Ditemukan 34085 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Allisya Aurelia; Pembimbing: Siti Arifah Pujonarti; Penguji: Asih Setiarini, Kusharisupeni Djokosujono
Abstrak:
Read More
Pemberian ASI eksklusif memiliki dampak positif baik bagi ibu maupun bayinya, namun persentase cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-5 bulan di Nusa Tenggara Barat berdasarkan data Riskesdas 2018, yaitu hanya sebesar 20,3%. Hal ini masih dibawah target pencapaian indikator ASI Eksklusif yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan, yaitu 80%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-23 bulan di NTB. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional dengan sampel berjumlah 802 bayi usia 0-23 bulan yang tinggal di NTB serta menggunakan data Riset Kesehatan Dasar 2018. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat, analisis bivariat menggunakan chi square, dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik berganda. Hasil menunjukan bahwa dari 802 subjek, 56,7% diberikan ASI eksklusif. Analisis bivariat juga menunjukan antara paritas dan IMD dengan pemberian ASI eksklusif (p-value < 0,05). Analisis multivariat menunjukan bahwa paritas merupakan faktor dominan pemberian ASI eksklusif (p-value = 0,002 ; OR : 1,6 ; 95% CI : 1,1 – 2,1).
EBF has a positive impact for both the mother and the baby, but based on the Indonesia Basic Health Research (Riskesdas) in 2018, only 20,3% of infants aged 0-5 months in West Tenggara Province are exclusive breastfed. It is still has not reached target indicator set by the Ministry of Health, which is 80%. This study aims to identify the determinant factor and related factor associated with EBF in infants aged 0-23 months in West Tenggara Province. This research is a quantitative study with a cross sectional study design with a sample of 802 infants aged 0-23 months who live in West Nusa Tenggara. The data was obtained from the Indonesia Basic Health Research 2018. The association between risk factor and EBF were measured through chi square bivariate analysis. Multivariate analysis was done using multiple logistic regression. Among 802 subjects, 56,7% breastfed exclusively. This study found that parity and early initiation of breastfeeding (EIBF) were significantly associated with EBF (p-value < 0,05). Parity was the most dominant risk factor of EBF (p-value = 0,002 ; OR : 1,6 ; 95% CI : 1,1 – 2,1).
S-11397
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Meetry Rona Pangestika; Pembimbing: Siti Arifah Pujonarti; Penguji: Nurul Dina Rahmawati, Siti Masruroh
Abstrak:
Read More
Masalah kurang gizi pada anak usia 0-23 bulan baik itu stunting, wasting dan underweight baik di Sulawesi Barat maupun di tingkat nasional masih menjadi masalah serius. Ditambah lagi pada kenyataannya terdapat anak-anak yang memiliki dua atau lebih masalah kurang gizi secara bersamaan dan tidak ada satupun indikator konvensional yang benar-benar menggambarkan keseluruhan beban masalah kurang gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan CIAF (composite index anthropometric failure) pada anak usia 0-23 bulan di Sulawesi Barat. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dengan memanfaatkan data sekunder dari Riskesdas 2018 dengan jumlah sampel sebanyak 395 anak. Analisis bivariat dilakukan mengunakan uji chi kuadrat sementara analisis multivariat menggunakan uji regresi logistic ganda. Hasil penelitian didapatkan prevalensi CIAF pada anak usia 0-23 bulan di Sulawesi Barat tahun 2018 sebesar 47.3 %. ISPA dan berat badan lahir memiliki hubungan signifikan dengan CIAF, dimana ISPA merupakan faktor dominan (OR= 2.13). Namun tidak ada hubungan yang signifikan antara CIAF dengan keanekaragaman konsumsi makanan (MDD), diare, TB Paru, MPASI Dini, imunisasi, status pekerjaan ayah, status pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, wilayah tempat tinggal, Inisiasi Menyusu Dini (IMD), cara pembuangan tinja baduta, sumber air minum dan pemberian kapsul vitamin A. Kesimpulan pada penelitian ini yaitu anak yang mengalami ISPA dalam kurun waktu sebulan terakhir berisiko 2.1 kali mengalami CIAF sehingga upaya pencegahan penyakit infeksi berulang perlu ditingkatkan agar tidak berdampak pada masalah kurang gizi
Undernutrition in children under five especially aged 0-23 months like stunting, wasting, underweight either in West Sulawesi or nationally is still being a serious problem. In addition there are children who have two or more undernutrition problem simultaneously and none of the three conventional indicators are able to provide the overall prevalence burden of undernutrition. This research aims to determine the dominant factor of composite index anthropometric failure aged 0-23 months in West Sulawesi using Riskesdas Data 2018. This research used cross sectional design with a sample total of 395 children aged 0-23 months. Data were analyzed using chi square for bivariate analysis and multiple regression logistic for multiple analysis. The result showed that 47.3% children aged 0-23 months were undernourished by using CIAF. Acute respiratory infection and birth weight were significantly related to CIAF with acute respiratory infection is a dominant factor (OR 2.13). Meanwhile there were no significant relationship between minimum dietary diversity, diarrhea, lung tuberculosis, early complementary feeding, basic immunization, early initiation of breastfeeding, working status of mother, working status of father, education status of mother, area of residence, source of drinking water, feces children disposal, and supplementation of vitamin A. The conclusion of this research was children who have suffered ARI in the last month have a risk 2.3 times of experiencing CIAF. Therefore increasing efforts to prevent repeated ARI is needed
S-11400
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Susi Hartati Fatah; Pembimbing: Kusharisupeni Djokosujono; Penguji: Triyanti, Ratu Ayu Dewi Sartika, Salimar, Farida
Abstrak:
Pemberian ASI eksklusif menjadi pelindung terhadap kejadian stunting pada anak balita, memberikan dampak pertumbuhan yang lebih baik pada bayi dalam enam bulan pertama, serta menunjukkan IQ poin yang lebih tinggi daripada yang tidak mendapat ASI eksklusif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di Provinsi Jawa Barat Tahun 2018. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan desain potong lintang. Data yang digunakan adalah data Riskesdas 2018 yang diperoleh dari laboratorium Manajemen Data Balitbangkes Kemenkes RI. Populasi penelitian ini berjumlah 604 ibu yang memiliki bayi usia 6 - 11 bulan, sampel penelitian adalah yang memiliki data riwayat pemberian ASI sebagai variabel dependen penelitian sebanyak 601. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 29,8% ibu memberikan ASI eksklusif selama enam bulan. Analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif adalah IMD (p=0,010; OR=2,204) setelah dikontrol oleh variabel frekuensi ANC dan konseling. Variabel paling dominan yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif adalah IMD, ibu yang melakukan IMD berpeluang memberikan ASI Eksklusif sebanyak 2,204 kali dibandingkan ibu yang tidak melakukan IMD. Saran: Meningkatkan kegiatan edukasi pada ibu hamil maupun calon ibu tentang IMD dan manfaat pemberian ASI eksklusif melalui Posyandu serta bersinergi dengan lintas sektor
Exclusive breastfeeding protects against stunting in children under five, has a better impact on infant growth in the first six months, and shows higher IQ points than those who do not receive exclusive breastfeeding. This study aims to determine the factors associated with exclusive breastfeeding in West Java Province in 2018. This study is a quantitative study with a cross-sectional design approach. The data used is the 2018 Riskesdas data obtained from the Balitbangkes Data Management laboratory of the Ministry of Health of the Republic of Indonesia. The population of this study amounted to 604 mothers who had babies aged 6-11 months the research sample was those who had history of breastfeeding as the dependent variable of the study as many as 601. The results showed that 29.8% of mothers gave exclusive breastfeeding for six months. Multivariate analysis showed that the variable associated with exclusive breastfeeding was Early Initiation of Breastfeeding (p=0.010; OR=2.204) after being controlled by the variable frequency of ANC and counseling. The most dominant variable related to exclusive breastfeeding is Early Initiation of Breastfeeding, mothers who do Early Initiation of Breastfeeding have the opportunity to give Exclusive Breastfeeding as much as 2,204 times compared to mothers who do not initiate Early Breastfeeding. Suggestion: Increase education activities for pregnant women and prospective mothers about Early Initiation of Breastfeeding and the benefits of exclusive breastfeeding through Posyandu and synergize with cross-sectors
Read More
Exclusive breastfeeding protects against stunting in children under five, has a better impact on infant growth in the first six months, and shows higher IQ points than those who do not receive exclusive breastfeeding. This study aims to determine the factors associated with exclusive breastfeeding in West Java Province in 2018. This study is a quantitative study with a cross-sectional design approach. The data used is the 2018 Riskesdas data obtained from the Balitbangkes Data Management laboratory of the Ministry of Health of the Republic of Indonesia. The population of this study amounted to 604 mothers who had babies aged 6-11 months the research sample was those who had history of breastfeeding as the dependent variable of the study as many as 601. The results showed that 29.8% of mothers gave exclusive breastfeeding for six months. Multivariate analysis showed that the variable associated with exclusive breastfeeding was Early Initiation of Breastfeeding (p=0.010; OR=2.204) after being controlled by the variable frequency of ANC and counseling. The most dominant variable related to exclusive breastfeeding is Early Initiation of Breastfeeding, mothers who do Early Initiation of Breastfeeding have the opportunity to give Exclusive Breastfeeding as much as 2,204 times compared to mothers who do not initiate Early Breastfeeding. Suggestion: Increase education activities for pregnant women and prospective mothers about Early Initiation of Breastfeeding and the benefits of exclusive breastfeeding through Posyandu and synergize with cross-sectors
T-6136
Depok : FKM-UI, 2021
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Cindy Cuandra; Pembimbing: Siti Arifah Pujonarti; Penguji: Nurul Dina Rahmawati, Siti Romlah
Abstrak:
Read More
Stunting adalah masalah gizi kronis berupa gangguan pertumbuhan dan perkembangan akibat tiga faktor utama, yaitu asupan gizi yang tidak adekuat, infeksi secara terus-menerus, dan stimulasi psikososial yang tidak baik yang diukur melalui indikator PB/U atau TB/U < -2 SD. Berdasarkan SKI (2023), prevalensi kejadian stunting di Provinsi Nusa Tenggara Timur (37,9%) lebih tinggi dibandingkan dengan prevalensi nasional di Indonesia (21,6%). Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya faktor dominan kejadian stunting pada baduta (0-23 bulan) berdasarkan kelompok umur di Nusa Tenggara Timur tahun 2023. Desain penelitian ini adalah cross-sectional menggunakan data hasil SKI 2023 dengan jumlah sampel adalah 735 baduta 0-23 bulan di NTT. Analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat untuk melihat distribusi frekuensi, analisis bivariat menggunakan chi-square, dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menemukan bahwa ada 24% baduta 0-23 bulan yang mengalami stunting. Faktor dominan stunting pada baduta kelompok umur 0-5 bulan, 6-11 bulan, dan 12-23 bulan adalah berat badan lahir rendah (OR: 10,156), status pekerjaan ibu (OR: 3,154), dan tinggi badan ibu (OR: 6,077). Pada kelompok umur 0-5 bulan, ditemukan interaksi antara berat badan lahir (p-value 0,0001) dan status imunisasi (p-value 0,043) dengan riwayat penyakit infeksi.
Stunting is a chronic nutritional problem characterized by impaired growth and development due to three main factors: inadequate nutritional intake, persistent infections, and poor psychosocial stimulation, which is measured using the height-for-age (HAZ) indicator < -2 SD. According to SKI (2023), the prevalence of stunting in East Nusa Tenggara Province (37,9%) is higher than the national prevalence in Indonesia (21,6%). The purpose of this study is to identify the dominant factors of stunting incidence in infants and young children based on age groups in East Nusa Tenggara. This research used a cross-sectional design with data from SKI 2023, involving a sample of 735 children aged 0-23 months in East Nusa Tenggara. Data analysis included univariate analysis to observe frequency distribution, bivariate analysis using chi-square, and multivariate analysis using multiple logistic regression. The study found that 24% of children aged 0-23 months experienced stunting. The dominant factors for stunting among children in the age groups 0-5 months, 6-11 months, and 12-23 months were low birth weight (OR: 10,156), mother's employment status (OR: 3,154), and mother's height (OR: 6,077). In the 0-5 months age group, an interaction was found between low birth weight (p-value 0,0001) and immunization status (p-value 0,043) with a history of infectious diseases.
S-11911
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Dian Nur Laili Mayang; Pembimbing: Siti Arifah Pujonarti; Penguji: Diah Mulyawati Utari, Maya Adiyanti
Abstrak:
ABSTRAK Stunting merupakan pertumbuhan tidak normal karena kekurangan zat gizi kronis selama masa kehamilan sampai 2 tahun pertama kehidupan. Anak yang stunting memiliki metabolisme yang rendah dan menghambat oksidasi lemak sehingga berisiko tinggi mengalami kegemukan di usia 3-5 tahun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor dominan terhadap kejadian stunting pada anak usia 0-23 bulan di Kecamatan Babakan Madang Tahun 2018. Penelitian dilakukan menggunakan desain cross sectional, menggunakan data sekunder Gizi dan Kesehatan Balita dengan jumlah sampel 279 yang didapatkan setelah melakukan teknik purposive sampling dengan kriteria eksklusi anak lahir tidak cukup bulan. Pengambilan data sekunder dilakukan dengan cara membuat kaji etik dan surat permohonan kepada pemilik data. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa prevalensi stunting pada anak usia 0-23 bulan mencapai 21,1%. Hasil analisis bivariat dengan uji chi-square menemukan perbedaan bermakna kejadian stunting berdasarkan asupan energi (OR= 2,059; 95%CI 1,145-3,705), asupan zink (OR= 2,987; 95%CI 1,641-5,435), dan asupan zat besi (OR= 4,246; 95%CI 2,172-8,301) pada anak usia 0-23 bulan di Kecamatan Babakan Madang. Hasil analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda menunjukkan bahwa asupan zat besi sebagai faktor dominan kejadian stunting pada anak usia 0-23 bulan setelah dikontrol oleh variabel jumlah balita, asupan zink, keberagaman makanan, ASI eksklusif, asupan energi, praktik BAB keluarga, pendidikan ibu, jumlah keluarga, asupan protein. (OR= 3,392; 95%CI 1,373-8,376). Berdasarkan hasil penelitian, saran bagi suku dinas yaitu mengkampanyekan peningkatan asupan zat besi selama 1000 HPK, bagi puskesmas dan posyandu untuk melakukan pengukuran panjang badan dan penyuluhan ke masyarakat tentang pentingnya asupan zat besi bagi anak dan ibu hamil. Selanjutnya, saran untuk peneliti lain adalah melakukan penelitian lebih luas serta membandingkan antara pedesaan dan perkotaan serta melakukan 3 kali food re-call untuk mengetahui asupan makan anak secara keseluruhan. Kata kunci: Stunting, asupan zat besi, anak usia 0-23 bulan Stunting is an abnormal growth due to chronic malnutrition during pregnancy until the first two years of life. Stunting children have a low metabolism and inhibit the oxidation of fat so that high risk of obesity children age 3-5 years. The objective of this research is to determine the dominant factor related with stunting occurrence among children aged 0-23 months in Babakan Madang district in 2018. The research was descriptive study with cross sectional design that using secondary data of Nutrition and Health of toddler and include 279 children taken after doing purposive technique sampling with the exclusion criteria of pre-term birth. Secondary data collection is done by making ethical clearance and application letter to data owner. The results showed prevalence of stunting in children aged 0-23 months was 21.1%. The results of bivariate analysis with chi-square test found significant differences stunting incidence based on energy intake (OR = 2.059; 95% CI 1.145-3,705), zinc intake (OR = 2,987; 95% CI 1,641-5.435), and iron intake (OR = 4,246 ; 95% CI 2.172-8.301). Furthemore, multivariate analysis with binominal logistic regression showed iron intake as a dominant factor of stunting occurrence among children aged 0-23 months after controlled by other variable of number of toddler, zinc intake, food diversity, exclusive breastfeeding, energy intake, family laterine, mother education, number of family, and protein intake (OR = 3,392; 95% CI 1.373-8.376). Based on this research, the recommendations for Suku Dinas Kesehatan are to appeal for increase iron intake during 1000 HPK, for puskesmas and posyandu to measurement body length and counseling to the community about importand iron intake for child and pregnant mother. And then, the advice for researchers are more extensive research and compare between rural and urban and use 3 times food re-call to know the overall intake of children. Key words: stunting, iron intake, aged 0-23 months old
Read More
S-9841
Depok : FKM-UI, 2018
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Sabrina Kalila Sono; Pembimbing: Siti Arifah Pujonarti; Penguji: Diah Mulyawati Utari, Siti Romlah
Abstrak:
Read More
Stunted merupakan kondisi dimana anak mempunyai perawakan pendek atau sangat pendek akibat malnutrisi kronis, dengan tinggi badan menurut umur kurang dari -2 Standar Deviasi. Masa remaja merupakan periode kritis kedua untuk mengejar ketertinggalan pertumbuhan dan mencegah stunting. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian stunted pada remaja usia 10-14 tahun di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Metode penelitian yang digunakan adalah desain penelitian cross sectional menggunakan data sekunder hasil survei Riskesdas tahun 2018 dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 6.032 responden. Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis univariat, analisis bivariat menggunakan chi square dan regresi logistik ganda, serta analisis multivariat menggunakan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi stunted di Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 49,1%, dengan faktor rumah tangga dan orang tua (jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan orang tua, status pekerjaan ibu), lingkungan (sumber air minum, wilayah tempat tinggal, perilaku mencuci tangan), konsumsi protein hewani, dan aktivitas fisik yang berhubungan signifikan dengan kejadian stunted (p < 0,05). Faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian stunted pada remaja adalah tingkat pendidikan ayah (p = 0,0001; OR = 1,973; 95% CI: 1,392-2,797).
Stunted is a condition where a child has a short or very short stature due to chronic malnutrition, with a height-for-age less than -2 Standard Deviations. Adolescence is the second critical period for catching up on growth and preventing stunting. This study aims to identify the dominant factors associated with stunting in adolescents aged 10-14 years in East Nusa Tenggara Province. The research method used is a cross-sectional study design utilizing secondary data from the 2018 Riskesdas survey with a total sample of 6,032 respondents. Data analysis in this study includes univariate analysis, bivariate analysis using chi-square and multiple logistic regression, and multivariate analysis using multiple logistic regression. The results showed that the prevalence of stunted adolescents in East Nusa Tenggara Province was 49.1%, with household and parental factors (number of family members, parents' education level, mother's employment status), environmental factors (source of drinking water, place of residence, handwashing behavior), animal proteins consumption, and physical activity significantly associated with stunting (p < 0.05). The dominant factor associated with stunting in adolescents is the father's education level (p = 0.0001; OR = 1.973; 95% CI: 1.392-2.797).
S-11739
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Irmawati Apriany Thobias; Pembimbing: Kusharisupeni Djokosujono; Penguji: Ahmad Syafiq, Trini Sudiarti, Salimar, Intje Picauly
Abstrak:
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronik dan infeksi berulang yang memiliki efek panjang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis determinan kejadian stunting pada balita 6-23 bulan di Nusa Tenggara Timur, provinsi dengan kasus stunting paling tinggi di Indonesia. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan jumlah sampel 461 balita yang didapat dari total sampling berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Data yang digunakan adalah data Riskesdas 2018 Kementerian Kesehatan. Variabel independen yang diteliti meliputi determinan anak yakni BBLR, inisiasi menyusu dini, ASI eksklusif, status menyusui, minimum dietary diversity (MDD), konsumsi vitamin A, umur anak, jenis kelamin dan determinan orangtua yakni pendidikan ayah, ibu, pekerjaan ibu dan umur ibu. Analisis bivariat menggunakan uji chi-square/binary logistic dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan proporsi stunting pada balita usia 623 bulan sebesar 44,9%. Analisis bivariat menunjukkan variabel yang berhubungan dengan kejadian stunting, yaitu status menyusui (OR: 2,002 CI 95%: 1,333-3,006), MDD (OR: 1,962 CI 95%: 1,256-3,063), riwayat imunisasi dasar (OR: 0,544 CI 95%: 0,3750,790), umur anak (OR: 3,097 CI 95%: 2,060-4,657), jenis kelamin (OR: 1,795 CI 95%: 1,237-2,606). Hasil analisis multivariat diketahui faktor paling dominan kejadian stunting yaitu umur anak dengan nilai OR terbesar (OR: 2,619). Anak yang berusia 12-23 bulan berisiko mengalami stunting 2,6 kali lebih tinggi dibanding anak yang berumur 6-11 bulan setelah dikontrol oleh status menyusui, MDD, riwayat imunisasi dasar dan jenis kelamin
Read More
T-6145
Depok : FKM-UI, 2021
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Azka Aghnianuri; Pembimbing: Sandra Fikawati; Penguji: Ahmad Syafiq, Diah Mulyawati Utari, Mahmud Fauzi, Sulistiyawati Murdiningrum
Abstrak:
Read More
Angka Kematian Bayi merupakan salah satu indikator keberhasilan program kesehatan Ibu dan anak. Pemberian ASI eksklusif kepada bayi merupakan salah satu cara efektif agar dapat menurunkan Angka Kematian Bayi di Indonesia. Cakupan ASI eksklusif berdasarkan Riskesdas 2018 sebesar 37,3%, hal tersebut belum memenuhi minimal 50% dari target nasional. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif 6 bulan pada anak usia 6-23 bulan di Pulau Jawa. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Riskesdas tahun 2018 dengan desain cross-sectional. Sampel penelitian berjumlah 3.623 yang terdiri dari ibu berusia 15-49 tahun yang memiliki anak berusia 6-23 bulan terakhir. Analisis data berupa analisis bivariabel dengan metode chi-square dan analisis multivariabel dengan metode regresi logistik berganda. Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif 6 bulan yaitu umur ibu, pendidikan ibu, paritas, berat lahir bayi, metode persalinan, tempat persalinan, IMD, frekuensi kunjungan ANC, dan konseling ASI saat PNC. Faktor yang paling berpengaruh dalam pemberian ASI eksklusif adalah berat bayi lahir, dimana bayi yang lahir dengan berat
The infant mortality rate was an indicator of the success of maternal and child health programs. Giving exclusive breast milk to babies is one effective way to reduce the infant mortality rate in Indonesia. Exclusive breastfeeding coverage based on Riskesdas 2018 is 37.3%. This number does not meet the minimum 50% of the national target. This study aims to determine the factors that influence exclusive breastfeeding for Six months in children aged 6-23 months on the island of Java. This research uses secondary data from the 2018 Riskesdas with a cross-sectional design. The research sample was 3,623 consist of mothers aged 15-49 years who had children aged 6-23 months. Data analysis took the form of bivariable analysis using the chi-square method and multivariable analysis using the multiple logistic regression method. Factors that influence exclusive breastfeeding for six months are the mother's age, mother's education, parity, baby's birth weight, delivery method, place of birth, IEB, frequency of ANC visits, and breastfeeding counseling during PNC. The most influential factor in giving exclusive breastfeeding is the birth weight of the baby, where babies born weighing
T-6880
Depok : FKM-UI, 2024
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Azka Aghnianuri; Pembimbing: Sandra Fikawati; Penguji: Ahmad Syafiq, Diah Mulyawati Utari, Mahmud Fauzi, Sulistiyawati Murdiningrum
Abstrak:
Read More
Angka Kematian Bayi merupakan salah satu indikator keberhasilan program kesehatan Ibu dan anak. Pemberian ASI eksklusif kepada bayi merupakan salah satu cara efektif agar dapat menurunkan Angka Kematian Bayi di Indonesia. Cakupan ASI eksklusif berdasarkan Riskesdas 2018 sebesar 37,3%, hal tersebut belum memenuhi minimal 50% dari target nasional. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif 6 bulan pada anak usia 6-23 bulan di Pulau Jawa. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Riskesdas tahun 2018 dengan desain cross-sectional. Sampel penelitian berjumlah 3.623 yang terdiri dari ibu berusia 15-49 tahun yang memiliki anak berusia 6-23 bulan terakhir. Analisis data berupa analisis bivariabel dengan metode chi-square dan analisis multivariabel dengan metode regresi logistik berganda. Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif 6 bulan yaitu umur ibu, pendidikan ibu, paritas, berat lahir bayi, metode persalinan, tempat persalinan, IMD, frekuensi kunjungan ANC, dan konseling ASI saat PNC. Faktor yang paling berpengaruh dalam pemberian ASI eksklusif adalah berat bayi lahir, dimana bayi yang lahir dengan berat
The infant mortality rate was an indicator of the success of maternal and child health programs. Giving exclusive breast milk to babies is one effective way to reduce the infant mortality rate in Indonesia. Exclusive breastfeeding coverage based on Riskesdas 2018 is 37.3%. This number does not meet the minimum 50% of the national target. This study aims to determine the factors that influence exclusive breastfeeding for Six months in children aged 6-23 months on the island of Java. This research uses secondary data from the 2018 Riskesdas with a cross-sectional design. The research sample was 3,623 consist of mothers aged 15-49 years who had children aged 6-23 months. Data analysis took the form of bivariable analysis using the chi-square method and multivariable analysis using the multiple logistic regression method. Factors that influence exclusive breastfeeding for six months are the mother's age, mother's education, parity, baby's birth weight, delivery method, place of birth, IEB, frequency of ANC visits, and breastfeeding counseling during PNC. The most influential factor in giving exclusive breastfeeding is the birth weight of the baby, where babies born weighing
T-6880
Depok : FKM-UI, 2024
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Aprillia Cahya Azura; Pembimbing: Trini Sudiarti; Penguji: Ahmad Syafiq, Salimar
Abstrak:
Read More
Stunting diartikan sebagai gangguan tumbuh kembang yang dialami anak akibat gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai. Stunting memiliki dampak jangka pendek maupun panjang, termasuk peningkatan kejadian penyakit, gangguan perkembangan dan kapasitas belajar yang buruk, serta dampak antargenerasi lainnya. Banyak faktor yang menyebabkannya, seperti kesehatan dan gizi ibu hamil yang buruk, pola asuh yang tidak tepat, asupan tidak adekuat, serta penyakit infeksi. Data SSGI tahun 2022 melaporkan bahwa Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan provinsi keempat dengan prevalensi stunting yang tinggi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan serta faktor dominan kejadian stunting pada baduta usia 6-23 bulan di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penelitian ini dilakukan dengan desain cross-sectional menggunakan data sekunder SSGI tahun 2022, yang melibatkan 1827 responden. Data dianalisis menggunakan uji kai kuadrat pada analisis bivariat dan uji regresi logistik ganda pada analisis multivariat. Hasil penelitian menunjukkan terdapat lima variabel yang berhubungan dengan kejadian stunting, yaitu usia, jenis kelamin, BBL, TB ibu, dan konsumsi TTD. Riwayat BBL diketahui sebagai faktor dominan kejadian stunting dengan p-value 0,001 dan OR 5,238 (CI 95%: 3,172 – 8,649). Saran bagi masyarakat, yaitu ibu hamil dapat lebih memerhatikan kondisi kehamilannya, seperti terkait kecukupan gizi dan tumbuh kembang janinnya. Selain itu, instansi kesehatan diharapkan dapat mengoptimalkan dukungan kepada masyarakat melalui media KIE Gizi yang berkaitan dengan 1000 HPK, stunting, serta gizi ibu hamil untuk mengoptimalkan program pencegahan stunting.
Stunting defined as the impaired growth and development experienced by children due to poor nutrition, repeated infections, and inadequate psychosocial stimulation. Stunting has both short- and long-term impacts, including increased incidence of disease, impaired development and poor learning capacity, and other intergenerational impacts. Many factors contribute to it, such as poor maternal health and nutrition, inappropriate parenting, inadequate intake, and infectious diseases. SSGI data in 2022 reported that West Nusa Tenggara Province is the fourth province with a high prevalence of stunting in Indonesia. This study aims to analyze the associated and dominant factors of stunting among under-fives aged 6-23 months in West Nusa Tenggara Province. This study was conducted with a cross-sectional design using secondary data from SSGI, involving 1827 respondents. Data analyzed using the chi-square test in bivariate analysis and multiple logistic regression test in multivariate analysis. The results showed that there were five variables associated with the incidence of stunting, such as age, sex, LBW, maternal TB, and TTD consumption. LBW history was found to be the dominant factor in the incidence of stunting with a p-value of 0.001 and OR 5,238 (CI 95%: 3.172 – 8.649). Writer suggest that pregnant women can pay more attention to the condition of their pregnancy, mainly on their nutritional adequacy and fetal growth and development. Moreover, health agencies are expected to optimize support to the community through Nutrition IEC media related to 1000 HPK, stunting, and nutrition of pregnant women to optimize stunting prevention programs.
S-11632
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
