Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Gede Alit Wardana; Pembimbing: Wachyu Sulistiadi; Penguji: Ede Surya Darmawan, Puput Oktamianti, Amila Megraini, Punto Dewo
Abstrak:
ABSTRAK Asap rokok dapat membahayakan kesehatan perokok aktif dan menimbulkan pencemaran udara yang membahayakan kesehatan orang lain. Pemerintah Kalimantan Timur melalui Surat Keputusan Gubernur no 1 tahun 2013 mengatur tentang kawasan tanpa rokok, yang bertujuan untuk melindungi kesehatan masyarakat dari bahaya akibat merokok. Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 6 Tahun 2014 mengamanatkan mengenai kawasan tanpa rokok pada tempat pelayanan kesehatan. Penelitian ini bertujuan adalah untuk mengetahui implementasi kebijakan kawasan tanpa rokok di RSUD Dr Abdul Rivai Kabupaten Berau Kalimantan Timur dengan disain studi kasus, analisa deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukan sosialisasi kebijakan kawasan tanpa rokok tidak berjalan dengan baik, tim kawasan tanpa rokok belum bekerja dengan baik,diperlukan penambahan sumber daya manusia untuk terlaksananya implementasi Kawasan Tanpa Rokok, Komitmen dari implementor kurang dan masih ada implementor yang ragu untuk menggunakan kewenangannya menegur pengunjung maupun pegawai yang merokok di rumah sakit. Kerjasama dengan pemerintah daerah dalam mengawasi dan mengevaluasi implementasi kawasan tanpa rokok belum berjalan. Dampak dari tidak berjalannya implementasi kebijakan kawasan tanpa rokok dengan optimal sampai sekarang adalah masih adanya karyawan rumah sakit atau pengunjung melakukan aktifitas merokok di rumah sakit. Kata Kunci: Implementasi Kebijakan, Kawasan Tanpa Rokok, komitmen, kewenangan. Cigarette smoke can harm the health of active smokers and cause air pollution haten danger the health of others. The Government of East Kalimantan through the Governor's Decree No. 1 of 2013 regulates the No Smoking Area, which aims to protect public health from the harm caused by smoking. Berau District Regulation No. 6 of 2014 mandated about No Smoking Area in the health service. This study aims to determine the implementation of No Smoking Area policy in Dr Abdul Rivai Hospital, Berau, East Kalimantan with case study design, descriptive analysis with qualitative approach. The result of the research show that the socialization of the No Smoking Area policy is not working well, the team has not worked well, it is necessary to add human resources for implementation of No Smoking Area. Minimal commitment froms implementors and there are still implementers who hesitate to use their authority to reprimand visitors or the employee who smokes in the hospital. Cooperation with local governments in monitoring and evaluating the implementation of No Smoking Areas has not been implemented. The impact of ineffective implementation of No Smoking Area policy optimally up to now, there is still the existence of hospital employees or visitors doing smoking activity in the hospital. Keywords: Hospital policy implementation, No Smoking Area, commitment, Authority
Read More
B-2016
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Zahrina; Pembimbing: Puput Oktamianti; Penguji: Rita Damayanti, Hamid Chalid
Abstrak:
Indonesia menjadi negara ketiga dengan konsumsi tembakau terbesar di dunia dan terus meningkat prevalensinya. Paparan asap rokok akan membahayakan bagi orang lain, perokok pasif akan menjadi korban dari perilaku merokok yang semena-mena. Kawasan Tanpa Rokok merupakan peraturan yang harus diterapkan berdasarkan UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Tempat Belajar mengajar menjadi salah satu Kawasan Tanpa Rokok yang ditetapkan oleh Pemerintah. Universitas Indonesia sebagai institusi pendidikan yang menjadi contoh dan peduli lingkungan sudah mentapkan UI sebagai kawasan Tanpa Rokok berdasarkan SK Rektor UI. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok di universitas Indonesia Tahun 2015. Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif dengan mertode wawancara mendalam dan observasi dengan pendekatan kerangka kerja logis. Hasil penelitian adalah Kawasan Tanapa Rokok UI belum memiliki indikator yang sesuai dengan peraturan kementerian kesehatan dan belum optimal dalam pelaksanaannya. Faktor kendala utama adalah tidak adanya komitmen, konsistensi, ketegasan penegakan peraturan, kejelasan tanggung jawab dan wewenang Pelaksana Tugas Harian KTR UI sehingga akan berdampak pada alokasi anggaran dan aktivitas dalam pelaksanaan kawasan tanpa rokok serta output yang dicapai. Kata Kunci : Evaluasi, Kawasan tanpa Rokok, Kerangka Kerja Logis
Read More
S-8724
Depok : FKM-UI, 2015
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Mauliate Duarta Christiani; Pembimbing: Tri Krianto; Penguji: Ede Surya Darmawan, Rita Damayanti, Nunik Kusumawardani, Sakri Sab'atmaja
Abstrak:
Epidemi tembakau adalah salah satu ancaman besar kesehatan masyarakat yang dihadapi dunia, Selain merokok, asap rokok orang lain juga berbahaya bagi kesehatan. Dilaporkan bahwa tiga dari lima orang pelajar usia 13- 15 tahun terpapar asap rokok orang lain di rumah dan tempat-tempat umum. Prevalensi merokok pada penduduk umur 10-18 mengalami peningkatan dari 7,2% pada tahun 2013 menjadi 9,1% pada tahun 2018. Provinsi DKI Jakarta sudah memiliki peraturan tentang Kawasan Dilarang Merokok. Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) disekolah bertujuan untuk menciptakan lingkungan sekolah yang bersih dan sehat, mencegah siswa untuk mulai merokok dan menurunkan angka perokok. Penelitian dilakukan untuk menggali informasi apakah terdapat kesesuaian antara pelaksanaan dengan kebijakan KTR di sekolah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik WM, Observasi dan telaah dokumen. Kesimpulan didapatkan bahwa SMPK 5 Penabur dan SMPN 255 inkonsisten dalam implementasi kebijakan KTR dalam promosi kesehatan di sekolah dan merekomendasikan mendorong disposisi yang mendukung implementasi kebijakan KTR, Pembentukan struktur birokrasi, Mengalokasikan sumber daya sesuai yang dibutuhkan dan Meningkatkan komunikasi yang efektif
Read More
T-5468
Depok : FKM UI, 2019
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Meita Veruswati; Pembimbing: Anhari Achadi, Wachyu Sulistiadi, Nana Supriaatna, Roslina Susilawati
Abstrak:
Kota Bogor sudah memiliki Perda KTR sejak tahun 2009, yang merupakan komitmen untuk memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat dari paparan asap rokok orang lain. Dalam pelaksanaannya, belum sepenuhnya hotel dan tempat hiburan bebas asap rokok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor pengelola yang berhubungan dengan Kepatuhan Pelaksanaan Perda KTR pada hotel dantempat hiburan di Kota Bogor. Desain penelitian adalah cross-sectional dengan pendekatan kuantitaif dengan penguatan kualitatif dan wawacara mendalam kepada Sejretaris Daerah dan Dinas Kesehatan Kota Bogor. Data kepatuhan dikumpulkan menggunakan lembar observasi dan data pengelola melalui wawancara terstruktur. Kepatuhan di hotel dan tempat hiburan terhadap Perda KTR masih rendah (44,9%). Faktor yang berhubungan bermakna adalahpengetahuan dan sikap pengelola. Pengetahuan menjadi faktor yang paling berhubungan dengan nilai OR 6,6. Hambatan pelaksanaan Perda KTR di hotel dan tempat hiburan selama ini adalah sosialisasi yang tidak tepat sasaran, penyebaran media sosialisasi yang tidak merata dan penegakan hukum yang belum sesuai aturan Perda. Dibutuhkan strategi sosialisasi yang tepat dengan memaksimalkan peran media massa dan meningkatkan pengawasan yang berjenjang dan terus menerus. Kata Kunci : Kepatuhan, Peraturan Kawasan Tanpa Rokok, Pengelola, Hotel dan tempat hiburan
Read More
T-4401
Depok : FKM-UI, 2015
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Ari Sulandari; Pembimbing: Amal Chalik Sjaaf; Penguji: Anhari Achadi, Pujiyanto, Enggar Utari, Lia Susanti
T-4290
Depok : FKM UI, 2015
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Nurhasanah; Pembimbing: Dumilah Ayuningtyas; Penguji: Vetty Yulianty Permanasari, Wachyu Sulistiadi, Tiktik Susiati Ikna, Oki Oktavia
Abstrak:
Peraturan Daerah Kabupaten Lebak No.17 Tahun 2006 Tentang PenyelenggaraanKetertiban, Kebersihan dan Keindahan adalah bentuk turunan dari Undang-UndangNo.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan. Kabupaten Lebak masih berada di posisitertinggi kedua yang memiliki persentase penduduk umur 10 tahun ke atas dengankebiasaan merokok (29,4%), sehingga untuk menurunkan angka perokok diKabupaten Lebak dengan melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok. Penelitianini menggunakan Triangulation mix methode, pengumpulan data dilakukan denganpendekatan kualitatif dan kuantatif. Hasil penelitian mendapatkan sebagian kecilKawasan Tanpa Rokok patuh terhadap kebijakan (28%), perilaku positif (58%) danpengetahuan tinggi (58%), tidak ada hubungan perilaku dengan pengetahuan (p value= 0,075). Pelaksanaan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok belum efektif karena masihadanya gap antara implementasi dan pedoman dalam penggunaan Dana Bagi HasilCukai Hasil Tembakau yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI. Pemerintah daerahbelum responsive terhadap kebijakan Kawasan Tanpa Rokok dengan belumditerbitkannya Peraturan Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok, pembentukan timpengawas dan sosialisasi Perda. Rekomendasi yang dapat diajukan adalah penerbitanPeraturan Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok, dan penyamaan persepsi tentangpenggunaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau pada penentu kebijakan.Kata Kunci : Kawasan Tanpa Rokok, evaluasi, kebijakan, Kab.Lebak.
Lebak District Regulation No.17 Year 2006 on the Implementation Order,Cleanliness and Beauty is a derivative form of Laws 23 of 1992 About Health. Lebakstill remain the second highest percentage of population aged 10 years and over withsmoking (29.4%), so as to reduce the number of smokers in Lebak to implement theNo Smoking policy. This study uses the Triangulation mix of methods, datacollection is done with qualitative and quantitative approaches. The results of thestudy to get a small portion No Smoking policy-compliant (28%), positive behavior(58%) and high knowledge (58%), there was no connection with the behavior ofknowledge (p value = 0.075). No Smoking policy implementation has not beeneffective because of the persistence of the gap between the implementation and theguidelines in the use of Sharing Fund Tobacco Excise issued by the Ministry ofHealth RI. The local government has not been responsive to the policy of NoSmoking by not issuing the Provincial Regulation on No Smoking, team building andsocialization supervisory regulations. Recommendations that can be raised is thepublication of the Provincial Regulation on No Smoking, and harmonization of theuse of DBH in the Tobacco Excise policy makers.Key Words : No Smoking Area, evaluation, policy, district Lebak
Read More
Lebak District Regulation No.17 Year 2006 on the Implementation Order,Cleanliness and Beauty is a derivative form of Laws 23 of 1992 About Health. Lebakstill remain the second highest percentage of population aged 10 years and over withsmoking (29.4%), so as to reduce the number of smokers in Lebak to implement theNo Smoking policy. This study uses the Triangulation mix of methods, datacollection is done with qualitative and quantitative approaches. The results of thestudy to get a small portion No Smoking policy-compliant (28%), positive behavior(58%) and high knowledge (58%), there was no connection with the behavior ofknowledge (p value = 0.075). No Smoking policy implementation has not beeneffective because of the persistence of the gap between the implementation and theguidelines in the use of Sharing Fund Tobacco Excise issued by the Ministry ofHealth RI. The local government has not been responsive to the policy of NoSmoking by not issuing the Provincial Regulation on No Smoking, team building andsocialization supervisory regulations. Recommendations that can be raised is thepublication of the Provincial Regulation on No Smoking, and harmonization of theuse of DBH in the Tobacco Excise policy makers.Key Words : No Smoking Area, evaluation, policy, district Lebak
T-4729
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Ihyani Nurdiena Marliamara; Pembimbing: Tri Krianto; Penguji: Bambang Wispriyono, Dien Anshari, Risky Kusuma Hartono, Faika Rachmawati
Abstrak:
Read More
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan sopir angkutan umum terhadap peraturan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Terminal Kota Depok tahun 2024. Penelitian menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan desain cross-sectional. Responden penelitian adalah 94 sopir angkutan umum yang dipilih secara purposive sampling. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang mencakup karakteristik individu serta sikap dan perilaku merokok. Analisis data dilakukan menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar sopir angkutan umum (79.8 %) tidak patuh terhadap peraturan KTR, sementara sisanya (20.2%) patuh. Faktor predisposisi memiliki hubungan signifikan dengan kepatuhan para sopir angkutan umum (p- value < 0,05). Begitu pula dengan faktor pemungkin. Faktor Penguat yaitu harga rokok tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kepatuhan.
This study aims to analyze the factors associated with the compliance of public transport drivers with the Smoke-Free Area (SFA) regulations at the Depok City Terminal in 2024. The research employs a descriptive method with a quantitative approach and a cross-sectional design. The respondents of the study consist of 94 public transport drivers selected through purposive sampling. Data were collected using a questionnaire that covered individual characteristics as well as smoking attitudes and behaviors. Data analysis was conducted using the Chi-Square test. The results showed that the majority of public transport drivers (79.8%) did not comply with the SFA regulations, while the remaining 20.2% were compliant. Predisposing factors were found to have a significant relationship with the compliance of public transport drivers (p-value < 0.05). Similarly, enabling factors were also significantly related. However, reinforcing factors, such as the price of cigarettes, did not have a significant relationship with compliance.
T-7197
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Hadiq Nur Wahid Arrifqi; Pembimbing: Robiana Modjo; Penguji: Indri Hapsari Susilowati, Qanita Fauzia
Abstrak:
Read More
Pemerintah Indonesia telah menetapkan kebijakan yang menyatakan bahwa setiap tempat kerja merupakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Hal tersebut merupakan pemenuhan dari amanat UUD 1945 yang menyatakan bahwa setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang sehat. Sayangnya, sejak ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah pada 2012, beberapa penelitian menunjukkan KTR tidak terlaksana dengan optimal. Penelitian ini disusun untuk mendapatkan gambaran pelaksanaan KTR pada tempat kerja di Indonesia. Penelitian dilaksanakan menggunakan teknik kajian literatur sistematis dengan mengumpulkan literatur yang diterbitkan dalam periode sepuluh tahun terakhir terkait pelaksanaan KTR pada tempat kerja di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa KTR mampu dilaksanakan dengan baik oleh 28% tempat kerja. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan pelaksanaan KTR di tempat kerja cukup rendah. Indikator dengan pemenuhan tertinggi ditunjukkan oleh keberadaan rambu larangan merokok. Sedangkan indikator terendah ditunjukkan oleh keberadaan ruang merokok dan indikator perilaku. Dari hasil tersebut, pengelola kebijakan mulai dari pimpinan hingga pengawas perlu menyatakan komitmen yang kuat dalam menjamin pelaksanaan KTR sebagai indikator input sehingga indikator lain dapat terpenuhi dengan baik. Pimpinan dan pengawas seharusnya menjadi teladan bagi pekerja untuk tidak merokok di lingkungan KTR.
The Indonesian government has established a policy stating that every workplace is a Smoke Free Area (KTR). This is the fulfillment of the mandate of the 1945 Constitution which states that everyone has the right to a healthy environment. Unfortunately, since it was enacted through a Government Regulation in 2012, several studies have shown that KTR has not been implemented optimally. This research was conducted to get an overview of the implementation of KTR in workplaces in Indonesia. The research was carried out using a systematic literature review technique by collecting published literature in the last ten years regarding the implementation of KTR in workplaces in Indonesia. The results of the study show that 28% of workplaces can implement KTR well. These results indicate that the level of compliance with KTR implementation in the workplace is quite low. The indicator with the highest compliance is shown by the presence of no smoking signs. While the lowest indicator is shown by the presence of a smoking room and behavioral indicators. From these results, policy managers ranging from leaders to supervisors need to state a strong commitment in ensuring the implementation of KTR as an input indicator so that other indicators can be fulfilled properly. Leaders and supervisors should be role models for workers not to smoke in the KTR environment.
S-11487
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Hazrina Fadiah Insani; Pembimbing: Evi Martha; Penguji: Dien Anshari, Wahyu Septiono, Eddy Riris Anita Tarihoran, Dewi Yuliana Lestari
Abstrak:
Read More
Kawasan tanpa rokok merupakan upaya perlindungan untuk masyarakat terhadap risiko ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan tercemar asap rokok. Kampung Cigaten Desa Cihuni Kecamatan Pagedangan Kabupaten Tangerang berupaya mendirikan kawasan tanpa rokok di sebuah kampung yang cukup padat penduduk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi pelaksanaan peraturan kawasan tanpa rokok di Kampung Cigaten dengan menggunakan Teori Implementasi kebijakan George C.Edward. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan desain penelitian Rapid Assesment Procedure. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan Focus Group Discussion, pengambilan data dilakukan pada bulan Agustus-November Tahun 2023. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor komunikasi dalam pelaksanaan kebijakan kawasan tanpa rokok di kampung Cigaten belum berjalan dengan baik, selanjutnya sumber daya yang dimiliki dalam pelaksanaan kawasan tanpa rokok di kampung Cigaten yaitu sumber daya manusia dan sarana prasarana kawasan tanpa rokok juga belum terpenuhi kualifikasi dan kelengkapannya, Sikap positif mayoritas ditunjukan oleh para informan terhadap berlakunya kawasan tanpa rokok di kampung Cigaten hanya saja masih banyak informan yang sama sekali tidak mengetahui maksud dan tujuan dari kawasan tanpa rokok. Surat keputusan dan standar operasional pelaksanaan kawasan tanpa rokok di kampung Cigaten sudah tersedia namun belum pernah disosialisasikan termasuk kejelasan gambaran kerja para pengelola kawasan tanpa rokok. Untuk itu pemerintah kabupaten Tangerang perlu memperkuat peraturan kawasan tanpa rokok dengan melakukan sosialisasi serta monitoring dan evaluasi pada tempat-tempat yang di tetapkan sebagai kawasan tapa rokok dan dapat membuat petunjuk teknis terhadap pelaksanaan kawasan tanpa rokok di kabupaten Tangerang.
Smoke-free areas are an effort to protect the community from the risk of health problems caused by environmental pollution from cigarette smoke. The village of Cigaten, Cihuni village, Pagedangan district, Tangerang regency is trying to set up a smoke-free area in a village that is quite densely populated. The purpose of this research is to determine the implementation of the smoke-free regulations in the village of Cigaten, using George C. Edward's theory of policy implementation. This research will use a qualitative approach with a research design of a rapid assessment procedure. Data will be collected through in-depth interviews and focus group discussions. Data collection will take place from August to November 2023. The results of the research show that the communication factor in the implementation of the no-smoking area policy in Cigaten village has not gone well, and the resources in the implementation of the no-smoking area in Cigaten village, namely human resources and infrastructure in the no-smoking area, also do not have the qualifications and completeness. The majority of informants had a positive attitude towards the implementation of the no-smoking area in Cigaten Village. However, there were still many informants who did not know the aims and objectives of the no-smoking area at all. The decree and operational standards for the implementation of smoke-free areas in Cigaten village are available, but have never been socialised, including a clear description of the work of smoke-free area managers. Therefore, the Tangerang district government can provide technical instructions for the implementation of smoke-free areas in Tangerang district by strengthening the regulations on smoke-free areas through publicity, monitoring and evaluation of places designated as smoke-free areas.
T-7008
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Wenni Haristia;Pembimbing: Amal Chalik Sjaaf; Penguji: Ascobat Gani, Wachyu Sulistiadi, Faika Rachmawati, Dinda Srikandi Radjiman
Abstrak:
Read More
Besarnya ancaman epidemi tembakau pada masyarakat Indonesia khususnya bagi anak dan remaja, menginisiasi pemerintah Indonesia untuk mengadopsi dan mengimplementasikan kebijakan yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya rokok bagi kesehatan, salah satunya melalui implementasi Kawasan Tanpa Rokok. Namun, penelitian pada berbagai daerah di Indonesia menunjukkan masih lemahnya tingkat kepatuhan masyarakat terhadap aturan dalam kawasan tanpa rokok tersebut. Implementasi yang lemah dan kepatuhan yang buruk dapat mengurangi efektivitas dari kebijakan. Berdasarkan hal tersebut, dirasa perlu untuk melakukan penelitian yang menganalisis bagaimana kebijakan Kawasan Tanpa Rokok diimplementasikan di Kota Depok melalui penerapan Perda Depok No. 2/2020. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat implementasi Perda tersebut. Ruang lingkup penelitian dibatasi pada aspek pelaksanaan implementasi (descriptive of policy implementation). Dimensi yang dikaji pada penelitian ini adalah aspek sumber daya, sikap pelaksana, pengawasan DPRD, dukungan masyarakat, komunikasi, dan struktur birokrasi. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dengan desain studi kasus dan pendekatan deskriptif. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini berupa wawancara mendalam dan telaah dokumen. Informan dalam penelitian ini berasal dari unsur pelaksana kebijakan dan kelompok sasaran kebijakan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi KTR di Kota Depok masih belum optimal yang ditandai dengan yang ditandai dengan belum optimalnya aspek-aspek implementasi Perda Depok No. 2/2020, yaitu aspek penetapan, pembinaan dan pengawasan, penegakan dan kinerja KTR. Belum optimalnya implementasi Perda Depok No. 2/2020 berkaitan dengan kompetensi sumber daya masnusia, fasilitas dan pendanaan yang belum memadai, sikap dan komitmen Kepala Daerah, serta belum adanya aturan teknis mengenai penyelenggaraan KTR.
The significant threat of the tobacco epidemic to the Indonesian population, particularly children and adolescents, has prompted the Indonesian government to adopt and implement policies aimed at protecting the public from the health hazards of smoking, one of which is through the implementation of Smoke-Free Areas (SFA) policy. However, research in various regions of Indonesia indicates a persistent weakness in public compliance with the rules within these smoke-free zones. Poor implementation and compliance can diminish the effectiveness of the policy. Given this, it is deemed necessary to conduct research analyzing how the SFA policy is implemented in Depok City through the enactment of Depok Regulation No. 2/2020. The purpose of this study is to identify the factors that support and hinder the implementation of this regulation. The scope of the research is limited to aspects of policy implementation (descriptive of policy implementation). The dimensions examined in this study include aspects of resources, implementers' attitudes, DPRD supervision, community support, communication, and bureaucratic structure. This research was conducted using qualitative methods with a case study design and descriptive approach. Data collection methods in this study consisted of in-depth interviews and document review. Informants in this study came from policy implementers and the target policy group. The results of this study indicate that the implementation of SFA policy in Depok City is still suboptimal. This is evidenced by deficiencies in various aspects of implementing Depok Regional Regulation No. 2/2020, including establishment, guidance and supervision, enforcement, and performance of SFA policy implementation. The suboptimal implementation of Depok Regulation No. 2/2020 is related to the competence of human resources, inadequate facilities and funding, attitudes and commitment of the Regional Head, and the absence of technical regulations regarding the implementation of SFA policy.
T-6932
Depok : FKM-UI, 2024
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
