Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Lia Sitawati; Pembimbing: Caroline Endah Wuryaningsih; Penguji: Dien Ansari, Dadan Erwandi, Suzy Yusna Dewi, Iyep Yudianan
Abstrak:
Latar Belakang: Skizofrenia adalah salah satu gangguan jiwa berat, Skizofrenia diderita oleh 21 juta orang di dunia. Anggota Rumah Tangga (ART) di Indonesia yang menderita Skizofrenia/ psikosis 6,7 per mil pada 2018. Cakupan pengobatan penderita Skizofrenia atau psikosis yang berobat ke RS Jiwa/fasilitas layanan kesehatan/Tenaga Kesehatan adalah pernah/seumur hidup (85%) dan yang minum obat rutin 1 bulan terakhir (48,9%). Sekalipun prevalensinyaya kecil namun dampaknya sangat besar biaya finansial Skizofrenia di Amerika Serikat diperkirakan melampaui biaya semua kanker bila digabungkan, karena Skizofrenia bermula pada awal kehidupan, menyebabkan hendaya/ketidakmampuan yang signifikan dan bertahan lama, membuat tuntutan perawatan rumah sakit yang berat, membutuhkan perawatan rawat jalan, rehabilitasi, dan layanan dukungan terus-menerus. Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya determinan kepatuhan minum obat pada penderita Skizofrenia di Poli Rawat Jalan RSJ Daerah Propinsi Lampung tahun 2019. Metode: Penelitian Kuantitatif dengan desain Cross Sectional, sampel 192 responden diolah dengan chi square dan regresi logistik. Kesimpulan: Sebagian dari penderita yang menjadi responden patuh minum obat (51,0%), berumur dewasa >30 tahun (70,3%), berpenghasilan dibawah UMP Lampung (82,3%), tingkat pendidikan dasar (46,9%), akses ke RSJ terjangkau (73,4%), persepsi dukungan keluarga sangat kuat (50,5%), wawasan terkait penyakit luas (94,3%), persepsi keparahan penyakit sedang (61,5%), persepsi tidak ada efek samping obat (54,7%), persepsi peran Dokter baik (35,9%) dan peran Apoteker sangat baik (80,2%). Kepatuhan berasosiasi secara positif dengan penghasilan (OR= 4,73), tingkat pendidikan, akses ke RSJ (OR=5), persepsi dukungan keluarga (OR=2,2), wawasan terkait penyakit (OR=5), persepsi keparahan penyakit, persepsi efek samping obat (OR=2,6), peran Dokter dan peran Apoteker (OR=2,7). Variabel yang paling dominan yang berhubungan dengan kepatuhan minum obat adalah akses dengan OR = 6,6 Rekomendasi: Meningkatkan akses pada penderita melalui optimalisasi pelayanan kesehatan mental rujukan berjenjang di PPK I, II, disertai sumber daya manusia (Dokter, Apoteker) serta obat-obatan terkait, mengaktifkan Website RSJ serta melakukan edukasi melalui video edukasi, leaflet, poster, banner terkait kepatuhan minum obat penderita Skizofrenia
Read More
T-5692
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Tantri Juliyanti; Pembimbing: Caroline Endah Wuryaningsih; Penguji: Dian Ayubi, Yunita Sitorus
S-9624
Depok : FKM UI, 2018
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Septi Kurnia Aryani; Pembimbing: Tri Yunis Miko Wahyono; Penguji: Yovsyah, Gemelly Nurhidayat
Abstrak:
Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang terjadi saat pankreas tidak menghasilkan cukup insulin atau bila tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya, ditandai dengan terjadi peningkatan kadar gula darah atau hiperglikemi dengan hasil pemeriksaan gula darah sewaktu > 200 mg/dl dan gula darah puasa >126 mg/dl. Diabetes mellitus menyebabkan 1,5 juta kematian, 2,2 juta resiko kematian, risiko penyakit kardiovaskular dan lainnya. Tujuan Penelitian ini mengetahui gambaran pola makan dan kepatuhan minum obat antidiabetik dengan kadar gula darah penderita diabetes mellitus, jenis penelitian ini adalah analitik dengan desain studi cross sectional. Populasi dalam penelitian ini yaitu penderita diabetes melitus yang berkunjung ke Puskesmas Kelurahan Cipinang Besar Utara yang sudah dilakukan pemeriksaan kadar gula, sampel penelitian sebanyak 160 pasien dengan metode systematic random sampling. Pengumpulan data menggunakan dokumentasi dan kuesioner. Teknik analisa data menggunakan uji chi square. Hasil analisis umur tidak berhubungan dengan kadar gula darah (nilai p=0,270), Jenis kelamin tidak berhubungan dengan kadar gula darah (nilai p=0,293), Pendidikan tidak berhubungan dengan kadar gula darah (nilai p=0,202), Pola makan berhubungan dengan kadar gula darah (nilai p=0,002), Kepatuhan Minum obat berhubngan dengan Kadar gula darah (nilai p=0,003). Kesimpulan pola makan dengan kepatuhan minum obat berhubungan dengan kadar gula darah sedangakan karakteristik individu meliputi umur, jenis kelamin dan pendidikan tidak berhubungan dengan kadar gula darah. Kata Kunci: Diabetes Mellitus, Pola Makan, Kepatuhan Minum Obat Diabetes mellitus is a chronic disease that occurs when the pancreas does not produce enough insulin or when the body can not effectively, using the insulin it produces, is characterized by an increase in blood sugar or hyperglycemia with a blood glucose test result> 200 mg / dl and fasting blood sugar > 126 mg / dl. Diabetes mellitus causes 1.5 million deaths, 2.2 million death risks, cardiovascular disease and other risks. The purpose of this study to know the pattern of eating patterns and adherence to taking antidiabetic drugs with blood sugar levels of people with diabetes mellitus, This study type is analytic with cross sectional study design. Population in this research that is patient of diabetes mellitus who visited to Puskesmas of Cipinang Besar Utara Subdistrict which have been checked blood sugar level, research sample counted 160 patients with systematic random sampling technique. Data collection using documentation and questionnaires. Data analysis technique using chi square test. Age analysis was not related to blood glucose level (p value = 0.270), sex was not related to blood sugar level (p value = 0.293), education was not related to blood sugar level (p value = 0.202), diet was associated with blood sugar (p value = 0,002), Drug Compliance drug related to blood sugar level (p value = 0,003). Conclusions of diet with medication adherence are associated with blood sugar levels while individual characteristics including age, sex and education are not related to blood sugar levels. Key words: Diabetes Mellitus, Dietary Habit, Drug Adheren
Read More
S-9818
Depok : FKM-UI, 2018
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Nur Aini Hidayah; Pembimbing: Mondastri Korib Sudaryo; Penguji: Tri Yunis Miko Wahyono, Adria Rusli
Abstrak:
Pada kondisi dengan keterbatasan sumber daya untuk mengakses pemantauan viral load, pemantauan imunologis menjadi bagian dari standar perawatan terapi pasien dengan pengobatan antiretroviral yang dapat digunakan untuk menilai respon terapi. Studi ini dilakukan untuk melihat hubungan antara ketidakpatuhan pengobatan terhadap kegagalan imunologis pada pasien HIV/AIDS di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso. Studi kohort retrospektif dilakukan di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso pada 284 pasien HIV/AIDS dewasa yang inisiasi antiretroviral lini pertama pada periode Januari 2014-April 2018, yang diikuti selama 12 bulan waktu pengamatan. Analisis menggunakan Kaplan Meier digunakan untuk mengestimasi probabilitas kegagalan imunologis berdasarkan ketidakpatuhan pengobatan (ambil obat dan minum obat), yang signifikansinya dilihat dengan Log-Rank Test. Analisis Cox Proportional Hazard dilakukan untuk menghitung Hazard Ratio dengan 95% confidence interval. Sebanyak 29 (10,2%) pasien mengalami kegagalan imunologis dengan 4,8 per 10.000 orang hari. Kepatuhan ambil obat (aHR 1,72, 95%CI: 0,67-4,44) dan kepatuhan minum obat (aHR 1,14, 95%CI: 0,41-3,19) berasosiasi terhadap kejadian gagal imunologis, meskipun tidak signifikan. Asosiasi yang tidak signifikan ini dimungkinkan karena pemantauan imunologis bukanlah gold standard dalam menilai respon pengobatan. Perhitungan sensitivitas dan spesifisitas kegagalan imunologis terhadap kegagalan virologis pada penelitian ini yaitu 50% dan 82,66%. Monitoring kepatuhan secara berkala dan pemeriksaan CD4/viral load yang lebih tepat waktu diperlukan untuk mencegah kegagalan pengobatan lebih dini. Kata kunci: Kegagalan imunologis, kepatuhan minum obat, kepatuhan ambil obat
Read More
T-5530
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Ashka Dwita Arisawara; Pembimbing: Dian Ayubi; Penguji: Tiara Amelia, Erick Persson Jeffry
Abstrak:
ipertensi merupakan salah satu penyakit dengan angka mortalitas dan morbiditasyang sangat tinggi di dunia. Hipertensi merupakan penyakit terbanyak dengan kasus3.336 di Puskesmas Pasar Manggis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan minum obat antihipertensi pada lansia diwilayah kerja Puskesmas pasar Manggis Tahun 2020. Penelitian ini merupakan penelitiankuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Responden dalam penelitian ini yaitulansia (≥60 tahun) dengan hipertensi yang bertempat tinggal di wilayah kerja PuskesmasPasar Manggis sebanyak 59 responden, yang dipilih menggunakan metode quotasampling. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara via telepon dengan panduankuesioner Morisky Medication Adherence Scale-8 (MMAS-8) dan kuesioner yang telahdiadaptasi dari penelitian sebelumnya serta dianalisis dengan uji chi-square . Hasilpenelitian menunjukkan bahwa faktor pendidikan (p=0,011), pengetahuan (p=0,009), dandukungan keluarga (p=0,001) memiliki hubungan yang signifikan dengan kepatuhanminum obat antihipertensi. Jenis kelamin, umur, peran petugas kesehatan dan aksesterhadap pelayanan kesehatan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengankepatuhan minum obat antihipertensi (p> 0,05). Hasil penelitian ini diharapkanbermanfaat bagi Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan & Puskesmas Pasar Manggissebagai dasar pengambilan keputusan untuk upaya kedepannya dalam meningkatkankesadaran, pengobatan dan pengendalian penyakit hipertensi di masyarakat.Kata Kunci:Kepatuhan Minum Obat, Obat Antihipertensi, Tekanan Darah, Hipertensi, Lansia
Hypertension is a disease with very high mortality and morbidity in the world.Hypertension is the most common disease with cases of 3.336 in Puskesmas PasarManggis. This study aims to determine the factors associated with antihypertensivemedication adherence among elderly in the working area of Pasar Manggis Health Centerin 2020. This research is a quantitative-based cross-sectional design. Respondents in thisstudy were 59 elderly (≥60 years old) with hypertension who lived in the working area ofPasar Manggis Health Center which were selected using the quota sampling method.Data was collected through phone interview questions with the Morisky MedicationAdherence Scale-8 (MMAS-8) questionnaire and a questionnaire that has been modifiedfrom previous studies which will be analyzed by chi-square test. The results showed thateducational factors (p = 0.011), knowledge (p = 0.009), and family support (p = 0.001)had a significant relationship with antihypertensive medication adherence. Gender, age,role of health workers and access to health services do not have a significant relationshipwith antihypertensive medication adherence (p> 0.05). The result of this study areexpected to benefit the Sout Jakarta city Health Office & Pasar Manggis Health Centeras a basis for making decisions for future efforts to raise awareness, treatmet and controlof hypertension in the community.Keyword: Medication Adherence, Antihypertensive Medication, Blood Pressure,Hypertension, Elderly.
Read More
Hypertension is a disease with very high mortality and morbidity in the world.Hypertension is the most common disease with cases of 3.336 in Puskesmas PasarManggis. This study aims to determine the factors associated with antihypertensivemedication adherence among elderly in the working area of Pasar Manggis Health Centerin 2020. This research is a quantitative-based cross-sectional design. Respondents in thisstudy were 59 elderly (≥60 years old) with hypertension who lived in the working area ofPasar Manggis Health Center which were selected using the quota sampling method.Data was collected through phone interview questions with the Morisky MedicationAdherence Scale-8 (MMAS-8) questionnaire and a questionnaire that has been modifiedfrom previous studies which will be analyzed by chi-square test. The results showed thateducational factors (p = 0.011), knowledge (p = 0.009), and family support (p = 0.001)had a significant relationship with antihypertensive medication adherence. Gender, age,role of health workers and access to health services do not have a significant relationshipwith antihypertensive medication adherence (p> 0.05). The result of this study areexpected to benefit the Sout Jakarta city Health Office & Pasar Manggis Health Centeras a basis for making decisions for future efforts to raise awareness, treatmet and controlof hypertension in the community.Keyword: Medication Adherence, Antihypertensive Medication, Blood Pressure,Hypertension, Elderly.
S-10357
Depok : FKM-UI, 2020
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Natasya Amalia Pinanti; Pembimbing: Tri Krianto; Penguji: Dian Ayubi, Mohammad Syah Riza
Abstrak:
Kepatuhan minum obat pada pasien skizofrenia merupakan hal penting untuk mengontrol perjalanan penyakit. Kepatuhan minum obat yang buruk berdampak pada kejadian kekambuhan skizofrenia. Adanya perceived benefit minum obat dan dukungan keluarga yang mendukung merupakan sebagian faktor yang terlibat dalam kepatuhan minum obat yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan antara Perceived benefit Minum Obat dan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat Pasien Skizofrenia Rawat Jalan di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta pada bulan Juni 2019. Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain crosssectional. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dari 78 pasien rawat jalan. Pengukuran tingkat kepatuhan minum obat menggunakan Morisky Medication Adherence Scale (MMAS), perceived benefit menggunakan pengembangan konstruk dari The Health Belief Model dan Drug Attitude Inventory, Dukungan Keluarga dari pengembangan substansi dukungan keluarga oleh House (2000). Hasil menunjukkan 35.9% responden memiliki tingkat kepatuhan sedang minum obat. Terdapat hubungan antara karakteristik pendidikan (p= 0.035), perceived benefit minum obat (p =0.008 dan 0.031), dan dukungan keluarga (p= 0.073 dan 0.004) dengan kepatuhan minum obat.
Read More
S-10160
Depok : FKM-UI, 2019
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Jakaria; Pembimbing: Tiara Amelia; Penguji: Anwar Hassan, Adang Mulyana
Abstrak:
Tingginya angka TB di Puskesmas Dramaga menyebabkan di perlukannya penelitian kualitatif mengenai hal-hal dalam kepatuhan minum obat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan dan ketidak berhasilan pengobatan TB Paru. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang mengacu pada teori Health Belief Model (HBM). Pengambilan data dilakukan pada 11 orang dari pasien TB Paru, keluarga, dan petugas kesehatan dengan metode wawancara mendalam. Keberhasilan pengobatan TB dalam kepatuhan minum obat dipengaruhi oleh persepsi informan terhadap kerentanan, keparahan, manfaat dan hambatan yang dialami selama menjalani pengobataan TB. Selain itu juga pengaruh dari besarnya dukungan keluarga dan pemberian informasi TB yang lengkap kepada pasien dan keluarga. Kata kunci: TB Paru, kepatuhan minum obat TB, Health Belief Model The high rate of TB in Puskesmas Dramaga led to the need for qualitative research on matters in medication adherence. This study aims to see what factors influence the success and failure of pulmonary tuberculosis treatment. This research is a qualitative research that refers to the theory of Health Belief Model (HBM). Data were collected on 11 people from TB patients, family, and health care workers with in-depth interview method. The success of TB treatment in medication adherence is influenced by informants' perceptions of the susceptibility, severity, benefits and constraints experienced during TB treatment. It also influences the extent of family support and the provision of complete TB information to patients and families. Keywords: TB Lung, TB medication adherence, Health Belief Model.
Read More
S-9577
Depok : FKM-UI, 2017
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Shania Adhanty; Pembimbing: Syahrizal; Penguji: Trisari Anggondowati, Bambang Setiaji, Rina Fitri Anni Bahar
Abstrak:
Read More
Indonesia merupakan negara yang menempati urutan kedua dengan kasus TB tertinggi di dunia. Kasus TB di Indonesia paling banyak ditemukan di tiga Provinsi, salah satunya Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan Perhimpunan Organisasi Pasien TB (POP TB) estimasi beban TB tertinggi di Indonesia berada di Provinsi Jawa Barat dengan cakupan pengobatan hanya 50%. Ketidakpatuhan pada pengobatan dapat menyebabkan resistensi obat, kekambuhan penyakit dan kematian. Oleh karena itu dibutuhkan seseorang yang dapat mengawasi pengobatan yang harus dijalani oleh penderita TB. Memastikan kehadiran PMO merupakan salah satu langkah yang solutif untuk meningkatkan keberhasilan pengobatan TB. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara ketersediaan PMO dengan kepatuhan minum obat penderita Tuberkulosis Paru di Provinsi Jawa Barat. Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional dengan pendekatan kuantitatif dan menggunakan data sekunder Riskesdas 2018. Analisis dilakukan terhadap 124 penderita TB di Provinsi Jawa Barat yang telah memenuhi kriteria inklusi maupun eksklusi. Hasil analisis menunjukkan bahwa proporsi ketidakpatuhan penderita TB paru di Provinsi Jawa Barat mencapai 28,23% dan tidak tersedianya PMO mencapai 37,10%. Analisis multivariat menunjukkan bahwa penderita TB yang tidak memiliki PMO 1,35 kali berisiko untuk tidak patuh minum obat dibandingkan dengan yang memiliki PMO setelah dikontrol oleh variabel kovariat (PR 1,35; 95% CI: 0.68 – 2.70). Namun hubungan antara keduanya tidak signifikan secara statistik (p value > 0,05). Memastikan PMO melaksanakan tugasnya dengan baik dengan memberikan fasilitas transportasi yang memadai, memberikan edukasi secara lengkap baik pada PMO maupun penderita TB, pengembangan teknologi dalam melakukan pengawasan, serta menambah jumlah fasilitas pelayanan kesehatan perlu dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan kepatuhan penderita TB.
Indonesia is one of the countries that ranks second as the country with the highest TB cases in the world. Most TB cases in Indonesia are found in three Provinces, one of which is West Java Province. Based on the Association of TB Patient Organizations (POP TB) it is estimated that the highest TB burden in Indonesia is in West Java Province with only 50% treatment coverage. Non-adherence with treatment can lead to drug resistance, disease recurrence and death. Therefore it takes someone who can supervise the treatment that must be undertaken by TB patient. Ensuring the presence of drug supervisors is one of the solution to increase the success of TB treatment. This study aims to see the relationship between the availability of drug supervisors with Pulmonary Tuberculosis Patients Medication Adherence in West Java Province. The study design used in this study is cross-sectional with a quantitative approach and used Riskesdas 2018 secondary data. Analysis was carried out on 124 TB patients in West Java Province who had met the inclusion and exclusion criteria. The results of the analysis showed that the proportion of non-adherence with pulmonary TB patients in West Java Province reached 28.23% and the unavailability of drug supervisors reached 37.10%. Multivariate analysis showed that TB patients who did not have drug supervisors were 1.35 times at risk for not adhere to take medication compared to those who had drug supervisors after controlled by covariate variables (PR 1,35; 95% CI: 0.68 – 2.70). However, the relationship was not statistically significant (p value > 0.05). Ensuring drug supervisors carry out their duties properly by providing adequate transportation facilities, provide education for both drug supervisors and TB patients, developing technology in conducting supervision, and increasing the number of health service facilities needs to be done as an effort to increase adherence of TB patients.
T-6624
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Rizka Muyasara; Pembimbing: Dian Ayubi; Penguji: Caroline Endah Wuryaningsih, Lilah Muflihah
Abstrak:
Read More
Kasus HIV di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Bersamaan dengan itu, hanya sedikit pasien dengan HIV/AIDS yang melakukan pengobatan ARV. Studi ini untuk bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan perilaku kepatuhan minum obat pada pasien HIV/AIDS. Dalam studi cross sectional ini, 140 pasien HIV/AIDS yang melakukan pengobatan di RSUD Kabupaten Bekasi diikutsertakan dalam penelitian ini. Tingkat pendidikan, persepsi manfaat, self-efficacy, akses rumah ke fasilitas kesehatan, efek samping obat, dan pemantauan minum obat diteliti dalam studi ini. Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan variabel-variabel tersebut dengan kepatuhan minum obat. Diketahui bahwa akses rumah ke fasilitas pelayanan kesehatan secara signifikan berhubungan dengan kepatuhan obat (p = 0,013) dan juga merupakan prediktor dalam kepatuhan obat pasien (OR = 2,96). Hasil menunjukan akses rumah ke fasilitas kesehatan mempengaruhi tingkat kepatuhan, sehingga bagi institusi diharapkan dapat memberikan dukungan keyakinan serta motivasi kepada pasien yang memiliki jarak rumah yang jauh untuk berobat ke fasyankes terdekat dalam melakukan pengobatan ARV.
HIV cases in Indonesia are increasing every year. At the same time, only a few HIV/AIDS patients are undergoing ARV treatment. This study aims to determine the factors associated with medication adherence behavior in HIV/AIDS patients. In this cross sectional study, 140 HIV/AIDS patients who received treatment at the Bekasi Regency Regional Hospital were included in this research. Education level, perceived benefits, self-efficacy, home access to health facilities, drug side effects, and monitoring of medication taking were examined in this study. Bivariate analysis was carried out to see the relationship between these variables and medication adherence. Knowledge that home access to health care facilities is significantly associated with medication adherence (p = 0.013) and is also a predictor of patient medication adherence (OR = 2.96). The results show that home access to health facilities influences the level of compliance, so that the institution is expected to provide support, confidence and motivation to patients who have a long distance from home to seek treatment at the nearest health facility in carrying out ARV treatment.
S-11525
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Dhea Synthia; Pembimbing: Tri Krianto; Penguji: Syahrizal Syarif, Trisari Anggondowati, Hidayat Nuh Ghazali Djadjuli
Abstrak:
Read More
Kepatuhan minum obat antihipertensi menjadi prioritas teratas dalam efektifitas pengobatan penderita hipertensi. Ketidakpatuhan dalam pengobatan berisiko membuat tekanan darah tidak terkontrol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan kepatuhan minum obat antihipertensi pada penderita hipertensi di Kota Depok. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan populasi penderita hipertensi di Kota Depok dan jumlah sampel sebanyak 185 orang yang diambil menggunakan teknik cluster sampling. Data dikumpulkan dengan cara pengisian kuesioner oleh responden dan dianalisis secara univariat, bivariat, dan multivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 54,1% penderita hipertensi di Kota Depok terkategori tidak patuh minum obat antihipertensi. Persepsi individu dan faktor predisposisi yang berhubungan dengan kepatuhan minum obat antihipertensi diantaranya persepsi kerentanan, keseriusan, manfaat, hambatan, efikasi diri, isyarat untuk bertindak, usia, pengetahuan dan sikap tentang hipertensi dan kepatuhan minum obat antihipertensi. Efikasi diri menjadi faktor paling dominan berhubungan dengan perilaku kepatuhan minum obat antihipertensi (OR:2,63; 95%CI:1,055-6,563) dengan hasil penderita hipertensi yang memiliki efikasi diri rendah berisiko 2,6 kali untuk berperilaku tidak patuh minum obat antihipertensi. Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan pelatihan guna meningkatkan efikasi diri penderita hipertensi seperti keterampilan mengelola kesehatan, manajemen stress, dan adanya kelompok pendukung.
Adherence to taking antihypertensive medication is the top priority in the effective treatment of hypertension patients. Non-adherence risks causing uncontrolled blood pressure. This study aims to determine the determinants of adherence to taking antihypertensive medication in patients with hypertension in Depok City. It used a cross-sectional design with a population of hypertensive patients in Depok City and a sample size of 185 people taken using cluster sampling. Data were collected through questionnaires filled out by respondents and analyzed univariately, bivariately, and multivariately. The results showed that 54,1% of hypertensive patients in Depok City were categorized as non-adherent to taking antihypertensive drugs. Individual perceptions and predisposing factors associated with adherence include perceived susceptibility, severity, benefits, barriers, self-efficacy, cues to action, age, knowledge, and attitudes about hypertension. Self-efficacy is the most dominant factor associated with antihypertensive medication adherence behavior (OR: 2,63; 95% CI: 1,055–6,563), with hypertensive patients with low self-efficacy being 2,6 times more likely to exhibit non-adherent behavior. Therefore, it is necessary to develop training to increase self-efficacy in hypertensive patients, such as health management skills, stress management, and support groups.
T-7227
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
