Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 34306 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Intan Pardyani; Pembimbing: Indri Hapsari Susilowati; Penguji: Fatma Lestari, L. Meily, Selamat Riyadi, Bonny Lunrang
Abstrak:
Kelelahan kerja menjadi perhatian di tempat kerja karena sangat berpotensi mempengaruhi produktivitas, kesehatan dan keselamatan para pekerja yang menjadi penyebab utama kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK) pada pekerja konstruksi. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis determinan kelelahan kerja pada pekerja konstruksi pekerjaan atap di Proyek ABC di PT. XYZ pada tahun 2024. Desain penelitian pada penelitian ini adalah cross sectional. Sampel pada penelitian ini berjumlah 105 pekerja konstruksi pemasangan atap. Metode pengambilan data dengan melakukan pengisian kuesioner kepada responden dan pengukuran lingkungan kerja. Variabel independen pada penelitian ini adalah faktor work related (jam kerja, penghargaan, kebisingan, pencahayaan, suhu, lama perjalanan, beban kerja) dan faktor individu (usia, Indeks Masa Tubuh, gangguan tidur, masa kerja, overcommitment, riwayat penyakit kronis, pengaruh obat, kemampuan tidur di jam istirahat). Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan signifikan antara kebisingan, beban kerja, gangguan tidur, masa kerja dan kelelahan kerja. Sehingga faktor dominan yang paling berpengaruh terhadap kelelahan kerja pada pekerja konstruksi pekerjaan atap yaitu pekerja dengan beban kerja tinggi memiliki risiko 23 kali lebih besar berisiko untuk mengalami kelelahan kerja dibandingkan yang memiliki beban kerja rendah pada pekerja konstruksi pekerjaan atap.

Fatigue is a concern in the workplace because it has the potential to affect the productivity, health, and safety of workers, which is the main cause of work accidents and work-related diseases (PAK) in construction workers. This research aims to analyze the determinants of fatigue in roofing construction workers on the ABC Project at PT. XYZ in 2024. The research design in this study is cross-sectional. The sample in this study consisted of 105 roof installation construction workers. The data collection method is by filling out questionnaires to respondents and measuring the work environment. The independent variables in this study are work-related factors (working hours, rewards, noise, lighting, temperature, travel time, workload) and individual factors (age, Body Mass Index, sleep disorders, years of work, overcommitment, history of chronic disease, influence medication, ability to sleep during rest hours). The research results show that there is a significant relationship between noise, workload, sleep disturbances, work experience, and work fatigue. So the dominant factor that has the most influence on work fatigue in roofing construction workers is that workers with a high workload have a 23 times greater risk of experiencing work fatigue than those with a low workload in roofing construction workers.
Read More
T-7054
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
T-5864
[s.l.] : [s.n.] : s.a.]
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Made Adhyatma Prawira Natha Kusuma; Pembimbing: Indri Hapsasri Susilowati; Penguji: Mila Tejamaya, Satrio Pratomo, Abdul Hakim
Abstrak: Kelelahan merupakan konsekuensi dari pekerjaan yang menurunkan kapasitas kerja fisik maupun mental dan menjadi salah satu faktor penyebab kecelakaan pada bidang konstruksi. Kelelahan dapat terjadi pada pekerja berbagai rentang usia, termasuk pekerja muda usia 15-24 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko kelelahan meliputi usia, status gizi (Indeks Masa Tubuh), status kesehatan, masa kerja, jam kerja, waktu istirahat, kebiasaan olahraga, konsumsi kafein, konsumsi alkohol, kebiasaan merokok, kualitas tidur, kepuasan kerja, tuntutan di tempat kerja, kontrol terhadap pekerjaan, dukungan sosial dan stres kerja terhadap kelelahan kerja itu sendiri pada pekerja muda di proyek konstruksi. Penelitian dilakukan pada pekerja muda proyek konstruksi PT. ABC di Bali (3 proyek konstruksi), melibatkan 212 pekerja muda. Rancangan penelitian ini adalah analitik semi kuantitatif dengan cross-sectional study. Instrumen yang digunakan meliputi Industrial Fatigue Research Committee (IFRC), Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), Sleep Hygiene Index untuk melihat higiene tidur dan kuesioner adaptasi dari Copenhagen penilaian lebih lanjut dan perbaikan untuk mencegah terjadinya kelelahan berkelanjutan yang Psychosocial Questionnaire-III. Hasilnya menunjukkan sebagian besar responden dalam kategori kelelahan sedang (69,34%) dengan gejala kelelahan tertinggi yaitu merasa haus (52,95%). Analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik mendapatkan variabel konsumsi alkohol memiliki hubungan bermakna terhadap kelelahan dengan nilai OR=2,41, artinya pekerja yang mengkonsumsi alkohol 2,41 kali lebih berisiko mengalami kelelahan dari pada yang tidak mengkonsumsi alkohol. Begitu juga variabel stres menunjukkan adanya hubungan bermakna terhadap kelelahan dengan nilai OR=4,99, artinya pekerja yang stres 4,99 kali lebih berisiko mengalami kelelahan daripada yang tidak stress. Disimpulkan secara umum, kelelahan pada pekerja muda di sektor konstruksi dalam kondisi yang membutuhkan merupakan risiko kritis terjadinya kecelakaan kerja.

Fatigue is a consequence of work which decreases physical and mental work capacity and is one of the factors causing accidents in the construction field. Fatigue can occur in workers of various age ranges, including young workers aged 15-24 years. This study aims to analyze risk factors for fatigue including age, nutritional status (Body Mass Index), health status, work period, hours of work, rest periods, exercise habits, caffeine consumption, alcohol consumption, smoking habits, sleep quality, job satisfaction, demands in the workplace, control of work, social support and work stress on work fatigue itself in young workers on construction projects. The study was conducted on young workers of PT. ABC in Bali (3 construction projects), involving 212 young workers. The design of this study is a semi-quantitative analytic with cross-sectional study. The instruments used include the Industrial Fatigue Research Committee (IFRC), the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), the Sleep Hygiene Index to view sleep hygiene and the adaptation questionnaire from Copenhagen for further  assessment and improvement to prevent ongoing fatigue that is Psychosocial Questionnaire-III. The results showed that most respondents in the category of moderate fatigue (69.34%. In general, fatigue among young workers in the construction sector in conditions of need is a critical risk of work accidents.
Read More
T-5865
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Muhammad Fathir Aksa Majda; Pembimbing: Robiana Modjo; Penguji: Stevan Deby Anbiya Muhamad Sunarno, Ovvyasa Wayka Putri
Abstrak:

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelelahan dan faktor risiko kelelahan (fatigue)
pada pekerja konstruksi di Proyek A PT XYZ tahun 2025. Faktor terkait pekerjaan yang
diteliti mencakup waktu kerja, beban kerja, shift kerja dan lingkungan kerja. Sedangkan,
faktor tidak terkait pekerjaan yang diteliti mencakup usia, status gizi, kualitas tidur,
kuantitas tidur, kebiasaan merokok, konsumsi kafein, dan commuting time (waktu
perjalanan). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain studi cross
sectional dan dilaksanakan pada Februari – Juni 2025 di Proyek A PT XYZ.
Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner yang mencakup identitas responden,
Fatigue Assessment Scale for Construction Workers (FASCW), NASA Task Load Index
(NASA TLX) dan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Jumlah responden dalam
penelitian ini adalah sebanyak 78 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 36
responden (46,2%) mengalami kelelahan, sedangkan 42 responden (53,8%) tidak
mengalami kelelahan. Berdasarkan analisis inferensial menggunakan uji Chi-Square,
diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara shift kerja (p-value = 0,024;
OR = 0,227) dan usia (p-value = 0,024; OR = 3,000) dengan kelelahan pada pekerja
konstruksi di Proyek A PT XYZ.


This study aims to analyze fatigue and the risk factors associated with fatigue among  construction workers at Project A, PT XYZ, in 2025. Work-related factors examined  include working hours, workload, work shifts, and work environment. Meanwhile, non work-related factors analyzed include age, nutritional status, sleep quality, sleep quantity,  smoking habits, caffeine consumption, and commuting time. This research employs a  quantitative approach with a cross-sectional study design, conducted from February to  June 2025 at Project A, PT XYZ. Data collection was carried out using a questionnaire  covering respondent identity, the Fatigue Assessment Scale for Construction Workers  (FASCW), NASA Task Load Index (NASA TLX), and Pittsburgh Sleep Quality Index  (PSQI). The total number of respondents in this study was 78. The results showed that 36  respondents (46.2%) experienced fatigue, while 42 respondents (53.8%) did not. Based  on inferential analysis using the Chi-Square test, a significant relationship was found  between work shifts (p-value = 0.024; OR = 0.227) and age (p-value = 0.024; OR = 3.000)  and fatigue among construction workers at Project A of PT XYZ.

Read More
S-12047
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ulfha Aulia Nasution; Pembimbing: Indri Hapsari Susilowati; Penguji: Hendra, Robiana Modjo, Bonardo Prayogo Hasiholan, Riana Ranny Diponegara
Abstrak:
Kelelahan kerja merupakan hal yang sering terjadi di berbagai industri, salah satunya termasuk industri konstruksi. Jenis pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja di industri konstruksi memiliki potensi menimbulkan terjadinya kelelahan kerja oleh karena karakteristik pekerjaan yang berisiko terpajan berbagai faktor. Selain itu  kelelahan merupakan masalah umum di antara populasi pekerja. Namun, sedikit yang diketahui tentang hubungan antara faktor risiko pekerjaan dan gejala kelelahan. Desain penelitian pada penelitian ini adalah cross sectional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada pekerja konstruksi dengan pendekatan kuantitatif. Sampel pada penelitian ini berjumlah 50 pekerja konstruksi di PT XYZ. Adapun metode pengambilan data dilakukan dengan melakukan pengisian kuesioner kepada responden dan pengukuran menggunakan alat. Selanjutnya data yang didapatkan diolah secara deskriptif dan inferensial menggunakan software statistik untuk melihat gambaran dan hubungan dari setiap variabel. Variabel independen pada penelitian ini adalah umur, masa kerja, perilaku merokok, status menikah, usaha, penghargaan, overcommitment, postur kerja, suhu, dan kebisingan. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku merokok (POR=6.000 (1.558-23.113)), postur kerja (POR=13.000 (2.463–68.604)), usaha (POR=5.296 (1,533-18.299)), penghargaan (POR=5.520 (1.534-19.863)), overcommitment (POR=4.375 (1,325-14.446)), dan kebisingan  (POR=6.333 (1.523-26.341)) dengan kejadian kelelahan kerja. Sedangkan variabel umur, masa kerja, dan status menikah tidak menunjukan adanya hubungan dengan kejadian kelelahan kerja.

Work fatigue is a common occurrence across various industries, including the construction industry. The type of work performed by workers in the construction industry has the potential to cause work fatigue due to the nature of the job, which is at risk of exposure to various factors. Additionally, fatigue is a common issue among the working population. However, little is known about the relationship between work risk factors and fatigue symptoms. The research design of this study was cross-sectional. The aim of this study was to analyze the factors related to work fatigue among construction workers using a quantitative approach. The sample for this study consisted of 50 construction workers at PT XYZ. Data collection was carried out by administering questionnaires to respondents and measuring using tools. The data obtained were then processed descriptively and inferentially using statistical software to examine the patterns and relationships of each variable. The independent variables in this study included age, length of service, smoking behavior, marital status, effort, appreciation, overcommitment, work posture, temperature, and distractions. The results showed a significant relationship between smoking behavior (POR=6.000 (1.558-23.113)), work posture (POR=13.000 (2.463–68.604)), effort (POR=5.296 (1.533-18.299)), reward (POR=5.520 (1.534-19.863)), overcommitment (POR=4.375 (1.325-14.446)), and distraction (POR=6.333 (1.523-26.341)) with the occurrence of work fatigue. In contrast, the variables of age, length of service, and marital status did not show any relationship with the occurrence of work fatigue.
Read More
T-7172
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Irna Anggun Fatiqa; Pembimbing: Fatma Lestari; Penguji: Hendra, Bimo Prasetyo; Aryo Wibowo
Abstrak:
Industri konstruksi di Indonesia menyerap tenaga kerja sebanyak 8,7 juta orang pada tahun 2023, dimana konstruksi dikenal sebagai pekerjaan berisiko tinggi dan merupakan penyumbang kecelakaan terbesar kedua di Asia. Iklim keselamatan merupakan salah satu faktor kunci dalam mencegah kecelakaan kerja. Penelitian ini fokus menganalisis iklim keselamatan manajemen dan iklim keselamatan pekerja di sebuah proyek konstruksi. Desain penelitian yang digunakan adalah mixed methode dimana total partisipan berjumlah 235 responden dan 26 informan kunci. Data dikumpulkan dengan menggunakan Nordic Occupational Safety Climate Questionnaire (NOSACQ-50) dan wawancara mendalam. Analisa intersection antara data kuantitatif dan kualitatif menunjukkan bahwa terdapat ketidakkonsistenan pada tiap kategori iklim keselamatan. Pada iklim keselamatan manajemen, meskipun skor tertinggi diperoleh dimensi pemberdayaan keselamatan manajemen, namun dari hasil kualitatif diperoleh bahwa dimensi ini memiliki persepsi kurang paling tinggi. Pada iklim keselamatan pekerja, analisa intersection menunjukkan bahwa dimensi prioritas keselamatan pekerja dan dimensi kepercayaan terhadap keefektifan sistem keselamatan kerja memiliki persepsi kurang paling rendah. Perlu dilakukannya strategi peningkatan melalui evaluasi dan pengembangan sistem manajemen serta komunikasi keselamatan.

The construction industry in Indonesia absorbs a workforce of 8.7 million people in 2023, where construction is known as a high-risk job and is the second largest contributor to accidents in Asia. Safety climate is one of the key factors in preventing work accidents. This research focuses on analyzing the management safety climate and worker safety climate in a construction project. The research design used was a mixed method where the total participants were 235 respondents and 26 key informants. Data was collected using the Nordic Occupational Safety Climate Questionnaire (NOSACQ-50) and in-depth interviews. Intersection analysis between quantitative and qualitative data shows that there are inconsistencies in each safety climate category. In the management safety climate, although the highest score was obtained for the management safety empowerment dimension, from the qualitative results it was found that this dimension had the highest lack of perception. In the worker safety climate, the intersection analysis shows that the worker safety priority dimension and the dimension of trust in the effectiveness of the work safety system have the lowest perception. It is necessary to carry out improvement strategies through evaluation and development of safety management and communication systems.
Read More
T-7059
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dimas Kusuma Wardhana; Pembimbing: Mila Tejamaya; Penguji: Dadan Erwandi, Indri Hapsari Susilowati, Gatot Kusbinuko, Michael Bindu Hutahaean
Abstrak:
Pertambangan sangat rentan terhadap peningkatan prevalensi kelelahan dibanding pekerjaan pada industri lain, disebabkan banyaknya faktor di lingkungan pertambangan yang dapat mempengaruhi kelelahan. Penelitian ini mengkaji kelelahan pekerja tambang bawah tanah di PT XYZ, Indonesia, menggunakan pendekatan kuantitatif cross-sectional. Tujuannya adalah mendapatkan gambaran kelelahan dan hubungan antara kelelahan (variabel dependen) dengan faktor individu, pekerjaan, dan lingkungan fisik (variabel independen). Sampel terdiri dari 119 responden dari total 300 pekerja bagian development, dengan data primer diperoleh melalui kuesioner IFRC dan data sekunder dari literatur serta data pendukung perusahaan. Hasil menunjukkan kelelahan berhubungan signifikan dengan waktu perjalanan (p value=0.042 (pelemahan aktivitas)); (p value=0.043 (pelemahan motivasi)); (p value=0.012 (pelemahan fisik)), kuantitas tidur (p value=0.000 (kelelahan umum)); (p value=0.001 (pelemahan aktivitas)); (p value=0.000 (pelemahan motivasi)); (p value=0.016 (pelemahan fisik)), shift kerja (p value=0.033 (kelelahan umum)), lama jam kerja (p value=0.023 (pelemahan aktivitas)); (p value=0.049 (pelemahan motivasi)), dan suhu (p value=0.016 (pelemahan fisik)), namun tidak berhubungan dengan usia, IMT, status perkawinan, masa kerja, kebisingan, pencahayaan, dan kelembaban. Peneliti merekomendasikan peninjauan terhadap kebijakan perusahaan dalam mengelola faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan untuk meminimalkan risiko kelelahan kerja.

Mining is highly susceptible to increased prevalence of fatigue compared to other industries due to numerous factors in the mining environment that can affect fatigue. This study examines the fatigue of underground mine workers at PT XYZ, Indonesia, using a quantitative cross-sectional approach. The objective is to obtain an overview of fatigue and analyze the relationship between fatigue (dependent variable) and individual factors, job-related factors, and physical environmental factors (independent variables). The sample consists of 119 respondents out of a total of 300 development workers, with primary data obtained through IFRC subjective questionnaires and secondary data from literature and company supporting data. The results show that fatigue significantly correlates with travel time (p value=0.042 (reduce activity)); (p value=0.043 (reduce motivation)); (p value=0.012 (physical fatigue)), sleep quantity (p value=0.000 (general fatigue)); (p value=0.001 (reduce activity)); (p value=0.000 (reduce motivation)); (p value=0.016 (physical fatigue)), shift work (p value=0.033 (general fatigue)), long working hours (p value=0.023 (reduce activity)); (p value=0.049 (reduce motivation)), and temperature (p value=0.016 (physical fatigue)), but not with age, BMI, marital status, length of service, noise, lighting, and humidity. The researchers recommend reviewing company policies to manage fatigue-related factors to minimize the risk of work fatigue.
Read More
T-7034
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Cynthia Kurnia Sari; Pembimbing : Sjahrul Meizar Nasri; Penguji: Indri Hapsari Susilowati, Hendra, Mushanif Mukti, Farida Tusarifah
Abstrak: Pekerjaan di bidang konstruksi merupakan pekerjaan yang menuntut aktivitas fisik, pekerjaan yang terus berubah, dan memiliki aktivitas manual handling yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran faktor risiko ergonomi serta mengitung tingkat risiko ergonomi pada task pembesian pekerjaan konstruksi pembangunan jembatan di Proyek N PT XYZ. Desain penelitian ini adalah studi observasional, deskriptif, evaluatif. Tingkat risiko ergonomi dinilai menggunakan 2 metode penilaian yaitu menggunakan Ovako Working Posture Analysis Sistem (OWAS) dengan cara merekam postur dan menggunakan penilaian Rapid Entire Body Assessment (REBA) dengan acara analisis postur di setiap fase kerja task pembesian. Hasil penelitian menunjukkan faktor pekerjaan berupa postur, beban, frekuensi, dan durasi merupakan faktor risiko ergonomi pada task pembesian pekerjaan konstruksi jambatan. Penilaian tingkat risiko berdasarkan OWAS diklasifikasikan menjadi 4 kategori risiko yaitu; 55% postur termasuk kategori 1, 37% postur masuk ke dalam kategori 2, 6% postur masuk ke dalam kategori 3, dan 2% dari postur tubuh yang terekam merupakan postur tubuh berisiko paling tinggi. Rekomendasi aksi penilaian OWAS mengidentifikasi postur tubuh punggung membungkuk serta postur kaki berjongkok merupakan postur tubuh yang paling berisiko. Penilaian tingkat risiko ergonomi berdasarkan skor akhir penilaian REBA memperlihatkan fase kerja pindah besi merupakan aktivitas pekerjaan berisiko menengah dengan skor akhir REBA 7. Sedangkan fase kerja lainnya yaitu; fase kerja bongkar besi, perakitan besi, dan pengikatan besi merupakan fase kerja dengan aktivitas berisiko tinggi dengan skor akhir REBA adalah 10 sehingga harus diinvestigasi, serta perlu implementasi perbaikan. Kata Kunci : Konstruksi, Ergonomi, Postur, OWAS, REBA
Read More
T-4825
Depok : FKM-UI, 2015
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ayu Amalia; Pembimbing: Hendra; Penguji: Robiana Modjo, Padang Purwosusilo
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kelelahan pada pekerja konstruksi proyek pembangunan jalan tol layang Y oleh PT X khususnya pada saat pekerjaan pier head. Faktor risiko yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah faktor risiko terkait pekerjaan (durasi kerja, durasi lembur, masa kerja dan heat index) dan faktor risiko tidak terkait pekerjaan (usia, indeks masa tubuh, status merokok, konsumsi air minum, konsumsi minuman berkafein, kuantitas tidur, kualitas tidur, pekerjaan sampingan, waktu tempuh). Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain studi cross-sectional menggunakan kuesioner gejala kelelahan subjektif Fatigue Assessment Scale for Construction Workers (FASCW).
Read More
S-10162
Depok : FKM UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Resty Wulandari; Pembimbing: Robiana Modjo; Penguji: Dadan Erwandi, Indri Hapsari Susilowati, Bimo Prasetyo, Roy Nababan
Abstrak:
Distres kerja menjadi masalah kesehatan yang cukup serius di industri konstruksi. Distres kerja dikaitkan dengan perasaan emosional dan mental, tapi juga dapat berdampak buruk pada kesehatan secara fisik, menurunkan motivasi, produktivitas, dan kepuasan kerja. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi timbulnya distres kerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko distres kerja pada pekerja konstruksi proyek XYZ, baik faktor individu, faktor psikososial, dan faktor dukungan sosial. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Penelitian dilakukan pada pekerja konstruksi XYZ pada bulan Maret-Mei 2023. Jumlah sampel penelitian adalah 127 responden yang diambil dengan teknik non random sampling. Kuesioner yang digunakan adalah Short Version – New Brief Job Stress Questionnaire (SV-NBJSQ) dan 3 pertanyaan tambahan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji statistik chi-square dan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan faktor risiko yang berhubungan dengan distres kerja adalah faktor psikososial job control, kompatibilitas dengan pekerjaan, interaksi dengan atasan, interaksi dengan organisasi, dan faktor dukungan sosial. Hasil analisis menunjukkan variabel yang dominan berhubungan dengan distres kerja adalah job control dan dukungan sosial. Dari kedua variabel tersebut, dukungan sosial adalah variabel yang paling dominan berhubungan dengan distres kerja (AOR=4,062)



Job distress is a serious health problem in the construction industry. Job distress is associated with emotional and mental feelings, but it can also have a negative impact on physical health, reducing motivation, productivity and job satisfaction. There are various factors that influence the emergence of job distress. This study aims to analyze the risk factors of job distress on XYZ construction workers, including individual factors, psychosocial factors, and social support factors. This research used a cross sectional design. The research was conducted on XYZ construction workers in March-May 2023. The number of samples in this study were 127 respondents who were taken using a non-random sampling technique. The questionnaire used is the Short Version – New Brief Job Stress Questionnaire (SV-NBJSQ) and 3 additional questions. Data analysis was performed using the chi-square and logistic regression statistical test. The results showed that the risk factors associated with job distress were psychosocial factors, job control, job compatibility, interactions with superiors, interactions with organizations, and social support factors. The results of the analysis show that the dominant variable related to job distress are job control and social support. Among these two variables, social support is the most dominant variable related to job distress (AOR=4,062)
Read More
T-6720
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive