Ditemukan 33744 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Ageng Priambudi; Pembimbing: Dadan Erwandi; Penguji: Abdul Kadir, Chandra Satrya, Hanif Mufidah, Cynthia Kurnia Sari
Abstrak:
Awal tahun 2020, WHO menetapkan wabah COVID-19 sebagai kedaruratan kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional dan resmi ditetapkan sebagai wabah Pandemi. Pada penelitian ini, aspek psikososial merupakan aspek desain kerja, organisasi dan manajemen kerja, kondisi sosial, serta lingkungan yang berpotensi menimbulkan gangguan fisik dan psikologis. Gangguan psikososial terlebih saat Pandemi Covid-19 jika tidak dikendalikan dapat menyebabkan gangguan pada fungsi tubuh, penyakit akibat kerja, mekanisme coping depresi, dan peningkatan keinginan untuk bunuh diri. Penelitian ini dilakukan pada sektor jasa drilling di PT. XYZ pada April-Juni 2022. Menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi cross sectional dan besar sampel 157 karyawan PT. XYZ. Data distres diadaptasi menggunakan instrumen Pandemic-Related Perceived Stress Scale of COVID-19 (PSS-10-C), sedangkan data psikososial menggunakan kuesioner yang telah melalui uji validitas dan reliabilitas. Hasil dari penelitian pada arena individu tidak terdapat variabel yang behubungan signifikan dengan tingkat distres. Pada arena sosial dan rumah variabel dukungan keluarga berhubungan signifikan dengan tingkat distres nilai p-value 0,001. Pada arena kerja variabel kepuasan kerja behubungan signifikan dengan tingkat distres nilai p-value 0,005. Berdasarkan hasil uji multivariat variabel yang paling berhubungan dengan tingkat distres pada karyawan PT. XYZ adalah dukungan keluarga.
Read More
T-6396
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Cheryl Khairunnisa Miyanda; Pembimbing: Dadan Erwandi; Penguji: Indri Hapsari Susilowati, Fatma Lestari, Cynthia Kurnia Sari, Robertus Wisnu Wijaya
Abstrak:
Distres kerja merupakan bahaya fisik dan emosional yang disebabkan tidak imbangnya antara kebutuhan pekerjaan dengan kemampuan, sumber daya atau kebutuhan individu (NIOSH, 2014). Distres kerja dapat berdampak pada perubahan fungsi kognitif, emosi, dan perilaku serta penurunan kinerja dan produktivitas. Penelitian ini dilakukan guna menganalisis faktor psikososial yang dapat berdampak pada distres kerja agar penaggulangan lebih lanjut dapat dilakukan dan kerugian pada individu maupun perusahaan dapat diminimalisir. Penelitian ini dilakukan di sektor konstruksi pada pekerja Divisi Civil & Trackwork Proyek Light Rail Transit (LRT) PT X pada bulan November- Desember 2021. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain studi yang dipilih yaitu cross sectional dengan sampel 110 pekerja. Data diambil menggunakan kuesioner yang telah melalui uji validitas dan reliabilitas. Hasil dari penelitian pada arena individual dan arena rumah tidak terdapat variabel yang signifikan dengan tingkat distress kerja. Pada Arena pekerjaan content of work, variabel yang signifikan antara lain: durasi kerja (pvalue = 0,001), status pekerjaan kerja (p-value = 0,002), dan kondisi lingkungan pekerjaan (p-value = 0,006). Pada arena pekerjaan context of work, variabel yang signifikan antara lain: struktur dan iklim organisasi (p-value = 0,003), hubungan interpersonal (p-value = 0,001), peran dalam organisasi (p-value = 0,002). Gaya manajemen/kepemimpinan organisasi (p-value = 0,007), kesempatan karir (p-value = 0,001), dan kepuasan kerja (p-value = 0,034). Variabel yang paling berhubungan dengan tingkat distres kerja yaitu durasi kerja (p-value=0,001, OR=12,1) diikuti oleh kesempatan karir (p-value=0,001, OR=1,264) serta status pekerjaan (p-value=0,007, OR=1,100).
Read More
T-6394
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Gatha Haris Widodo; Pembimbing: Dadan Erwandi; Penguji: Baiduri Widanarko, Neni Julyatri Sagala
Abstrak:
Perkembangan bisnis yang pesat di Indonesia saat ini menuntut pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di setiap tempat kerja termasuk sektor kesehatan. Laboratorium merupakan salah satu sarana dalam sektor kesehatan yang dituntut dapat unggul dalam memberikan pelayanan kepada konsumen. PT. X adalah salah satu laboratoium swasta di Indonesia yang sudah memiliki beberapa penghargaan. Bagian pelayanan menjadi salah bagian terpenting dalam suatu sistem produksi di perusahaan ini. Penilaian terhadap faktor-faktor bahaya psikososial yang berhubungan dengan stres pada pekerja bagian pelayanan di PT. X cabang se-Jabodetabek belum pernah dilakukan sebelumnya, dimana pencatatan mengenai penilaian terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan stres dan pengendaliannya belum tersedia sebagai suatu dokumen K3 yang dapat disosialisasikan bagi seluruh elemen bagian pelayanan di PT. X cabang se-Jabodetabek. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor bahaya psikososial yang berhubungan dengan tingkat stres pekerja bagian pelayanan di PT. X cabang se-Jabodetabek tahun 2016. Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah karyawan bagian pelayanan yang berjumlah 291 responden. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari instansi terkait dan data primer yang diperoleh melalui kuesioner yang diberikan kepada responden. Dari hasil penelitian didapatkan 51,2% responden mengalami stress kerja tinggi dan 48,8% mengalami stres kerja rendah. Hasil analisis bivariat dengan tingkat kemaknaan 5%, diperoleh lima faktor yang berhubungan dengan stres kerja yakni budaya dan fungsi organisasi dengan p value 0,001, peran dalam organisasi dengan p value 0,002, pengembangan karir 0,001, hubungan interpersonal dengan p value 0,001, dan peralatan kerja dengan p value 0,001. Dari hasil penelitian tersebut perusahaan harus segera mengambil tindakan pengendalian untuk guna mencegah terjadinya stres di kalangan pekerja dan yang akhirnya bisa merugikan pekerja dan perusahaan sendiri.
Read More
S-9203
Depok : FKM UI, 2016
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Makhrus Shofi; Pembimbing: Dadan Erwandi; Penguji: Mila Tejamaya, Baiduri Widanarko, Enos Parubak, Bagyo Cahyono
Abstrak:
Latar Belakang: Hubungan antara kelelahan dengan aspek psikososial dalam industri hulu migas sampai sekarang relatif belum banyak diteliti. Sejak akhir tahun 2019, terdapat beberapa kebijakan terkait pandemi COVID-19 yang berdampak pada psikologis pekerja dalam merespon kondisi yang berubah secara acak.
Tujuan: mengetahui hubungan aspek psikososial dengan kelelahan diantara pekerja migas baik onshore maupun offshore selama pendemi Covid-19 tahun 2020-2021.
Metode: Penelitian analitik kuantitatif dengan disain studi potong lintang. Dilakukan di salah satu instalasi hulu migas di Kalimantan Timur, Indonesia. Aspek psikososial diukur menggunakan kuesioner 3rd Version of Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ III), sedangkan kelelahan akibat kerja diukur dengan Multidimensional Fatigue Inventory-20 (MFI-20). Analisis regresi linier multivariabel digunakan untuk menganalisa hubungan dan interaksi keduanya.
Hasil: seluruh aspek psikososial kepuasan dipersepsikan tinggi oleh pekerja. Sedangkan untuk aspek psikososial ketidakpuasan berada pada tingkat menengah selama Pandemi Covid-19, sementara itu tingkat kelelahan multidimensi akibat kerja berada pada tingkat ringan.
Kesimpulan: Setelah mengendalikan variabel perancu, penghargaan, kepuasan kerja, dan konflik keluarga-pekerjaan ditemukan berhubungan dengan kelelahan total di area onshore, sedangkan aspek kepuasan kerja merupakan satu satunya aspek psikososial yang berhubungan dengan kelelahan total di area offshore. Perusahaan perlu memusatkan program pencegahan kelelahan yang terkait dengan pengurangan konflik pekerjaan-keluarga serta membangun makna kepuasan dalam bekerja
Background: The relationship between fatigue and psychosocial aspects in the upstream oil and gas industry is still relatively not widely studied. Since end of 2019, there have been several policies related to the COVID-19 pandemic, which impact to the psychological of the workers in response to those unexpected changing situations.
Objective: to determine the relationship between psychosocial aspects and the work-related fatigue both onshore and offshore during the 2020-2021 Covid-19 pandemic.
Method: quantitative analytic study with a cross sectional study design. Conducted at one of the upstream oil and gas in East Kalimantan, Indonesia. Psychosocial aspects were measured by using the 3rd Version of Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ III) questionnaire, whilst work-related fatigue was measured by using the Multidimensional Fatigue Inventory-20 (MFI-20). Multivariable linear regression analysis was used to examine the associations and interactions.
Results: All satisfaction subscales of psychosocial aspects were perceived as high level by workers. Meanwhile dissatisfaction subscales were at medium level during the COVID-19 pandemic. The work-related fatigue tended to be at light level.
Conclusion: After the confounding variables were controlled, the Recognition, Job Satisfaction and Work Life Conflict aspects were found to have association with total fatigue in Onshore, whereas the job satisfaction is the only psychosocial aspect that is related to the total fatigue in offshore area. Company is encouraged to concentrate the fatigue prevention programs particularly on reducing the Work Life Conflicts and to growth the meaning of satisfaction at work.
Read More
Tujuan: mengetahui hubungan aspek psikososial dengan kelelahan diantara pekerja migas baik onshore maupun offshore selama pendemi Covid-19 tahun 2020-2021.
Metode: Penelitian analitik kuantitatif dengan disain studi potong lintang. Dilakukan di salah satu instalasi hulu migas di Kalimantan Timur, Indonesia. Aspek psikososial diukur menggunakan kuesioner 3rd Version of Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ III), sedangkan kelelahan akibat kerja diukur dengan Multidimensional Fatigue Inventory-20 (MFI-20). Analisis regresi linier multivariabel digunakan untuk menganalisa hubungan dan interaksi keduanya.
Hasil: seluruh aspek psikososial kepuasan dipersepsikan tinggi oleh pekerja. Sedangkan untuk aspek psikososial ketidakpuasan berada pada tingkat menengah selama Pandemi Covid-19, sementara itu tingkat kelelahan multidimensi akibat kerja berada pada tingkat ringan.
Kesimpulan: Setelah mengendalikan variabel perancu, penghargaan, kepuasan kerja, dan konflik keluarga-pekerjaan ditemukan berhubungan dengan kelelahan total di area onshore, sedangkan aspek kepuasan kerja merupakan satu satunya aspek psikososial yang berhubungan dengan kelelahan total di area offshore. Perusahaan perlu memusatkan program pencegahan kelelahan yang terkait dengan pengurangan konflik pekerjaan-keluarga serta membangun makna kepuasan dalam bekerja
Background: The relationship between fatigue and psychosocial aspects in the upstream oil and gas industry is still relatively not widely studied. Since end of 2019, there have been several policies related to the COVID-19 pandemic, which impact to the psychological of the workers in response to those unexpected changing situations.
Objective: to determine the relationship between psychosocial aspects and the work-related fatigue both onshore and offshore during the 2020-2021 Covid-19 pandemic.
Method: quantitative analytic study with a cross sectional study design. Conducted at one of the upstream oil and gas in East Kalimantan, Indonesia. Psychosocial aspects were measured by using the 3rd Version of Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ III) questionnaire, whilst work-related fatigue was measured by using the Multidimensional Fatigue Inventory-20 (MFI-20). Multivariable linear regression analysis was used to examine the associations and interactions.
Results: All satisfaction subscales of psychosocial aspects were perceived as high level by workers. Meanwhile dissatisfaction subscales were at medium level during the COVID-19 pandemic. The work-related fatigue tended to be at light level.
Conclusion: After the confounding variables were controlled, the Recognition, Job Satisfaction and Work Life Conflict aspects were found to have association with total fatigue in Onshore, whereas the job satisfaction is the only psychosocial aspect that is related to the total fatigue in offshore area. Company is encouraged to concentrate the fatigue prevention programs particularly on reducing the Work Life Conflicts and to growth the meaning of satisfaction at work.
T-6309
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Lena Tresnawati; Pembimbing: Dadan Erwandi; Penguji: Robiana Modjo, Indri Hapsari Susilowati, Lutfi Muzaqi, M. Fadri Al Baihaqi
Abstrak:
Latar Belakang: Distres merupakan bentuk negatif dari psikososial, dimana sumber distres dapat berasal dari faktor pekerjaan itu sendiri, faktor keluarga dan sosial, serta faktor individu. Beberapa kejadian mengindikasikan terjadinya distres pada mekanik di PT. X. Indikasi tersebut terlihat dari gejala fisiologis, psikologis, perilaku, dan kognitif yang timbul dari pekerja.
Tujuan: Menganalisis tingkat distres kerja dan faktor-faktor yang berhubungan terhadap tingkat distres pada mekanik di PT. X. Metode: Penelitian menggunakan desain studi cross sectional, dilakukan pada seluruh mekanik di PT. X sejumlah 37 pekerja, dan analisis data menggunakan uji chi square serta regresi logistik.
Hasil: Faktor yang berhubungan terhadap tingkat distres adalah budaya dan fungsi organisasi, hubungan interpersonal, tekanan kerja, work family conflict, desain tugas, jadwal dan jam kerja, intensitas olahraga, kecemasan, pengendalian emosi, serta kebiasaan merokok. Faktor pengendalian emosi paling berpengaruh terhadap distres dengan Exp(B) 0,34. Kesimpulan: Berbagai faktor memiliki hubungan terhadap tingkat distres pada mekanik di PT. X sehingga perlu dilakukan tindakan yang mampu menurunkan risiko distres seperti pengaturan lembur dan pemberian pelatihan
Background: Distress is a negative form of psychosocial. It can be caused by work factors, family and social factors, and individual factors. Several cases indicate the occurrence of mechanical distress at PT. X. The indications showed from the physiological, psychological, behavioral, and cognitive symptoms that arise from the workers.
Objective: To analyze the associated factors with distress level of mechanics at PT. X. Methods: Used a cross sectional design study, carried out on all mechanics at PT. X with number of 37 workers, data analysis using chi square test and logistic regression.
Results: Factors related to the distress level are organizational culture and function, interpersonal relationships, work pressure, work family conflict, task design, working hours and scheduler, exercise intensity, anxiety, emotional control, and smoking habits. Emotional control factor has the most associated on distress with Exp(B) 0.34. Conclusion: Various factors have a relationship with the distress level of mechanics at PT. X so it is necessary to take actions that can reduce the risk of distress such as overtime program and providing training
Read More
Tujuan: Menganalisis tingkat distres kerja dan faktor-faktor yang berhubungan terhadap tingkat distres pada mekanik di PT. X. Metode: Penelitian menggunakan desain studi cross sectional, dilakukan pada seluruh mekanik di PT. X sejumlah 37 pekerja, dan analisis data menggunakan uji chi square serta regresi logistik.
Hasil: Faktor yang berhubungan terhadap tingkat distres adalah budaya dan fungsi organisasi, hubungan interpersonal, tekanan kerja, work family conflict, desain tugas, jadwal dan jam kerja, intensitas olahraga, kecemasan, pengendalian emosi, serta kebiasaan merokok. Faktor pengendalian emosi paling berpengaruh terhadap distres dengan Exp(B) 0,34. Kesimpulan: Berbagai faktor memiliki hubungan terhadap tingkat distres pada mekanik di PT. X sehingga perlu dilakukan tindakan yang mampu menurunkan risiko distres seperti pengaturan lembur dan pemberian pelatihan
Background: Distress is a negative form of psychosocial. It can be caused by work factors, family and social factors, and individual factors. Several cases indicate the occurrence of mechanical distress at PT. X. The indications showed from the physiological, psychological, behavioral, and cognitive symptoms that arise from the workers.
Objective: To analyze the associated factors with distress level of mechanics at PT. X. Methods: Used a cross sectional design study, carried out on all mechanics at PT. X with number of 37 workers, data analysis using chi square test and logistic regression.
Results: Factors related to the distress level are organizational culture and function, interpersonal relationships, work pressure, work family conflict, task design, working hours and scheduler, exercise intensity, anxiety, emotional control, and smoking habits. Emotional control factor has the most associated on distress with Exp(B) 0.34. Conclusion: Various factors have a relationship with the distress level of mechanics at PT. X so it is necessary to take actions that can reduce the risk of distress such as overtime program and providing training
T-6323
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Rakhmat Soebekti; Pembimbing: Ridwan Z. Sjaaf
T-1936
Depok : FKM UI, 2004
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Aji Utomo Putro; Pembimbing: Dadan Erwandi; Penguji: Indri Hapsari Susilowati, Fatma Lestari, Ajeng Pramayu, Hairuddin Bangun Prasetyo
Abstrak:
Angka kematian akibat lift di dunia pada 1999-2009 sebesar 263 orang yang disebabkan 57% terjatuh, 18% terjepit, 17% tertimpa benda, dan 9% penyebab lainnya. Salah satu upaya pencegahan kecelakaan dengan menganalisis faktor psikososial yang mengakibatkan stres kerja dan perilaku berisiko yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan faktor psikososial terhadap stres kerja dan perilaku berisiko karyawan di PT. X. Metode penelitian yaitu deskriptif kuantitatif, desain studi cross-sectional, dengan sampel 200 orang. Faktor psikososial yang berhubungan yaitu beban kerja dan kecepatan kerja, pengendalian, fungsi organisasi, hubungan interpersonal, peran organisasi, pengembangan karir, home-work interface, tuntutan psikologis, partisipasi atau pengawasan, perundungan dan kekerasan. Terdapat hubungan antara stres kerja dan perilaku berisiko. Perilaku yang sering muncul ketika karyawan mengalami stres kerja yaitu terburu-buru saat bekerja. Keluhan stres kerja paling tinggi terkait keluhan fisiologis yaitu konsumsi obat penghilang sakit kepala; keluhan perilaku yaitu menyela dan memotong kalimat orang lain; keluhan emosional yaitu enggan pergi kerja. PT X sebaiknya melakukan risk assesment lebih komprehensif, memperjelas pengembangan karir, dan perhitungan ulang terkait beban kerja, efektifitas dan efisiensi agar tidak berdampak buruk terhadap work-life balance karyawan
The death rate due to elevators in the world at 1999-2009 was 263 people, caused by 57% falling, 18% being pinched, 17% falling by objects, and 9% other causes. One of the efforts to prevent accidents was to analyze psychosocial factors that caused work stress and at-risk behavior that can lead to work accidents. The purpose of this study was to determine the relationship of psychosocial factors to work stress and at-risk behavior of employees at PT. X which is engaged in the elevator and escalator sector. This research method was descriptive quantitative, cross-sectional study, with a sample of 200 people. Psychosocial factors related to workload and work speed, job control, organizational function, interpersonal relationships, organizational roles, career development, home-work interface, psychological demands, participation or supervision, bullying and violence. There is a relationship between work stress and at-risk behavior. Behaviors that often arise when employees experience work stress are rushing at work decisions. The highest work stress complaints were related to physiological complaints, namely the consumption of headache relievers; behavioral complaints, namely interrupting and cutting other people's sentences; emotional complaints, namely refusal to go to work; Cognitive complaints are difficulty thinking clearly and concentrating. PT X should conduct a more comprehensive risk assessment, clarify career development, and recalculate the workload, effectiveness and efficiency to prevent negative impact on employees' work-life balance.
Read More
The death rate due to elevators in the world at 1999-2009 was 263 people, caused by 57% falling, 18% being pinched, 17% falling by objects, and 9% other causes. One of the efforts to prevent accidents was to analyze psychosocial factors that caused work stress and at-risk behavior that can lead to work accidents. The purpose of this study was to determine the relationship of psychosocial factors to work stress and at-risk behavior of employees at PT. X which is engaged in the elevator and escalator sector. This research method was descriptive quantitative, cross-sectional study, with a sample of 200 people. Psychosocial factors related to workload and work speed, job control, organizational function, interpersonal relationships, organizational roles, career development, home-work interface, psychological demands, participation or supervision, bullying and violence. There is a relationship between work stress and at-risk behavior. Behaviors that often arise when employees experience work stress are rushing at work decisions. The highest work stress complaints were related to physiological complaints, namely the consumption of headache relievers; behavioral complaints, namely interrupting and cutting other people's sentences; emotional complaints, namely refusal to go to work; Cognitive complaints are difficulty thinking clearly and concentrating. PT X should conduct a more comprehensive risk assessment, clarify career development, and recalculate the workload, effectiveness and efficiency to prevent negative impact on employees' work-life balance.
T-6200
Depok : FKM-UI, 2021
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Identifikasi Bahaya Psikososial dan Tingkat Distres pada Pekerja Konstruksi di Masa Pandemi Covid-19
Angelica Savitrie Joanna; Pembimbing: Dadan Erwandi; Penguji: Abdul Kadir, Laksita Ri Hastiti, Hairuddin B. Prasetyo, Anisful Lailil
Abstrak:
Melalui gangguan ekonomi dan dampak pada jam kerja yang masif, krisis Covid-19 telah berdampak pada 3,3 miliar tenaga kerja dunia. Salah satu sektor ekonomi yang berdampak akibat virus Covid-19 adalah sektor konstruksi. Ketakutan dan kecemasan tentang penyakit Covid-19 dan faktor-faktor lainnya dapat berpengaruh terhadap tingkat distres Tujuan penelitian ini ingin menganalisis faktor bahaya psikososial yang berhubungan dengan tingkat distres pada sektor konstruksi Proyek XYZ di masa pandemi Covid-19. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2022 dengan menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Responden dan sampel pada penelitian ini adalah seluruh staff kontraktor serta subkontraktor pada Proyek PT XYZ. Distres diukur menggunakan Pandemic-Related Perceived Stress Scale of Covid-19
Read More
T-6398
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Ulfha Aulia Nasution; Pembimbing: Indri Hapsari Susilowati; Penguji: Hendra, Robiana Modjo, Bonardo Prayogo Hasiholan, Riana Ranny Diponegara
Abstrak:
Read More
Kelelahan kerja merupakan hal yang sering terjadi di berbagai industri, salah satunya termasuk industri konstruksi. Jenis pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja di industri konstruksi memiliki potensi menimbulkan terjadinya kelelahan kerja oleh karena karakteristik pekerjaan yang berisiko terpajan berbagai faktor. Selain itu kelelahan merupakan masalah umum di antara populasi pekerja. Namun, sedikit yang diketahui tentang hubungan antara faktor risiko pekerjaan dan gejala kelelahan. Desain penelitian pada penelitian ini adalah cross sectional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada pekerja konstruksi dengan pendekatan kuantitatif. Sampel pada penelitian ini berjumlah 50 pekerja konstruksi di PT XYZ. Adapun metode pengambilan data dilakukan dengan melakukan pengisian kuesioner kepada responden dan pengukuran menggunakan alat. Selanjutnya data yang didapatkan diolah secara deskriptif dan inferensial menggunakan software statistik untuk melihat gambaran dan hubungan dari setiap variabel. Variabel independen pada penelitian ini adalah umur, masa kerja, perilaku merokok, status menikah, usaha, penghargaan, overcommitment, postur kerja, suhu, dan kebisingan. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku merokok (POR=6.000 (1.558-23.113)), postur kerja (POR=13.000 (2.463–68.604)), usaha (POR=5.296 (1,533-18.299)), penghargaan (POR=5.520 (1.534-19.863)), overcommitment (POR=4.375 (1,325-14.446)), dan kebisingan (POR=6.333 (1.523-26.341)) dengan kejadian kelelahan kerja. Sedangkan variabel umur, masa kerja, dan status menikah tidak menunjukan adanya hubungan dengan kejadian kelelahan kerja.
Work fatigue is a common occurrence across various industries, including the construction industry. The type of work performed by workers in the construction industry has the potential to cause work fatigue due to the nature of the job, which is at risk of exposure to various factors. Additionally, fatigue is a common issue among the working population. However, little is known about the relationship between work risk factors and fatigue symptoms. The research design of this study was cross-sectional. The aim of this study was to analyze the factors related to work fatigue among construction workers using a quantitative approach. The sample for this study consisted of 50 construction workers at PT XYZ. Data collection was carried out by administering questionnaires to respondents and measuring using tools. The data obtained were then processed descriptively and inferentially using statistical software to examine the patterns and relationships of each variable. The independent variables in this study included age, length of service, smoking behavior, marital status, effort, appreciation, overcommitment, work posture, temperature, and distractions. The results showed a significant relationship between smoking behavior (POR=6.000 (1.558-23.113)), work posture (POR=13.000 (2.463–68.604)), effort (POR=5.296 (1.533-18.299)), reward (POR=5.520 (1.534-19.863)), overcommitment (POR=4.375 (1.325-14.446)), and distraction (POR=6.333 (1.523-26.341)) with the occurrence of work fatigue. In contrast, the variables of age, length of service, and marital status did not show any relationship with the occurrence of work fatigue.
T-7172
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Aliva Andjani; Pembimbing: Baiduri Widanarko; Penguji: Dadan Erwandi, Moh. Miftah Farid
S-10455
Depok : FKM UI, 2020
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
