Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Iram Barida Maisya, Andi Susilowati
JKR Vol.5, No.3
Jakarta : Balitbangkes Depkes RI, 2014
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Amelia Febriana Rohi Riwu; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Laila Fitria, Didik Supriyono
S-7775
Depok : FKM UI, 2013
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Jumiati; Pembimbing: Zakianis; Penguji: Renti Mahkota, Helena Ullyartha
S-8043
Depok : FKM UI, 2013
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Candra Alfi Kusumadewi; Pembimbing: Suyud Warno Utomo; Penguji: Budi Hartono, Nunuk Agustina
S-8222
Depok : FKM UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dahlia Kristina Silalahi; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Budi Hartono, Laila Fitria, Yulia Fitria Ningrum, Didik Supriyono
Abstrak:
Penyakit menular berbasis lingkungan yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat secara global yaitu diare. Diare berpotensi menyebabkan Kejadian Luar Biasa dan kematian yang terjadi pada semua umur. Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023, prevalensi kejadian diare pada semua umur berdasarkan diagnosa/gejala adalah 4,3%, dengan provinsi yang paling tinggi yaitu Provinsi Papua Tengah (16,1%). Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis faktor (karakteristik individu dan lingkungan) yang berhubungan dengan kejadian diare di Provinsi Papua Tengah. Penelitian menggunakan desain penelitian cross sectional dengan menggunakan data Survei Kesehatan Indonesia Tahun 2023 dan jumlah sampel yaitu 5.408 responden. Analisis data menggunakan uji chi square dan regresi logistik model prediksi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan tempat tinggal (5,36; 3,01-9,54), perilaku cuci tangan (2,84; 1,49-5,42), sumber air minum (3,43; 1,13-10,37), kualitas fisik air minum (3,26; 1,17-9,07), pengelolaan sampah (3,41; 1,21-9,59), fasilitas sanitasi (15,43; 4,25-56,03), pembuangan limbah (2,98; 1,42-6,19), dan fasilitas cuci tangan (6,97; 3,94-12,33) dengan kejadian diare. Kualitas fisik air minum (3,26; 1,14-9,28) merupakan variabel yang paling dominan terhadap kejadian diare di Provinsi Papua Tengah.

An environmentally-based infectious disease that remains a global public health problem is diarrhea. Diarrhea has the potential to cause extraordinary events and deaths that occur at all ages. Based on data from the Indonesian Health Survey in 2023, the prevalence of diarrhea incidence at all ages based on diagnoses/symptoms was 4.3%, with the highest province being Central Papua Province (16.1%). The purpose of this study was to analyze factors (individual and environmental characteristics) associated with the incidence of diarrhea in Central Papua Province. The study used a cross sectional research design using the Indonesian Health Survey data in 2023 and the sample size was 5,408 respondents. Data analysis used chi square test and predictive model logistic regression. The results showed that there was a relationship between residence (5,36; 3,01-9,54), hand washing behavior (2,84; 1,49-5,42), drinking water source (3,43; 1,13-10,37), physical quality of drinking water (3,26; 1,17-9,07), waste management (3,41; 1,21-9,59), sanitation facilities (15,43; 4,25-56,03), waste disposal (2,98; 1,42-6,19), and hand washing facilities (6,97; 3,94-12,33) with the incidence of diarrhea. Physical quality of drinking water (3,26; 1,14-9,28) is the most dominant variable for the incidence of diarrhea in Central Papua Province.
Read More
T-7234
Depok : FKM-UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dina Fitriana Haque; Pembimbing: Kusharisupeni Djokosujono; Penguji: Trini Sudiarti, Ruri Harini
Abstrak: Skripsi ini membahas hubungan antara faktor pelayanan kesehatan dan faktorlainnya dengan kepatuhan diet DM pada anggota Persadia penyandang DiabetesMelitus (DM) tipe 2 di wilayah Depok Tahun 2013. Penelitian ini dilakukanberdasarkan kenyataan tingkat pengontrolan penyandang DM di daerah Depokyang masih tergolong buruk sehingga kepatuhan menjalankan diet sebagai salahsatu cara penanganan diabetes perlu diteliti. Penelitian ini menggunakan disaincross sectional dengan melibatkan 90 anggota Persadia penyandang DM tipe 2 diwilayah depok yang didapat dengan purposive sampling. Pengumpulan datadilakukan melalui wawancara dengan kuesioner, form food recall 24 jam dankuesioner daftar makananan yang tidak dianjurkan serta pengukuranantropometri. Kunjungan konsultasi gizi merupakan satu-satunya variabel yangmemiliki hubungan dengan kepatuhan menjalankan diet DM. Responden yangmemilliki kunjungan konsultasi gizi teratur memiliki peluang 4,534 kali lebihpatuh mengikuti rekomendasi diet dibandingkan responden dengan kunjungankonsultasi gizi tidak teratur. Disarankan adanya peran aktif penyandang DM tipe2, keluarga, Persadia Cabang Depok, Puskesmas maupun Rumah Sakit untukmembantu meningkatkan jumlah kunjungan gizi yang dilakukan oleh penyandangDM, baik itu dengan memberikan dukungan maupun menyelenggarakan kegiatanbersifat edukatif dan aplikatif untuk meningkatkan motivasi dan efikasi diripenyandang DM untuk menjalankan anjuran diet.
Kata Kunci: diabetes melitus, karakteristik individu, kepatuhan diet, pelayanankesehatan, psikososial
The study discussed about association health services factor and other factorswith dietary adherence in the Type 2 Diabetes Member of Persadia Depok in2013. This study was conducted based on the fact that the level of glycemiccontrol at diabetitian in Depok is still quite poor so that dietary adherence as away of managing diabetes need to be investigated. This study was using a crosssectional design that involving 90 respondents which is obtained by purposivesampling. Data were collected through interview referring questionnaire, a foodrecall 24 hours, list of non-recommended food questionnaire, and antropometricmeasurements. Nutritional counseling was the only one variabel that related todietary adherence. Respondents who has a regular nutritional counseling are 4,534times more likely to follow diet reccomendations than respondents with irregularindividual nutrition counseling. Therefore, it suggested the Type 2 DiabetesMember of Persadia Depok, Family, Persadia Organization, Public Health Centerand Hospital contribute to help increasing the number of times patient receiveddiabetes nutrition counseling, either to provide support or hold educational andapplicable activities to improve personal motivation and self efficacy in Type 2Diabetes Member of Persadia Depok to follow dietary reccomendations.
Keywords: diabetes mellitus, individual characteristics, dietary adherence, healthservices, psychosocia
Read More
S-7766
Depok : FKM UI, 2013
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
XGaluh Asri Bestari; Pembimbing: Ahmad Syafiq; Penguji: Triyanti, Dwi Setyo Irianingsih
Abstrak: Status gizi yang baik berhubungan erat dengan performa fisik yang baik, termasuk dalam lingkungan kerja sebagai kunci produktivitas industri. Namun, gizi pada karyawan masih belum mendapat perhatian khusus padahal karyawan menghabiskan separuh waktu terjaganya di tempat kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat faktor yang berhubungan dengan obesitas pada karyawan PT. XYZ. Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain studi cross-sectional melibatkan 715 karyawan dari pabrik A, B, C, dan D PT. XYZ. Analisis statistik menunjukkan bahwa obesitas memiliki hubungan bermakna dengan usia (p=0,000;OR=2,583), status pernikahan (p=0,001;OR=2,643), golongan pekerjaan (p=0,03;OR=1,721), persen lemak tubuh laki-laki (p=0,000;OR=19,314), asupan energi (p=0,047;OR=0,597), asupan protein (p=0,03;OR=0,606), asupan serat (p=0,027;OR=0,389), kebiasaan minum susu (p=0,018;OR=0,576), konsumsi suplemen (p=0,032;OR=0,693), aktivitas fisik (p=0,017;OR=1,491), dan perilaku merokok (p=0,008;OR=1,734). Adanya hubungan bermakna tersebut menjadikan karakteristik individu, konsumsi makanan, dan gaya hidup menjadi faktor yang berpengaruh terhadap obesitas. Kata kunci: gaya hidup, karakteristik individu, karyawan, konsumsi makanan, obesitas. Good nutritional status is closely related to excellent physical performance, including in workplace as a key of industrial productivity. However, nutrition of employees still has not taken care by the company, althoughthey spend half of their awaken time in workplace. The purpose of this study is to see the factors associated with obesity among employees in PT. XYZ. This study was conducted using a cross-sectional study involving 715 employees from factories A, B, C, and D in PT. XYZ. Statistical analysis showed that obesity had a significant association with age(p=0.000;OR=2.583), marital status (p=0.001;OR=2.643), occupation(p=0.03;OR=1.721), percent body fat in male (p=0.000;OR=19.314), energy intake(p=0.047;OR=0.597), protein intake (p=0.03;OR=0.606), fiber intake (p=0.027;OR=0.389), milk drinking habits (p=0.018;OR=0.576), consumption of supplements (p=0.032;OR=0.693), physical activity (p=0.017;OR=1.491), and smoking behavior (p=0.008;OR=1.734). The existence of significant associationsmade individual characteristics, food consumption, and lifestyle become factors that affect obesity. Keywords: obesity, employees, individual characteristics, food consumption, lifestyle
Read More
S-9394
Depok : FKM-UI, 2017
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Hardito Nugroho; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Ema Hermawati, Yulia Fitria Nungrum
Abstrak: Sampah masih menjadi sumber masalah kesehatan dan lingkungan di Indonesia,meskipun sudah dikelola di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST). Salahsatunya masalah penyakit kulit yang banyak diderita oleh pemulung. Pemulungmerupakan salah satu pekerjaan yang berisiko terkena gangguan kulit akibatkontak langsung dengan kondisi lingkungan yang tidak sehat. Data PuskesmasKecamatan Bantargebang tahun 2014 menunjukan bahwa terdapat 1.961kunjungan ke puskesmas dengan keluhan penyakit kulit diantaranya pemulungTPST Bantargebang. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif denganpendekatan cross sectional yang dilakukan dari bulan Februari sampai Juli 2016.Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 300 responden. Tujuannya adalahmenganalisis hubungan personal hygiene dan karakteristik individu dengankejadian penyakit kulit. Metode dalam pengambilan data menggunakan kuesionerdan lembar observasi. Data yang diperoleh kemudian dilakukan uji statistikdengan rumus chi square dan t independent. Hasil penelitian menunjukan bahwa62,3% pemulung menderita sakit kulit dan 37,7% pemulung tidak sakit kulit.Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit kulit pada penelitianini adalah waktu kerja (9,98;4,374-22,774), kebersihan pakaian (9,49;4,693-19,205), dan penggunaan alat pelindung diri (4,32;2,248-8,284). Disarankankepada pemulung TPST Bantargebang untuk menghindari intensitas waktu kerjapada siang hari, lebih memperhatikan perilaku hidup bersih, serta menggunakanalat pelindung diri sesuai standar. Pihak pengelola TPTS Bantargebang yangbekerja sama dengan Puskesmas Kecamatan Bantargebang harus lebihmeningkatkan pengawasan dan penyuluhan tentang kesehatan kulit kepadapemulung.
Waste is still a source of health and environmental problems in Indonesiaalthough they have been managed in the Integrated Waste Management (TPST).One of them is dermal illness effecting many scavengers. Scavenger is one of jobswhich is at risk of skin irritation from direct contact with unhealthy environmentalconditions. Data from Public Health Centre of Bantargebang subdistrict in 2014showed that there were 1,961 visits to the clinics with complaints of skin diseases,among them are scavengers in TPST Bantargebang. This research is a quantitativeresearch with cross sectional approach conducted from February to July 2016.There are research sample of 300 respondents. The goal is to analyze therelationship of personal hygiene and individual characteristics with the incidenceof skin diseases. The method in collecting data is by using questionnaires andobservation sheets. The data obtained was then performed statistical tests by usingformula of chi square and t independent. The results show that 62.3% ofscavengers were suffering dermal illness while the other 37.7% were not. Factorsassociated with the incidence of dermal illness in this research are working time(9.98; 4.374 to 22.774), cleanliness of clothing (9.49; 4.693 to 19.205), and theuse of personal protective equipment (4.32; 2.248 to 8.284). Furthermore, It issuggested to scavengers in TPST Bantargebang to avoid the intensity of workingtime during the midday, give more attention to hygienic behavior, as well as touse appropriate personal protective equipment standards. The management ofTPTS Bantargebang in collaboration with Public Health Centre of Bantargebangsubdistrict should further improve the supervision and counseling about the healthof the skin to the scavengers.Key words : Waste, Dermal Ilness, Personal Hygiene, Individual Characteristics.
Read More
S-9092
Depok : FKM-UI, 2016
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sulis Kadarwati; Pembimbing: Sri Tjahyani Budi Utami; Penguji: Ema Hermawati, Fachrudin Ali Achmad
S-7672
Depok : FKM-UI, 2013
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Pusparani Wijayanti; Pembimbing: Budi Hartono; Penguji: Ema Hermawati, Inge Mazoni
Abstrak:
Sick Building Syndrome (SBS) adalah situasi di mana penghuni sebuah gedung mengalami efek kesehatan dan kenyamanan akut yang terkait dengan waktu yang dihabiskan di dalam gedung. Kejadian sick building syndrome disebabkan oleh keempat faktor utama, antara lain faktor fisik, faktor kimia, faktor biologi, dan faktor psikososial. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan faktor fisik meliputi suhu, kelembaban, pencahayaan serta karakteristik individu meliputi kondisi psikososial, jenis kelamin, usia, aktivitas merokok, riwayat alergi, dan waktu radiasi monitor dengan kejadian sick building syndrome di PT X tahun 2024. Desain studi yang digunakan adalah cross sectional dengan pengambilan data menggunakan total sampling. Pengambilan data dilakukan melalui penyebaran angket online dan pengukuran parameter fisik. Hasil penelitian univariat menunjukkan 27 (29%) orang mengalami kejadian SBS dengan gejala SBS yang paling banyak dirasakan adalah gejala umum berupa pusing, kelelahan, dan sakit kepala sebanyak 11 (11,8%) orang. Hasil uji bivariat menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kondisi psikososial dengan kejadia SBS di PT X. Adapun dihasilkan hubungan yang tidak signifikan antara suhu (p 0,660, OR=1,739); kelembaban relatif (p 0,103, OR=3,486); pencahayaan (p 0,503, OR=2,232); jenis kelamin (p 0,560, OR=1,455); usia (p 0,505, OR=0,638); waktu radiasi monitor (p 1, OR= 1,263); riwayat alergi (p 0,248, OR=2); aktivas merokok (p 1, OR=1,094) dengan kejadian SBS. Hasil analisis multivariat menunjukkan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap SBS adalah kondisi psikososial.

Sick Building Syndrome (SBS) is a situation in which occupants of a building experience acute health and comfort effects related to time spent in the building. The occurrence of sick building syndrome is caused by four main factors, including physical factors, chemical factors, biological factors, and psychosocial factors. This study was conducted to determine the relationship between physical factors including temperature, humidity, lighting and individual characteristics including psychosocial conditions, gender, age, smoking activity, history of allergies, and monitor radiation time with the occurrence of sick building syndrome in PT X in 2024. The study design used was a research design with a quantitative approach with used total sampling. Data collection was carried out through the distribution of online questionnaires and measurement of physical parameters. The results of the univariate study showed that 27 (29%) people experienced SBS with the most common SBS symptoms being general symptoms such as dizziness, fatigue, and headaches as many as 11 (11.8%) people. The results of the bivariate test showed a significant relationship between psychosocial conditions and the incidence of SBS at PT X. While the insignificant relationship between temperature was produced (p 0.660, OR = 1.739); relative humidity (p 0.103, OR = 3.486); lighting (p 0.503, OR = 2.232); gender (p 0.560, OR = 1.455); age (p 0.505, OR = 0.638); monitor radiation time (p 1, OR = 1.263); Allergy history (p 0.248, OR = 2); smoking activity (p 1, OR = 1.094) with the incidence of SBS. The results of the multivariate analysis showed that the most dominant variables influencing SBS were psychosocial conditions.
Read More
S-11684
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive