Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 38826 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Wina Setiany; Pembimnbing: Indang Trihandini; Penguji: Sudijanto Kamso, Robert Meison Saragih
S-7677
Depok : FKM UI, 2013
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Purniawaty; Pembimbing: Sutanto Priyo Hastono; Penguji: Besral, Vivi Setiawaty
S-6372
Depok : FKM UI, 2011
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dhea Riana Kismaningrum; Pembimbing: Tris eryando; Penguji: Besral, Minarto, R. Giri Wurjandaru
Abstrak: Obesitas disebabkan ketidakseimbangan asupan kalori masuk dan energi keluaryang diukur melalui parameter IMT. Timbulnya ketidakseimbangan inimerupakan peran dari berbagai determinan. Tujuan penelitian ini adalahmengidentifikasi determinan komposisional dan kontekstual terkait IMT padaorang dewasa di 16 propinsi diatas rata-rata prevalensi obesitas nasional.Penelitian menggunakan desain potong-lintang dengan jumlah responden 180.352orang dewasa usia 19-44 tahun di Indonesia. IMT dihitung dari hasil pengukurantinggi badan dan berat badan responden. Data determinan komposisional didapatdari Riskesdas 2013. Data determinan kontekstual didapat dari Statistik PotensiDesa tahun 2011, Statistik Perilaku Peduli Lingkungan Hidup tahun 2013 danStatistik Pengeluaran Konsumsi Makanan-Bukan Makanan danPendapatan/Penerimaan Rumah Tangga tahun 2013. Penelitian ini menggunakananalisis multilevel regresi linear. Hasil penelitian ini melaporkan bahwadeterminan komposisional yang memiliki hubungan dominan dengan IMT adalahstatus ekonomi pada semua kelompok. Determinan kontekstual yang memilikihubungan dominan dengan IMT adalah peningkatan akses terhadap penggunaankendaraan bermotor dan makanan siap saji sejalan dengan peningkatan IMT.Penelitian ini memiliki kontribusi untuk memahami hubungan kompleks antaradeterminan individu dan komunitasnya terkait IMT. Kebijakan yang mendukungpeningkatan akses terhadap makanan sehat dan aktivitas fisik melalui falsilitasyang tersedia di sekitar tempat tinggal dan edukasi pola hidup seimbangdiharapkan mampu mengurangi risiko penyakit tidak menular terkait IMT dimasyarakat.Kata kunci: Indeks Massa Tubuh (IMT), orang dewasa, analisis multilevel.
Obesity caused by unequality of nutrition intake and energy output which ismeasured by body mass index (BMI) as parameter. Unequality phenomenaaccured by complex determinants called compositional and contextual factor. Theaim from this study is identify complex determinants of BMI in 16 province inIndonesia which have higher obesity prevalence than national obesity prevalence.This study use cross-sectional design study and 180.352 sampel of Indonesianadults in 19-44 years old. BMI measured from body height and body weight. Datafor compositional determinants collected from Basic Health Research 2013 givenby National Health Research and Development of Indonesia. Data for contextualdeterminants collected from Statistical of Statistik Potensi Desa 2011, StatistikPerilaku Peduli Lingkungan Hidup 2013 dan Statistik Pengeluaran KonsumsiMakanan-Bukan Makanan dan Pendapatan/Penerimaan Rumah Tangga 2013given by Berau of Statistic of Indonesia. Analysis using multilevel linearregression. Compositional determinant dominant of IMT reported is socialeconomy status. Social economy status have postive associated with BMI.Contextual determinants dominant of IMT reported are motorized-user and fast-food outlet have postive associated with BMI. Policy to encorouge people toaccess healthy food and physical activity expectable to reduce non-communicablediseases.Keywords: body mass index, adults, multilevel analysis.
Read More
T-4588
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nindya Rimalivia; Pembimbing: Sudijanto Kamso; Penguji: Martya Rahmaniati Makful, Selamat Riyadi
Abstrak:
Penyakit tidak menular menjadi tantangan serius dalam kesehatan global, terutama di tengah era globalisasi yang mendorong perubahan gaya hidup masyarakat ke arah yang kurang sehat. Salah satu penyakit tidak menular yang menyebabkan tingginya angka kematian adalah penyakit kardiovaskular dengan hipertensi merupakan faktor risiko utamanya. Hipertensi seringkali tidak bergejala, namun dapat menyebabkan komplikasi berat seperti stroke dan penyakit jantung. Berdasarkan data SKI tahun 2023, proporsi hipertensi di Provinsi Jawa Barat mencapai 34,4% tertinggi ketiga di Indonesia dan melebihi proporsi nasional dengan persentase 30,8%. Kondisi ini menjadi perhatian khusus mengingat Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbesar sehingga perubahan kecil sekalipun dalam angka kejadian dapat berdampak signifikan terhadap beban nasional. Selain itu, hipertensi tidak lagi hanya menjadi permasalahan kesehatan lanjut usia, tetapi juga semakin banyak ditemukan pada penduduk usia produktif yang dapat berdampak pada menurunnya produktivitas tenaga kerja dan meningkatkan beban ketergantungan di masa tua. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada penduduk usia produktif di Jawa Barat. Sumber data penelitian ini adalah SKI 2023 dengan desain studi potong lintang (cross sectional) dengan total sampel yang memenuhi kriteria sebanyak 27.452 penduduk usia produktif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi hipertensi pada penduduk usia produktif di Jawa Barat sebanyak 23,5%. Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi meliputi usia, pendidikan, tempat tinggal, konsumsi makanan berlemak, berkolesterol, dan gorengan, diabetes mellitus, serta obesitas sentral. Didapatkan juga faktor yang paling dominan terhadap hipertensi adalah obesitas sentral (AOR = 2,733; 95% CI: 2,530–2,952). Berdasarkan hasil penelitian ini, masyarakat disarankan untuk memperhatikan lingkar pinggang agar tetap dalam batas normal sebagai upaya mencegah obesitas sentral. Sementara itu, masyarakat dengan obesitas sentral disarankan untuk rutin memeriksakan tekanan darah dan menerapkan pola hidup sehat untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

Non-communicable diseases have become a serious global health challenge, especially in the era of globalization that encourages lifestyle changes toward less healthy behaviors. One of the leading NCDs contributing to high mortality is cardiovascular disease, with hypertension being its primary risk factor. Hypertension often presents without symptoms but can lead to severe complications such as stroke and heart disease. According to the 2023 SKI data, the prevalence of hypertension in West Java Province reached 34.4%, the third highest in Indonesia and exceeding the national average of 30.8%. This issue is particularly concerning given that West Java is the most populous province in the country, where even minor changes in incidence can have a significant impact on the national burden. Moreover, hypertension is no longer confined to older adults, it is increasingly affecting individuals of productive age, which may reduce workforce productivity and increase dependency in later years. This study aimed to identify factors associated with hypertension among the productive-age population in West Java. The data source was the 2023 SKI, using a cross-sectional study design with a total sample of 27.452 individuals who met the inclusion criteria. The results showed that the prevalence of hypertension among the productive-age population in West Java was 23.5%. Factors associated with hypertension included age, education level, place of residence, consumption of fatty, high-cholesterol, and fried foods, diabetes mellitus, and central obesity. Central obesity was identified as the most dominant factor associated with hypertension (AOR = 2.733; 95% CI: 2.530–2.952). Based on these findings, greater attention should be given to maintaining waist circumference within a normal range to prevent central obesity. Individuals with central obesity are encouraged to have regular blood pressure checks and adopt healthier habits to reduce the risk of further complications.
Read More
S-11941
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Kenti Friskarini; Pembimbing: Sudijanto Kamso, Asih Setiorini; Penguji: Sutanto Priyo Hastono, Rachmalina S. Prasodjo, Sri Poedji Hastoety Djaiman
Abstrak:

Daiam pencapaian status gizi yang dapat mcningkatkan kualitas SDM sering ditemui berbagai masalah. Masalah gizi di Indonesia dan di negara beikembang pada umumnya masih didominasi oleh masalah Kurang Bnergi Protein (KEP), Anemia besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Kurang Vitamin A, dan rnasalah obesitas terutama di kota-kota besar Dalam masyarakat, terdapat kelompok rentan gizi. Remaja merupakan salah satu bagian dalam kelompok ini Masa dewasa muda juga mcrupakan masa yang penting. Kebiasaan dalam pemenuhan gizi pada kedua masa ini merupakan investasi yang panting untuk masa depan karena merupakan usia yang produktif. Melihat kenyataan di atas, maka penulis ingin melihat gambaran tentang status gizi dengan menggunakan IMT pada remaja (15 - 18 tahun)dan dcwasa muda (19 - 24 tahun) di Indonesia serta faktor-faktor apa saja yang berhubungan, dengan rnenggunakan data Survei Kesehatan Rumah Tangga di Indonesia tahun 2004 serta data Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2004. Tujuan umum penelitian ini adalah diperolehnya informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan [MT pada remaja dan dewasa muda di Indonesia tahun 2004. Sedangkan tujuan khususnya adalah diperolehnya gambaran mengenai IMT pada remaja dan dewasa muda, diperolehnya faktor-faktor yang berhubungan dengan [MT pada remaja dan dewasa muda, serta diperolehnya model untuk memprediksi faktor-faktor yang berperan terhadap kejadian IMT pada remaj a dan dewasa muda di Indonesia pada tahun 2004. Rancangan penelitian adalah potong lintang dengan populasi adalah rcmaja berusia 15 - 18 tahun dan dewasa muda usia 19 - 24 tahun di Indonesia pada tahun 2004. Menggunakan data Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2004 sorta data Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2004. Sampel diambil dengan menggunakan rumus uji hipotesis dua proporsi. Analisis data dengan analisis regresi logistik multinomial. Hasil dari penelilian ini adalah proporsi responden yang memiliki gizi baik (75,4%) jauh lebih banyak dibandingkan dengan responden yang memiliki gizi lebih (6,0%) dan gizi kurang (18,6%). Berdasarkan seluruh proses analisis multivariabcl didapatkan basil bahwa ada 3 vanabel yang sccara signifikan berhubungan, yaitu jumlah anggota rumah tangga, daerah tempat tinggal dan aktifitas fisik. Faktor yang dominan berhubungan dengan IMT remaja dan dewasa muda dalam penelitian dcngan OR terbesar adalah aktititas fisik. Berdasarkan penelitian ini maka perlu dilakukan pemantauan IMT secara berkala di masyarakat dengan tujuan untuk mengetahui besaran masalah gizi yang texjadi schingga dapat dilakukan pencegahan secara tepat. Selain itu lebih memasyarakatkan Pedoman Umum Gizi Seimbang kepada remaja dan dewasa muda schingga meningkatkan pengetahuan rentang gizi yang baik.


Attainment of nutrition status that could increase SDM quality otten met various problems. Nutrition problems in Indonesia and developing country generally dominated by Protein Energy Deficiency, iron anemia, disturbance caused by Iodine Deficiency (GAKY), vitamin A deficiency and obesity especially in big cities. In public, acquire malnutrition groups. Teenagers are one ofthe parts in these groups. Young adult was also an important period. Nutrition fulfillment habit in these both periods was an important infestation for future because represent productive ages. Seeing above facts, writer desire to see nutrition status description by using teenagers BMI (15 - 18 years old) and young adults (19 - 24 years old) in Indonesia and related factors, by using Household Health Survey data in Indonesia at 2004 also National Social Economy Survey data at 2004. These research general purposes were information toward factors related to BMI on teenagers and young adults in Indonesia at- 2004. While particular purposes were obtaining description toward BMI on teenagers and young-adults, obtaining factors related to BMI on teenagers and young adults, also obtaining model to predict distribution factors toward BMI cases on teenagers and young adults in Indonesia at Research design is cross sectional with population of teenager ages of 15 - 18 years old and young adult ages of 19 - 24 years old in Indonesia at 2004. It was uses Household Health Survey at 2004 and National Social Economy Stuvey data at 2004. Sample collected by using formula of double proportion hypothesis test. Data analysis was using multinornial logistic regression analysis. This research result is respondent proportion that has good nutrition (75.4%) higher than respondent with exceeded nutrition (6.0%) and malnutrition (18.6%). Based on entire multivariable analysis process obtained 3 significantly related variables, which are total of household member, residence and physical activity. Dominant factor that related with teenagers BMI and young adults in research, which with highest OR, is physical activity. Based on this research require BMI monitoring as continually in public to identify occurred nutrition problems coverage so that able to perform exact prevention. Besides, it was socializing General Guidance of Balanced Nutrition to teenagers and young adults so that increasing knowledge toward good nutrition.

Read More
T-2668
Depok : FKM-UI, 2007
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Jilan Salshabilla Mutaqin; Pembimbing: Martya Rahmaniati Makful; Penguji: Sutanto Priyo Hastono, Tiopan Sipahutar
Abstrak:
Provinsi Bangka Belitung, Gorontalo, dan Papua Barat memiliki angka kematian balita tertinggi berdasarkan wilayah Indonesia bagian Barat, Tengah, dan Timur. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki determinan kematian balita pada lokasi tersebut. Untuk meneliti hal tersebut, data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017 digunakan. Analisis dilakukan pada 1056 sampel dengan uji chi-square dan regresi logistik untuk melihat faktor kematian balita yang signifikan dan besar risiko masing-masing faktor pada determinan sosioekonomi dan proksi. Hasil nya, jumlah kelahiran lebih dari dua anak, jenis kelamin laki-laki, ibu yang tidak memberikan ASI, pendidikan ibu yang rendah, dan umur ibu saat melahirkan kurang dari 25 tahun menjadi faktor risiko kematian balita. Dengan begitu, faktor-faktor pada kedua determinan tersebut, baik determinan sosioekonomi maupun proksi merupakan faktor penting terhadap kematian balita di Provinsi Bangka Belitung, Gorontalo, dan Papua Barat.

Under five mortality rate in Bangka Belitung, Gorontalo, and West Papua still high and respectively describe child survival in three region of Indonesia (west, center, and east). Therefore, this study aim to examine determinant of under five mortality. Data from Indonesian Demographic and Health Survey 2017 used in this study. Then, this study analyses 1056 samples using chi-square and logistic regression test to investigate the significant factors and measure the risk on each factor according to determinant socioeconomic and proximate. Result show number of children more than two, male child, give not breastfeeding, mother with low education, age at childbirth low than 25 years old are the risk factors of under five mortality. In conclusion, determinant socioeconomic and proximate are important factors which influence under five mortality in Bangka Belitung, Gorontalo, and West Papua.
Read More
S-11243
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ni`matun Nurlaela; Pembimbing: Pandu Riono; Penguji: Muhammad Noor Farid, Ingan U. Tarigan, Sylviana Andinisari
T-4542
Depok : FKM UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Djunaedi; Pembimbing: Martya Rahmaniati; Penguji: Iwan Ariawan, Dwi Hapsari Tjandrarini
Abstrak: Penelitian ini menggunakan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 untukmengetahui hubungan perilaku pencegahan malaria dengan kejadian malaria diProvinsi Papua. Desain penelitian ini adalah potong lintang, dengan besar sampelsebanyak 1.660 orang. Hubungan ditentukan dengan analisis multiple logisticregression. Hasil penelitian menunjukan bahwa masyarakat yang tidak menggunakan kelambu memiliki risiko 0,61 lebih kecil untuk mengalami malariasetelah dikontrol oleh variabel pemasangan kasa nyamuk, tempat perindukannyamuk dan daerah pantai, risiko terjadinya malaria pada orang yang tidak memasang kasa nyamuk dan tinggal jauh dari perindukan nyamuk sebesar 2,6 kalilebih besar daripada mereka yang memasang kasa nyamuk dan tinggal jauh dariperindukan nyamuk. Masyarakat yang tinggal di daerah pantai mempunyai risiko terkena malaria 2,3 kali lebih besar dibandingkan masyarakat yang tidak tinggal didaerah pantai. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat efektifitas penggunaan kelambu, dan pengendalian lingkungan untuk menurunkan kejadianmalaria.Kata kunci : Malaria, Perilaku, Papua, Riskesdas.
Read More
S-8457
Depok : FKM UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Febrina Margaretha Damanik; Pembimbing: Meiwita Budihasana; Penguji: Besral, Julianty Pradono
Abstrak: Penetapan Puskesmas sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) pada era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mengindikasikan harapan untuk meningkatkan utilisasi rawat jalan Puskesmas oleh penyandang disabilitas. Data sekunder Riskesdas 2013 dengan desain cross-sectional digunakan untuk mengetahui gambaran dan menganalisis korelasi antara faktor predisposisi, enabling dan needs dengan utilisasi rawat jalan Puskesmas oleh penyandang disabilitas. Definisi disabilitas mencakup domain mobilitas, kognitif, perawatan diri dan aktifitas harian bagi individu berumur ≥15 tahun. Penelitian dilakukan di strata kota, strata kabupaten kaya dan strata kabupaten miskin di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hasil penelitian menunjukkan utilisasi rawat jalan Puskesmas oleh penyandang disabilitas masih rendah, sebesar 33,1% di kota, 28,8% di kabupaten kaya dan 29,6% di kabupaten miskin. Determinan utilisasi rawat jalan Puskesmas di kota meliputi umur, jenis kelamin, indeks kepemilikan, kepemilikan jaminan kesehatan dan penilaian status kesehatan. Sementara di kabupaten kaya meliputi kepemilikan jaminan kesehatan, wilayah tempat tinggal dan penilaian status kesehatan. Sedangkan indeks kepemilikan, kepemilikan jaminan kesehatan, dan penilaian status kesehatan merupakan determinan utilisasi rawat jalan Puskesmas di kabupaten miskin. Penyandang disabilitas dengan indeks kepemilikan terbawah cenderung memanfaatkan rawat jalan Puskesmas paling banyak. Menjadi kewajiban pemerintah untuk memastikan penyandang disabilitas khususnya yang tidak mampu, dijamin oleh JKN.
Kata kunci : Faktor enabling; faktor needs; faktor predisposisi; penyandang disabilitas; utilisasi rawat jalan
Read More
S-8620
Depok : FKM UI, 2015
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Putri Farastya Rahmawati; Pembimbing: Sutanto Priyo Hastono; Penguji: Besral, Dyah Erti Mustikawati
S-8905
Depok : FKM UI, 2015
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive