Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Okti Anggraeni; Pembimbing: Tris, Eryando; Penguji: Martya Rahmaniati Makful, Suhardini
Abstrak: Guna mendukung upaya pemerintah dalam pencatatan secara terintegrasi tentunya diperlukan sebuah informasi yang memadai mengenai kasus TBC, seperti informasi sebaran kasus dan faktor determinan yang mempegaruhinya. Dengan adanya informasi sebaran kasus dan faktor determinan berbasis ruang dan waktu tentunya akan memudahkan pemerintah dan petugas kesehatan petugas kesehatan dalam melakukan pengambilan keputusan dan perencanaan program kesehatan berdasarkan informasi daerah rawan kasus dan berpotensi terjadinya kasus. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis distribusi kasus TBC secara spasial dan variable-variabel yang mempengaruhinya di Kabupaten Cilacap sehingga dapat diketahui daerah yang berisiko terhadap TBC. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan desain cross sectional (potong lintang) dengan pendekatan Sistem Informasi Geografis (SIG) serta analisis Regresi linier. Berdasarkan analisis regresi linier hubungan rumah sehat, PHBS, tenaga kesehatan dan kemiskinan terhadap kasus TBC tidak signifikan sedangkan berdasarkan analisis spasial beberapa wilayah yang berisiko tinggi terhadap TBC prioritas I adalah Kecamatan Kawunganten, Sedangkan wilayah lainnya tergolong prioritas II menyebar di Kabupaten Cilacap. Kecamatan Sampang, Kecamatan Maos, Kecamatan Adipala, Kecamatan Cilacap Utara, Kecamatan Cilacap Selatan dan Kecamatan Kampung Laut masuk dalam prioritas III.
Read More
S-10153
Depok : FKM-UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Wilujeng Fajriyatil Fitri; Pembimbing: Besral; Penguji: Martya Rahmaniati Makful, Zakiah
Abstrak:
Berat badan lahir rendah berkontribusi terhadap morbiditas dan mortalitas neonatal, menjadikannya indikator penting kesehatan ibu dan anak. Data Riskesdas 2018 dan SKI 2023 menunjukkan prevalensi BBLR di Indonesia belum mengalami penurunan signifikan, dengan variasi antarwilayah, sehingga perlu penelitian tentang determinan BBLR berdasarkan regional. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan data sekunder SKI 2023, dianalisis berdasarkan lima regional Indonesia menggunakan uji chi-square dan regresi logistik. Hasil menunjukkan variasi proporsi BBLR antarregional, dengan Sulawesi tertinggi dan Sumatera terendah. Di Sumatera, faktor terkait BBLR adalah anemia, plasenta previa, kehamilan kembar, kelahiran prematur, dan interaksi kehamilan kembar dengan komplikasi. Di Jawa-Bali, faktor yang berhubungan adalah paritas, komplikasi kehamilan, kehamilan kembar, jenis kelamin, kelahiran prematur, dan kelahiran prematur yang berinteraksi dengan kehamilan kembar. Di Kalimantan, faktor terkait adalah usia ibu, paritas, komplikasi, serta interaksi kehamilan kembar dengan jenis kelamin dan kelahiran prematur. Di Sulawesi, faktor yang berhubungan adalah status ekonomi, pendidikan ibu, paritas, konsumsi tablet tambah darah, komplikasi, plasenta previa, kehamilan kembar, jenis kelamin, dan kelahiran prematur. Di Papua, Maluku, Nusa Tenggara, faktor terkait adalah status ekonomi, paritas, komplikasi, dan interaksi kehamilan kembar dengan kelahiran prematur. Diperlukan intervensi berbasis wilayah untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu hamil, terutama di Sulawesi, dengan fokus pada faktor risiko utama seperti kehamilan kembar, kelahiran prematur, dan anemia.
Low Birth Weight (LBW) contributes to neonatal morbidity and mortality, making it an important indicator of maternal and child health. The 2018 Riskesdas data and the 2023 SKI reveal that the LBW prevalence in Indonesia has not significantly decreased, with regional variations, indicating the need for research on the regional determinants of LBW. This cross-sectional study uses secondary data from SKI 2023, analyzed across five regions in Indonesia using chi-square tests and logistic regression. The results show regional variations in LBW proportions, with Sulawesi having the highest and Sumatra the lowest prevalence. In Sumatra, factors associated with LBW include anemia, placenta previa, multiple pregnancies, prematurity, and interactions between multiple pregnancies and complications. In Java-Bali, factors associated with LBW include parity, pregnancy complications, multiple pregnancies, gender, prematurity, and the interaction between prematurity and multiple pregnancies. Kalimantan's related factors are maternal age, parity, complications, and interactions between multiple pregnancies, gender, and prematurity. In Sulawesi, factors related to LBW include maternal socioeconomic status, education, parity, iron supplement consumption, complications, placenta previa, multiple pregnancies, gender, and prematurity. Papua, Maluku, and Nusa Tenggara show associations with socioeconomic status, parity, complications, and interactions between multiple pregnancies and prematurity. Regional-based interventions are needed to improve maternal health services, especially in Sulawesi, with a focus on key risk factors such as multiple pregnancies, prematurity, and anemia.
Read More
S-11951
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yulia Pratiwi; Pembimbing: Besral; Penguji: Martya Rahmaniati Makful, Endang Mulyani
Abstrak: Permasalahan mengenai penyalahgunaan narkoba dicerminkan salah satunya dari hal rehabilitasi penyalahguna narkoba. Survei BNN tahun 2015 menyatakan bahwa hanya sekitar 18% di kelompok rumah kos yang pernah mencari pelayanan rehabilitasi. Keterpaparan informasi narkoba merupakan faktor yang cukup penting dalam perubahan perilaku terlebih untuk melakukan rehabilitasi. Rumah kos merupakan populasi rumah tangga yang dianggap rawan terhadap penyalahgunaan narkoba. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan keterpaparan informasi narkoba dengan perilaku pencarian rehabilitasi di rumah kos. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Survei Prevalensi Penyalahguna Narkoba pada Kelompok Rumah Tangga di 20 Provinsi Tahun 2015 dan menggunakan desain penelitian Cross Sectional. Pada penelitian ini peneliti hanya mengambil populasi dan sampel pada rumah kos di 6 kota di 6 provinsi yaitu Medan, Jakarta, Surabaya, Pontianak, Makassar dan Manado. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyalahguna narkoba di rumah kos yang terpapar informasinya baik memiliki kecenderungan untuk melakukan perilaku pencarian rehabilitasi 3,8 kali lebih tinggi dibandingkan yang terpapar informasinya kurang baik setelah dikontrol oleh variabel umur, pekerjaan dan pendapatan/uang saku perbulan. Kata kunci : keterpaparan informasi narkoba, rehabilitasi, rumah kos The problem of drug abuse is reflected by the rehabilitation of drug abusers. Survey of BNN in 2015 said that only about 18% in boarding houses ever seek rehabilitation services. Exposure to drug information is an important factor in behavioral change especially for rehabilitation. Boarding house is vulnerable population to do drug abuse. The purpose of this study was to determin the relationship of drug information exposure with rehabilitation search behavior in boarding house. This study uses secondary data from the Drug Abuse Prevalence Survey in Household in 20 Provinces Budget Year 2015 and uses Cross Sectional design study. In this study, only took the population and samples in boarding houses in 6 cities in 6 provinces namely Medan, Jakarta, Surabaya, Pontianak, Makassar and Manado. The results of this study is drug abusers that exposed to good information have a tendency to conduct rehabilitation seeking behavior 3,8 times higher than those who exposed to poor information after controlled by age variable, occupation and income / allowance per month. Keywords: boarding house, drug information exposure, rehabilitation
Read More
S-9331
Depok : FKM-UI, 2017
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Hidayati Ahmad; Pembimbing : Milla Herdayati; Penguji: Marta Rahmaniati Makful, Harni Wijiastuti
Abstrak: ABSTRAK
Penelitian dilakukan mengenai Perilaku Pencarian Pengobatan IMS Pada WUS di Wilayah Perkotaan Indonesia berdasarkan Analisis Data SDKI 2012. Responden merupakan WUS menikah maupun pernah menikah yang memiliki gejala terkait IMS. Sumber data yang digunakan ialah data sekunder kuesioner Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012. Desain Studi Cross-Sectional. Analisis dilakukan secra univariat dan bivariat dengan jumlah sampel 1594 responden. Dari hasil analisis didapatkan : 68,6% responden tidak mencari pengobatan atau melakukan pengobatan non medis, dan pengobatan medis 31,4%. Karakteristik berdasarkan faktor predisposisi: responden berusia 25-49 tahun (83,2%), dengan rata-rata umur 32,48 tahun, berpendidikan menengah (60,9%), memiliki pengetahuan rendah mengenai gejala IMS (96,4%), bekerja (53,5%), status ekonomi berada pada level atas (50,6%), melakukan hubungan seksual pertama kali pada usia kurang 21 tahun (54%), dan tidak
 
menggunakan kondom saat terakhir kali berhubungan seksual (94,7%). Berdasarkan faktor pemungkin menunjukan 57,5% responden tidak memiliki asuransi kesehatan. Berdasarkan faktor pendukung: responden mengambil keputusan mengenai pemeriksaan kesehatan bersama dengan pasangan 48,3%. Tidak pernah terpapar sumber informasi IMS (69,7%) sumber informasi mengenai IMS terbanyak didapatkan dari teman (30,94%). Analisis hubungan faktor predisposisi menunjukan faktor pendidikan (p-value = 0,006), status ekonomi (p-value = 0,000), penggunaan kondom (p-value = 0,000) terbukti secara statistik memiliki hubungan signifikan dengan perilaku pencarian pengobatan IMS. pada faktor pemungkin terlihat bahwa
 
kepemilikan asuransi kesehatan terbukti memiliki hubungan dengan perilaku pencarian pengobatan IMS (p-value = 0,013). Sedangkan pada faktor pendukung menunjukan variabel keterpaparan sumber informasi terbukti secara statistik memiliki hubungan signifikan dengan perilaku pencarian pengobatan IMS (p-value = 0,001). Peningkatan pendidikan, ekonomi, kepemilikan asuransi sangat penting untuk meningkatkan akses pengobatan IMS ke pelayanan kesehatan medis oleh WUS, Selain itu pemberian pengetahuan mengenai gejala IMS dan penggunaan kondom pada WUS dirasa penting untuk meningkatkan kewaspadaan WUS mengenai IMS.
 

 
ABSTRACT
 
Research conducted on STI treatment seeking behavior on Women in reproductive age at Indonesian Urban Areas. As per the analysis of SDKI 2012 Data, this research was conducted on Female in reproductive Age who is or was married have symptoms related to STIs. Data source used is from questionnaires in Indonesia Health Demographic Survey (SDKI) 2012, with Cross-Sectional Design Study,
 
with univariate and bivariat analycist used. The sample used is 1594 Female in reproductive Age that meets sample criteria. From the analysis result, it is found that the proportions of treatment seeking behavior of Women during reproductive age in Indonesian urban area are as: 68.6% did not seek treatment or non medical treatment and 31.4% was seeking medical treatment. Characteristics based on
 
predisposing Factor indicated that the respondents were mostly aged 25 -49 years 83,2% with an average age of 32,48 years, 60,9% respondents were mediumeducated, 99.9% respondent had low knowledge of STI symptoms, 53.5% respondent were working or had a job and 50,6% of the respondent were on the top status of economic level. 54% of the respondent had their first sexual intercourse at age less than 21 years and 94,7% did not use condom during last sexual intercourse with partner. Characteristics based on enabling Factor shows that 57,5% respondents did not have health insurance. Characteristics based on the reinforcing Factor shows that 48.3% respondents make decision about health examination with husband or partner and most of the respondents were never exposed to any source of information on STIs, whereas 30.94% of the respondent obtained the information on STIs from their friends. Analysis of the relationship between predisposing Factor and treatment seeking behavior, the relationships proved statistically are: educational Factor (p-value = 0,006), economic status (p-value = 0,000) and the use of condoms (p-value = 0,000). The result of the relationship analysis between enabling Factor shows that the ownership of health insurance has been proven statistically related to STI treatment seeking behavior (p-value = 0,013). Also based on analysis result of correlation between reinforcing factor with STI treatment seeking behavior, it is seen as the only variable of exposure to the information
 
source of STI. Statistically it is proven that the exposure source have significant relation with treatment seeking behavior of STI (p-value = 0,001). Increased education, economics, insurance ownership is essential to improve access to STI treatment to medical services. In addition, the provision of knowledge about STI symptoms and condom use in is also important to increase awareness of STIs.
Read More
S-9537
Depok : FKM-UI, 2017
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nindya Rimalivia; Pembimbing: Sudijanto Kamso; Penguji: Martya Rahmaniati Makful, Selamat Riyadi
Abstrak:
Penyakit tidak menular menjadi tantangan serius dalam kesehatan global, terutama di tengah era globalisasi yang mendorong perubahan gaya hidup masyarakat ke arah yang kurang sehat. Salah satu penyakit tidak menular yang menyebabkan tingginya angka kematian adalah penyakit kardiovaskular dengan hipertensi merupakan faktor risiko utamanya. Hipertensi seringkali tidak bergejala, namun dapat menyebabkan komplikasi berat seperti stroke dan penyakit jantung. Berdasarkan data SKI tahun 2023, proporsi hipertensi di Provinsi Jawa Barat mencapai 34,4% tertinggi ketiga di Indonesia dan melebihi proporsi nasional dengan persentase 30,8%. Kondisi ini menjadi perhatian khusus mengingat Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbesar sehingga perubahan kecil sekalipun dalam angka kejadian dapat berdampak signifikan terhadap beban nasional. Selain itu, hipertensi tidak lagi hanya menjadi permasalahan kesehatan lanjut usia, tetapi juga semakin banyak ditemukan pada penduduk usia produktif yang dapat berdampak pada menurunnya produktivitas tenaga kerja dan meningkatkan beban ketergantungan di masa tua. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada penduduk usia produktif di Jawa Barat. Sumber data penelitian ini adalah SKI 2023 dengan desain studi potong lintang (cross sectional) dengan total sampel yang memenuhi kriteria sebanyak 27.452 penduduk usia produktif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi hipertensi pada penduduk usia produktif di Jawa Barat sebanyak 23,5%. Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi meliputi usia, pendidikan, tempat tinggal, konsumsi makanan berlemak, berkolesterol, dan gorengan, diabetes mellitus, serta obesitas sentral. Didapatkan juga faktor yang paling dominan terhadap hipertensi adalah obesitas sentral (AOR = 2,733; 95% CI: 2,530–2,952). Berdasarkan hasil penelitian ini, masyarakat disarankan untuk memperhatikan lingkar pinggang agar tetap dalam batas normal sebagai upaya mencegah obesitas sentral. Sementara itu, masyarakat dengan obesitas sentral disarankan untuk rutin memeriksakan tekanan darah dan menerapkan pola hidup sehat untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

Non-communicable diseases have become a serious global health challenge, especially in the era of globalization that encourages lifestyle changes toward less healthy behaviors. One of the leading NCDs contributing to high mortality is cardiovascular disease, with hypertension being its primary risk factor. Hypertension often presents without symptoms but can lead to severe complications such as stroke and heart disease. According to the 2023 SKI data, the prevalence of hypertension in West Java Province reached 34.4%, the third highest in Indonesia and exceeding the national average of 30.8%. This issue is particularly concerning given that West Java is the most populous province in the country, where even minor changes in incidence can have a significant impact on the national burden. Moreover, hypertension is no longer confined to older adults, it is increasingly affecting individuals of productive age, which may reduce workforce productivity and increase dependency in later years. This study aimed to identify factors associated with hypertension among the productive-age population in West Java. The data source was the 2023 SKI, using a cross-sectional study design with a total sample of 27.452 individuals who met the inclusion criteria. The results showed that the prevalence of hypertension among the productive-age population in West Java was 23.5%. Factors associated with hypertension included age, education level, place of residence, consumption of fatty, high-cholesterol, and fried foods, diabetes mellitus, and central obesity. Central obesity was identified as the most dominant factor associated with hypertension (AOR = 2.733; 95% CI: 2.530–2.952). Based on these findings, greater attention should be given to maintaining waist circumference within a normal range to prevent central obesity. Individuals with central obesity are encouraged to have regular blood pressure checks and adopt healthier habits to reduce the risk of further complications.
Read More
S-11941
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fifia Chandra; Pembimbing: Umar Fahmi Acmadhi, Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Martia Rahmaniati Makful, Ely Setyawati, Ade Sutrisno
Abstrak: Latar belakang: Jumlah kasus TB paru di Kabupaten Sukabumi setiap tahunnya cenderung mengalami kenaikan dan kondisi lingkungan merupakan faktor risiko terjadinya penyakit TB paru. Tujuan: Mengetahui jumlah kasus dan sebaran TB paru BTA positif di Kabupaten Sukabumi tahun 2002-2004. Metode: Menggunakan data sekunder dan studi korelasi ekologi dengan pendekatan spasial. Pengolahan data dilakukan dengan mengunakan uji statistik dan analisis spasial. Hasil: Pola persebaran kasus TB paru BTA positif di Kabupaten Sukabumi tahun 2002–2004 rata-rata terbanyak berada pada kecamatan dengan ketinggian dari 201–700 m dpl (terutama wilayah bagian utara). Ditemukan juga beberapa kecamatan di wilayah bagian selatan yang tidak melaporkan adanya kasus TB paru BTA positif di wilayahnya. Kesimpulan: Rata-rata kecamatan-kecamatan di wilayah bagian utara kurang memiliki akses jaringan jalan dan rata-rata fasilitas kesehatannya tidak memiliki peralatan mikroskopis serta petugas medisnya masih sedikit yang terlatih strategi DOTS dan wilayah bagian selatan sebaliknya. Kata kunci: analisis spasial, TB paru BTA positif
Background: The case number of lungs TB in Sukabumi Regency is increasing and that some environment condition were risk factors of lungs TB disease. Objective: This research was conducted to find out the number and distribution of BTA positive of lungs TB based at Sukabumi Regency in year 2002-2004. Methods: This study used secondary data and use ecological study correlation with spatial approach. The data was controlled by statistic test and spatial analysis. Results: The most average distribution pattern of BTA positive lungs TB cases in sub districts located in 201–700 m (especially on the northern part of the region). There was also finding in the southern part of the region districts with reports that there were BTA positive lungs TB in the region. Conclusion: Most of the northern part of the region found difficulties to access and in average the health facilities have microscopic and only a few numbers of medical officer’s familiar with DOTS strategy and the other way of the southern part of the region districts. Keywords: spatial analysis, BTA positive of lungs TB
Read More
T-2151
Depok : FKM-UI, 2005
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Annisa Septyani; Pembimbing: Iwan Ariawan; Penguji: Martya Rahmaniati Makful, Saleh Budi Santoso
S-10440
Depok : FKM-UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ina Agustina Eka Suswanti; Pembimbing: Sabarinah B. Prasetyo; Penguji: Martya Rahmaniati Makful, Grace Mediana Purnami
Abstrak: ABSTRAK Penelitian ini membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas profil kesehatan Kabupaten Bandung berdasarkan kerangka Health Metrics Networks (WHO, 2012) yang terdiri dari faktor masukan (sumber daya informasi, indikator kesehatan kunci, serta sumber data) dan faktor proses (manajemen data, produk informasi, serta diseminasi dan penggunaan informasi). Faktor keluaran seperti usia informasi, akurasi, relevan, tingkat kejelasan, kelengkapan, dan penyajian informasi menggunakan teori faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas informasi Kamali Whitely, 2015. Desain penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan melakukan wawancara mendalam kepada staf dan pimpinan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung sebagai penyedia (pembuat), dan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat sebagai pengguna (pengguna), serta puskesmas, Bappeda, Diskominfo, RSUD, dan pihak swasta sebagai pengguna akhir (pengguna akhir). Selain itu, penelitian ini menggunakan telaah dokumen dan observasi yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas profil kesehatan Kabupaten Bandung. Hasil penelitian yang menggunakan penilaian HMN (WHO, 2008), menunjukkan untuk gambaran faktor masukan dan proses dapat disimpulkan bahwa faktor masukan profil kesehatan seperti masih lemahnya sumber daya terkait peraturan perundang-undangan dalam penyusunan profil kesehatan dan peraturan kebijakan dalam koordinasi berupa pertemuan dan pemantauan. Sedangkan menurut aspek sumber daya manusia, dana, dan sumber data sudah terpenuhi. Mengenai gambaran faktor proses, walaupun belum memiliki gudang penyimpanan data, tetapi dalam manajemen data sudah terintegrasi dan mudah digunakan bagi penggunanya melalui web resmi Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung. Sedangkan gambaran produk informasi berupa profil kesehatan tidak tepat waktu dalam pelaporannya, sehingga berdampak pada komponen diseminasi dan penggunaan informasi yang ada di profil kesehatan yang tidak dapat digunakan sebagai proses alokasi sumber daya dalam penganggaran pembangunan tahunan yang terpadu, walaupun sudah terpenuhinya semua komponen faktor keluaran seperti usia informasi, akurasi, relevan, tingkat kejelasan, kelengkapan, dan penyajian informasi. Kata kunci: Pofil Kesehatan, Kualitas Profil Kesehatan, Kerangka HMN WHO ABSTRACT This study discusses the factors that influence the quality of the health profile of Bandung Regency based on the framework of Health Metrics Networks (WHO, 2012) which consists of input factors (information resources, key health indicators, and data sources) and process factors (data management, products information, and dissemination and use of information). Output factors such as age of information, accuracy, relevance, level of clarity, completeness, and presentation of information using the theory of factors that influence the quality of information Kamali Whitely, 2015. The design of this study uses qualitative methods, by conducting in-depth interviews with staff and leaders of the Health Office Bandung Regency as a penyedia (maker), and the West Java Provincial Health Office as a pengguna (pengguna), as well as a health center, Bappeda, Diskominfo, RSUD, and the private sector as an pengguna akhir (pengguna akhir). In addition, this study uses document review and observations relating to the factors that influence the quality of health profile in Bandung Regency. The results of the study using the HMN assessment (WHO, 2008), showed that for input and process factors it can be concluded that health profile input factors such as still weak resources related to legislation in preparing health profiles and policy regulations in coordination in the form of meetings and monitoring. Whereas according to aspects of human resources, funds, and data sources have been fulfilled. Regarding the description of process factors, even though they do not yet have a data storage warehouse, the data management has been integrated and is easy to use for its penggunas through the official website of the Bandung District Health Office. While the description of information products in the form of health profiles is not timely in its reporting, so that it has an impact on the dissemination and use of information in the health profile which cannot be used as a resource allocation process in integrated annual development budgeting. Although all components of the output factors have been fulfilled, such as age of information, accuracy, relevance, level of clarity, completeness, and presentation of information. Keywords: Pofil Kesehatan, Quality Health Profile, WHO HMN Framework
Read More
S-9934
Depok : FKM-UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Faldies Amanda; Pembimbing: Budi Utomo; Penguji: Martya Rahmaniati Makful, Andri Mursita
S-9929
Depok : FKM-UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Anita Meisita; Pembimbing: Iwan Ariawan; Penguji: Martya Rahmaniati Makful, Mugia Bayu Raharja
Abstrak: Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) merupakan metode yang efektif bagi responden yang ingin memiliki anak lagi dalam kurun waktu lebih dari 2 tahun atau bagi responden yang sudah tidak ingin punya anak lagi. Namun, persentase pemakaian MKJP berdasarkan SDKI 2017 masih cukup rendah jika dibandingkan dengan pemakaian kontrasepsi Non-MKJP. Hal tersebut mengindikasikan bahwa berdasarkan preferensi fertilitasnya, masih terdapat wanita yang seharusnya memakai MKJP, namun ternyata daya tarik pemakaian kontrasepsi jangka pendek masih cukup memikat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh preferensi fertilitas sebagai penentu pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang pada akseptor KB modern serta mengetahui faktor yang paling berpengaruh pada setiap kelompok preferensi fertilitas. Penelitian ini memakai data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017. Sampel penelitian ini adalah wanita berusia 15-49 tahun yang pada saat dilakukan wawancara berstatus menikah atau hidup bersama dan memakai metode kontrasepsi modern. Hasil penelitian ini adalah akseptor KB modern yang ingin mempunyai anak lagi sebanyak 33,8%, sedangkan yang tidak ingin anak lagi ada sebanyak 62,9%. Akseptor KB modern yang memakai MKJP ada sebanyak 23,3%. Pada responden yang ingin anak lagi, potensi pemakaian MKJP terdapat pada responden dengan karakteristik tidak bekerja dan mengambil keputusannya sendiri. Sementara itu, pada responden yang tidak ingin anak lagi, potensi pemakaian MKJP terdapat pada semua responden yang masih menggunakan Non MKJP dan responden dengan karakteristik telah memiliki anak ≤ 2 dan tidak terpapar sumber informasi dari media. Kata Kunci: keluarga berencana, MKJP, menjarangkan, membatasi
Read More
S-9899
Depok : FKM-UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive