Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Laila Fitria ... [et al.]
MSK Vol.12, No.2
Depok : LP UI, 2008
Indeks Artikel Jurnal-Majalah Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Desti Maharani; Pembimbing: Budi Hartono; Penguji: Zakianis, Beben Saiful Bahri
Abstrak:
Prevalensi kejadian sick building syndrome di dunia menurut EPA mencapai 30% dan diIndonesia penelitian-penelitian sebelumnya melaporkan lebih dari 50% pekerjamengalami SBS. Namun SBS bersifat idiopathic, penyebabnya masih belum dapatteridentifikasi dengan jelas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi danmengevaluasi gambaran kejadian serta hubungan faktor individu dan indoor air qualitydengan SBS pada pekerja di Indonesia. Penelitian menggunakan systematic review yangberdasarkan pada metode PRISMA dengan pendekatan sintesis naratif terhadap 28 studiberupa jurnal dan skripsi yang dipublikasi pada tahun 2011-2020. Pada kajian sistematismenunjukan bahwa prevalensi SBS pada pekerja di Indonesia yang dilaporkan dalamstudi sebesar 19% hingga 89,4% dengan 27 studi melaporkan prevalensi SBS >20%.Gejala SBS yang dialami oleh pekerja dalam studi berkisar antara 3-17 gejala. Gejaladengan proporsi tertinggi yang paling banyak dilaporkan dalam studi adalah gejalaumum yakni sebanyak 11(39,28%) studi. Faktor individu yang paling banyak ditelitiadalah faktor usia, sedangkan pada faktor indoor air quality adalah suhu. Faktor risikoSBS berdasarkan faktor individu yang menunjukan hasil signifikan adalah usia danmasa kerja sedangkan berdasarkan faktor IAQ adalah CO2 dan VOCs. Berdasarkan haltersebut perlu dilakukannya kontrol yang berkala terhadap kualitas udara di dalamruangan terutama konsentrasi CO2 dan VOC.Kata Kunci : faktor individu; Indoor Air quality; Indonesia; sick building syndrome,dan Pekerja.
Read More
S-10497
Depok : FKM-UI, 2020
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Rahaditya Rizqi Putra; Pembimbing: Mila Tejamaya; Penguji: Hendra, Yuni Kusminanti
Abstrak:
Sick Building Syndrome (SBS) adalah keluhan atau ketidak nyamanan yang dirasakan oleh seseorang di dalam gedung seperti contohnya pusing, mual, mata kering, dan bersin-bersin. Penyebab SBS salah satunya adalah Kualitas Udara di Dalam Ruangan atau Indoor Air Quality (IAQ) yang kurang baik. IAQ merupakan salah satu poin dalam menjaga keselamatan serta kesehatan pekerja yang pada dasarnya merupakan hak pekerja dan dijamin oleh UU Republik Indonesia no.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Oleh karena itu skripsi ini membahas tentang IAQ Gedung Arsip UI dengan acuan kerangka konsep manajemen IAQ oleh BHSE HSG 173 yang diawali dari survey keluhan karyawan terkait SBS pada bulan April tahun 2018, dengan tujuan mengevaluasi kualitas udara di dalam ruangan pada Gedung Arsip UI. Survey dilakukan dengan instrumen kuesioner yang diadaptasi dari World Health Organization (WHO) dan United States Environment Protection Agency (US EPA) dan dilanjutkan dengan pengukuran secara walkthrough survey untuk melihat faktor penyebab yang dari aktivitas karyawan dan layout gedung serta pengukuran secara direct reading dengan parameter NAB dari Peraturan Menteri Kesehatan no. 48 tahun 2016. Hasilnya, terdapat temuan di beberapa titik yang memiliki hasil pengukuran pada tingkat action level maupun melebihi batas NAB yang telah ditentukan. Kata Kunci : indoor air quality, sick building syndrome, industrial hygiene. Sick Building Syndrome (SBS) is a complaint or discomfort felt by someone inside of a building such as dizziness, nausea, dry eyes, and sneezing. One of SBS causes are poor Indoor Air Quality (IAQ). IAQ is one of the points to maintain workers' safety and health which is basically the worker's rights and guaranteed by the UU Republik Indonesia No.1 tahun 1970 concerning Work Safety. Therefore this thesis discusses about Gedung Arsip UI IAQ with reference from framework of IAQ management concept by BHSE HSG 173 starting from SBS related employee complaint survey in April 2018, with purpose to evaluate air quality indoors at UI Archives Building. The survey was carried out with questionnaire instruments adapted from the World Health Organization (WHO) and United States Environment Protection Agency (US EPA) and followed by walkthrough survey measurements to see the underlying factors of employee activity, building layout, and direct reading measurements with TLV parameters of Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no. 48 tahun 2016. As a result, there are findings at some measurement points that have the action level number or exceeding the specified TLV. Keywords : indoor air quality, sick building syndrome, industrial hygiene.
Read More
S-9799
Depok : FKM-UI, 2018
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
M. Imam Alvianto; Pembimbing: Dadan Erwandi; Penguji: Hendra, Amalia Martha
Abstrak:
Organisasi Kesehatan WHO pada tahun 1984 dalam EPA 1991 menyatakan bahwa 30% bagunan baru dan sedang dalam renovasi diseluruh dunia menyebabkan adanya keluhan pekerja terkait dengan kualitas udara dalam ruangan/Indoor Air Quality (IAQ). Lingkungan kerja yang buruk dapat menimbulkan gangguan Sick Building Syndrome (SBS) yang disebabkan kualitas dalam ruangan yang buruk seperti, ventilasi yang buruk, kelembaban yang teralalu rendah atau tinggi, suhu rungan yang terlalu panas atau dingin, debu, jamur, bakteri, bahan kimia pencemar udara dan lain sebagainya. Variabel yang diukur adalah Temperatur, Kelembaban, Pencahayaan, debu total dan Mikrobiologi dan Karakteristik Personal.metode penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dengan melihat berdasarakan univariat dan bivariate. Dari hasil analisa didapatkan hasil Temparatur (73 titik), Debu total (8 titik) dan Mikrobiologi (11 titik) telah memenuhi standar Permenkes No 48 tahun 2016, sedangkan kelembaban dari 73 titik hanya lantai 6 yang tidak memenuhi standard an Pencahayaan dari 73 titik, hanya 8 titik yang memenui standar. Berdasrkan hasil analisa bivariate variable IAQ dan Karakteristik personal tidak memiliki hubungan dengan gejala SBS pada karyawan PT X tahun 2017. Kata kunci: Indoor Air Quality, Sick Building Syndrome The WHO Health Organization in 1984 in EPA 1991 stated that 30% of new and under-renovated buildings around the world caused worker complaints related to Indoor Air Quality (IAQ). Poor work environment can cause Sick Building Syndrome (SBS) impairment due to poor indoor quality such as poor ventilation, low or high humidity, overheated or cold temperatures, dust, fungi, bacteria, pollutants Air and so forth. The variables measured were Temperature, Humidity, Lighting, Total Dust and Microbiology and Personal Characteristics. The method of this study used cross sectional approach by looking at univariate and bivariate. From the analysis results obtained Temperature (73 points), Total dust (8 points) and Microbiology (11 points) have met the Permenkes No. 48 of 2016, while humidity from 73 points only 6th floor that does not meet the standard of lighting from 73 points only 8 points that meets the standards. Based on the result of IAQ variable bivariate analysis and personal characteristics have no relation with SBS symptom on PT X employees in 2017. Key words: Indoor Air Quality, Sick Building Syndrome
Read More
S-9567
Depok : FKM-UI, 2017
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Ni Wayan Ratih Prayudactuti; Pembimbing: Laila Fitria; Penguji: Ririn Arminsih Wulandari, Heni Mayawati
Abstrak:
Sick Building Syndrome (SBS) merupakan masalah yang sering dialami oleh penghuni gedung namun penyebabnya tidak diketahui pasti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi CO2 udara dalam ruang dengan kejadian SBS di gedung Rektorat Universitas Indonesia. Digunakan disain studi cross-sectional, variabel independen adalah konsentrasi CO2 dan variabel kovariat adalah konsentrasi formaldehida, suhu, kelembaban, usia, jenis kelamin, kebiasaan merokok dan riwayat alergi. Analisa statistik memberikan hasil proporsi kejadian SBS adalah 58%, dari 8 variabel yang berhubungan signifikan secara statistik adalah konsentrasi CO2 (3,02; 1,32-6,89), formaldehida (0,3; 0,14-0,76), suhu (11,2; 2,35-53,4), kelembaban (8,01; 2,96-21,68), usia (3,67; 1,45-9,01), jenis kelamin (2,87; 1,23-6,66), dan kebiasaan merokok (3,41; 1,23-9,41). Disimpulkan bahwa kelompok yang berisiko (konsentrasi CO2 > 449 ppm) 1,14 kali berpeluang untuk mengalami kejadian SBS dibandingkan pada kelompok yang tidak berisiko ((konsentrasi CO2 ≤ 449 ppm). Kata Kunci : Sick Building Syndrome, CO2, Kualitas udara dalam ruang
Read More
S-8614
Depok : FKM-UI, 2015
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Bina Rachma Permatasari; Pembimbing: Budi Hartono; Penguji: Bambang Wispriyono, Zakianis, Atang Saputra, Beben Saiful Bahri
Abstrak:
Read More
Sick Building Syndrome adalah kumpulan gejala yang hanya dirasakan seseorang saat beraktivitas di dalam suatu gedung. Gejala tersebut tidak teridentifikasi secara spesifik hingga menyebabkan penghuni ruangan atau bangunan mengalami gangguan kesehatan akibat buruknya kualitas udara di dalam ruang. Tujuan penelitian ini alah untuk mengetahui Sick building syndrome yang terjadi di Politeknik Kesehatan Jakarta II dengan menghubungkan dengan PM2.5, PM 10, suhu, kelembaban, perawatan Ac, kepadatan ruangan, Jenis furniture dan periode waktu pembersihan ruangan. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriftif dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian karyawan yang berjumlah 65 karyawan dan ruangan yang ada di Politeknik Kesehatan Jakarta II. Metode perhitungan sampel menggunakan rumus proporsi binomunal (binomunal proportions) dan menggunakan metode simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Environment Medicine Clinic Sweden, Orebro Hospital tahun 2017 dan menggunakan alat Particulat Dust Meter DAZ – 400. Hasil pada penelitian ini adalah dikatehui 80% karyawan mengalami kejadian sick building syndrome dan setelah dilakukan analisis bivariat menggunakan analisis chi square diketahui bahwa hanya variabel faktor risiko jenis furniture yang memiliki nilai p value
Sick Building Syndrome adalah kumpulan gejala yang hanya dirasakan seseorang saat beraktivitas di dalam suatu gedung. Gejala tersebut tidak teridentifikasi secara spesifik hingga menyebabkan penghuni ruangan atau bangunan mengalami gangguan kesehatan akibat buruknya kualitas udara di dalam ruang. Tujuan penelitian ini alah untuk mengetahui Sick building syndrome yang terjadi di Politeknik Kesehatan Jakarta II dengan menghubungkan dengan PM2.5, PM 10, suhu, kelembaban, perawatan Ac, kepadatan ruangan, Jenis furniture dan periode waktu pembersihan ruangan. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriftif dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian karyawan yang berjumlah 65 karyawan dan ruangan yang ada di Politeknik Kesehatan Jakarta II. Metode perhitungan sampel menggunakan rumus proporsi binomunal (binomunal proportions) dan menggunakan metode simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Environment Medicine Clinic Sweden, Orebro Hospital tahun 2017 dan menggunakan alat Particulat Dust Meter DAZ – 400. Hasil pada penelitian ini adalah dikatehui 80% karyawan mengalami kejadian sick building syndrome dan setelah dilakukan analisis bivariat menggunakan analisis chi square diketahui bahwa hanya variabel faktor risiko jenis furniture yang memiliki nilai p value
T-7067
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Asduki D. Athari; Pembimbing: Sjahrul M. Nasri; Penguji: Chandra Satrya, Hendra, Elsye As Safira
T-4234
Depok : FKM-UI, 2014
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Deanie Afifah Utami; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Laila Fitria, Yulia Fitria Ningrum
Abstrak:
Read More
Kejadian Gejala Gangguan Pernapasan adalah salah satu masalah kesehatan yang kerap dialami oleh pekerja di gedung perkantoran. Gejala Gangguan Pernapasan dapat disebabkan oleh kualitas udara dalam ruang yang buruk dan karakteristik individu. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui hubungan antara jumlah total koloni bakteri dan kapang dengan kejadian Gejala Gangguan Pernapasan pada teanag akependidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia dengan desain cross sectional. Variabel independennya adalah jumlah total koloni bakteri dan kapang dalam ruang, variable confounding berupa suhu, kelembaban relatif, intensitas cahaya usia, jenis kelamin, masa bakti kerja, kebiasaan merokok, dan riwayat alergi. Hasil proporsi kejadian Gejala Gangguan Pernapasan dari analisis statistik yang dilakukan pada tenaga kependidikan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia sebesar 32,4% (47 responden). Dari 10 variabel yang diuji, hanya usia dan masa bakti kerja yang menunjukkan hubungan signifikan.
Respiratory Distress Symptoms is one of the health problems often experienced by workers in office buildings. Respiratory Distress Symptoms can be caused by poor indoor air quality and individual characteristics. This study was conducted with the aim of determining the relationship between the total number of bacterial and mold colonies and the occurrence of Respiratory Disturbance Symptoms in educational staff at the Faculty of Public Health, University of Indonesia with a cross sectional design. The independent variable is the total number of bacterial and mold colonies in the room, the confounding variables include temperature, relative humidity, light intensity, age, gender, length of service, smoking habits, and allergy history. The proportion of the occurrence of Respiratory Disturbance Symptoms from the statistical analysis carried out on the educational staff of the Faculty of Public Health, University of Indonesia is 32.4% (47 respondents). Of the 10 variables tested, only age and length of service showed a significant relationship.
S-11765
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Febryan Antoni; Pembimbing: Doni Hikmat Ramdhan; Penguji: Abdul Kadir, Laksita Ri Hastiti, Hanafi Basuni, Edwin Mukri Bandjar
Abstrak:
Read More
International Labour Organization (ILO) tahun 2021 mencatat kasus kecelakaan kerja (KK) di dunia mencapai 62,8% dan penyakit akibat kerja sebesar 37,2% dari total kasus sebesar 430 juta kasus. Sedangkan kejadian penyakit akibat kerja (PAK) di Indonesia tahun 2021 tercatat sebanyak 1.123 kasus. Salah satu contoh PAK adalah Sick building syndrome. Desain penelitian pada penelitian ini adalah cross sectional. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan kejadian Sick Building Syndrome (SBS) pada pekerja office dengan pendekatan kuantitatif. Sampel pada penelitian ini berjumlah 75 pekerja office di PT XYZ. Metode pengambilan data dengan melakukan pengisian kuesioner kepada responden dan pengambilan kualitas udara menggunakan vendor. Data akan diolah secara deskriptif dan inferensial untuk melihat gambaran dan hubungan dari setiap variabel. Variabel independen pada penelitian ini adalah faktor personal (usia, jenis kelamin, masa kerja, perilaku merokok, riwayat alergi, dan psikososial), faktor fisik (particulate matter 2.5, suhu, kelembaban relatif, pencahayaan, dan kebisingan), faktor kimia (HCHO, VOC, CO, dan CO2), dan level lantai. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia (OR=5.833 (2.151–15.818)), masa kerja (OR=7.556 (2.525–22.609)) , perilaku merokok (OR=5.750 (2.116-15.625)), riwayat alergi (OR=4.452 (1,557–12.736)), psikososial (OR=2.821 (1,104-7.206)), particulate matter 2.5 (OR=7.875 (2.786-22.261)), suhu (OR=5.352 (1,796-15.951)), pencahayaan (OR=7.010 (2.503-19.628)), dan level lantai (OR=4.643 (1.743-12.368)) dengan kejadian Sick Building Syndrome (SBS). Sedangkan variabel jenis kelamin, kelembaban relatif, kebisingan, HCHO, VOC, CO, dan CO2 tidak menunjukan adanya hubungan dengan kejadian Sick Building Syndrome (SBS).
In 2021, the International Labor Organization (ILO) recorded work accident (KK) cases in the world reaching 62.8% and work-related diseases at 37.2% of the total cases of 430 million cases. Meanwhile, the incidence of occupational diseases (PAK) in Indonesia in 2021 was recorded at 1,123 cases. One example of PAK is Sick building syndrome. The research design in this study was cross sectional. The aim of this research is to analyze factors related to the incidence of Sick Building Syndrome (SBS) in office workers using a quantitative approach. The sample in this study consisted of 75 office workers at PT XYZ. The data collection method is by filling out questionnaires with respondents and collecting air quality using vendors. Data will be processed descriptively and inferentially to see the description and relationship of each variable. The independent variables in this study were personal factors (age, gender, years of service, smoking behavior, allergy history, and psychosocial), physical factors (particulate matter 2.5, temperature, relative humidity, lighting, and noise), chemical factors (HCHO, VOC, CO, and CO2), and floor level. The results of the study showed that there was a significant relationship between age (OR=5.833 (2.151–15.818)), years of work (OR=7.556 (2.525–22.609)), smoking behavior (OR=5.750 (2.116-15.625)), history of allergies ( OR=4.452 (1.557–12.736)), psychosocial (OR=2.821 (1.104-7.206)), particulate matter 2.5 (OR=7.875 (2.786-22.261)), temperature (OR=5.352 (1.796-15.951)), lighting ( OR=7,010 (2,503-19,628)), and floor level (OR=4,643 (1,743-12,368)) with the incidence of Sick Building Syndrome (SBS). Meanwhile, the variables gender, relative humidity, noise, HCHO, VOC, CO, and CO2 did not show any relationship with the incidence of Sick Building Syndrome (SBS).
T-6882
Depok : FKM-UI, 2024
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
I Ketut Sudiatmika; Pembimbing: Mila Tejamaya; Penguji: Fatma Lestari, Eko Pudjadi
Abstrak:
Skripsi ini membahas tentang sistem rekrutmen dan seleksi tenaga keperawatan di Bagian Personalia Rumah Sakit Hermina Depok tahun 2014 berdasarkan pendekatan sistem. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif melalui pendekatan kualitatif dan didapatkan melalui wawancara mendalam kepada beberapa orang instrumen, hasil dari observasi, dan menelaah data sekunder. Hasil penelitian menyarankan agar membuat Surat Keputusan (SK) Direktur mengenai tim rekrutmen dan seleksi tenaga keperawatan, perlu memiliki ketentuan anggaran atau dana khusus pada tahap pelaksanaan rekrutmen dan seleksi, tidak perlu mengadakan ruangan khusus wawancara, tetapi memanfaatkan ruangan yang telah ada dan dilengkapi dengan sarana yang memenuhi syarat, formulir berkas lamaran diisi sebelum pemanggilan pelamar lewat telepon, perlu mengembangkan instrumen karakter, membuat instrumen wawancara teknis, mengadakan tes kecerdasan atau psikotest, menambah pertanyaan pada tes tertulis, tes kesehatan sebaiknya dilakukan sebelum orientasi tenaga keperawatan baru berlangsung, perlu diadakannya tes buta warna dan tes pendengaran, mengadakan tes praktek, mengatur waktu dengan sebaik mungkin untuk memberikan informasi kepada pengajar orientasi, memperketat seleksi berkas, menyusun jadwal rekrutmen dan seleksi secara tertulis, memperbanyak pelamar yang dapat dicapai dengan menggunakan sumber serta metode rekrutmen yang tepat.
Kata kunci: Rekrutmen dan Seleksi Tenaga Keperawatan, Rumah Sakit, Sumber Daya Manusia.
Humans almost 90% spend time in their room, and indoor pollution is consistently 2 to 5 times greater than outdoor pollution (EPA, 1989). The health effects of indoor air quality can be poor allergens, carcinogens, irritants, and interfere with the immune response system (Hess-Kosa, 2002). This study aims to describe the concentration of chemical contaminants (CO, CO2, HCHO, NH3, NO2, PM 2.5, PM10, and SO2) and level of exposure to physical parameters (light, temperature, and humidity) indoor air quality in Mall X Depok, West Java in 2014. The quantitative and qualitative research is descriptive, observational cross-sectional approach. Quantitative research conducted by reviewing the concentration of chemical contaminants and exposure levels of physical parameters of indoor air quality as well as qualitative research carried out by the data supporting the subjective complaints of sick building syndrome in a structured interview. Results worst measurement of all parameters, namely, temperature (29,4oC), humidity (69%), light (240 lux), CO (32.5 ppm), CO2 (2345.7 ppm), HCHO (0.05 ppm) , NH 3 (0.3 ppm), NO2 (2.5 ppm), SO2 (2.4 ppm), PM2,5 (0.646 mg / m3 ), PM10 (0.654 mg / m3 ). The conclusion of this study, several indoor air quality parameters exceed the Threshold Limit Values set the CO, SO2, PM2,5, PM10, temperature, and humidity
Keywords: Indoor air quality, Mall, Physical parameter exposure, Chemical contaminant consentration
Read More
Kata kunci: Rekrutmen dan Seleksi Tenaga Keperawatan, Rumah Sakit, Sumber Daya Manusia.
Humans almost 90% spend time in their room, and indoor pollution is consistently 2 to 5 times greater than outdoor pollution (EPA, 1989). The health effects of indoor air quality can be poor allergens, carcinogens, irritants, and interfere with the immune response system (Hess-Kosa, 2002). This study aims to describe the concentration of chemical contaminants (CO, CO2, HCHO, NH3, NO2, PM 2.5, PM10, and SO2) and level of exposure to physical parameters (light, temperature, and humidity) indoor air quality in Mall X Depok, West Java in 2014. The quantitative and qualitative research is descriptive, observational cross-sectional approach. Quantitative research conducted by reviewing the concentration of chemical contaminants and exposure levels of physical parameters of indoor air quality as well as qualitative research carried out by the data supporting the subjective complaints of sick building syndrome in a structured interview. Results worst measurement of all parameters, namely, temperature (29,4oC), humidity (69%), light (240 lux), CO (32.5 ppm), CO2 (2345.7 ppm), HCHO (0.05 ppm) , NH 3 (0.3 ppm), NO2 (2.5 ppm), SO2 (2.4 ppm), PM2,5 (0.646 mg / m3 ), PM10 (0.654 mg / m3 ). The conclusion of this study, several indoor air quality parameters exceed the Threshold Limit Values set the CO, SO2, PM2,5, PM10, temperature, and humidity
Keywords: Indoor air quality, Mall, Physical parameter exposure, Chemical contaminant consentration
S-8587
Depok : FKM UI, 2015
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
