Ditemukan 40170 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Sadono Setyoko; Pembimbing: I Made Djaja, Agustin Kusumayati; Penguji: Ahmad Syafiq, Abas B. Jahari, Ni Ketut Aryastami
Abstrak:
Prevalensi stunting balita di Indonesia tahun 2013 sebesar 37,2% mengalami peningkatan dari tahun 2010 sebesar 35,6% sehingga masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Faktor kondisi rumah dan sanitasi yang tidak layak dan penyakit infeksi berpotensi menjadi determinan stunting. Tujuan penelitian untuk mengetahui kondisi rumah, sanitasi dan penyakit infeksi terhadap risiko stunting balita 6-59 bulan di Indonesia berdasarkan data IFLS5 yang dilakukan pada tahun 2014-2015. IFLS5 menggunakan desain survey tetapi dalam penelitian ini menggunakan desain case control untuk kepentingan analisis dengan catatan bahwa aspek temporal dari varibel-variabel independen tidak selalu mencerminkan waktu kritis keterpajanan. Jenis dinding, kebersihan rumah, sumber air minum, pengolahan air minum, sumber air bersih, tempat buang air besar, sarana pembuangan air limbah, pembuangan sampah berhubungan dengan risiko stunting. Pengolahan air minum merupakan faktor dominan risiko stunting (OR=1,6). Pada kondisi rumah terdapat hubungan antara jenis dinding dan kebersihan rumah, pada sanitasi terdapat hubungan antara sumber air minum, pengolahan air minum, sumber air bersih, sarana buang air besar, sarana pembuangan air limbah, dan sarana pembuangan sampah dengan risiko stunting. Untuk menurunkan faktor risiko stunting balita 6-59 bulan di Indonesia dengan cara pengolahan air minum melalui pemanasan sampai mendidih 3-4 menit disamping intervensi gizi sensitif dan gizi spesifik lainnya.
Read More
T-5680
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Eka Oktafiany; pembimbing: Dewi Susanna; penguji: Sri Tjahjani Budi Utami, Sofwan
S-6999
Depok : FKM UI, 2012
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Rahmi Garmini; Pembimbing: Rachmadi Purwana; Penguji: Budi Hartono, Dewi Susanna, Miko Hananto, Edy Hariyanto
Abstrak:
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada bayi dan anak-anak. ISPA bisa terjadi karena pencemaran kualitas udara di luar maupun di dalam ruangan. Salah satunya gas sulfur dioksida (SO2) yang ada di tempat pembuangan sampah dapat mengganggu sistem pernapasan pada balita. Balita lebih berisiko tertular ISPA karena kekebalan tubuh yang dialami balita belum terbentuk sempurna. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi udara dalam rumah dan karakteristik balita terhadap kejadian ISPA pada balita di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Sukawinatan Kelurahan Sukajaya Palembang. Jenis penelitian analitik, desain penelitian cross sectional. Variabel terukur adalah kondisi udara dalam rumah, karakteristik balita, dan kejadian ISPA pada balita. Populasi penelitian adalah anak balita berumur 12-59 bulan yang bertempat tinggal di Kelurahan Sukajaya dan sampel berjumlah 94 orang. Data dianalisis dengan uji chi-square, t-test independent, dan regresi logistik. Period Prevalence kejadian ISPA pada balita sebesar 59,6%. Variabel penggunaan obat anti nyamuk, perokok dalam rumah, ventilasi, status gizi dan status imunisasi secara statistik menunjukkan hubungan yang bermakna terhadap kejadian ISPA pada balita, sedangkan variabel kadar SO2 dalam rumah dan umur balita secara statistik tidak menunjukkan hubungan yang bermakna terhadap kejadian ISPA pada balita. Hasil analisis multivariat diperoleh bahwa variabel ventilasi rumah merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita. Ventilasi dapat menjadi faktor risiko terhadap terjadinya ISPA, karena ventilasi mempunyai fungsi sebagai sarana sirkulasi udara sehingga dapat mengurangi pencemaran udara dalam rumah. Kata Kunci : ISPA, Sulfur dioksida, Ventilasi Acute Respiratory Infections (ARI) is a major cause of morbidity and mortality in young children. ARI can occurs because indoor and outdoor air pollution. One of them is gas sulfur dioxide (SO2) in landfills that it can be irritate the respiratory tract in young children. Young children have higher risk of contracting ARI because the immune of young children not yet fully formed. This research aims to find out Indoor air Pollution and Characteristics of acute respiratory infection in under-fives in Sukawinatan Landfills. Type of research was analitic, cross-sectional study design. Measurement of indoor air pollution, characteristics of young children, and prevalence of acute respiratory infection. The population of this research was young children aged 12-59 months who lived in Kelurahan Sukajaya and 94 samples. Data were analyzed by chi-square, t-test independent, and logistic regression. Period Prevalence of acute respiratory infection in young children about 59,6%. Using mosquito repellent, smokers in the house, ventilation, nutrition and immunization status were significant correlation to acute respiratory infection in young children. While SO2 levels in the home and age of young children were insignificant correlation to acute respiratory infection in young children. Multivariate analysis showed that the variables of ventilation with SO2 levels were the most dominant variable related to acute respiratory infection in young children. One of risk factor of acute respiratory infection is ventilation, because its function as air circulation to reduce indoor air pollution. Keywords: Acute Respiratory Infections, Sulfur Dioxide, Ventilation
Read More
T-4808
Depok : FKM-UI, 2017
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Septiria Irawati; Pembimbing: Ema Hermawati; Penguji: R. Budi Haryanto, Ririn Arminsih Wulandari, Sulistiyawati Murdiningrum, Ni Ketut Aryastami
Abstrak:
Read More
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis. Tidak hanya disebabkan oleh kurangnya asupan makanan, stunting juga disebabkan oleh kejadian infeksi berulang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran cakupan imunisasi dan kejadian penyakit infeksi berbasis lingkungan, korelasinya dengan kejadian stunting pada balita, serta rekomendasi intervensi pengendalian stunting di Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. Metodologi penelitian ini menggunakan desain studi ekologi multiple-group study dengan data kecamatan sebagai unit analisis. Data yang dikumpulkan adalah prevalensi stunting, persentase cakupan imunisasi, prevalensi diare, dan prevalensi ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) pada balita per bulan selama setahun pada 44 kecamatan di DKI Jakarta yang dianalisis secara statistik menggunakan uji korelasi. Hasil uji statistik menunjukkan korelasi signifikan antara imunisasi dengan stunting di 6 kecamatan, diare dan stunting di 4 kecamatan, serta ISPA dan stunting di 12 kecamatan. Intervensi yang direkomendasikan adalah upaya penurunan prevalensi ISPA untuk menurunkan prevalensi stunting melalui intensifikasi pencarian dan pengobatan kasus, pemberian perlindungan spesifik dan imunisasi, pemberantasan penyakit berbasis lingkungan, serta upaya kemitraan lintas sektor.
Stunting is a condition of failure to thrive due to chronic malnutrition. Not only caused by a lack of food intake, stunting is also caused by repeated infections. The purpose of this study was to describe the scope of immunization and the incidence of environmental-based infectious diseases, its correlation with the incidence of stunting in children under five, as well as recommendations for stunting control interventions in the Special Capital Region of Jakarta Province. The research methodology used a multiple-group study design with sub-district data as the unit of analysis. The data collected was the prevalence of stunting, the percentage of immunization coverage, the prevalence of diarrhea, and the prevalence of ARI (Accute Respiratoty Infection) in under-fives per month for a year in 44 sub-districts in DKI Jakarta which were statistically analyzed using a correlation test. Statistical test results showed a significant correlation between immunization and stunting in 6 sub-districts, diarrhea and stunting in 4 sub-districts, and ARI and stunting in 12 sub-districts. The recommended interventions are efforts to reduce the prevalence of ARI to reduce the prevalence of stunting through intensifying case search and treatment, providing specific protection and immunization, eradicating environment-based diseases, and cross-sector partnership efforts.
T-6784
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Nia Junia Puteri; Pembimbing: Laila Fitria; Penguji: Al Asyary, Budi Hartono, Syafran Arrazy, Amrina Rosyada
Abstrak:
Read More
Stunting merupakan salah satu masalah kesehatan yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak, yang berdampak pada kualitas sumber daya manusia dan produktivitas di masa depan. Berdasarkan data SKI 2023, Provinsi Papua Tengah menjadi provinsi yang memiliki prevalensi tertinggi stunting pada baduta. Stunting bisa disebabkan oleh banyak faktor, seperti faktor anak, rumah tangga, dan komunitas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara faktor anak (jenis kelamin, IMD, ASI eksklusif, dan diare), rumah tangga (sumber air minum, akses sanitasi, pengelolaan limbah, dan pengelolaan sampah), dan komunitas (tempat tinggal) terhadap kejadian stunting pada baduta (6-23 bulan) di Provinsi Papua Tengah. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan besar sampel yang dianalisis sebesar 175 anak yang bersumber dari data SKI 2023. Analisis pada penelitian ini menggunakan analisis complex sample terdiri dari univariat, bivariat (uji chi square), dan multivariat (uji regresi logistik model prediksi). Hasil univariat menunjukkan bahwa prevalensi baduta (6-23 bulan) yang mengalami stunting di Provinsi Papua Tengah sebesar 36,8%. Analisis bivariat menunjukkan bahwa jenis kelamin yang memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian stunting pada baduta (6-23 bulan) di Provinsi Papua Tengah (p-value = 0,025; OR = 2,210; 95% CI = 1,103 – 4,430). Sementara, analisis multivariat menunjukkan bahwa tempat tinggal menjadi faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian stunting pada baduta (6-23 bulan) di Provinsi Papua Tengah (p-value = 0,044; OR = 2,509; 95% CI = 1,024 – 6,145). Diharapkan kepada pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan Provinsi Papua Tengah dapat meningkatkan program intervensi stunting berbasis wilayah, terutama di daerah perdesaan, dengan fokus pada kesehatan ibu dan anak, serta kesehatan lingkungan (seperti sanitasi, sampah dan limbah), melalui kolaborasi dengan berbagai pihak terkait.
Stunting is a health issue that can disrupt children's growth and development, affecting the quality of human resources and future productivity. According to the 2023 SKI data, Central Papua Province has the highest prevalence of stunting among children aged 6-23 months. Stunting can be caused by various factors, including child, household, and community-related factors. This study aims to analyze the relationship between child-related factors (gender, early initiation of breastfeeding, exclusive breastfeeding, and diarrhea), household factors (source of drinking water, sanitation access, waste management, and garbage disposal), and community factors (place of residence) with the incidence of stunting among toddlers (aged 6–23 months) in Central Papua Province. The study uses a cross-sectional design with a sample size of 175 children sourced from the 2023 SKI data. The analysis includes complex sample analysis, comprising univariate, bivariate (chi-square test), and multivariate (logistic regression prediction model) analyses. The univariate results show that the prevalence of stunting in children aged 6-23 months in Central Papua Province is 36.8%. The bivariate analysis reveals that gender is significantly associated with stunting incidence (p-value = 0,025; OR = 2,210; 95% CI = 1,103 – 4,430). Meanwhile, the multivariate analysis indicates that residence type is the most influential factor on stunting incidence (p-value = 0,044; OR = 2,509; 95% CI = 1,024 – 6,145). It is expected that the local government, through the Health Office of Central Papua Province, can improve region-based stunting intervention programs, particularly in rural areas, focusing on maternal and child health, and environmental health (such as sanitation, waste and sewage management), through collaboration with various related stakeholders.
T-7248
Depok : FKM-UI, 2025
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Prima Gita Pradapaningrum; Pembimbing: Haryoto Kusnoputranto; Penguji: Dewi Susanna, Margareta Maria Sintorini Moerdjoko
Abstrak:
Read More
Tengkes (stunting) merupakan salah satu permasalahan gizi kurang pada balita yang ada di Indonesia. Pengelolaan sampah yang belum maksimal di TPA dapat menimbulkan pencemaran sanitasi lingkungan yang menjadi faktor penyebab tidak langsung tengkes (stunting) dan perilaku hidup bersih yang kurang. TPA Cipeucang menjadi satu-satunya TPA untuk wilayah Tangerang Selatan dengan 2 kelurahan yang berada dekat dengan TPA mengalami kenaikan kasus tengkes (stunting) pada tahun 2021-2022. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sanitasi dasar rumah sehat dan personal higiene rumah tangga dengan kejadian tengkes tengkes (stunting) pada balita di pemukiman sekitar TPA Cipeucang Kota Tangerang Selatan. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional melalui pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh balita yang ada di pemukiman sekitar TPA meliputi 2 Kelurahan dengan 4 RT dan 2 RW. Sampel penelitian berjumlah 86 dengan menggunakan teknik total dan purposive sampling. Penelitian dilaksanakan bulan April hingga Juni 2023. Analisis data menggunakan univariat, bivariat (uji Chi Square) dan multivariat (uji regresi logistik). Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara sarana air minum dengan tengkes (stunting) (p=0,05, POR=1,89) dan menjadi faktor dominan penyebab tengkes (stunting) (p=0,054). Sedangkan sarana air bersih (p=0,374, POR=1,44), sarana jamban (p=0,613, POR=1,22), sarana pembuangan air limbah (p=1,000, POR=1,54), kebersihan kulit (p=1,000, POR=1,24) serta kebersihan kuku dan tangan (p=0,625, POR=1,22) tidak berhubungan dengan tengkes (stunting) namun berpotensi menjadi risiko tengkes (stunting). Sarana pengelolaan sampah padat rumah tangga (p=0,310) tidak ada hubungan dengan tengkes (stunting) dan bukan merupakan faktor risiko. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah sarana sanitasi dasar air minum memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian tengkes (stunting) dan menjadi faktor dominan yang mempengaruhi kejadian tengkes (stunting) pada balita di pemukiman sekitar TPA Cipeucang Kota Tangerang Selatan Tahun 2023.
Stunting is one of malnutrition problems towards toddlers in Indonesia. Environmental sanitation has an important role against stunting. Waste management that has not been maximized at landfill can cause environmental sanitation pollution and lack of healthy hygiene behavior. Cipeucang Landfill is the only landfill for South Tangerang City with 2 sub-districts that are close to the landfill and have an increase stunting case in 2021-2022. This study aims to determine the relationship between basic healthy home sanitation and household personal hygiene with stunting case towards toddlers in settlements around Cipeucang Landfill, Tangerang Selatan City. This type of research is observational analytic through a cross sectional approach. The study population was all toddlers in settlements around Cipeucang Landfill with 2 Sub-Districts (4 RTs and 2 RWs). The research sample was 86 using a total and purposive sampling technique. The research was conducted from April to June 2023. Data analysis used univariate, bivariate (Chi Square test) and multivariate (logistic regression test). The results showed that there was relation between drinking water facilities and stunting (p=0.05, POR=1.89) and became a dominant factor causing stunting (p=0.054). While clean water facilities (p=0.374, POR=1.44), latrines (p=0.613, POR=1.22), waste water disposal facilities (p=1.000, POR=1.54), skin hygiene (p=1.000, POR=1.24) and hand and nail hygiene (p=0.625, POR=1.22) were not related to stunting but were potentially a risk of stunting. Household solid waste management facilities (p=0.310) have no relation with stunting and is not a risk factor. The conclusion in this study is basic sanitation facility for drinking water has a significant relationship with stunting case and is the dominant factor influencing stunting case towards toddlers in the settlements around TPA Cipeucang, South Tangerang City, 2023.
T-6751
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Adhika Paramasatya; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Laila Fitria, R. Budi Haryanto, Ade Irwan Afandi, Rahmi Ariyani
Abstrak:
Read More
Stunting adalah menurunnya laju pertumbuhan panjang/tinggi badan dibawah minus 2 standar deviasi. Desa Cijeruk Kecamatan Kibin merupakan desa dengan angka kejadian stunting tertinggi di Kab. Serang dimana 233 (77,66%) balita menderita stunting. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi gambaran kejadian stunting pada balita di Desa Cijeruk Kecamatan Kibin Kabupaten Serang Banten tahun 2023 dan menganalisis hubungannya dengan Riwayat Penyakit Infeksi. Desain penelitian adalah potong lintang dengan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian didapatkan terdapat hubungan riwayat penyakit infeksi dengan kejadian stunting (p<0,01). Balita dengan riwayat penyakit infeksi berisiko 21,23 kali mengalami stunting (OR=21,23,95% CI 7,15-62,01). Variabel kovariat faktor balita yang berhubungan dengan kejadian stunting adalah jenis kelamin (p=0,038) dan riwayat penyakit infeksi (p=<0,001); faktor keluarga yaitu pendapatan keluarga (p=0,040) dan pola asuh otoriter (p= 0,004); dan faktor lingkungan yaitu stop buang air besar sembarangan (p=0,038) dan pengamanan sampah rumah tangga (p=<0,001). Variabel MP-ASI dan stop buang air besar sembarangan merupakan variabel perancu terhadap hubungan riwayat penyakit infeksi dengan kejadian stunting. Balita yang memiliki riwayat penyakit infeksi berisiko 31,30 kali lebih tinggi mengalami stunting dibanding balita yang tidak memiliki riwayat penyakit infeksi setelah dikontrol oleh variabel perancu (OR=21,28 95% CI 6,088-74,379).
Stunting is a decrease in the growth rate of length/height below minus 2 standard deviations. Cijeruk Village, Kibin District, is the village with the highest stunting rate in Kab. Serang where 233 (77.66%) toddlers suffer from stunting. The purpose of this study was to identify the description of the incidence of stunting in toddlers in Cijeruk Village, Kibin District, Serang Banten Regency in 2023 and analyze its relationship with a History of Infectious Diseases. The research design is cross-sectional with a quantitative approach. The results of the study found that there was a relationship between a history of infectious diseases and the incidence of stunting (p <0.01). Toddlers with a history of infectious diseases are at risk of 21.23 times experiencing stunting (OR=21.23.95% CI 7.15-62.01). The covariate variables associated with stunting were gender (p=0.038) and history of infectious diseases (p=<0.001); family factors, namely family income (p=0.040) and authoritarian parenting (p=0.004); and environmental factors, namely stopping open defecation (p=0.038) and safeguarding household waste (p=<0.001). The MP-ASI variable and stopping open defecation are confounding variables for the relationship between a history of infectious diseases and the incidence of stunting. Toddlers who have a history of infectious diseases have a 21.28 times higher risk of experiencing stunting than toddlers who do not have a history of infectious diseases after controlling for confounding variables (OR=21.28 95% CI 6.088-74.379).
T-6721
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Rafika Syulistia; Pembimbing: Budi Hartono; Penguji: Laila Fitria, Ema Herawati, Didi Purnama, Didik Supriyono
Abstrak:
Buruknya kondisi sanitasi dapat berdampak negatif pada kehidupan masyarakat dan meningkatkan jumlah penyakit lingkungan seperti kejadian diare. Dalam hal ini, balita memiliki resiko jauh lebih besar dibandingkan orang dewasa karena dipengaruhi beberapa faktor seperti, status pemberian asi eksklusif maupun imunisasi campak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan sanitasi total berbasis masyarakat terhadap kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Tambang Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Metode penelitian yang digunakan adalah cross sectional, sampelnya adalah rumah tangga yang memiliki balita dengan besar sampel 186. Hasil penelitian menunjukkan ada enam variabel yang berhubungan terhadap kejadian diare pada balita yaitu : variabel buang air besar sembarangan (OR= 3,333 CI=95% 1,733-6,267), cuci tangan pakai sabun (OR= 3,928 CI=95% 1,981-7,789), pengelolaan air minum & makanan rumah tangga (OR= 6,613 CI=95% 3,483-12,558), pengamanan limbah cair rumah tangga (OR= 3,609 CI=95% 1,894-6,876), pendapatan keluarga (OR= 6,827 CI=95% 3,541-13,162), dan asi eksklusif (OR= 2,455 CI=95% 1,095-5,505). Hasil analisis multivariat menggunakan uji regresi logistic ganda didapatkan variabel pengelolaan air minum & makanan rumah tangga yang dominan/berpengaruh terhadap kejadian diare pada balita dengan nilai OR = 13,568 yang artinya adalah rumah tangga yang memiliki balita dan pengelolaan air minum & makanan rumah tangganya buruk beresiko untuk menderita diare 13,568 lebih besar dibandingkan dengan rumah tangga yang memiliki balita dan pengelolaan air minum & makanan rumah tangganya baik.
Kata kunci: Diare, Balita, Sanitasi, STBM, Kampar, Riau
Poor sanitation conditions can have a negative impact on people's lives and increase the number of environmental diseases such as diarrhea. In this case, toddlers have a much greater risk than adults because it is influenced by several factors such as, exclusive breastfeeding status and measles immunization. The purpose of this study was to determine the relation of total community based sanitation on the incidence of diarrhea in under-five children in the working area of Puskesmas Tambang Kabupaten Kampar Riau Province. The research method used is cross sectional, the sample is household with toddler with big sample 186. Result of research indicate there are six variables that related to diarrhea occurrence in balita that is: indiscriminate defecation (OR = 3,333 CI = 95% 1,733-6,267), hand washing with soap (OR= 3,928 CI=95% 1,981-7,789), drinking water management & household food(OR= 6,613 CI=95% 3,483-12,558),household wastewater safety (OR = 3,609 CI = 95% 1,894-6,876), family income (OR = 6,827 CI = 95% 3,541-13,162), and exclusive ation (OR = 2,455 CI = 95% 1,095-5,505). The result of multivariate analysis using multiple logistic regression test showed that the dominant / influential variable of drinking water and household food management on the occurrence of diarrhea in underfives with OR = 13,568 which means that households with toddlers and drinking water and household food management are at risk for suffering from diarrhea 13,568 larger than households with toddlers and good drinking water and food housekeeping. Key words: Diarrhea, Toddler, Sanitation, STBM, Kampar, Riau
Read More
Kata kunci: Diare, Balita, Sanitasi, STBM, Kampar, Riau
Poor sanitation conditions can have a negative impact on people's lives and increase the number of environmental diseases such as diarrhea. In this case, toddlers have a much greater risk than adults because it is influenced by several factors such as, exclusive breastfeeding status and measles immunization. The purpose of this study was to determine the relation of total community based sanitation on the incidence of diarrhea in under-five children in the working area of Puskesmas Tambang Kabupaten Kampar Riau Province. The research method used is cross sectional, the sample is household with toddler with big sample 186. Result of research indicate there are six variables that related to diarrhea occurrence in balita that is: indiscriminate defecation (OR = 3,333 CI = 95% 1,733-6,267), hand washing with soap (OR= 3,928 CI=95% 1,981-7,789), drinking water management & household food(OR= 6,613 CI=95% 3,483-12,558),household wastewater safety (OR = 3,609 CI = 95% 1,894-6,876), family income (OR = 6,827 CI = 95% 3,541-13,162), and exclusive ation (OR = 2,455 CI = 95% 1,095-5,505). The result of multivariate analysis using multiple logistic regression test showed that the dominant / influential variable of drinking water and household food management on the occurrence of diarrhea in underfives with OR = 13,568 which means that households with toddlers and drinking water and household food management are at risk for suffering from diarrhea 13,568 larger than households with toddlers and good drinking water and food housekeeping. Key words: Diarrhea, Toddler, Sanitation, STBM, Kampar, Riau
T-5238
Depok : FKM UI, 2018
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Meithyra Melviana Simatupang; Pembimbing: Sri Tjahjani Budi Utami; Penguji: Ema Hermawati, Laila Fitri, Didin Aliyudin, Upi Meikawati
Abstrak:
Mycobacterium tuberculosis dilepaskan oleh penderita saat batuk, bersin bahkan ketika berbicara. Durasi dan lamanya paparan kuman TB merupakan faktor penting dalam penularan, terutama pada ruangan tertutup. Maka, orang yang paling rentan tertular adalah kontak serumah penderita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku dan kondisi lingkungan rumah terhadap adanya gejala TB pada kontak serumah penderita. Penelitian cross-sectional ini dilakukan dengan mewawancarai 73 penderita TB serta kontak serumahnya dan mengobservasi kondisi lingkungan rumahnya. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya gejala TB pada kontak serumah dipengaruhi oleh penderita yang tidak menutup mulut saat batuk/bersin, membuang dahak sembarangan dan kontak serumah yang tidur di ruangan yang sama dengan penderita. Adapun kondisi rumah yang berpengaruh meliputi pencahayaan dan ventilasi yang tidak memenuhi syarat serta kepadatan hunian yang tinggi. Kesimpulannya, perilaku dan kondisi lingkungan rumah berkaitan dengan adanya gejala tuberkulosis pada kontak serumah. Agar tidak terjadi penularan pada kontak serumah, penderita dianjurkan untuk menggunakan masker, kontak serumah tidak boleh tidur bersama penderita. Pencahayaaan dan ventilasi rumah juga harus sesuai syarat rumah sehat untuk mencegah perkembangbiakan mikroorganisme di dalam rumah.
Kata kunci: tuberkulosis, perilaku, lingkungan rumah, kontak serumah
Mycobacterium tuberculosis bacteria exhaled by patients when coughing, sneezing, even speaking. Duration and frequency of exposure is important factor of TB transmission, especially in closed room. Therefore, household contact of TB patient is susceptible. This research aimed to find out the influence of behavior and house environment condition to tuberculosis symptoms existence at household contact of TB patient. This cross-sectional research collected data by interviewed 73 TB patients and their household contact. Then, observation the house environment conditions. Results showed that TB symptoms at household contact was affected by patient behavior to covered mouth when coughing/sneezing, disposed sputum carelessly and household contact behavior who slept in the same room with the patient. While, house condition that affect was not-eligible lighting and ventilation, then high population density. In conclusion, behavior and house environment condition was influenced the existence of TB symptoms at household contact. To avoid tuberculosis transmission, patients is suggested to wear mask and their household contacts should not sleep with them in the same room. Lighting and ventilation also have to comply healthy house requirement to prevent the proliferation of microorganisms in the house.
Keywords: tuberculosis, behavior, house environment, household contact
Read More
Kata kunci: tuberkulosis, perilaku, lingkungan rumah, kontak serumah
Mycobacterium tuberculosis bacteria exhaled by patients when coughing, sneezing, even speaking. Duration and frequency of exposure is important factor of TB transmission, especially in closed room. Therefore, household contact of TB patient is susceptible. This research aimed to find out the influence of behavior and house environment condition to tuberculosis symptoms existence at household contact of TB patient. This cross-sectional research collected data by interviewed 73 TB patients and their household contact. Then, observation the house environment conditions. Results showed that TB symptoms at household contact was affected by patient behavior to covered mouth when coughing/sneezing, disposed sputum carelessly and household contact behavior who slept in the same room with the patient. While, house condition that affect was not-eligible lighting and ventilation, then high population density. In conclusion, behavior and house environment condition was influenced the existence of TB symptoms at household contact. To avoid tuberculosis transmission, patients is suggested to wear mask and their household contacts should not sleep with them in the same room. Lighting and ventilation also have to comply healthy house requirement to prevent the proliferation of microorganisms in the house.
Keywords: tuberculosis, behavior, house environment, household contact
T-4811
Depok : FKM UI, 2017
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Meutia Nur Fitriani; Pembimbing: Ririn Arminsih WUlandari; Penguji: Laila Fitria, Yulia Fitria Ningrum
S-10489
Depok : FKM-UI, 2020
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
