Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 33162 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Azka Aghnianuri; Pembimbing: Sandra Fikawati; Penguji: Ahmad Syafiq, Diah Mulyawati Utari, Mahmud Fauzi, Sulistiyawati Murdiningrum
Abstrak:
Angka Kematian Bayi merupakan salah satu indikator keberhasilan program kesehatan Ibu dan anak. Pemberian ASI eksklusif kepada bayi merupakan salah satu cara efektif agar dapat menurunkan Angka Kematian Bayi di Indonesia. Cakupan ASI eksklusif berdasarkan Riskesdas 2018 sebesar 37,3%, hal tersebut belum memenuhi minimal 50% dari target nasional. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif 6 bulan pada anak usia 6-23 bulan di Pulau Jawa. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Riskesdas tahun 2018 dengan desain cross-sectional. Sampel penelitian berjumlah 3.623 yang terdiri dari ibu berusia 15-49 tahun yang memiliki anak berusia 6-23 bulan terakhir. Analisis data berupa analisis bivariabel dengan metode chi-square dan analisis multivariabel dengan metode regresi logistik berganda. Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif 6 bulan yaitu umur ibu, pendidikan ibu, paritas, berat lahir bayi, metode persalinan, tempat persalinan, IMD, frekuensi kunjungan ANC, dan konseling ASI saat PNC. Faktor yang paling berpengaruh dalam pemberian ASI eksklusif adalah berat bayi lahir, dimana bayi yang lahir dengan berat

The infant mortality rate was an indicator of the success of maternal and child health programs. Giving exclusive breast milk to babies is one effective way to reduce the infant mortality rate in Indonesia. Exclusive breastfeeding coverage based on Riskesdas 2018 is 37.3%. This number does not meet the minimum 50% of the national target. This study aims to determine the factors that influence exclusive breastfeeding for Six months in children aged 6-23 months on the island of Java. This research uses secondary data from the 2018 Riskesdas with a cross-sectional design. The research sample was 3,623 consist of mothers aged 15-49 years who had children aged 6-23 months. Data analysis took the form of bivariable analysis using the chi-square method and multivariable analysis using the multiple logistic regression method. Factors that influence exclusive breastfeeding for six months are the mother's age, mother's education, parity, baby's birth weight, delivery method, place of birth, IEB, frequency of ANC visits, and breastfeeding counseling during PNC. The most influential factor in giving exclusive breastfeeding is the birth weight of the baby, where babies born weighing
Read More
T-6880
Depok : FKM-UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Azka Aghnianuri; Pembimbing: Sandra Fikawati; Penguji: Ahmad Syafiq, Diah Mulyawati Utari, Mahmud Fauzi, Sulistiyawati Murdiningrum
Abstrak:
Angka Kematian Bayi merupakan salah satu indikator keberhasilan program kesehatan Ibu dan anak. Pemberian ASI eksklusif kepada bayi merupakan salah satu cara efektif agar dapat menurunkan Angka Kematian Bayi di Indonesia. Cakupan ASI eksklusif berdasarkan Riskesdas 2018 sebesar 37,3%, hal tersebut belum memenuhi minimal 50% dari target nasional. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif 6 bulan pada anak usia 6-23 bulan di Pulau Jawa. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Riskesdas tahun 2018 dengan desain cross-sectional. Sampel penelitian berjumlah 3.623 yang terdiri dari ibu berusia 15-49 tahun yang memiliki anak berusia 6-23 bulan terakhir. Analisis data berupa analisis bivariabel dengan metode chi-square dan analisis multivariabel dengan metode regresi logistik berganda. Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif 6 bulan yaitu umur ibu, pendidikan ibu, paritas, berat lahir bayi, metode persalinan, tempat persalinan, IMD, frekuensi kunjungan ANC, dan konseling ASI saat PNC. Faktor yang paling berpengaruh dalam pemberian ASI eksklusif adalah berat bayi lahir, dimana bayi yang lahir dengan berat

The infant mortality rate was an indicator of the success of maternal and child health programs. Giving exclusive breast milk to babies is one effective way to reduce the infant mortality rate in Indonesia. Exclusive breastfeeding coverage based on Riskesdas 2018 is 37.3%. This number does not meet the minimum 50% of the national target. This study aims to determine the factors that influence exclusive breastfeeding for Six months in children aged 6-23 months on the island of Java. This research uses secondary data from the 2018 Riskesdas with a cross-sectional design. The research sample was 3,623 consist of mothers aged 15-49 years who had children aged 6-23 months. Data analysis took the form of bivariable analysis using the chi-square method and multivariable analysis using the multiple logistic regression method. Factors that influence exclusive breastfeeding for six months are the mother's age, mother's education, parity, baby's birth weight, delivery method, place of birth, IEB, frequency of ANC visits, and breastfeeding counseling during PNC. The most influential factor in giving exclusive breastfeeding is the birth weight of the baby, where babies born weighing
Read More
T-6880
Depok : FKM-UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Veronica Zahra Lydia Cross; Pembimbing: Siti Arifah Pujonarti; Penguji: Wahyu Kurnia Yusrin Putra, Endang L. Achadi
Abstrak: ASI eksklusif terbukti menjadi makanan terbaik yang dapat diberikan ibu kepada anaknya selama 6 bulan pertama. Rendahnya cakupan ASI eksklusif di Indonesia perlu menjadi perhatian mengingat tingginya risiko kesehatan yang dapat mengancam pertumbuhan, kesehatan, hingga menyebabkan kematian bayi jika tidak ASI eksklusif. Berbagai faktor ditemukan menjadi penentu dalam praktik pemberian ASI eksklusif. Penelitian ini dilakukan untuk melihat faktor dominan yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif hingga 6 bulan pada anak usia 6-23 bulan di Indonesia. Desain yang digunakan adalah cross-sectional dengan menggunakan data sekunder IFLS-5 tahun 2014-2015 yang memiliki sampel anak usia 6-23 bulan sebanyak 1550 orang. Data dianalisis menggunakan uji chi square dan uji regresi logistik ganda. Hasil analisis menunjukkan prevalensi pemberian ASI eksklusif hingga usia minimal 5 bulan adalah sebesar 24,9%. Analisis bivariat menemukan beberapa faktor yang berhubungan signifikan dengan pemberian ASI eksklusif, yaitu usia ibu, pendidikan ibu, berat badan lahir, tempat persalinan, penolong persalinan, dan kunjungan ANC. Faktor status pekerjaan, status perkawinan, paritas, pengetahuan terkait ASI eksklusif, jenis kelamin, wilayah tempat tinggal, dan kunjungan PNC ditemukan tidak berhubungan signifikan dengan pemberian ASI eksklusif dalam penelitian ini. Hasil analisis multivariat menemukan usia ibu sebagai faktor dominan pemberian ASI eksklusif pada ibu dengan anak usia 6-23 bulan di Indonesia dengan OR 2,13. Penelitian ini menunjukkan bahwa optimalisasi praktik menyusui pada usia reproduktif dapat meningkatkan keberhasilan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan hingga 2,1 kali lebih tinggi.
Exclusive breastfeeding (EBF) is proven to be the best food a mother can give to her child during the first 6 months. The low prevalence of EBF in Indonesia needs to be a concern given the many health risk of not breastfeeding exclusively, such as delayed growth, threatened health, and infant mortality. Various factors were found to be determinants in the practice of exclusive breastfeeding. This study was conducted to identify the dominant factor associated with 6-month EBF among children aged 6-23 months in Indonesia. The design used in this study is cross-sectional using IFLS-5 2014-2015 as a secondary data with a sample of 1550 children aged 6-23 months. Data were analyzed using chi square test dan multiple logistic regression test. The result found the prevalence of 5-month EBF was 24,9%. Bivariate analysis found several factors that were significantly related to EBF, which are maternal age, maternal education, birth weight, place of delivery, birth attendant, and ANC visits. The factors of employment status, marital status, parity, knowledge related to EBF, gender, area of residence, and PNC visits were not found to be significantly related to EBF practice in this study. The result of multivariate analysis showed maternal age as the dominant factor of EBF practice in mothers with children aged 6-23 months in Indonesia with an OR of 2,13. This study shows that optimizing breastfeeding practices at reproductive age can increase the success of 6-month EBF up to 2,1 times. Keywords: Exclusive Breastfeeding, Children Aged 6-23 Months, Maternal Age, IFLS
Read More
S-11041
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Arina Nurul Ihsani; Pembimbing: Diah Mulyawati Utari; Penguji: Sandra Fikawati, Kusharisupeni Djokosujono, Cesilia Meti Dwiriani, Salimar
Abstrak: Minimum dietary diversity (MDD) merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur densitas gizi mikro dari makanan anak berusia 6 – 23 bulan, yang dapat dikaitkan dengan permasalahan gizi. Penelitian ini bertujuan menganalisis determinan yang berhubungan dengan ketidaktercapaian Minimum Dietary Diversity (MDD) pada anak usia 6 – 23 bulan di Indonesia. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah potong lintang (cross sectional) dengan jumlah sampel sebanyak 10.800 anak yang didapatkan dari total sampling berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi dengan menggunakan data sekunder dari Riset Kesehatan Dasar 2018. Hasil analisis bivariat didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara usia anak (p < 0,0005), usia ibu (p = 0,01), tingkat pendidikan ibu (p < 0,0005), tingkat pendidikan ayah (p < 0,0005), frekuensi ANC (p < 0,0005), tempat persalinan (p < 0,0005), pelayanan PNC (p < 0,0005), tempat tinggal (p < 0,0005), dan pemantauan pertumbuhan anak (p < 0,0005) terhadap ketidaktercapaian MDD anak usia 6-23 bulan. Sementara hasil analisis multivariat diketahui bahwa faktor paling dominan dari ketidaktercapaian MDD yaitu usia anak dengan nilai p < 0,0005 (aOR = 2,762, 95% CI: 2,507 – 3,043). Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai evidence based dalam penyusunan kebijakan dan program gizi khususnya terkait dengan PMBA.
Minimum dietary diversity (MDD) is an indicator to measure the micronutrient density of children aged 6-23 months, which can be associated with nutritional problems. This study aims to analyze the determinants of not meeting the criteria of Minimum Dietary Diversity (MDD) in children aged 6 – 23 months in Indonesia. The design of study was cross sectional with a total sample of 10,800 children obtained from total sampling methods based on inclusion and exclusion criteria using secondary data from the Riskesdas 2018. The results of bivariate analysis showed a significant association between children's age (p < 0.0005), mother’s age (p = 0,01), mother's education level (p < 0.0005), father's education level (p < 0.0005), ANC frequency (p < 0.0005), place of delivery (p < 0.0005), PNC services (p < 0.0005), place of residence (p < 0.0005), and monitoring of children's growth (p < 0.0005) on MDD in children aged 6-23 months. Meanwhile, the results of the multivariate analysis showed that the most dominant factor in the achievement of MDD was the age of the child with p value < 0.0005 (aOR = 2.762, 95% CI: 2.507 – 3.043). The results of this study are expected to become an evidence based in the formulation of nutrition policies and programs, especially those related to IYCF.
Read More
T-6416
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Irmawati Apriany Thobias; Pembimbing: Kusharisupeni Djokosujono; Penguji: Ahmad Syafiq, Trini Sudiarti, Salimar, Intje Picauly
Abstrak: Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronik dan infeksi berulang yang memiliki efek panjang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis determinan kejadian stunting pada balita 6-23 bulan di Nusa Tenggara Timur, provinsi dengan kasus stunting paling tinggi di Indonesia. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan jumlah sampel 461 balita yang didapat dari total sampling berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Data yang digunakan adalah data Riskesdas 2018 Kementerian Kesehatan. Variabel independen yang diteliti meliputi determinan anak yakni BBLR, inisiasi menyusu dini, ASI eksklusif, status menyusui, minimum dietary diversity (MDD), konsumsi vitamin A, umur anak, jenis kelamin dan determinan orangtua yakni pendidikan ayah, ibu, pekerjaan ibu dan umur ibu. Analisis bivariat menggunakan uji chi-square/binary logistic dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan proporsi stunting pada balita usia 623 bulan sebesar 44,9%. Analisis bivariat menunjukkan variabel yang berhubungan dengan kejadian stunting, yaitu status menyusui (OR: 2,002 CI 95%: 1,333-3,006), MDD (OR: 1,962 CI 95%: 1,256-3,063), riwayat imunisasi dasar (OR: 0,544 CI 95%: 0,3750,790), umur anak (OR: 3,097 CI 95%: 2,060-4,657), jenis kelamin (OR: 1,795 CI 95%: 1,237-2,606). Hasil analisis multivariat diketahui faktor paling dominan kejadian stunting yaitu umur anak dengan nilai OR terbesar (OR: 2,619). Anak yang berusia 12-23 bulan berisiko mengalami stunting 2,6 kali lebih tinggi dibanding anak yang berumur 6-11 bulan setelah dikontrol oleh status menyusui, MDD, riwayat imunisasi dasar dan jenis kelamin
Read More
T-6145
Depok : FKM-UI, 2021
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Anida Rahayu Adawiyah; Pembimbing: Triyanti; Penguji: Ahmad Syafiq, Sintha Fransiske Simanungkalit
Abstrak:
Stunting merupakan merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak usia 0-59 bulan akibat dari kekurangan gizi kronis terutama dalam 1000 hari pertama kehidupan sehingga anak terlalu pendek untuk kategori usianya dibanding anak lainnya. Kabupaten Tasikmalaya tercatat sebagai wilayah dengan prevalensi balita stunting tertinggi keempat di Jawa Barat yang mengalami kenaikan sebesar 2,8 poin dibandingkan angka stunting di tahun 2021. Penelitian ini membahas determinan stunting anak usia 6-23 Bulan di Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat menggunakan data SSGI 2022. Penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional ini berjumlah 244 sampel subjek. Variabel independen yang diteliti antara lain, usia anak, jenis kelamin, riwayat kecacingan, riwayat diare, IMD, ASI eksklusif, kolostrum, keragaman pangan, konsumsi sayuran, susu formula, protein hewani padat, MPASI komersial, IDL, Suplementasi vitamin A, Pemanfaatan posyandu, usia kandungan saat melahirkan, konsumsi TTD, Tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, dan kerawanan pangan. Hasil penelitian menunjukkan proporsi stunting sebesar 20,5%. Hasil analisis bivariat menunjukkan variabel yang berhubungan yaitu protein hewani padat (p-value:0,042; OR: 0,448 , CI 95% 0,216-0,928) dan MPASI Komersial (p-value:0,044; OR:0,460; CI 95% 0,226-0,934). Hasil analisis multivariat menunjukkan determinan stunting adalah pendidikan ibu dengan nilai OR: 2,872. Ibu yang berpendidikan rendah berisiko memiliki anak stunting 2,872 lebih tinggi daripada ibu dengan pendidikan yang tinggi setelah dikontrol dengan variabel usia anak, keragaman pangan, usia kandungan, dan konsumsi TTD. Ibu yang mempunyai pendidikan yang baik akan lebih selektif dan kreatif dalam memberikan makanan bergizi bagi anaknya. Disarankan pemerintah menyediakan akses sekolah yang lebih baik untuk masyarakat. Lalu pemerintah juga disarankan untuk mengadakan program promosi kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang gizi anak.

Stunting is a condition of failure to thrive in children aged 0-59 months due to chronic malnutrition, especially in the first 1000 days of life, resulting in children being too short for their age compared to peers. Tasikmalaya Regency in West Java has the fourth highest prevalence of stunted toddlers, with a 2.8 point increase from 2021. This research examines the determinants of stunting in children aged 6-23 months in Tasikmalaya Regency, West Java Province, using SSGI 2022 data. The study, with 244 subject samples, analyzes various factors including maternal education, food diversity, and gestational age. The research found a 20.5% stunting rate, with solid animal protein and commercial MPASI showing significant associations. Maternal education emerged as a key determinant, indicating that mothers with lower education levels have a significantly higher risk of having stunted children. Educated mothers are more likely to provide nutritious food for their children. Recommendations include improving school access and implementing health promotion programs to enhance mothers' knowledge of children's nutrition. Keywords: Stunting, Maternal education, baduta, Tasikmalaya Regency
Read More
S-11768
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Allisya Aurelia; Pembimbing: Siti Arifah Pujonarti; Penguji: Asih Setiarini, Kusharisupeni Djokosujono
Abstrak:
Pemberian ASI eksklusif memiliki dampak positif baik bagi ibu maupun bayinya, namun persentase cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-5 bulan di Nusa Tenggara Barat berdasarkan data Riskesdas 2018, yaitu hanya sebesar 20,3%. Hal ini masih dibawah target pencapaian indikator ASI Eksklusif yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan, yaitu 80%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-23 bulan di NTB. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional dengan sampel berjumlah 802 bayi usia 0-23 bulan yang tinggal di NTB serta menggunakan data Riset Kesehatan Dasar 2018. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat, analisis bivariat menggunakan chi square, dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik berganda. Hasil menunjukan bahwa dari 802 subjek, 56,7% diberikan ASI eksklusif. Analisis bivariat juga menunjukan antara paritas dan IMD dengan pemberian ASI eksklusif (p-value < 0,05). Analisis multivariat menunjukan bahwa paritas merupakan faktor dominan pemberian ASI eksklusif (p-value = 0,002 ; OR : 1,6 ; 95% CI : 1,1 – 2,1).

EBF has a positive impact for both the mother and the baby, but based on the Indonesia Basic Health Research (Riskesdas) in 2018, only 20,3% of infants aged 0-5 months in West Tenggara Province are exclusive breastfed. It is still has not reached target indicator set by the Ministry of Health, which is 80%. This study aims to identify the determinant factor and related factor associated with EBF in infants aged 0-23 months in West Tenggara Province. This research is a quantitative study with a cross sectional study design with a sample of 802 infants aged 0-23 months who live in West Nusa Tenggara. The data was obtained from the Indonesia Basic Health Research 2018. The association between risk factor and EBF were measured through chi square bivariate analysis. Multivariate analysis was done using multiple logistic regression. Among 802 subjects, 56,7% breastfed exclusively. This study found that parity and early initiation of breastfeeding (EIBF) were significantly associated with EBF (p-value < 0,05). Parity was the most dominant risk factor of EBF (p-value = 0,002 ; OR : 1,6 ; 95% CI : 1,1 – 2,1).
Read More
S-11397
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Susi Hartati Fatah; Pembimbing: Kusharisupeni Djokosujono; Penguji: Triyanti, Ratu Ayu Dewi Sartika, Salimar, Farida
Abstrak: Pemberian ASI eksklusif menjadi pelindung terhadap kejadian stunting pada anak balita, memberikan dampak pertumbuhan yang lebih baik pada bayi dalam enam bulan pertama, serta menunjukkan IQ poin yang lebih tinggi daripada yang tidak mendapat ASI eksklusif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di Provinsi Jawa Barat Tahun 2018. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan desain potong lintang. Data yang digunakan adalah data Riskesdas 2018 yang diperoleh dari laboratorium Manajemen Data Balitbangkes Kemenkes RI. Populasi penelitian ini berjumlah 604 ibu yang memiliki bayi usia 6 - 11 bulan, sampel penelitian adalah yang memiliki data riwayat pemberian ASI sebagai variabel dependen penelitian sebanyak 601. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 29,8% ibu memberikan ASI eksklusif selama enam bulan. Analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif adalah IMD (p=0,010; OR=2,204) setelah dikontrol oleh variabel frekuensi ANC dan konseling. Variabel paling dominan yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif adalah IMD, ibu yang melakukan IMD berpeluang memberikan ASI Eksklusif sebanyak 2,204 kali dibandingkan ibu yang tidak melakukan IMD. Saran: Meningkatkan kegiatan edukasi pada ibu hamil maupun calon ibu tentang IMD dan manfaat pemberian ASI eksklusif melalui Posyandu serta bersinergi dengan lintas sektor
Exclusive breastfeeding protects against stunting in children under five, has a better impact on infant growth in the first six months, and shows higher IQ points than those who do not receive exclusive breastfeeding. This study aims to determine the factors associated with exclusive breastfeeding in West Java Province in 2018. This study is a quantitative study with a cross-sectional design approach. The data used is the 2018 Riskesdas data obtained from the Balitbangkes Data Management laboratory of the Ministry of Health of the Republic of Indonesia. The population of this study amounted to 604 mothers who had babies aged 6-11 months the research sample was those who had history of breastfeeding as the dependent variable of the study as many as 601. The results showed that 29.8% of mothers gave exclusive breastfeeding for six months. Multivariate analysis showed that the variable associated with exclusive breastfeeding was Early Initiation of Breastfeeding (p=0.010; OR=2.204) after being controlled by the variable frequency of ANC and counseling. The most dominant variable related to exclusive breastfeeding is Early Initiation of Breastfeeding, mothers who do Early Initiation of Breastfeeding have the opportunity to give Exclusive Breastfeeding as much as 2,204 times compared to mothers who do not initiate Early Breastfeeding. Suggestion: Increase education activities for pregnant women and prospective mothers about Early Initiation of Breastfeeding and the benefits of exclusive breastfeeding through Posyandu and synergize with cross-sectors
Read More
T-6136
Depok : FKM-UI, 2021
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ida Ayu Devi Qirani; Pembimbing: SRatu Ayu Dewi artika; Penguji: Kusharisupeni Djokosujono, Widjaja Lukito
Abstrak: Underweight merupakan salah satu masalah kekurangan gizi yang rentan dialami olehanak-anak. Karakteristik anak, orangtua, dan lingkungan menjadi faktor yangmempengaruhi kejadian underweight pada anak, terutama pada anak usia 24-59 bulan.Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor yang mempengaruhi kejadian underweightpada anak usia 24-59 bulan di Pulau Jawa. Penelitian cross-sectional ini menggunakandata sekunder dari IFLS 2014. Total responden pada penelitian ini sebanyak 1270 anakusia 24-59 bulan yang tinggal di Pulau Jawa. Perhitungan dan klasifikasi nilai z-scoreBB/U menggunakan aplikasi WHO AnthroPlus, sedangkan aplikasi SPSS digunakanuntuk mengolah data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 20,2% anakyang mengalami underweight di Pulau Jawa. Variabel yang berhubungan secarasignifikan (p-value <0,05) antara lain BBLR, ISPA, diare, frekuensi makan susu danolahannya, tingkat pendidikan ayah dan ibu, dan status gizi ayah. Sedangkan variabeljenis kelamin, umur kehamilan, pemberian imunisasi dasar, status anemia, riwayat asieksklusif, semua frekuensi makan selain susu dan olahannya, status gizi ibu, kebiasaanmerokok ayah dan ibu, serta wilayah tempat tinggal tidak berhubungan secara signifikan(p-value >0,05) dengan kejadian underweight. Berdasarkan analisis multivariat,frekuensi makan susu dan olahannya menjadi faktor dominan kejadian underweightpada penelitian ini (OR=1,798)Kata kunci:balita; konsumsi makanan; IFLS 2014; Indonesia; underweight
Underweight is one form of undernutrition that is often experienced by children.Characteristics of children, parents, and the environment were factors affecting theincidence of underweight in children, especially aged 24-59 months. This study aimedto find out the dominant factors affecting underweight in children aged 24-59 months inJava Island. This cross-sectional study used secondary data from IFLS V (2014). Totalrespondents of this study were 1,270 children aged 24-59 months who lived in JavaIsland. Z-scores for weight-for-age was determined and classified using WHOAnthroPlus software, while SPSS software was used to process the data. This studyfound that 20.2% children in Java were underweight. Variables that significantlyassociated (p-value <0,05) with underweight were LBW, ARI, diarrhea, frequency ofeating milk and its products, education level of father and mother, and underweightfather. While gender, gestational age, basic immunization, anemia status, exclusivebreastfeeding history, other eating frequencies, maternal nutritional status, smokinghabits of fathers and mothers, and area of residence were not significantly associatedwith underweight (p-value >0,05). Based on multivariat analysis, low frequency ofeating milk and dairy product was the dominant factor in this study (OR=1,798).Key words:children under five; food consumption; IFLS 2014; Indonesia; underweight.
Read More
S-10513
Depok : FKM-UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Suci Reno Monalisa; Pembimbing: Endang Laksminingsih; Penguji: Asih Setiarini, Ratu Ayu Dewi Sartika, Anies Irawati, Tiara Luthfie
Abstrak: Pemberian MP-ASI yang berkualitas merupakan salah satu upaya untuk mengatasi masalah stunting. Pemberian MP-ASI yang tidak berkualitas , memiliki efek buruk pada kesehatan dan pertumbuhan anak serta meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas. MAD merupakan salah satu indikator penilaian MP-ASI, namun pada kenyataannya masih banyak anak dengan MAD tercapai yang dengan stunting. Tujuan Penelitian ini untuk mendapatkan gambaran kualitas pemberian MP-ASI pada anak stunting usia 6-23 bulan dengan Minimum Acceptable Diet (MAD) tercapai. Metode penelitian kualitatif dalam bentuk studi kasus, pengumpulan data dengan wawancara mendalam dan observasi, informan utama adalah 6 ibu yang memiliki anak balita stunting usia 6-23 bulan yang MAD tercapai, serta 17 orang informan penting yang terdiri dari anggota keluarga lain, kader Posyandu, penjual bubur MP-ASI/makanan matang dan petugas gizi Puskesmas. Penelitian dilakukan di 4 Kelurahan Jakarta Pusat pada bulan Februari-Maret 2020. Hasil penelitian yaitu MP-ASI dengan indikator MAD tercapai namun kualitasnya belum baik karena tidak memenuhi AKG anak, pengetahuan ibu terkait MP-ASI cukup baik, tidak ada kepercayaan makanan tabu , sebagian besar ibu membeli bubur MP-ASI dan makanan matang untuk MP-ASI anak, sumber rujukan utama ibu dalam praktek pemberian MP-ASI adalah buku KIA, tidak ada hambatan trasnpostasi dalam mendapatkan bahan makanan, penghasilan suami yang tidak tetap menjadi hambatan dalam membeli MP-ASI. . Disarankan agar Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat: melakukan Inovasi pembuatan aplikasi mobile, meningkatkan kegiatan penyegaran (refreshing) dan inovasi kegiatan sosialisasi MP-ASI , melakukan kegiatan inovasi dengan membentuk kelompok pendukung MP-ASI berkualitas, melakukan pembinaan, pemantauan ,penilaian dan menerbitkan sertifikat laik hygiene sanitasi jasaboga pada penjual bubur MP- ASI dan makanan matang.

Quality of complementary feeding practices is an effort to overcome stunting. Giving a poor quality complementary feeding ptactices, have a bad effect on child‟s health and growth. Minimum Acceptable Diet (MAD) is one of the indicators of complementary feeding assessment. This study was to represent the relationship between complementary feeding practices with stunting using MAD requirements. Qualitative research is conduct with case studies, data collection by in-depth interviews, and observations. Six mothers are the main respondent. The study was conducted in 4 Central Jakarta Sub-districts in February-March 2020. The results of the study are complementary feeding practices with poor quality. Maternal knowledge related to complementary feeding practices is quite, there is no belief in taboo, most of the mother buy complementary feeding. The basic references are mother and children healthcare handbook. From the results, there are no obstacles to get the food; the husband&#39;s income does not an resistance in buying complementary feeding. The conclusion of this study complementary feeding practices with poor quality.

 

Read More
T-5842
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive