Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 38054 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Siti Magfiroh; Pembimbing: Mila Herdayati; Penguji: Besral, Siti Nur Anisah
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tuberkulosis dengan kejadian depresi di Indonesia. Penelitian ini merupakan analisis lanjut Indonesia Family Life Survey 5 dengan desain studi cross-sectional. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk di Indonesia usia ≥ 15 tahun yaitu sebanyak 30.993 responden. Hasil penelitian menemukan bahwa responden yang menderita tuberkulosis memiliki risiko 1,9 kali lebih besar untuk menderita depresi dibandingkan yang tidak menderita tuberkulosis setelah dikontrol oleh variabel jenis kelamin, status pernikahan, status merokok, kapan terdiagnosis TB dan riwayat penyakit kronis.
Read More
S-10679
Depok : FKM UI, 2021
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nurfahira Hernovirianti; Pembimbing: Sudijanto Kamso; Penguji: Artha Prabawa, Galuh Budi Leksono Adhi
Abstrak: Tuberkulosis merupakan 10 besar penyakit yang menyebabkan kematian di seluruh dunia. Pada tahun 2013 prevalensi kejadian tuberkulosis paru di Indonesia berdasarkan terdiagnosis dokter sebesar 0,4% dan berdasarkan gejala sebesar 3,9%. Saat ini diabetes melitus diketahui sebagai faktor risiko tuberkulosis. Prevalensi diabetes melitus berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 2,1%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan diabetes melitus dengan kejadian tuberkulosis paru di Indonesia. Penelitian ini merupakan analisis lanjut Indonesia Family Life Survey dengan desain studi Cross Sectional. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk di Indonesia usia ≥ 15 tahun yang memiliki data variabel penelitian lengkap. Berdasarkan penelitian ini diperoleh bahwa responden yang menderita diabetes melitus memiliki peluang 3,80 kali lebih besar untuk menderita tuberkulosis paru dibandingkan dengan responden yang tidak menderita diabetes melitus setelah dikontrol oleh variabel jenis kelamin, status gizi, dan riwayat merokok.
Read More
S-10056
Depok : FKM-UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Clarissa Tertia Firjatullah; Pembimbing: Kemal Nazarudin Siregar; Penguji: Popy Yuniar, Tiur Febrina Pohan
Abstrak:

Prevalensi diabetes melitus mengalami tren meningkat, baik di tingkat global maupun di
Indonesia. Prevalensi DM berdasarkan pemeriksaan kadar gula darah di Indonesia meningkat dari tahun 2013 (6,9%), 2018 (10,9%), hingga 2023 (11,7%). DM adalah salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang bisa dicegah melalui perubahan gaya hidup, salah satunya adalah aktivitas fisik, yang menjadi kunci dalam pencegahan dan pengurangan beban PTM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian DM pada penduduk usia 15 tahun ke atas di Indonesia pada tahun 2023, dengan distratifikasi oleh variabel perancu usia, jenis kelamin, status obesitas, tempat tinggal, status pekerjaan, dan status ekonomi. Penelitian ini menggunakan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 dengan desain studi potong lintang. Analisis yang dilakukan adalah analisis univariat, bivariat, dan stratifikasi. Berdasarkan analisis bivariat, aktivitas fisik berhubungan signifikan dengan DM, dengan aktivitas fisik kurang lebih berpeluang (OR=1,36; 95% CI= 1,23 – 1,51) untuk memiliki DM. Variabel perancu usia, jenis kelamin, status obesitas, dan status pekerjaan berhubungan signifikan dengan DM dan digunakan untuk stratifikasi. Setelah distratifikasi, hubungan aktivitas fisik dengan DM tetap signifikan, tetapi nilai OR berbeda berdasarkan modifikasi efek dari variabel usia dan jenis kelamin. Penduduk usia 40 tahun ke atas (OR=1,52; 95% CI= 1,35 – 1,71) lebih berpeluang untuk memiliki DM jika kurang melakukan aktivitas fisik. Upaya intervensi pengelola program kesehatan perlu difokuskan untuk merancang dan mengimplementasikan kebijakan aktivitas fisik dan skrining DM yang komprehensif dengan bekerja sama dengan sektor luar kesehatan dan fokus untuk meningkatkan partisipasi aktivitas fisik pada penduduk berusia 40 tahun ke atas.


There is an upward trend of diabetes mellitus prevalency, both globally and in Indonesia.  DM prevalency based on blood glucose examination in Indonesia shows an upward trend,  from 2013 (6,9%), 2018 (10,9%), up to 2023 (11,7%). DM is a noncommunicable disease  (NCD) that could be prevented by lifestyle change, which one of them is physical activity,  a key in NCD prevention and burden reduction.  This study aims to identify the  association between physical activity and DM in Indonesia’s population aged 15 years  and over in 2023, with stratification based on confounding variable age, sex, obesity  status, residential area, employment status, and economic status. This study utilizes  Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 data with cross-sectional study design.  Univariate, bivariate, and stratification analysis were conducted. Based on bivariate  analysis, physical activity is significantly associated with DM, with the less active group  having higher odds (OR=1,36; 95% CI= 1,23 – 1,51) for developing DM. Confounding  variables age, sex, obesity status, and employment status significantly associated with  DM and will be used in stratification. After stratification, the association between  physical activity and DM hold its significance, but the OR differs based on effect  modification by age and sex variables. Population aged 40 years and over (OR=1,52; 95%  CI= 1,35 – 1,71) higher odds to develop DM if they’re physically inactive. Interventions  effort made by health program organizer needs to be focused on designing and  implementing comprehensive physical activity and DM screening policy with partners  outside the health sectors and focusing on increasing participation in physical activity  among population aged 40 years and over. 

Read More
S-11872
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Aisha Indreswari Arsyaningrum; Pembimbing: Tris Eryando; Penguji: Milla Herdayati, Uswatun Hasanah
Abstrak: Pendahuluan: Obesitas saat ini telah berkontribusi dalam 2,8 juta kematian di seluruhdunia. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi obesitas adalah gangguan mentalemosional. Gangguan mental emosional dapat mempengaruhi kejadian obesitasdikarenakan seseorang yang sedang dalam kondisi stres cenderung makan makananmanis, karena makanan manis memiliki efek menenangkan dan dapat memperbaikisuasana hati. Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh gangguan mental emosionalterhadap kejadian obesitas pada penduduk usia dewasa di Indonesia tahun 2013.Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari RisetKesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 dan menggunakan desain studi cross sectional.Penelitian ini dilakukan pada penduduk berusia diatas 18 tahun dengan jumlah sampel633.612 orang.Hasil: Berdasarkan hasil analisis hubungan antara gangguan mental emosional denganobesitas diperoleh hasil bahwa gangguan mental emosional tidak memiliki hubunganpositif dengan kejadian obesitas (OR=0,940). Hasil analisis multivariat denganmengontrol pengaruh dari status perkawinan, jenis kelamin, tempat tinggal, aktivitasfisik dan pola makan menggambarkan bahwa gangguan mental emosional merupakanfaktor protektif dari kejadian obesitas (p=0,007, OR=0,945).Kesimpulan: Status gangguan mental emosional merupakan faktor protektif darikejadian obesitas pada penduduk usia dewasa di Indonesia tahun 2013.Kata kunci:Obesitas; Gangguan Mental Emosional; Dewasa.
Read More
S-9773
Depok : FKM-UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Audrey Hanifa Putri; Pembimbing: Martya Rahmaniati Makful; Penguji: Wahyu Septiono, Samuel Josafat Olam
Abstrak:
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah perokok terbanyak di dunia. Merokok diketahui menyebabkan penurunan kemampuan kognitif serta meningkatkan risiko demensia namun literatur mengenai hubungan merokok dengan kemampuan kognitif pada penduduk usia produktif di Indonesia masih sangat terbatas. Melalui analisis data Indonesian Family Life Survey 5, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan merokok dengan kemampuan kognitif pada penduduk Indonesia dengan mempertimbangkan faktor umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, kuintil kekayaan, status perkawinan, status bekerja, tempat tinggal, hipertensi, diabetes, hiperkolesterolemia, penyakit jantung, dan stroke. Melalui analisis regresi linier ditemukan bahwa perokok memiliki rata-rata kemampuan kognitif yang lebih rendah dibanding non-perokok sebesar 0,07 (95%CI: -0,10 hingga -0,04) standar deviasi (p<0,05). Perokok berat ditemukan tidak memiliki kemampuan kognitif yang lebih rendah daripada perokok ringan yang signifikan secara statistik. Selain itu ditemukan hubungan merokok dengan kemampuan kognitif dari aspek lama menjadi perokok aktif dimana bertambahnya satu tahun menjadi perokok aktif berhubungan dengan kemampuan kognitif yang lebih rendah 0,01 (95%CI: -0,01 hingga -0,01) standar deviasi (p<0,05).

Indonesia is one of the countries with the largest number of smokers in the world. Smoking is known to negatively affect cognitive ability and increases the risk of dementia, however literature regarding the relationship between smoking and cognitive abilities in the productive age population in Indonesia is still very limited. Through data analysis of the 5th wave of the Indonesian Family Life Survey, this study aims to determine the relationship between smoking and cognitive abilities in the Indonesian population whilst controlling the effect of age, gender, education level, wealth quintile, marital status, work status, place of residence, hypertension, diabetes, hypercholesterolemia, heart disease, and stroke. Through linear regression analysis, it was found that smokers’ cognitive ability was lower than non-smokers by 0.07 (95%CI: -0.10 to -0.04) standard deviations (p<0.05). Heavy smokers were not found to have statistically significant lower cognitive ability than light smokers. There was a relationship between smoking and cognitive ability from the aspect of years of smoking, where an increase of one year of being an active smoker was associated with lower cognitive ability of 0.01 (95%CI: -0.01 to -0.01) standard deviations (p <0.05).
Read More
S-11717
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fathiyya Aliyah Birjaman; Pembimbing: Sutanto Priyo Hastono; Penguji: Rico Kurniawan, Chandra Rudyanto
Abstrak:
Indonesia merupakan salah satu negara berpendapatan menengah yang 72 juta penduduknya atau hampir lebih dari seperempat penduduknya merupakan perokok aktif. Kelompok umur dengan prevalensi tertinggi ada pada kelompok remaja dan dewasa yang rentan terhadap perilaku merokok. Tingginya angka perokok berkontribusi pada tingginya prevalensi penyakit yang berhubungan dengan rokok. Berhenti merokok menjadi langkah penting untuk mencapai target pengurangan tembakau yang dapat berdampak signifikan pada peningkatan kesehatan. Oleh karena itu, penting untuk mengkaji faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku berhenti merokok. Penelitian ini menggunakan data GATS 2021 di Indonesia dengan sampel penduduk usia 15-44 tahun. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan analisis regresi logistik. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik, faktor yang berhubungan dengan perilaku berhenti merokok pada penduduk 15-44 tahun di Indonesia adalah jenis kelamin, pendidikan, status pekerjaan, larangan merokok di rumah, dan status merokok keluarga. Sedangkan umur, status ekonomi, tempat tinggal, umur pertama merokok, pengetahuan bahaya rokok, pernah mengunjungi KTR, keterpaparan media antirokok dan keterpaparan iklan rokok tidak berhubungan signifikan. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan perilaku berhenti merokok adalah status merokok keluarga. Diharapkan upaya berhenti merokok yang berfokus pada pendekatan keluarga yang dapat didukung dengan adanya larangan merokok di rumah. Upaya berhenti merokok juga dapat berfokus melalui tatanan sekolah atau pendidikan dengan meningkatkan kesadaran pentingnya berhenti merokok. Pendekatan promosi kesehatan dapat difokuskan pada tatanan tempat kerja melalui pemilik usaha/wiraswasta maupun kelompok pekerja untuk meningkatkan keberhasilan berhenti merokok pada penduduk usia 15-44 tahun.

Indonesia is one of the middle-income countries where 72 million people or almost more than a quarter of the population are active smokers. The age group with the highest prevalence is teenagers and adults who are vulnerable to smoking behavior. The high number of smokers contributes to the high prevalence of smoking-related diseases. Quitting smoking is an important step towards achieving tobacco reduction targets that can have a significant impact on health outcomes. Therefore, it is important to examine the factors associated with quit smoking. This study used GATS 2021 data in Indonesia with a sample of the population aged 15-44 years. Used a cross-sectional design with logistic regression analysis. Based on the results of logistic regression analysis, the factors associated with smoking cessation in the population of 15-44 years in Indonesia are gender, education, employment status, smoking restrictions at home, and family smoking status. While age, economic status, place of residence, age of first smoking, knowledge of the dangers of smoking, ever visited KTR, exposure to anti-smoking media and cigarette advertisements were not significantly associated. The most dominant factor associated with smoking cessation is family smoking status. It is hoped that smoking cessation efforts will focus on a family approach which can be supported by a smoking ban at home. Efforts to stop smoking can also be focused through schools or education by increasing awareness of the importance of quitting smoking. A health promotion approach in the workplace to increase the success of quitting smoking in the population aged 15-44 years.
Read More
S-11617
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nindya Rimalivia; Pembimbing: Sudijanto Kamso; Penguji: Martya Rahmaniati Makful, Selamat Riyadi
Abstrak:
Penyakit tidak menular menjadi tantangan serius dalam kesehatan global, terutama di tengah era globalisasi yang mendorong perubahan gaya hidup masyarakat ke arah yang kurang sehat. Salah satu penyakit tidak menular yang menyebabkan tingginya angka kematian adalah penyakit kardiovaskular dengan hipertensi merupakan faktor risiko utamanya. Hipertensi seringkali tidak bergejala, namun dapat menyebabkan komplikasi berat seperti stroke dan penyakit jantung. Berdasarkan data SKI tahun 2023, proporsi hipertensi di Provinsi Jawa Barat mencapai 34,4% tertinggi ketiga di Indonesia dan melebihi proporsi nasional dengan persentase 30,8%. Kondisi ini menjadi perhatian khusus mengingat Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbesar sehingga perubahan kecil sekalipun dalam angka kejadian dapat berdampak signifikan terhadap beban nasional. Selain itu, hipertensi tidak lagi hanya menjadi permasalahan kesehatan lanjut usia, tetapi juga semakin banyak ditemukan pada penduduk usia produktif yang dapat berdampak pada menurunnya produktivitas tenaga kerja dan meningkatkan beban ketergantungan di masa tua. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada penduduk usia produktif di Jawa Barat. Sumber data penelitian ini adalah SKI 2023 dengan desain studi potong lintang (cross sectional) dengan total sampel yang memenuhi kriteria sebanyak 27.452 penduduk usia produktif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi hipertensi pada penduduk usia produktif di Jawa Barat sebanyak 23,5%. Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi meliputi usia, pendidikan, tempat tinggal, konsumsi makanan berlemak, berkolesterol, dan gorengan, diabetes mellitus, serta obesitas sentral. Didapatkan juga faktor yang paling dominan terhadap hipertensi adalah obesitas sentral (AOR = 2,733; 95% CI: 2,530–2,952). Berdasarkan hasil penelitian ini, masyarakat disarankan untuk memperhatikan lingkar pinggang agar tetap dalam batas normal sebagai upaya mencegah obesitas sentral. Sementara itu, masyarakat dengan obesitas sentral disarankan untuk rutin memeriksakan tekanan darah dan menerapkan pola hidup sehat untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

Non-communicable diseases have become a serious global health challenge, especially in the era of globalization that encourages lifestyle changes toward less healthy behaviors. One of the leading NCDs contributing to high mortality is cardiovascular disease, with hypertension being its primary risk factor. Hypertension often presents without symptoms but can lead to severe complications such as stroke and heart disease. According to the 2023 SKI data, the prevalence of hypertension in West Java Province reached 34.4%, the third highest in Indonesia and exceeding the national average of 30.8%. This issue is particularly concerning given that West Java is the most populous province in the country, where even minor changes in incidence can have a significant impact on the national burden. Moreover, hypertension is no longer confined to older adults, it is increasingly affecting individuals of productive age, which may reduce workforce productivity and increase dependency in later years. This study aimed to identify factors associated with hypertension among the productive-age population in West Java. The data source was the 2023 SKI, using a cross-sectional study design with a total sample of 27.452 individuals who met the inclusion criteria. The results showed that the prevalence of hypertension among the productive-age population in West Java was 23.5%. Factors associated with hypertension included age, education level, place of residence, consumption of fatty, high-cholesterol, and fried foods, diabetes mellitus, and central obesity. Central obesity was identified as the most dominant factor associated with hypertension (AOR = 2.733; 95% CI: 2.530–2.952). Based on these findings, greater attention should be given to maintaining waist circumference within a normal range to prevent central obesity. Individuals with central obesity are encouraged to have regular blood pressure checks and adopt healthier habits to reduce the risk of further complications.
Read More
S-11941
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Salsabilla Tiara; Pembimbiing: Rico Kurniawan; Penguji: Besral, Ananda
Abstrak:
Latar belakang: Obesitas sentral adalah penumpukan lemak di daerah abdomen yang dapat meningkatkan berbagai risiko penyakit tidak menular lainnya. Prevalensi obesitas sentral di Indonesia juga meningkat setiap tahunnya. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara faktor sosiodemografi, faktor perilaku, faktor gangguan mental emosional, dan faktor riwayat penyakit dengan kejadian obesitas sentral pada usia dewasa di Indonesia pada tahun 2023. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan data sekunder SKI 2023. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dan analisis regresi logistik berganda. Besar sampel yang didapatkan sebesar 455.036 dengan rincian sampel perempuan sebesar 253.055 dan sampel laki-laki sebesar 202.251. Hasil: Hasil penelitian menunjukan bahwa prevalensi obesitas sentral pada perempuan mencapai (65,4%), sementara pada laki-laki mencapai (25,1%). Penelitian ini menunjukan bahwa riwayat penyakit berhubungan signifikan dan menjadi faktor dominan terhadap kejadian obesitas sentral pada seluruh populasi (AOR Perempuan: 1,96; AOR Laki-laki: 2,37). Kesimpulan: Tingginya angka obesitas sentral pada penduduk usia dewasa mengindikasikan perlunya upaya pencegahan yang serius, terutama dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengatur pola hidup sehat yang lebih baik. Upaya ini dapat dilakukan melalui promosi kesehatan dan kolaborasi antar pihak.

Background: Central obesity is the accumulation of fat in the abdominal region that can increase the risk of various other non-communicable diseases. The prevalence of central obesity in Indonesia is also increasing every year. Objective: This study aims to see the relationship between sociodemographic factors, behavioral factors, mental emotional disorder factors, and disease history factors with the incidence of central obesity in adults in Indonesia in 2023. Methods: This study is a quantitative study using secondary data from SKI 2023. This study used a cross-sectional design and multiple logistic regression analysis. The sample size obtained was 455,036 with details of the female sample of 253,055 and the male sample of 202,251. Results: The results showed that the prevalence of central obesity in women reached (65.4%), while in men it reached (25.1%). This study showed that a history of disease was significantly associated and was the dominant factor in the incidence of central obesity in the entire population. (Female AOR: 1.96; Male AOR: 2.37). Conclusion: The high rate of central obesity in the adult population indicates the need for serious prevention efforts, especially in increasing public awareness to organize a better healthy lifestyle. This effort can be done through health promotion and collaboration between parties.
Read More
S-11988
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Regine Martauli Nainggolan; Pembimbing: Indang Trihandini; Penguji: Sutanto Priyo Hastono, Juzi Delianna
Abstrak: Penyakit jantung koroner merupakan penyakit degeneratif yang masih menjadi permasalahan kesehatan di dunia. Salah satu faktor penyakit jantung koroner ini adalah obesitas sentral. Persentase status obesitas sentral ini mengalami kenaikan dari tahun 2007 sampai 2013. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan obesitas sentral terhadap penyakit jantung koroner. Desain studi yang digunakan adalah cross sectional dan menggunakan data Riskesdas 2013. Sampel penelitian ini adalah semua penduduk yang berusia 45 tahun ke atas yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi penyakit jantung koroner adalah 1,2 dan terdapat hubungan antara status obesitas sentral terhadap penyakit jantung koroner pada usia 45 tahun ke atas di Indonesia tahun 2013 setelah dikontrol oleh variabel konfounding. Faktor yang menjadi konfounding adalah penyakit diabetes, hipertensi, dan perilaku merokok. Selain itu, terdapat interaksi oleh variabel konfounding terhadap obesitas sentral yaitu diabetes dan merokok. Oleh karena itu,diperlukan promosi kesehatan mulai dari promosi kesehatan penyakit jantung koroner baik pencegahan primer maupun pencegahan sekunder.
Kata Kunci: Penyakit Jantung Koroner, Obesitas Sentral.
Coronary heart disease is a degenerative disease that remains a health problem in the world. One of the factors of coronary heart disease are central obesity. The percentage of central obesity status is increased from 2007 to 2013. This study was conducted to examine the relationship of central obesity to coronary heart disease. The study design used is cross sectional and use data Riskesdas 2013. Samples were all residents aged 45 years and over who meet the inclusion and exclusion criteria. The results of this study indicate that the prevalence of coronary heart disease was 1.2 and there is corelation between central obesity status of coronary heart disease at the age of 45 years and over in Indonesia in 2013 after being controlled by confounding variables. Confounding factors that are diabetes, hypertension, and smoking behavior. In addition, there is an interaction by confounding variables to central obesity, namely diabetes and smoking. Therefore, required health promotion ranging from coronary heart disease health promotion both primary prevention and secondary prevention.
Keywords: Coronary Heart Disease, Central Obesit
Read More
S-9078
Depok : FKM UI, 2016
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Renata Philipa Plate; Pembimbing: Milla Herdayati; Penguji: Martya Rahmaniati M., R. Sutiawan, Teti Tejayanti, Fajar Nugraha
Abstrak:
Di Jawa Timur, terdapat disparitas prevalensi hipertensi antarkabupaten/kota yang disebabkan oleh perbedaan determinan prevalensi hipertensi di setiap wilayah. Sejalan dengan itu, keterikatan sosial dan ekonomi antarwilayah dapat menyebabkan saling pengaruh mekanisme determinan hipertensi. Kondisi ini menimbulkan kendala dalam pelaksanaan program kesehatan dan alokasi sumber daya kesehatan, termasuk pengalokasian Dana Alokasi Khusus (DAK) sebagai salah satu sumber dana program pencegahan dan pengendalian hipertensi. Di Jawa Timur, terdapat lima Badan Koordinasi Wilayah (Bakorwil) yang bertugas membuat rekomendasi usulan DAK untuk kabupaten/kota dalam wilayah kerja masing-masing Bakorwil. Penelitian ini bertujuan untuk melihat keterkaitan spasial prevalensi hipertensi dan variasi determinan prevalensi hipertensi antarkabupaten/kota di Jawa Timur. Analisis spasial dengan menggunakan indeks Moran dan Geographically Weighted Regression (GWR) dilakukan terhadap 38 kabupaten/kota di Jawa Timur. Hasil analisis menunjukan bahwa prevalensi hipertensi di suatu kabupaten/kota dipengaruhi oleh kabupaten/kota tetangganya. Selain itu, 38 kabupaten/kota tersebut memiliki variasi determinan prevalensi hipertensi berupa proporsi bekerja, proporsi pengeluaran untuk minyak dan lemak, proporsi perokok, serta prevalensi diabetes. Adanya efek kewilayahan pada nilai prevalensi hipertensi dan determinannya menunjukan bahwa pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian hipertensi di tingkat daerah memerlukan koordinasi antardinas kabupaten/kota. Lebih lanjut, rekomendasi usulan DAK bidang kesehatan juga memerlukan koordinasi antar Bakorwil.

In East Java, there is a disparity in the prevalence of hypertension among districts/cities caused by differences in the determinants of hypertension prevalence in each region. Moreover, social and economic relationship between regions can lead to the mutual influence of the determinant mechanisms of hypertension. This condition creates obstacles in the implementation of health programs and the allocation of health resources, including the allocation of the Special Allocation Fund (Dana Alokasi Khusus or DAK) as a source of funds for the hypertension prevention and control program. In East Java, there are five Regional Coordinating Bodies (Badan Koordinasi Wilayah or Bakorwil) whose task is to make recommendations on DAK proposals for districts/cities within the working areas of each Bakorwil. This study aims to look at the spatial relationship between the prevalence of hypertension and the variation in the determinants of hypertension prevalence between districts/cities in East Java. Spatial analysis using the Moran index and Geographically Weighted Regression (GWR) was carried out for 38 districts/cities in East Java. The results of the analysis show that the prevalence of hypertension in a district/city is influenced by neighboring districts/cities. In addition, the 38 regencies/cities have variations in the determinants of the prevalence of hypertension, namely the proportion of working, the proportion of spending on oils and fats, the proportion of smokers, and the prevalence of diabetes. The existence of a spatial effect on the prevalence of hypertension and its determinants indicates that the implementation of hypertension prevention and control programs at the regional level requires coordination between district/city offices. Furthermore, DAK recommendations for the health sector also require coordination between Bakorwil.
Read More
T-6819
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive