Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Agus Sulaeman; Pembimbing: Dumilah Ayuningtyas; Adang Bachtiar; Penguji: Anwar Hasan, Rachmawati, Yuswati Emma
T-3048
Depok : FKM-UI, 2008
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Shanti Lestari; Pembimbing: Adang Bachtiar; Penguji: Ede Surya Darmawan, Mardiati Nadjib, Elisa Adam, Emma Rachmawati
Abstrak: Telekonsultasi FKTP adalah salah satu kebijakan yang dikeluarkan BPJS Kesehatan. Defenisi yang digunakan dalam Telekonsultasi ini adalah Pelayanan Kontak Tidak Langsung yang merupakan pemberian pelayanan kesehatan melalui sistem informasi yang digunakan oleh FKTP dan Peserta sebagai sarana komunikasi, atau melalui sistem informasi yang disediakan oleh BPJS Kesehatan, sebagai sarana komunikasi/konsultasi secara 2 arah. Kebijakan ini mulai dilaksanakan April 2020 dan hingga Agustus 2021, pencapaian secara Nasional masih belum optimal, hanya beberapa kabupaten/kota yang menunjukkan pencapaian lebih baik, salah satu nya adalah pencapaian tertinggi di FKTP Kota Malang, Penelitian ini bertujuan menganalisis Implementasi kebijakan Telekonsultasi FKTP dalam mencegah penyebaran COVID-19 tanpa pasien kehilangan hak nya untuk dapat akses ke layanan kesehatan, menggunakan metode kualitatif, selama bulan Oktober 2021 - Desember 2021 di FKTP Kota Malang. Teknik pengumpulan data melalui FGD dan Wawancara Mendalam kepada Informan utama dan telaah dokumen, menggunakan Implementasi Kebijakan Van Meter dan Van Horn. Hasil penelitian di bulan November 2021 diperoleh capaian Angka Kontak KBK tercapai 135/mill dari target minimal 150/mill, Angka Kontak Tidak Langsung untuk indikator kepatuhan faskes pada kualitas mutu baru tercapai dengan bobot 15% dari target 20%, 100% FKTP Kota Malang telah Implementasi Telekonsultasi, dan pemanfaatan oleh pasien perlahan meningkat sampai dengan 33.66% serta terjadi trend peningkatan FKTP kerjasama. Pada penelitian ini, Peneliti menyarankan pelatihan petugas FKTP dilakukan secara periodik, dimulai dengan melakukan Telekonsultasi pada Peserta Prolanis, supervisi langsung dijadikan kegiatan rutin dan dukungan politik melalui Pemerintah Kota Malang untuk dapat memperbanyak hotspot-hotspot gratis yang dapat diakses oleh warga, sehingga dapat memanfaatkan pelayanan Telekonsultasi
Teleconsultation FKTP is one of the policies issued by BPJS Kesehatan. The definition used in this Teleconsultation is Indirect Contact Service, which is the provision of health services through an information system used by FKTP and Participants as a means of communication, or through an information system provided by BPJS Health, as a means of two-way communication/consultation. This policy began to be implemented in April 2020 and until August 2021, national achievements are still not optimal, only a few districts/cities have shown better achievements, one of which is the highest achievement in the Malang City FKTP. This study aims to analyze the implementation of the FKTP Teleconsultation policy in preventing the spread of COVID-19 without patients losing their rights to access health services, using qualitative methods, during October 2021 - December 2021 at the Malang City FKTP. Data collection techniques through FGD and in-depth interviews with key informants and document review, using the Van Meter and Van Horn Policy Implementation. The results of the research in November 2021 obtained that the KBK Contact Number reached 135/mill from the minimum target of 150/mill, the Indirect Contact Number for health facilities compliance indicators on quality was only achieved with a weight of 15% of the 20% target, 100% of Malang City FKTP had Teleconsultation implementation, and utilization by patients slowly increased up to 33.66% and there was an increasing trend of collaborative FKTP. In this study, the researcher suggests that the training of FKTP officers be carried out periodically, starting with teleconsultation to Prolanis participants, direct supervision as a routine activity and political support through the Malang City Government to be able to increase free hotspots that can be accessed by residents, so they can take advantage of the services. Teleconsultation
Read More
T-6335
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Henry Diatmo; Pembimbing: Robiana Modjo; Penguji: Adang Bachtiar, Puput Oktamianti, Emma Rachmawati, Endang Lukitosari
Abstrak: Rendahnya angka pasien TBC resistan obat yang memulai pengobatan serta tingginya angka putus pengobatan menjadi tantangan besar untuk meningkatkan kualitas dari pelayanan TBC RO, khususnya di puskesmas sebagai satelit TBC RO. Hal ini mungkin berkaitan dengan tingkat kepuasan pasien TBC resistan obat sebagai konsumen dari layanan kesehatan, yang mengakibatkan keengganan pasien untuk mengakses pengobatan atau tidak melanjutkan pengobatan. Provinsi DKI Jakarta merupakan salah satu provinsi yang berkontribusi paling tinggi dalam penemuan kasus TBC RO, juga paling tinggi dalam angka pasien yang tidak memulai pengobatan dan putus pengobatan TBC RO. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis kepuasan pasien TBC RO terhadap pelayanan di puskesmas yang merupakan satelit pengobatan TBC RO di DKI Jakarta tahun 2020 berdasarkan 5 dimensi Servqual dengan desain metode kombinasi secara cross sectional. Populasi dan sampel penelitian untuk kuantitatif adalah pasien TBC RO yang sedang menjalani pengobatan di puskesmas satelit TBC RO di DKI Jakarta dengan jumlah 70 orang, sedangkan kualitatif adalah pasien suporter yang mendampingi pengobatan pasien sebanyak 6 orang. Hasil analisis diperoleh 50% dari responden tidak puas akan pelayanan puskesmas satelit TBC RO di DKI Jakarta, berdasarkan 5 dimensi servqual diperoleh kesenjangan dimana nilai kenyataan lebih rendah dari harapan antara lain tangible (-0,39), reliable (-0,31), responsiveness (-0,31), assurance (-0,32) dan empathy (-0,23). Jika tidak dilakukan upaya peningkatan kualitas dari puskesmas satelit TBC RO akan menurunkan keteraturan berobat yang mengakibatkan putus pengobatan. Kualitas pelayanan fasyankes satelit TBC RO penting untuk ditingkatkan mempersiapkan ketersediaan fasilitas, sarana, SDM, sistem pelayanan yang berpihak kepada kebutuhan pasien, serta memastikan pelayanan dijalankan sesuai prosedur.

The low number of drug-resistant TB patients starting treatment and the high dropout rates are a major challenge to improve the quality of DR TB services, especially in puskesmas as DR TB satellites. This may be related to the level of satisfaction of drug-resistant tuberculosis patients as consumers of health services, which results in the patient's reluctance to access treatment or discontinue treatment. DKI Jakarta is one of the provinces that has the highest contribution in cases finding of DR TB, also the highest in the number of patients who do not start treatment and drop out of DR TB  treatment. The purpose of this study was to analyze the satisfaction of DR TB patients with services at the puskesmas which is the treatment of DR TB in DKI Jakarta in 2020 based on 5 dimensions of Servqual with a cross sectional combination method design. The population and research sample for quantitative are DR TB patients who are undergoing treatment at DR TB satellite health centers in DKI Jakarta with a total of 70 people, while qualitative are 6 patient supporters who accompany the  treatment of patients. The results of the analysis obtained 50% of respondents were dissatisfied with the service of DR TB satellite health centers in DKI Jakarta, based on 5 dimensions of servqual  obtained a gap where the reality value was lower than expectations, among others tangible (-0.39), reliable (-0.31), responsiveness (-0.31), assurance (-0.32) and empathy (-0.23). If no effort is made to improve the quality of the DR TB satellite health centers will reduce the regularity of treatment which results in treatment interruption. The quality of service of the DR TB satellite health centers is important to be improved in preparing the availability of facilities, human resources, service systems that are in line with the needs of patients, as well as ensuring services are carried out according to procedures.
Read More
T-5870
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Alfi Sina Vinci; Pembimbing: Adang Bachtiar; Penguji: Prastuti Soewondo, Vetty Yulianty Permanasari, Nellyta, Emma Rachmawati
Abstrak: Peningkatan insiden kasus penyakit Covid-19 di rumah sakit menyebabkan peningkatan beban kerja level unit pada perawat yang bertugas di Ruang Isolasi. Beban kerja yang tinggi dapat menyebabkan kepuasan kerja yang rendah dan tingginya tingkat turn over. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin melihat hubungan antara beban kerja level unit dengan kepuasan kerja. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang menggunakan instrumen berupa kuesioner daring kepada perawat yang pernah bertugas di Ruang Isolasi RSAU dr. Esnawan Antariksa pada pandemi Covid-19. Analisis persepsi beban kerja menunjukkan 91,9% dari responden merasakan beban kerja berat, sedangkan dari kepuasan kerja 87,1% dari responden merasakan kepuasan kerja yang tinggi tanpa adanya hubungan yang signifikan di antara keduanya (p value=0,0591). Hubungan antara beban kerja dan kepuasan kerja yang tidak terbukti pada penelitian ini menampilkan temuan terbaru yang menunjukkan variabel usia dan pengalaman bekerja memiliki hubungan yang signifikan terhadap beban kerja dan kepuasan kerja. Faktor yang menjadi determinan terjadinya temuan ini diantaranya adalah gairah dalam bekerja, self-reported bias, dan keterbatasan penelitian. Kebijakan yang dapat diterapkan terkait temuan ini diantaranya menetapkan kriteria kelayakan untuk perawat yang akan bertugas di Ruang Isolasi dan melakukan penilaian berkala beban kerja dan kepuasan kerja kepada perawat yang bertugas di Ruang Isolasi.
The increase in the incidence of Covid-19 disease cases in hospitals has led to the increase in the unit-level workload for nurses in the Isolation Ward. A high workload can lead to low job satisfaction and high turnover rates. The purpose of this study is to study the relationship between unit-level workload and job satisfaction. The study was conducted with a cross-sectional design using an instrument in the form of an online questionnaire to nurses who had served in the Isolation Room of RSAU dr. Esnawan Antariksa during the Covid-19 pandemic. Analysis of workload perceptions showed that 91.9% of respondents felt a heavy workload, while the 87.1% of respondents felt high job satisfaction without a significant relationship between the two variables (p value = 0.0591). The relationship between workload and job satisfaction which is not proven in this study shows the latest findings which show that age and work experience variables have a significant relationship to workload and job satisfaction. Factors that determine the occurrence of these findings include harmonious passion, self-reported bias, and research limitations. Policies that can be applied related to these findings include establishing eligibility criteria for nurses who will serve in the Isolation Ward and conducting periodic assessments of workload and job satisfaction for nurses serving in the Isolation Ward.
Read More
T-6453
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Putri Citra Cinta Asyura Nasution; Promotor: Dumilah Ayuningtyas; Kopromotor: Adang Bachtiar, Besral; Penguji: Wachyu Sulistiadi, Sutoto, Emma Rachmawati, Viera Wardhani
Abstrak:

Keselamatan pasien merupakan kewajiban rumah sakit dan bagian integral dari akreditasi sejak 2008. Namun, berbagai permasalahan masih sering ditemukan, sehingga keberlanjutan perbaikan menjadi tantangan. Penelitian ini bertujuan merumuskan model konseptual strategi peningkatan keselamatan pasien. Penelitian menggunakan pendekatan mixed method dengan desain convergent parallel. Data kuantitatif berasal dari Riset Fasilitas Kesehatan 2019 (523 rumah sakit) dan data akreditasi (917 rumah sakit), dianalisis menggunakan uji chi-square, regresi logistik, dan analisis jalur. Data kualitatif dikumpulkan melalui wawancara mendalam dan telaah dokumen dari enam rumah sakit, dinas kesehatan provinsi, dan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) wilayah di Sumatera Utara dan Bali, dengan total 95 informan. Analisis tematik menggunakan perangkat NVivo, dengan kerangka Malcolm Baldrige dan model implementasi Van Meter-Van Horn, meliputi ukuran dan tujuan kebijakan, sumber daya, kepemimpinan, perencanaan strategis, fokus tenaga kerja, fokus operasi, fokus pelanggan, pengukuran, analisis, dan manajemen pengetahuan, komunikasi antar organisasi, serta peran akreditasi. Hasil kuantitatif menunjukkan bahwa pelaporan insiden keselamatan pasien berhubungan signifikan dengan lokasi (Jawa-Bali), status akreditasi, jumlah tempat tidur (> 200), kelas rumah sakit (A dan B), evaluasi pelayanan, audit internal, serta keaktifan komite keselamatan pasien dan pengendalian infeksi. Hasil kualitatif menunjukkan bahwa implementasi kebijakan keselamatan pasien sudah berjalan, namun bervariasi tergantung kepemilikan dan ketersediaan sumber daya. Semua dimensi yang diteliti berpotensi menjadi faktor pendukung maupun penghambat tergantung pengelolaannya. Kepemimpinan yang kuat, fasilitas yang memadai, serta budaya keselamatan yang ditanamkan secara konsisten memperkuat implementasi, sedangkan lemahnya komitmen dan keterbatasan dana menjadi kendala. Hambatan juga muncul dalam pelaporan insiden, baik dari sisi organisasi maupun individu. Penelitian ini menghasilkan model konseptual strategi peningkatan keselamatan pasien yang mencakup integrasi keselamatan pasien dalam perencanaan strategis, penguatan kepemimpinan, peningkatan kapasitas staf, alokasi anggaran memadai, monitoring dan evaluasi berkelanjutan, serta pelibatan pasien. Model ini diharapkan dapat mendorong peningkatan keselamatan pasien secara menyeluruh dan berkelanjutan di rumah sakit.


 

Patient safety is a mandatory obligation for hospitals and has been an integral part of hospital accreditation since 2008. However, various patient safety issues are still frequently found, making the sustainability of improvements a major challenge. This study aims to formulate a conceptual model of patient safety improvement strategies. A mixed-methods approach with a convergent parallel design was employed. Quantitative data were obtained from the 2019 Rifaskes (523 hospitals) and accreditation records (917 hospitals), and analyzed using chi-square tests, logistic regression, and path analysis. Qualitative data were collected through in-depth interviews and document reviews from six hospitals, provincial health offices, and the Indonesian Hospital Association (PERSI) in North Sumatra and Bali Provinces, involving a total of 95 informants. Thematic analysis was conducted using NVivo software, guided by the Malcolm Baldrige framework and the Van Meter–Van Horn policy implementation model. Quantitative findings showed that the reporting of patient safety incidents was significantly associated with location (Java–Bali), accreditation status, bed capacity (>200 beds), hospital class (A and B), presence of service evaluations, internal audits, and the activity of patient safety and infection control committees. Qualitative results indicated that while policy implementation was underway, it varied depending on hospital ownership and available resources. All dimensions could act as either enablers or barriers depending on how they were managed. Strong leadership and adequate facilities enhanced implementation, while weak commitment and limited funding were key constraints. Incident reporting also faced challenges at both organizational and individual levels. This study produced a conceptual model for improving patient safety through the integration of safety into strategic planning, strengthened leadership, staff capacity building, sufficient budget allocation, continuous monitoring and evaluation, and enhanced patient engagement. The model is expected to support comprehensive and sustainable patient safety improvements in hospitals

Read More
D-580
Depok : FKM-UI, 2025
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Baequni; Pembimbing: Adang Bachtiar; Penguji: Yayuk Hartriyanti, Emma Rachmawati, Dumilah Ayuningtyas, Efo Prapriatna
Abstrak:

Dalam menghadapi kompetisi dunia yang semakin tajam, Rumah Sakit X mulai Januari 2001 telah melakukan perubahan orientasi dengan melaksanakan Service Quality Improvement. Pihak rumah sakit berharap dengan orientasi baru ini rumah sakit akan dapat menambah jumlah kunjungan pasien dan pada akhirnya akan menambah keuntungan Rumah Sakit.Oleh sebab itu, kebutuhan akan perlunya dibuat suatu instrumen yang valid dan reliabel tidak dapat dihindari lagi. Instrumen ini diharapkan akan dapat menjadi landasan manajemen rumah sakit untuk membuat perubahan-perubahan yang akan meningkatkan kepuasan pasien.Penelitian pembuatan instrumen ini menggunakan 5 dimensi Servqual yang telah disesuaikan dengan keadaan di Rumah Sakit X. Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2002 sampai dengan July 2002 dengan mengikut sertakan 203 orang responden dengan menggunakan metode systematik random sampling dan cross sectional design.Data yang didapat dianalisis dengan mengunakan metode univariate dan multi variate. Untuk mengukur validitas isi peneliti melakukan: (1) Penggunaan dimensi Servqual dalam pembuatan instrumen, (2) Melakukan elaborasi pasien dengan melakukan FGD, brainstorming dan ghost shopping. Dalam pengukuran validitas kriterium peneliti melakukan dua cara pengukuran: (1) Melihat nilai korelasi pearson diantara lima dimensi servqual , (2) Melihat nilai korelasi pearson antara nilai rasio harapan dan kenyataan secara keseluruhan dengan niat datang kembali. Kemudian didalam pengukuran konstruk validiti peneliti melakukan perbandingan nilai total item correlation dan nilai Alpha dengan nilai r tabel (dimana nilai r tabel untuk 203 responden adalah 0,138) sehingga apabila nilai item total correlation dan nilai Alpha lebih besar dari nilai r tabel dapat disimpulkan bahwa pernyataan tersebut valid dan realiabel.Hasil perhitungan validitas dan reliabilitas membuktikan bahwa 53 item pernyataan tentang kepuasan dapat digunakan dalam rangka pengukuran kepuasan pasien di Rumah Sakit X. Lebih jauh lagi dengan menggunakan kategori pembagian pasien dalam kategori puas dan tidak puas dengan cut point nilai median 0,9 terlihat bahwa proporsi responden yang puas lebih banyak dari yang tidak puas yaitu dengan proporsi 65% puas dan 35% yang tidak puas.Selain itu dari hasil penelitian didapat juga posisi item-item kepuasan pada diagram kartesius, sehingga dapat diketahui item-item mana saja yang merupakan prioritas perbaikan dan hal yang sudah mencapai harapan pasien.


 

Analysis Validity and Reliability of Ambulatory Patient's Satisfaction Instrument toward Services in the Installation Rehab Medic of Hospital X Jakarta 2002In front of global competition, Hospital X, from January 2001 has been altering their orientation for more concern with service quality improvement, with the new orientation the hospital wishes to gain more patients and get more income for the hospital.The requirement for measure patient satisfaction become essential for changing hospital facilities and management to be more consumer oriented facing the hospital patient. From these point of sight the management and researchers beginning to explore in making a valid and reliable instrument.This study applied Servqual instrument and modified it according to the situation in the hospital situation. The studies have been done on April until July 2002 and were drawn approximately 203 respondents using systematic random sampling and apply cross sectional design.The data has been analyzed with univariate and bivariate methods. Content validity have been done with: (1) Making instrument with five dimensions of Servqual, (2) Patient elaboration to get clarity, Criterion validity have been tested with two ways:(1) Value of Pearson correlation among five Servqual dimensions, (2) value of Pearson correlation between ratio wishes and reality of service and intent to come. Construct validity were tested by value of corrected item total correlation and alpha that compare with value of r table (for n = 203 value of the table is 0,138), if corrected item total correlation and alpha bigger than r table, we can conclude that these items were valid.This study proves that 53 items in the satisfaction instrument could be use for measuring patient satisfaction activity, because they are valid and reliable according to the test. More than those using 0,9 median as cut point, we conclude that 65% patients are satisfied and 35% are not satisfied.This thesis have also viewed Cartesius diagram which are useful for expanding patients satisfaction in the hospital.

Read More
T-1385
Depok : FKM-UI, 2002
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Duta Liana; Promotor: Fatma Lestari; Ko Promotor: Sutoto, Robiana Modjo; Penguji: Anhari Achadi, Adang Bachtiar, Besral, Doni Hikmat Ramdhan, Emma Rachmawati
Abstrak: Penelitian kematangan budaya keselamatan di layanan kesehatan sangat jarang dilakukan, hanya berfokus pasien dan menggunakan instrumen MaPSaF. Tujuan penelitian untuk mengembangkan instrumen pengukuran kematangan budaya keselamatan secara komprehensif meliputi mutu, keselamatan pasien, keselamatan dan kesehatan pekerja dengan 5 (lima) tingkat yaitu patologi, reaktif, birokratif, proaktif, generatif. Instrumen DUTA-RS mengandung 1118 EP dari SNARS edisi 1. Desain penelitian cross-sectional dengan data sekunder akreditasi RS dari KARS (2018-2019) dan data primer sebagai post hoc evaluation untuk validasi data sekunder, berupa kuesioner, focus Group Discussion dan wawancara mendalam. Analisis data menggunakan deskriptif, mean, safety culture maturity level (SCML), Confirmatory Factor Analysis dan Stuctural Equation Modeling. Hasil penelitian menunjukkan kematangan budaya keselamatan pada tingkat proaktif (58%), kelulusan paripurna menunjukkan tingkat proaktif (50,8%) dan generatif (48,7%). Model DUTA-RS memenuhi goodness of fit dengan variabel konstruk valid dan reliabel. Variabel yang berpengaruh adalah situasional (p- value=0,016, koefisien standar=0,596) dan perilaku keselamatan (p-value=0,030, koefisien standar=0,521). Indikator terkuat adalah kepemimpinan (faktor loading=0,87), manajemen risiko (faktor loading=0,87), kepatuhan (faktor loading=0,85). Variabel iklim keselamatan tidak berpengaruh terhadap kematangan budaya keselamatan (p-value=0,635). Indikator terlemah iklim keselamatan adalah pembelajaran (faktor loading=0,62), komunikasi (faktor loading=0,65). Pada data primer dan sekunder menunjukkan kesamaan nilai rata-rata iklim keselamatan dalam kategori baik dan hasil SCML pada level 4 (proaktif). Website DUTA-RS memunculkan tingkat kematangan budaya keselamatan, nilai rata-rata indikator, indikator terlemah setiap variabel, saran perbaikan. Website DUTA-RS dapat dibridging dengan SIKARS untuk benchmarking dalam skala nasional. Penelitian selanjutnya untuk pengembangan website DUTA-RS.
Read More
D-447
Depok : FKM-UI, 2021
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ekorini Listiowati; Promotor: Amal Chalik Sjaaf; Kopromotor: Anhari Achadi, Adang Bachtiar; Penguji: Dumilah Ayuningtyas, Sutoto, Elsye Maria Rosa, Emma Rachmawati, Evi Martha
Abstrak: Patient engagement (PE) belum dimulai secara memadai untuk mencapai perawatan kesehatan yang aman di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi perspektif tenaga kesehatan dan penerima layanan (pasien dan caretaker) tentang PE dan bagaimana potensi untuk menerapkannya, serta merumuskan model yang dapat mendukung perawat untuk melibatkan pasien dalam upaya-upaya keselamatan pasien. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus pada bangsal penyakit kronis RS PKU Muhammadiyah Gamping, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian dilakukan dalam 2 tahap yaitu: (1) assessment berupa 4 diskusi kelompok terfokus pada 46 profesional kesehatan (perawat dan dokter) dan diikuti dengan 16 wawancara mendalam, serta wawancara mendalam dengan 14 pasien dan 15 caretaker; (2) tahap perumusan model. Tahap perumusan model dilakukan dengan penyusunan model awal, validasi model yang melibatkan pemilik RS, direksi, manajer, dan profesional kesehatan dan penyusunan model akhir. Transkrip verbatim dilakukan dan dilanjutkan dengan analisis tematik. Pada penelitian ini, didapatkan bahwa PE merupakan strategi untuk mencapai perawatan kesehatan yang aman. Selain itu, telah teridentifikasi peran penerima layanan, perawat, dan organisasi RS yang dapat dikembangkan untuk mewujudkan keselamatan pasien dengan menerapkan PE. Terdapat faktor-faktor pemungkin yang mempengaruhi pelaksanaan PE termasuk penilaian dan harapan penerima layanan kesehatan, maupun hambatan yang berasal dari aspek budaya, perilaku, kapasitas sumber daya manusia, dan sistem penyelenggaraan layanan kesehatan. Model yang terbentuk menggambarkan kebutuhan langkah-langkah komprehensif untuk mengoptimalkan PE. Kesimpulannya, PE sangat penting untuk keselamatan pasien. Pendekatan ini berpotensi untuk ditingkatkan dengan memperkuat dukungan organisasi, mengintegrasikan ke dalam sistem perawatan kesehatan, meningkatkan kapasitas profesional kesehatan, dan memberdayakan pasien untuk mengatasi hambatan potensial
Read More
D-460
Depok : FKM-UI, 2022
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive