah ke fasilitas pelayanan kesehatan secara signifikan berhubungan dengan kepatuhan obat (p = 0,013) dan juga merupakan prediktor dalam kepatuhan obat pasien (OR = 2,96). Hasil menunjukan akses rumah ke fasilitas kesehatan mempengaruhi tingkat kepatuhan, sehingga bagi institusi diharapkan dapat memberikan dukungan keyakinan serta motivasi kepada pasien yang memiliki jarak rumah yang jauh untuk berobat ke fasyankes terdekat dalam melakukan pengobatan ARV.
HIV cases in Indonesia are increasing every year. At the same time, only a few HIV/AIDS patients are undergoing ARV treatment. This study aims to determine the factors associated with medication adherence behavior in HIV/AIDS patients. In this cross sectional study, 140 HIV/AIDS patients who received treatment at the Bekasi Regency Regional Hospital were included in this research. Education level, perceived benefits, self-efficacy, home access to health facilities, drug side effects, and monitoring of medication taking were examined in this study. Bivariate analysis was carried out to see the relationship between these variables and medication adherence. Knowledge that home access to health care facilities is significantly associated with medication adherence (p = 0.013) and is also a predictor of patient medication adherence (OR = 2.96). The results show that home access to health facilities influences the level of compliance, so that the institution is expected to provide support, confidence and motivation to patients who have a long distance from home to seek treatment at the nearest health facility in carrying out ARV treatment.
S-11525
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Rifka Silmia; Pembimbing: Evi Martha; Penguji: Trini Sudiarti, Fatmiaty
Abstrak:
Stunting adalah permasalahan gizi yang ada di Indonesia yang masih terjadi di seluruhwilayah Indonesia. Hal tersebut mendorong pemerintah Indonesia melakukan berbagaiupaya menekan angka stunting. Beberapa dampak stunting adalah meningkatkankematian anak, perkembangan kognitif motorik dan bahasa pada anak yang menurun danperawakan pendek saat dewasa. Pemberian makan baduta yang tepat menjadi salah satufaktor yang dapat mempengaruhi status gizi baduta. Penting bagi ibu untuk melakukanpemberian makan baduta yang sesuai ajaran WHO/DEPKES. Penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui gambaran perilaku ibu dalam pemberian makan pada baduta stuntingusia 6-24 bulan dan faktor yang berperan terhadap perilaku ibu dalam pemberian makanbaduta stunting meliputi faktor predisposisi, penguat dan pemungkin.Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus denganteknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam secara daring dantelaah dokumen. Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kampung melayu daribulan Maret-Juli 2020. Sampel dipilih secara purposive sesuai kriteria inklusi daneksklusi. Informan penelitian terdiri dari lima ibu yang memiliki baduta stunting usia 6-24 bulan, lima informan dari keluarga dan tiga informan kunci (Kepala PuskesmasKelurahan Kampung Melayu, Staf puskesmas bagian gizi dan kader posyandu). Hasilpenelitian menunjukkan bahwa belum ada ibu baduta yang melakukan pemberian makankepada baduta secara menyeluruh sesuai WHO. Pengetahuan, dan tradisi (Faktorpredisposisi) berperan terhadap perilaku ibu dalam pemberian makan baduta stunting.Selanjutnya faktor penguat yang berperan adalah dukungan keluarga dan kader posyandu,sedangkan sebagai pendorong yang berperan adalah daya beli keluarga.
Kata kunci:baduta ; perilaku ibu ; pemberian makan ; stunting
Read More
Kata kunci:baduta ; perilaku ibu ; pemberian makan ; stunting
S-10365
Depok : FKM UI, 2020
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
RR Ajeng Arumsari Yayi Pramesti; Pembimbing: Caroline Endah Wuruaningsih; Penguji: Sudarto Ronoatmodjo, Evi Martha, Rahmat Kurniadi, Indrati Wahyuni
T-4693
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Nuraeni; Pembimbing: Dian Ayubi; Penguji: Evi Martha, Laila Fitria, Dyah Prabaningrum, Lisna Djamaluddin
Abstrak:
Read More
Anak usia di bawah lima tahun merupakan kelompok rentan terhadap paparan pestisida pertanian melalui perilaku penggunaan pestisida oleh keluarga. Dengan menggunakan pendekatan teori Health Belief Model, penelitian ini mengeksplorasi faktor-faktor penentu perilaku pencegahan paparan pestisida pada anak-anak di keluarga petani. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa yang merupakan sentra produksi kentang di Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian cross-sectional ini menggunakan sampel sebanyak 200 keluarga petani kentang yang dipilih secara systematic random sampling. Data penelitian dikumpulkan melalui wawancara dan menggunakan kuesioner. Data tersebut kemudian dianalisis secara univariat, bivariat, dan multivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku pencegahan keluarga sudah cukup baik dengan nilai rata-rata sebesar 71.125. Perilaku pencegahan keluarga dipengaruhi oleh persepsi manfaat (p-value=0.031; OR=1.968; 95%Cl=1.065–3.636) dan kepercayaan diri (p-value<0.001; OR=3.950; 95%Cl=2.159–7.228). Faktor yang paling dominan mempengaruhi perilaku pencegahan keluarga adalah kepercayaan diri. Keluarga dengan kepercayaan diri yang tinggi lebih berpotensi 3.950 kali memiliki perilaku pencegahan yang baik dibandingkan dengan keluarga yang memiliki kepercayaan diri yang rendah. Hasil penelitian ini mengindikasikan pentingnya peningkatan pesepsi manfaat dan kepercayaan diri yang akan mendorong perilaku pencegahan yang baik. Penyuluhan perilaku pencegahan yang baik dan dampak buruk kesehatan anak akibat paparan pestisida menjadi penting untuk meningkatkan perilaku pencegahan menjadi lebih baik lagi. Pelayanan kesehatan setempat juga dapat melakukan uji kolinestrase terhadap anak untuk mengidentifikasi kasus keracunan akibat pestisida secara klinis. Hasil uji tersebut dapat menunjukkan keefektifan perilaku pencegahan pada keluarga petani. Selain itu, menyediakan fasilitas pendukung seperti papan peringatan larangan anak memasuki kebun di beberapa titik sentral lokasi pertanian dapat menjadi pemicu perilaku pencegahan paparan pestisida terhadap anak pada keluarga petani.
Children under five years of age are vulnerable to exposure to agricultural pesticides through family pesticide use behavior. Using the Health Belief Model theoretical approach, this research explores the determinants of behavior to prevent pesticide exposure to children in farming families. This research was conducted in Tinggimoncong Subdistrict, Gowa Regency, the potato production center in South Sulawesi Province. This cross-sectional research used a sample of 200 potato farming families selected using systematic random sampling. Research data was collected through interviews and using questionnaires. The data was then analyzed univariately, bivariately, and multivariately. The research results show that family prevention behavior is quite good, with an average value of 71.125. Family prevention behavior is influenced by perceived benefits (p-value=0.031; OR=1.968; 95%Cl=1.065–3.636) and self-confidence (p-value<0.001; OR=3.950; 95%Cl=2.159–7.228). The most dominant factor influencing family prevention behavior is self-confidence. Families with high self-confidence are 3,950 times more likely to have good preventative behavior than those with low self-confidence. The results of this study indicate the importance of increasing perceived benefits and self-confidence, which will encourage good preventative behavior. Counseling on good preventive behavior and the negative impacts on children's health due to exposure to pesticides is important to improve preventive behavior to be even better. Local health services can also carry out cholinesterase tests on children to clinically identify cases of pesticide poisoning. The test results can show the effectiveness of preventive behavior in farming families. In addition, providing supporting facilities such as warning boards prohibiting children from entering the garden at several central points in agricultural locations can trigger behavior to prevent pesticide exposure to children in farming families.
T-6862
Depok : FKM-UI, 2024
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Maureen Syahailatua; Pembimbing: Rita Damayanti; Penguji: Evi Martha, Dini Dachlia
Abstrak:
Pada penelitian ini bagaimana pola penundaan pencarian pengobatan (Appraisal Delay, Illness Delay, Utilization Delay) pada masyarakat tidak mampu, yang tidak tercover BPJS PBI di Kampung Sela Eurih Desa Sumur Batu Tahun 2020. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif, melaluipendekatan studi kasus. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah in-depth interview (wawancara mendalam) dengan jumlah sampel 7 orang warga Kampung Sela Eurih.
Read More
S-10574
Depok : FKM-UI, 2021
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Nadya Hanna Talitha Sidabutar; Pembimbing: Ella Nurlaella Hadi; Penguji: Sutanto Priyo Hastono, Pranti Sri Mulyani, Yemima Ester
Abstrak:
Read More
Sejak epidemi pertama pada 1980-an, HIV masih menjadi masalah kesehatan global hingga kini. Di Indonesia, epidemi HIV terkonsentrasi di populasi kunci, terutama pada lelaki seks lelaki (LSL). Meskipun prevalensi HIV pada LSL tinggi, masih sangat sedikit hal yang diketahui terkait kelompok LSL usia muda (15-24 tahun) di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan konsistensi penggunaan kondom dengan status HIV setelah dikontrol variabel kovariat pada 1.357 LSL usia muda yang menjadi responden STBP 2018/2019 di 19 kabupaten/kota di Indonesia. Konsistensi penggunaan kondom oleh LSL usia muda di Indonesia sebesar 37,7%. Sebanyak 15% LSL usia muda positif antibodi HIV; angka ini 50 kali lebih besar dari prevalensi HIV nasional di populasi umum. Terdapat hubungan antara konsistensi penggunaan kondom dengan status HIV setelah dikontrol umur (p=0,013). LSL usia muda yang tidak konsisten menggunakan kondom berisiko 1,56 kali untuk terinfeksi HIV dibandingkan LSL yang konsisten menggunakan kondom setelah dikontrol oleh umur (95% CI: 1,1-2,22); dimana LSL berumur 20-24 tahun yang tidak konsisten menggunakan kondom lebih berisiko terinfeksi HIV dibandingkan LSL berumur 15-19 tahun yang tidak konsisten menggunakan kondom. Tindakan segera diperlukan untuk merespon fenomena ini dan mengurangi kontribusi signifikan LSL usia muda terhadap epidemi HIV di Indonesia. Pesan pencegahan HIV harus menekankan bahaya penggunaan kondom tidak konsisten, terutama ketika sering berganti pasangan seksual. Program intervensi HIV yang ditujukan bagi LSL usia muda juga sebaiknya mengeksplorasi sikap mereka terhadap penggunaan kondom, melatih keterampilan bernegosiasi dengan pasangan, menjelaskan cara mengurangi rasa takut/malu dalam membeli serta mengajak pasangan menggunakan kondom, dan mempromosikan tes HIV secara berpasangan.
Since the first epidemic in the 1980s, HIV remains a global health issue today. In Indonesia, the HIV epidemic is concentrated in key populations, particularly among men who have sex with men (MSM). Despite the high prevalence of HIV among MSM, very little is known about young MSM (ages 15-24) in Indonesia. This study aimed to analyze the relationship between condom use consistency and HIV status, controlling for covariates among 1,357 young MSM respondents from the IBBS 2018/2019 in 19 districts/cities in Indonesia. Consistent condom use among young MSM in Indonesia is 37.7%. A total of 15% of young MSM tested positive for HIV antibodies; this rate is 50 times higher than the national HIV prevalence in general population. There is an association between consistent condom use and HIV status after controlling for age (p=0.013). Young MSM who do not consistently use condoms are 1.56 times more likely to be infected with HIV compared to those who do, after controlling for age (95% CI: 1.1-2.22). Among those aged 20-24, inconsistent condom use poses a higher risk of HIV infection compared to those aged 15-19. Immediate action is needed to address this phenomenon and reduce the significant contribution of young MSM to the HIV epidemic in Indonesia. HIV prevention messages must emphasize the dangers of inconsistent condom use, especially with frequent partner changes. HIV intervention programs for young MSM should explore their attitudes towards condom use, train negotiation skills with partners, explain how to reduce fear/shame in purchasing and encouraging partners to use condoms, and promote couple-based HIV testing.
T-6929
Depok : FKM-UI, 2024
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Naila Fairuz Adivarie; Pembimbing: Evi Martha; Penguji: Dian Ayubi, Wembi Syarif Chan
Abstrak:
Read More
Perilaku sedentari berhubungan dengan kebiasaan tidak banyak melakukan aktivitas fisik yang berdampak buruk pada kesehatan anak-anak dan remaja. Perilaku sedentari menyebabkan peningkatan lemak sehingga seseorang cenderung menjadi gemuk dan berujung pada obesitas. Individu dengan kondisi obesitas memiliki potensi lebih tinggi untuk terserang penyakit tidak menular. Lebih dari 80% populasi remaja dunia kurang melakukan aktivitas fisik. Secara global terdapat peningkatan perilaku sedentari pada anak-anak dan remaja. Proporsi aktivitas fisik kurang di Indonesia pada penduduk umur ≥10 tahun terdapat pada Provinsi Jawa barat sebesar 25,4% dan meningkat menjadi 37,5%. Prevalensi siswa SMP Daar el-Salam dengan obesitas tahun 2019 sebanyak 7,9%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan perilaku sedentari pada siswa SMP di SMP Daar el-Salam Kabupaten Bogor tahun 2023. Penelitian menggunakan desain cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 163 siswa SMP kelas VII, VIII dan IX. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner yang sudah diuji validitas dan reabilitasnya serta dianalisis menggunakan uji chi square. Hasil analisis menunjukkan prevalensi perilaku sedentari ≥ 2 jam per hari pada siswa SMP sebesar 39,9%. Determinan perilaku sedentari dalam penelitian ini adalah quality of life (OR= 3,19), peer influence (OR= 2,83), sikap siswa (OR= 2,65), dan sleeping time (OR= 2,77). Pencegahan perilaku sedentari pada siswa diperlukan sarana dan prasarana sekolah yang memadai seperti peran UKS (Unit Kesehatan Siswa) dan SHC (School Health Care) SMP Daar el-Salam dalam kegiatan edukasi kepada siswa dan orang tua sebagai bentuk dukungan sosial dalam pencegahan perilaku sedentari dan aktif melakukan aktivitas fisik. Selain itu juga dibutuhkan kebijakan dari dinas pendidikan yang berkoordinasi dengan dinas kesehatan terkait pembuatan kurikulum sekolah mengenai aktivitas fisik dan perilaku sedentari.
Sedentary behavior is related to habit of not doing much physical activity which has a negative impact on the health of children and adolescents. Sedentary behavior has the risk of causing an increase in fat so that a person leads to obesity. Individuals with obesity have a higher potential for developing non-communicable diseases. More than 80% of the world's adolescent population lacks physical activity. Globally there is an increase in sedentary behavior in children and adolescents. The proportion of less physical activity in Indonesia for people aged ≥10 years was found in West Java Province at 25,4% and increased to 37,5%. The prevalence of obese Daar el-Salam Middle School students in 2019 was 7,9%. This study aims to determine the determinants of sedentary behavior in junior high school students at Daar el-Salam Middle School, Bogor Regency in 2023. The study used a cross-sectional design with a sample size of 163 junior high school students of 7th, 8th, and 9th grade. Data were collected using a questionnaires that have been tested for validity and reliability and analyzed using the chi square test. The results of the analysis showed that the prevalence of sedentary behavior ≥ 2 hours per day in junior high school students was 39,9%. The determinants of sedentary behavior in this study were quality of life (OR= 3,19), peer influence (OR= 2,83), student attitudes (OR= 2,65), and sleeping time (OR= 2,77). Prevention of sedentary behavior in students requires adequate school facilities and infrastructure such as the role of student health care and SHC (School Health Care) of Daar el-Salam Junior High School in educational activities for students and parents as a form of social support in preventing sedentary behavior and being active in physical activity. Apart from that, a policy is also needed from the education office which coordinates with the health office regarding the creation of a school curriculum regarding physical activity and sedentary behavior.
S-11356
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
