Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 34996 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Syukrini Rahmawati Zetri; Pembimbing: Dadan Erwandi; Penguji: Laksita Ri Hastiti, Tubagus Dwi Yuantoko
Abstrak:

World Health Organization mengakui distres sebagai penyakit epidemiologi abad 21. Distres pada dosen menjadi isu yang sering dibahas. Tuntutan Tri Dharma Perguruan Tinggi membuat dosen menghadapi beban kerja berat sehingga menyebabkan distres, kecemasan, dan gangguan tidur. Penelitian Carroll tahun 2022 menunjukkan lebih dari 50% tenaga pengajar di Australia mempertimbangkan untuk meninggalkan profesinya karena merasakan distres yang sangat tinggi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran tingkat distres, faktor risiko distres, dan menganalisis hubungan faktor-faktor risikonya terhadap distres pada dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas A tahun 2025. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan pendekatan cross-sectional. Faktor risiko yang diteliti meliputi faktor di arena pekerjaan (beban kerja, tekanan waktu, long-working hours, ambiguitas peran, hubungan interpersonal, jabatan akademik); faktor di arena rumah (work-family conflict dan status pernikahan); faktor di arena sosial (dukungan sosial), dan faktor di arena individu (usia dan jenis kelamin). Analisis data meliputi analisis deskriptif dan inferensial. Analisis deskriptif mengungkapkan 68% dosen mengalami distres ringan, 30.9% dosen mengalami distres sedang, dan 1% dosen mengalami distres berat. Analisis inferensial mengungkapkan tekanan waktu (p = 0.000; OR = 10.4; 95% CI = 3.513-30.789), ambiguitas peran (p = 0.001; OR = 5.031; 95% CI = 1.950-12.984), hubungan interpersonal ke rekan kerja (p = 0.014; OR = 3.033; 95% CI = 1.235-7.452), work-family conflict (p = 0.000; OR = 19.456; 95% CI = 5.942-63.709), dan dukungan sosial (p = 0.004; OR = 3.675; 95% CI = 1.487-9.082) berhubungan signifikan dengan distres pada dosen FMIPA Universitas A. Universitas A disarankan untuk memperkuat sosialisasi layanan konseling, menyusun SOP yang jelas, serta menyediakan pelatihan dan dukungan teknis untuk mengurangi risiko distres pada dosen.



The World Health Organization identifies distress as a 21st-century epidemiological concern, with lecturer distress emerging as a critical issue. Heavy workloads from fulfilling the Three Pillars of Higher Education contribute to distress, anxiety, and sleep disorders among lecturers.  A study by Carroll et al. in 2022 found that more than 50% of educators in Australia experienced severe distress that caused them to consider leaving the profession. This study aims to examine the levels of distress, identify its risk factors, and analyze the relationships between those risk factors and distress among lecturers at the Faculty of Mathematics and Natural Sciences, University A in 2025. A quantitative method with a cross-sectional approach was used. Risk factors examined include work factors (workload, time pressure, long-working hours, role ambiguity, interpersonal relationships, academic rank); home factors (work-family conflict and marital status); social factors (social support); and individual factors (age and gender). Data analysis included descriptive and inferential statistics. Descriptive analysis showed 68% of lecturers experienced mild distress, 30.9% experienced moderate distress, and 1% experienced severe distress. Inferential analysis revealed significant associations between distress and time pressure (p = 0.000; OR = 10.4; 95% CI = 3.513-30.789), role ambiguity (p = 0.001; OR = 5.031; 95% CI = 1.950-12.984), interpersonal relationships with colleagues (p = 0.014; OR = 3.033; 95% CI = 1.235-7.452), work-family conflict (p = 0.000; OR = 19.456; 95% CI = 5.942-63.709), and social support (p = 0.004; OR = 3.675; 95% CI = 1.487-9.082). It is recommended for University A to strengthen the promotion of counselling services, establish clear SOPs, and provide training and technical support to reduce lecturers’ distress risk.
Read More
S-11995
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Aditya Fadilah Muhamad; Pembimbing: Mila Tejamaya; Penguji: Dadan Erwandi, Yuni Kusminanti
Abstrak: Laboratorium merupakan tempat dilakukan penelitian ilmiah, klinis, ataupun sebagai sarana pendidikan. Pekerja laboran setiap harinya bekerja dengan kondisi lingkungan laboratorium penuh dengan bahaya dan risiko yang tinggi. Penelitian ini dilakukan di salah satu fakultas Universitas Indonesia yakni Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di tahun 2014.
Metode penelitian ini adalah kualitatif dengan desain penelitian deskriptif analitik. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kebutuhan pelatihan K3 di laboratorium FMIPA UI khususnya laboran melalui analisis organisasi, analisis tugas dan analisis personal dan pengkategorian pelatihan berdasarkan tujuan.
Analisis organisasi menunjukan FMIPA UI masih belum mendukung secara maksimal pengadaan pelatihan K3. Analisis tugas menemukan karakteristik bahaya dan risiko yang ada di laboratorium sehingga dapat ditentukan pelatihan K3 yang dibutuhkan. Analisis personal melalui wawancara mendalam menemukan bahwa masih kurangnya pengetahuan laboran di laboratorium FMIPA UI terhadap K3 secara umum.
Hasil penelitian ini adalah matriks pelatihan K3 yang dibutuhkan oleh laboratorium di FMIPA UI dengan tiga kategori yakni pelatihan kategori orientasi untuk merubah persepsi laboran/staff lab terhadap K3, pelatihan kategori keterampilan untuk menambah atau memperbaiki keterampilan K3 yang dimiliki, dan pelatihan kategori pengembangan meberikan pengetahuan dan keterampilan baru dengan tujuan menaikan tingkat laboran/ staff lab.

Laboratory is a place for scientific research, clinical, or as a means of education. Laboratory workers everydays work with high risk of hazards established from its material and process. This study conducted at one faculty in Universitas Indonesia which is Faculty of Mathematics and Science (FMIPA UI) in 2014.
The method used in this research is qualitative with descriptive analytic design. This research aimed to look at FMIPA UI laboratory workers needs in occupational health and safety training. Through organizational analysis, task analysis and personal analysis process then categorized based on training purposes.
Organizational analysis shows FMIPA UI still has not maximally supported training. Task analysis find characteristic of the hazards and risks that exist in the laboratory so it can be determined which safety training is needed. Personal analysis through deep interview found that there’s still lack of knowledge workers in the FMIPA UI laboratory in general.
This research results is establishing a matrix of health and safety training required by a laboratory in FMIPA UI with three categories. Training orientation to change the perception, training skill to add or fix skill that needed to increase safety performance by workers and training development to develop a new knowledge and skills for laboratory workers.
Read More
S-8479
Depok : FKM UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nilam Winanda; Pembimbing: Fatma Lestari; Penguji: Zulkifli Djunaidi, Ismunaryo Moenandar
S-6546
Depok : FKM UI, 2011
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dea Yasmine Armando; Pembimbing: L. Meily Kurniawidjaja; Penguji: Fatma Lestari, Budiman
S-9749
Depok : FKM UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Tia Retno Wulandari; Pembimbing: Fatma Lestari; Penguji: Doni Hikmat Ramdhan, Randy Novirsa
Abstrak: Penelitian ini membahas tentang gambaran evaluasi implementasi Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan (SMK3L) di laboratorium Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI) dalam upaya mencegah terjadinya kecelakaan kerja di laboratorium. Penelitian ini bersifat semi kuantitatif dengan desain studi deskriptif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui evaluasi implementasi SMK3L di laboratorium FMIPA UI. Hasil penelitian didapatkan rata-rata pemenuhan implementasi SMK3L per masing-masing aspek yaitu kebijakan dan komitmen K3L (31,2%), perencanaan (22,7%), implementasi (49,2%), pemeriksaan (17,7%), dan tinjauan manajemen (0%).

This study examines about a descriptive evaluation of the implementation of Safety, Health, and Environment Management Systems (SHEMS) in the laboratory of mathematics and sciences faculties of Universitas Indonesia (FMIPA UI) in an effort to prevent accident in the laboratories. This research is a semi quantitative with a design of descriptive study. The purpose of this study is to recognize the evaluation of the SHEMS implementation in the laboratory of FMIPA UI. The result shows that average acquirements of the SHEMS implementation for each aspect are SHE policy (31,2%), planning (22,7%), implementation (49,2%), checking (17,7%), management review (0%). It is suggested that FMIPA UI should consider recommendations given to SHEMS in the laboratories.
Keywords: Evaluation, Laboratory, Safety, Health, and Environment Management Systems (SHEMS
Read More
S-9307
Depok : FKM UI, 2017
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Jasmine Kamilatun Nuha; Pembimbing: Dadan Erwandi; Penguji: Laksita Ri Hastiti, Tubagus Dwika Yuantoko
Abstrak:
Distres adalah bentuk stres negatif yang disebabkan oleh kejadian buruk dan mengakibatkan penurunan performa kerja. Sektor kelistrikan memiliki kompleksitas dan risiko yang tinggi dalam proses bisnisnya, sehingga dalam penelitian terdahulu dan hasil observasi awal didapatkan bahwa pekerja sektor kelistrikan memiliki risiko mengalami distres. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan menganalisis hubungan antara faktor risiko distres dengan tingkat distres pada pekerja PT X Sektor Kelistrikan. Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed method dengan desain studi cross-sectional. Data kuantitatif didapatkan dari penyebaran kuesioner dan dianalisis menggunakan uji chi-square, sedangkan data kualitatif dilakukan dengan wawancara dan dianalisis menggunakan analisis tematik. Faktor risiko yang diteliti meliputi faktor individu (usia, masa kerja, status pernikahan), faktor terkait pekerjaan (beban dan kecepatan kerja, peran dalam organisasi, pengembangan karier, hubungan interpersonal, home-work interface), faktor tidak terkait pekerjaan (domestic-family demands), dan faktor penyangga (dukungan sosial). Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa sebanyak 70,6% pekerja mengalami stres sedang, 27,2% pekerja mengalami stres berat, dan 2,2% mengalami stres ringan. Hasil analisis inferensial menunjukkan hanya variabel pengembangan karier (p=0,021) yang memiliki hubungan signifikan dengan tingkat distres. Adapun nilai OR yang dihasilkan sebesar 2,457 yang mengartikan bahwa pekerja dengan persepsi buruk terhadap pengembangan karier memiliki peluang 2,457 kali lebih besar mengalami distres.
Distress is a form of negative stress caused by adverse events that can lead to a decline in work performance. The electricity sector involves high complexity and risk in its business processes, making workers in this sector more vulnerable to experiencing distress, as indicated by previous studies and preliminary observations. This study aims to describe and analyze the relationship between risk factors and the level of distress among workers at PT X in the electricity sector. A mixed-method approach with a cross-sectional design was employed. Quantitative data were obtained through questionnaires and analyzed using the chi-square test, while qualitative data were collected through interviews and analyzed thematically. The risk factors examined include individual factors (age, length of employment, marital status), work-related factors (workload and work pace, organizational role, career development, interpersonal relationships, home-work interface), non-work-related factors (domestic-family demands), and buffering factors (social support). The results of the descriptive analysis indicated that 70.6% of workers experienced moderate stress, 27.2% experienced severe stress, and 2.2% experienced mild stress. Inferential analysis showed that only the variable career development (p = 0.021) had a significant relationship with the level of distress, with an odds ratio (OR) value of 2.457, indicating that workers with negative perceptions of career development were 2.457 times more likely to experience distress.
Read More
S-12004
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Widya Prameswari; Pembimbing: Mila Tejamaya; Penguji: Abdul Kadir, Mufti Wirawan, Puspita Sampekalo, Ali Syahrul Chairuman
Abstrak:

Tenaga kesehatan merupakan salah satu profesi yang berisiko mengalami distres, dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor individu, pekerjaan, sosial dan lingkungan kerja. Jika tidak ditangani dengan baik, distres tersebut bisa mengakibatkan gangguan kesehatan, mental dan penurunan produktivitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi distres pada tenaga kesehatan di RSUD Cibinong. Metode yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional dianalis menggunakan uji statistik chi-square dan regresi logistik. Variable dependen tingkat distres dan variabel independen terdiri dari faktor individu, faktor pekerjaan, faktor sosial, dan lingkungan kerja. Periode penelitian bulan April – Mei 2025, responden terdiri dari perawat, bidan, ahli gizi, tenaga kefarmasian, apoteker, dan analis laboratorium di ruangan rawat inap RSUD Cibinong Bogor. Ditemukan bahwa beban kerja dan hubungan interpersonal merupakan faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap tingkat distres pada tenaga kesehatan di RSUD Cibinong Bogor, dimana beban kerja yang berat berpeluang 4.2 kali menyebabkan tingkat distres dibandingkan dengan beban kerja yang ringan dan hubungan interpersonal yang baik dapat menurunkan tingkat distres sebesar 78.6%. Rekomendasi dari penelitian ini adalah melakukan monitoring dan evaluasi terkait beban kerja, memfasilitasi sarana dan prasarana pendukung untuk meringankan beban kerja, menyelenggarakan pelatihan berkelanjutan terkait ergonomi, manajemen stres, menyediakan wadah penyampaian aspirasi, keluhan atau masalah interpersonal di tempat kerja secara aman dan rahasia.


Healthcare workers are one of the professions at risk of experiencing distress, which can  be caused by several factors such as individual, work, social and work environment  factors. If not handled properly, such distress can lead to health and mental disorders  and decreased productivity. This study aims to identify factors that influence distress in  health workers at Cibinong Hospital. The method used was quantitative research with a  cross-sectional study design analyzed using chi-square statistical test and logistic  regression. The dependent variable is the level of distress and the independent variables  consist of individual factors, work factors, social factors, and work environment. The  research period was April - May 2025, the respondents consisted of nurses, midwives,  nutritionists, pharmaceutical workers, pharmacists, and laboratory analysts in the  inpatient room of the Cibinong Bogor Regional Hospital. Found that workload and  interpersonal relationships are the risk factors that most influence the level of distress in  healthcare workers at Cibinong Bogor Regional Hospital, where heavy workload has a  4.2 times chance of causing distress compared to light workload and good interpersonal  relationships can reduce the level of distress by 78.6%. Recommendations from this study  are to conduct monitoring and evaluation related to workload, facilitate supporting  facilities and infrastructure to ease workload, organize ongoing training related to  ergonomics, stress management, provide a forum for the delivery of aspirations,  complaints or interpersonal problems in the workplace in a safe and confidential manner.

Read More
T-7399
Depok : FKM-UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Reynaldi Ikhsan Nasution; Pembimbing: Hendra; Penguji: Ridwan Z. Syaaf, Yuni Kusminanti
S-6243
Depok : FKM UI, 2010
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nabila Isnain Ismi Humairoh; Pembimbing: Mila Tejamaya; Penguji: Dadan Erwandi, Putri Ayuni Alayyannur
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis gambaran kesehatan mental (depresi, gangguan kecemasan, dan distress), faktor psikososial, strategi coping stress, dan kerentanan (vulnerability) pada dosen dan tenaga kependidikan di Universitas Indonesia. Desain studi yang digunakan adalah desain studi deskriptif cross sectional dengan metode kuantitatif. Data diperoleh menggunakan metode pengambilan data primer melalui penyebaran kuesioner di Universitas Indonesia dari Mei hingga Juni. Teknik sampling yang digunakan adalah voluntary sampling dengan responden mengisi secara sukarela dan mandiri. Jumlah responden penelitian ini sebanyak 267 dosen dan 451 tenaga kependidikan. Hasil penelitian pada dosen menunjukkan sebagian besar responden berada pada rentang usia 35–50 tahun (54,3%), berjenis kelamin perempuan (64,8%), berpendidikan terakhir doktor (75,3%), dan memiliki masa kerja 11–20 tahun (36,3%). Sebagian besar responden dosen memiliki kondisi kesehatan normal baik terhadap indikasi depresi (79%), gangguan kecemasan (59,2%), dan distress (85,4%). Selain itu, sebagian besar responden berada pada tingkat kerentanan yang rendah (85%) dan memiliki jenis strategi coping stress dominan berupa problem-focused coping (85,8%). Faktor psikososial yang dipersepsikan memiliki risiko tinggi oleh responden dosen yaitu faktor individu, jadwal kerja, dan beban kerja. Di sisi lain, hasil penelitian pada tenaga kependidikan menunjukkan sebagian besar responden berada pada rentang usia 35–50 tahun (47,7%), berjenis kelamin perempuan (60,5%), berpendidikan terakhir sarjana (60,5%), dan memiliki masa kerja ≤ 10 tahun. Kondisi kesehatan mental pada sebagian besar tenaga kependidikan berada pada tingkat normal dari indikasi depresi (71,2), gangguan kecemasan (52,8%), dan distress (82,3%). Tingkat kerentanan yang dimiliki sebagian besar tenaga kependidikan adalah normal (80%) dan strategi coping stress yang sering digunakan berupa problem-focused coping (85,6%). Faktor psikososial yang dipersepsikan memiliki risiko tinggi oleh responden tenaga kependidikan yaitu pengambilan keputusan, jadwal kerja, dan faktor individu. Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Universitas Indonesia sebagai pelaksanaan pedoman kesehatan mental dan sebagai tolak ukur untuk mengambil langkah lebih lanjut dalam mengelola kesehatan mental pada dosen dan tenaga kependidikan Universitas Indonesia.


This study aims to analyze the mental health profile (depression, anxiety, and distress), psychosocial factors, stress coping strategies, and vulnerability among lecturers and academic staff at Universitas Indonesia. The study employed a descriptive cross-sectional design with a quantitative approach. Data were collected through a primary data collection method by distributing the questionnaire at Universitas Indonesia from May to June. The sampling technique used was voluntary sampling, with participants completing the questionnaire voluntarily and independently (self-claim). The total numbers of respondents obtained from this study were 267 lecturers and 451 academic staff. The results for lecturers indicate that the majority of the respondents were aged 35–50 years (54,3%), female (64,8%), had a doctoral degree (75,3%), and had a working period of 11–20 years (36,3%). The mental health overview of lecturers shows most of the respondents have normal health conditions to the indications of depression (79%), anxiety (59,2%), and distress (85,4%). In addition, most respondents were categorized as having a low level of vulnerability (85%) and predominantly used problem-focused coping (85,8%) as a dominant type of stress coping strategy. Psychosocial factors perceived as high risk by the respondents are individual factors, work schedule, and workload. On the other hand, the results for academic staff show majority of the respondents were aged 35–50 years (47,7%), female (60,5%), had a bachelor degree (60,5%), and had a working period of ≤ 10 years. Most academic staff also reported normal level indications of depression (71,2%), anxiety (52,78%), and distress (82,3%). The majority exhibited a normal level of vulnerability (80%) and the stress coping strategy often used was problem-focused coping (85.6%). Psychosocial factors perceived as high risk by academic staff respondents were decision making, work schedule, and individual factors. The research findings are expected to be beneficial for Universitas Indonesia in implementing mental health guidelines and serving as a benchmark for taking further steps in managing the mental health of lecturers and academic staff at Universitas Indonesia.
Read More
S-12105
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fachmia Azzahra Aulia Kurnia; Pembimbing: L. Meily Kurniawidjaja; Penguji: Hendra, Farihatini
Abstrak:
Distres kerja merupakan masalah serius yang memengaruhi kesejahteraan mental dan kinerja guru PAUD. Penelitian ini menjelaskan gambaran dan menganalisis faktor risiko distres kerja pada guru PAUD di Kecamatan Sukasari, Kota Bandung, tahun 2025, dengan fokus pada tiga arena, yaitu work (beban kerja dan tekanan waktu, fasilitas sekolah, kategori kelas, hubungan interpersonal, kepuasan kerja, masa kerja, dan kebutuhan khusus murid), home (status pernikahan, ekonomi keluarga, dan home-work interface), dan individual (usia, kemampuan koping, kuantitas dan kualitas tidur). Desain cross-sectional digunakan dengan pendekatan kuantitatif dan melibatkan 81 guru. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang mencakup instrumen NIOSH GJSQ, COPSOQ III, WDQ, Brief-COPE, dan PSQI, kemudian dianalisis menggunakan uji Chi-Square dan odds ratio (OR). Sebanyak 22,2% guru mengalami distres kerja. Faktor yang berhubungan signifikan meliputi fasilitas sekolah (p=0,032; OR=0,19), kepuasan kerja (p=0,001; OR=6,02), masa kerja (p=0,012), kebutuhan khusus murid (p=0,031; OR=0,31), dan kualitas tidur (p=0,010; OR=6,4). Sementara itu, faktor lainnya tidak menunjukkan hubungan signifikan secara statistik. Distres kerja pada guru PAUD dipengaruhi faktor risiko work dan individual arena. Intervensi holistik mencakup penyesuaian kebijakan sekolah, peningkatan kepuasan kerja, pengembangan profesional, hingga manajemen tidur direkomendasikan untuk mengurangi risiko distres


Occupational distress is a serious issue that significantly impacts mental well-being and performance of early childhood education teachers. This study aims to describe the characteristics and analyze the risk factors of occupational distress among early childhood education teachers in Sukasari District, Bandung City, in 2025, focusing on three arenas: work (workload and time pressure, school facilities, class category, interpersonal relationships, job satisfaction, work tenure, and students' special needs), home (marital status, family economy, and home-work interface), and individual (age, coping skills, sleep quantity, and quality). Using a cross-sectional quantitative design, 81 teachers completed questionnaires (NIOSH GJSQ, COPSOQ III, WDQ, Brief-COPE, PSQI), analyzed via Chi-Square and odds ratio (OR). Results showed that 22.2% of teachers experienced occupational distress. Significant factors included school facilities (p=0.032; OR=0.19), job satisfaction (p=0.001; OR=6.02), work tenure (p=0.012), students’ special-needs (p=0.031; OR=0.31), and sleep quality (p=0.010; OR=6.4). Other factors showed no statistically significant association. Occupational distress in teachers is influenced by work and individual arenas. A holistic intervention approach, encompassing school policy adjustments, job satisfaction enhancement, professional development, and sleep management, is recommended to mitigate risks of distress.
Read More
S-12137
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive