Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Ali Ghufron Mukti
JMPK Vol.03, No.04
Yogyakarta : UGM, 2000
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Herlina Purba; Pembimbing: Kemal Nazaruddin Siregar, Popy Yuniar; Penguji: R. Sutiawan, Yuniarto Budiasantoso
Abstrak: ABSTRACT
 
 
SIMPUS merupakan aplikasi untuk manajemen pelayanan dan pelaporan
 
di puskesmas yang sejak lama dipergunakan di Puskesmas. Aplikasi Primary
 
Care BPJS Kesehatan diterapkan sejak berlakunya Jaminan Kesehatan Nasional
 
Januari 2014. Adanya beberapa sistem informasi yang tidak terintegrasi di
 
puskesmas mengakibatkan terjadinya double entry sehingga menambah beban
 
petugas dalam hal pelayanan dan pelaporan maupun kualitas data dan informasi
 
yang dihasilkan, karena masing-masing sistem berdiri sendiri sesuai kebutuhan
 
program/unit masing-masing. Perancangan integrasi P-Care BPJS Kesehatan dan
 
Simpus mampu mengatasi masalah yang dihadapi puskesmas. Aplikasi
 
Penghubung yang dibangun menjadi jembatan antara kedua sistem yang
 
memungkinkan petugas cukup melakukan satu kali entry dalam pelayanan pasien
 
maupun dalam proses pencatatan dan pelaporan. Metode penelitian yang
 
digunakan dalam penelitian ini adalah metode RAD (Rapid Application
 
Development). Hasil perancangan integrasi sistem informasi ini sangat berguna
 
bagi puskesmas di era BPJS dan Simpus saat ini, oleh sebab itu kerjasama dan
 
dukungan antara institusi dalam lembaga Kementerian Kesehatan ini sangat
 
diharapkan untuk maksimalnya penggunaan sistem aplikasi ini.
 

 
ABSTRACT
 
 
SIMPUS is an application for service management and reporting that have
 
long been used at primary health care. Primary Care’s BPJS applied since the
 
enactment of National Health Coverage in January 2014. The existence of several
 
information systems that are not integrated in Primary Health Care resulted in the
 
occurrence of double entry so that adds to the burden on officers in terms of
 
service and reporting as well as the quality of the resulting data and information
 
because each system stand alone as needed program each unit. The design of the
 
integration of the P-Simpus and Health Care and the BPJS were able to overcome
 
the problems faced by the East Bogor Primary Health Care. Connecting
 
applications built a bridge between the two systems that allow enough officers
 
doing a one time entry in the service of patients as well as in the process of
 
recording and reporting. Research methods used in this research is RAD (Rapid
 
Application Development). The design of system integration of information is
 
very useful to East Bogor Primary Health Care in the era of bpjs and simpus
 
currently, therefore, the cooperation and support between institutions within the
 
Ministry of health is expected to maximum system use this application.
Read More
S-8487
Depok : FKM-UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Wildan Agung Nur'Alim; Pembimbing: Kurnia Sari; Penguji: Vetty Yulianty Permanasari, Rien Pramindari
Abstrak:
Penelitian ini menganalisis utilisasi fasilitas kesehatan tingkat pertama pelayanan kesehatan mental di Indonesia. Penelitian menggunakan desain cross-sectional dengan menggunakan data sampel BPJS tahun 2015-2022 yang berisi data kunjungan tahun 2022. Penelitian ini menggunakan Chi-square. Dalam penelitian ini dapat diobservasi bahwa utilisasi pelayanan kesehatan tingkat pertama oleh peserta JKN pada tahun 2015-2022 sebesar 331.008.686 kunjungan dengan total kunjungan ke pelayanan kesehatan mental di FKTP sebesar 1.158.843 kunjungan. Proporsi utilisasi pelayanan kesehatan mental di FKTP di Indonesia lebih besar pada jenjang umur dewasa dengan besar 994.553 kunjungan, jenis kelamin laki-laki sebesar 639.442 kunjungan, status belum kawin sebesar 632.421, tinggal di Provinsi Jawa Tengah sebesar 234.583 kunjungan, berkunjung ke puskesmas sebesar 935.204 kunjungan, dan segmen peserta PBI APBN sebesar 470.619 kunjungan. Oleh karena itu, memastikan ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan mental di FKTP beserta tenaga ahli kesehatan mental yang terlatih dan sesuai standar harus ditingkatkan, terlebih daerah dengan kunjungan tertinggi.

This study analyses the utilisation of first-level health facilities for mental health services in Indonesia. The study used a cross-sectional design using BPJS sample data for 2015-2022 which contained visit data for 2022. This study used Chi-square. It was observed that the utilisation of primary healthcare services by JKN participants in 2015-2022 was 331,008,686 visits with a total of 1,158,843 visits to mental health services at primary healthcare facilities. The proportion of mental health service utilisation at primary healthcare facilities in Indonesia is greater in the adult age group with 994,553 visits, male gender with 639,442 visits, unmarried status with 632,421 visits, living in Central Java Province with 234,583 visits, visiting puskesmas with 935,204 visits, and the PBI APBN participant segment with 470,619 visits. Therefore, ensuring the availability of mental health service facilities at FKTP along with trained and standardised mental health experts must be improved, especially in areas with the highest visits.
Read More
S-11716
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rizki Rahayuningsih; Pembimbing: Dumilah Ayuningtyas; Penguji: Vetty Yulianty Permanasari, Yanti Herman, Molyadi
Abstrak:
Program pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan upaya paling efektif untuk mencegah terjadinya HAIs” (Healthcare-Associated Infections), yaitu infeksi akibat pelayanan kesehatan, yang dapat menjadi ancaman masuknya penularan wabah ke komunitas. Implementasi dan pelaporan program PPI cukup beragam. Ketiadaan pelaporan dan data implementasi PPI di Fasilitas Palayanan Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) pada Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) dapat menempatkan posisi layanan priemr dalam kondisi tidak siap dalam menghadapi ancaman wabah dan menambah kesenjangan. Tujuan penelitian untuk melihat gambaran implementasi PPI dan kesesuaian implementasi PPI di FKTP DTPK Kabupaten Kubu Raya. Penelitian ini menggunakan mix methode dengan desain sequential explanatory. Pada tahap pertama dilakukan pengisian kuesioner baku menggunakan kuesioner baku IPCAF- minimum requirement assesment for primary care oleh seluruh tim PPI dilanjutkan dengan wawancara mendalam kepada 11 informan dan dilakukan observasi dokumen. Hasil didapatkan 23,8% Puskesmas di level Kabupaten belum memenuhi kesesuaian standar minimum program PPI, akan tetapi pada Puskesmas DTPK 36,4% Puskesmas sudah memenuhi kesesuaian standar minimum program PPI. Dari 8 komponen inti PPI, pada level Kabupaten nilai tertinggi didapat komponen monitoring dan umpan balik, sedangkan pada Puskesmas DTPK nilai tertinggi didapat pada komponen surveilans HAIs. Sementara pada level Kabupaten maupun Puskesmas DTPK, nilai terendah didapatkan pada komponen pendidikan pelatihan dan beban kerja kepegawaian dan ketersediaan tempat tidur. Perencanaan dan pembiayaan pendidikan pelatihan serta pemanfaatan pelatihan daring dapat menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan nilai komponen pendidikan pelatihan.

Infection prevention and control programs are the most effective way to prevent "Healthcare-Associated Infections" (HAIs), which are healthcare-associated infections that can threaten the entry of outbreaks into the community. Implementation and reporting of the IPC program is quite various. The absence of reporting and data on the implementation of IPCs in Primary Care Facilities (FKTP) in rural/remote area (DTPK) can place the position of primary care facilities in an unprepared condition in facing the threat of an outbreak and increase inequality. The purpose of the study was to look at the description of IPC implementation and the suitability of IPC implementation in DTPK FKTP Kubu Raya Regency. This study used a mix method with a sequential explanatory design. In the first stage, a standard questionnaire was filled in using the IPCAF- minimum requirement assessment for primary care by the entire IPC team, followed by in-depth interviews with 11 informants and document observation. The results showed that 23.8% of FKTP at the district level had not yet compliance with the minimum standards of the IPC program, but at FKTP DTPK 36.4% of FKTP have met the minimum standards of the IPC program. Of the 8 core components of PPI, at the district level the highest value is obtained for the monitoring and feedback component,. while at the FKTP DTPK the highest value is obtained in the HAIs surveillance component. While at both the district and DTPK health center levels, the lowest scores were obtained in the components of training education and staffing workload and bed availability.
Read More
T-6995
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Syarifah Kusumadewi; Pembimbing: Prastuti Soewondo; Penguji: Purwati
Abstrak: Klinik pratama sebagai salah satu Provider Pelayanan Kesehatan (PPK) BPJSKesehatan dari sektor swasta berperan penting dalam memberikan pelayanankesehatan terhadap peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Namun, partisipasiklinik pratama dalam menjadi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) BPJSKesehatan di beberapa wilayah masih rendah apabila dilihat berdasarkan rasiodokter/peserta. Hal tersebut menyebabkan terjadinya penumpukan peserta JKN padaPuskesmas. Penilitian kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui variabel yangmempengaruhi keputusan klinik pratama dalam menjadi FKTP BPJS Kesehatan.
Kata kunci:Klinik pratama, provider pelayanan kesehatan, fasilitas kesehatan tingkat pertama.
Klinik pratama as one of the health care provider of BPJS Kesehatan from privatesector plays an essential role in providing health care to the members of JaminanKesehatan Nasional (JKN). Yet, the participation rate of the klinik pratama is stilldeemed as low in several areas compared to the availability of doctors and participants.As the implication, there is a gap in term of scattered numbers for the members of JKNwho are registered in Puskesmas and Klink Pratama. Therefore, this qualitativeresearch is aimed to find out the root cause with respect to the decision making ofKlink Pratama to be the Primary Health Care for BPJS Kesehatan.
Key words:First contact clinic, health care provider, primary care provider.
Read More
S-9499
Depok : FKM UI, 2017
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Athaya Rofifah Fajriah; Pembimbing: Zakianis; Penguji: Atik Nurwahyuni, Yulia Fitriani
Abstrak:
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih menjadi penyebab utama kunjungan layanan kesehatan primer di Indonesia. Data menunjukkan peningkatan jumlah kunjungan ISPA, baik pada Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP) maupun Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP), dengan rata-rata tahunan masing-masing sebesar 3,7 juta dan 19,3 juta kunjungan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara faktor sosiodemografi individu (usia, jenis kelamin, segmentasi peserta, kelas rawat) serta faktor keehatan lingkungan tingkat kabupaten/kota (kepadatan penduduk, tempat tinggal, curah hujan, suhu rata-rata, kelembapan udara, dan kecepatan angin) dan tingkat provinsi (ISPU) terhadap jumlah kunjungan ISPA di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) rawat jalan Program JKN tahun 2023. Desain penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional, menggunakan unit analisis individu dan agregat wilayah. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa variabel usia, jenis kelamin, segmentasi peserta, kelas rawat, kepadatan penduduk, tempat tinggal, suhu, kelembapan relatif, dan ISPU memiliki hubungan yang signifikan secara statistik terhadap kunjungan ISPA di FKTP lebih dari sekali. Pada analisis multivariat, faktor usia, segmentasi peserta, kepadatan penduduk, suhu, dan kecepatan angin berhubungan secara signifikan dengan kunjungan peserta ISPA ke FKTP. Variabel yang paling berpengaruh dalam model ini adalah usia balita. Temuan ini menegaskan pentingnya pendekatan multi-level dalam upaya pengendalian ISPA melalui intervensi berbasis individu dan lingkungan.
Acute Respiratory Infections (ARI) remain a leading cause of visits to primary healthcare services in Indonesia. Data show an increase in ARI visits, both inpatient and outpatient at the primary level, with an average annual total of 3.7 million and 19.3 million visits, respectively. This study aims to analyze the relationship between individual sociodemographic factors (age, gender, participant segmentation, and treatment class), environmental health factors at the district/city level (population density, residence type, rainfall, average temperature, humidity, and wind speed), and provincial level factors (Air Pollution Standard Index, ISPU) on the number of ARI visits to Primary Healthcare Facilities (FKTP) outpatient services under the JKN program in 2023. This quantitative study uses a cross-sectional design, with individual and regional aggregate units of analysis. Bivariate analysis results show that age, gender, participant segmentation, treatment class, population density, residence, temperature, relative humidity, and ISPU have a statistically significant relationship with ARI visits to FKTP more than once. Multivariate analysis further reveals that age, participant segmentation, population density, temperature, and wind speed are significantly associated with ARI visits to FKTP. The most influential variable in the model is the age group of children under five. These findings highlight the importance of a multi-level approach in controlling ARI through both individual and environmentbased interventions.
Read More
S-12001
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Farista Widyastuti; Pembimbing: Robiana Modjo; Penguji: Dian Ayubi, Muhammad Rais Haru, Rizky Ramdhani
Abstrak:

Hipertensi merupakan penyakit tidak menular dengan prevalensi tinggi di Indonesia dan berisiko menimbulkan komplikasi serius jika tidak tertangani dengan baik. Di Kabupaten Belitung, capaian pelayanan hipertensi belum mencapai target 100% sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM). Penelitian ini bertujuan menganalisis implementasi pelayanan hipertensi berdasarkan SPM tahun 2024 menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus dan model Donabedian (struktur, proses, hasil). Informan terdiri dari pengelola program, tenaga kesehatan, kepala Puskesmas, dan pemerintah desa di empat Puskesmas. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan telaah dokumen pada Februari–Mei 2025.
Hasil penelitian menunjukkan keterbatasan SDM, ketidakterpaduan regulasi, serta bervariasinya dukungan desa memengaruhi efektivitas layanan. Proses pelayanan seperti deteksi dini, terapi, edukasi, dan pencatatan di aplikasi ASIK belum berjalan sistematis. Capaian pelayanan tahun 2024 berada di kisaran 44,76–92,66% dengan rata-rata 76,10%. Kepatuhan pasien dalam minum obat rendah dan pengukuran mutu belum konsisten. Kesimpulannya, pelayanan hipertensi belum memenuhi target nasional. Diperlukan penguatan regulasi teknis, distribusi SDM yang merata, peningkatan kapasitas pelaksana, serta kolaborasi lintas sektor dengan dukungan desa dan kader untuk mewujudkan layanan hipertensi yang merata dan bermutu.

Hypertension is a prevalent non-communicable disease in Indonesia that poses a serious risk of complications if not properly managed. In Belitung Regency, hypertension service coverage has not yet reached the 100% target set by the Minimum Service Standards (SPM). This study aims to analyze the implementation of hypertension health services based on the 2024 SPM using a qualitative case study approach and the Donabedian model (structure, process, outcome). Informants included program managers, health workers, health center heads, and village government representatives from four selected health centers. Data were collected through in-depth interviews, direct observations, and document review from February to May 2025. The findings reveal that limitations in human resources, lack of integrated technical regulations, and varying levels of village support affect service effectiveness. Service processes such as early detection, therapy, education, and documentation through the ASIK application are not yet fully systematic. In 2024, service coverage ranged from 44.76% to 92.66%, with a district average of 76.10%. Patient medication adherence remains low, and quality measurement is inconsistent. It is concluded that the implementation of hypertension services in Belitung Regency has not met the national target. Strengthening operational regulations, equitable distribution of human resources, capacity building for service providers, and cross-sector collaboration with support from village governments and community health workers are needed to achieve equitable and quality hypertension care.

 

Read More
T-7343
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Muhammad Azhar; Pembimbing: Popy Yuniar; Penguji: Puput Oktamianti, Mira Miranti Puspitasari
Abstrak:
Latar Belakang: Puskesmas memegang peranan krusial dalam sistem kesehatan nasional Indonesia, khususnya dalam pelaksanaan kebijakan Pelayanan Kesehatan Primer Terpadu (ILP). Namun, sistem informasi (SIP) yang diterapkan di Puskesmas mengalami berbagai tantangan, seperti fragmentasi data dan kesulitan dalam integrasi dengan sistem nasional, termasuk SATU SEHAT dan SITB. Hal ini terutama berdampak pada pengelolaan tuberkulosis (TB), yang pada gilirannya menghambat efektivitas layanan dan pengendalian penyakit. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan prototipe sistem informasi Puskesmas yang berlandaskan ILP dengan tujuan meningkatkan integrasi data serta mendukung identifikasi dan pengobatan TB. Fokus utama dari penelitian ini adalah menciptakan sistem yang mampu menyediakan data kesehatan yang terstruktur, memfasilitasi pemantauan lintas sistem, dan menyajikan dashboard bagi para pembuat kebijakan. Metodologi Penelitian: Dengan menggunakan pendekatan studi kasus kualitatif, penelitian ini mengevaluasi SIP yang ada dengan menggunakan System Usability Scale (SUS). Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi, dan tinjauan dokumen, serta melibatkan sampling purposif terhadap tenaga kesehatan dan staf IT di wilayah Depok. Hasil Penelitian: Temuan dari studi ini menunjukkan bahwa SIP saat ini memiliki skor usability yang rendah dan menghadapi berbagai permasalahan, seperti redundansi data dan proses yang terfragmentasi. Prototipe yang dikembangkan berhasil mengatasi isu-isu tersebut dengan mengintegrasikan manajemen data TB, mengotomatisasi pelaporan, serta menyediakan dashboard real-time. Prototipe ini menunjukkan potensi untuk secara signifikan meningkatkan akurasi data, mengurangi beban administratif, dan memperkuat upaya pengendalian TB sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Background: Puskesmas plays a pivotal role in Indonesia's national health system, especially in implementing the Integrated Primary Health Care (ILP) policy. However, current information systems (SIP) in Puskesmas face challenges such as data fragmentation and lack of interoperability with national systems like SATU SEHAT and SITB, particularly in tuberculosis (TB) management. These issues hinder effective service delivery and disease control. Research Objective: This study aims to develop a prototype of a Puskesmas information system based on ILP to enhance data integration and support TB identification and treatment. It focuses on creating a system that can provide structured health data, facilitate cross-system monitoring, and offer dashboards for policymakers. Research Methodology: Using a qualitative case study approach, the research evaluates the existing SIP with the System Usability Scale (SUS), collects data through in-depth interviews, observations, and document reviews, and involves purposive sampling of health workers and IT staff in Depok. Research Results: The study reveals that the existing SIP has low usability scores and faces issues like data redundancy and fragmented processes. The developed prototype addresses these by integrating TB data management, automating reporting, and providing real-time dashboards. The prototype shows potential to significantly improve data accuracy, reduce administrative burdens, and enhance TB control efforts in line with Indonesia's UHC goals.

Read More
T-7289
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Juki Irma Lumbantoruan; Pembimbing: Rita Damayanti; Penguji: Evi Martha, Sabarinah, Tri Budi W, Rien Pramindari
Abstrak:
Rendahnya Penuaan populasi global berdampak signifikan terhadap meningkatnya jumlah lansia dengan penyakit kronis dan kebutuhan akan pendekatan kesehatan yang lebih komprehensif dan adaptif. Resiliensi psikologis merupakan kapasitas kunci yang memungkinkan individu lansia bertahan, menyesuaikan diri, dan mempertahankan kualitas hidup di tengah keterbatasan fisik, tekanan emosional, serta perubahan sosial yang menyertai proses penuaan. Studi ini bertujuan mengeksplorasi dinamika resiliensi psikologis pada lansia dengan penyakit kronis di Kota Depok, Indonesia, dengan membandingkan dua: pendidikan berbasis komunitas melalui Sekolah Lansia dan layanan kesehatan primer melalui Puskesmas. Menggunakan desain kualitatif fenomenologi, data dikumpulkan melalui wawancara mendalam terhadap informan dari kedua kelompok. Analisis dilakukan secara tematik berdasarkan enam dimensi utama resiliensi psikologis: efikasi diri, kepuasan hidup, penuaan biologis, penilaian emosional terhadap stresor, penurunan respons terhadap stres kronis, serta keterlibatan dalam perilaku promotif. Hasil menunjukkan bahwa lansia perempuan cenderung membangun ketahanan melalui spiritualitas dan dukungan relasional, sementara lansia laki-laki menekankan pada aktivitas sosial dan strategi pemecahan masalah. Lansia peserta Sekolah Lansia memperlihatkan pola resiliensi yang lebih reflektif dan terstruktur, sedangkan lansia pengguna layanan Puskesmas menampilkan strategi adaptif yang bersifat praktis dan kontekstual. Temuan ini menggaris bawahi pentingnya pendekatan intersektoral dan sensitif gender dalam memperkuat ketahanan psikologis lansia. Integrasi antara intervensi berbasis komunitas dan layanan kesehatan primer terbukti saling melengkapi dalam meningkatkan kesejahteraan lansia secara holistik. Kajian ini memberikan kontribusi empiris terhadap pengembangan kebijakan lansia berbasis bukti, serta mendorong desain program promotif-preventif yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan kontekstual dalam menghadapi tantangan populasi menua di Indonesia dan negara berkembang lainnya.


The global aging population poses significant challenges to healthcare systems, particularly due to the rising number of older adults living with chronic diseases. Psychological resilience is a crucial capacity that enables older individuals to adapt, maintain emotional well-being, and preserve quality of life amid physical limitations and social transitions associated with aging. This study aims to explore the dynamics of psychological resilience among older adults with chronic illnesses in Depok City, Indonesia, by comparing two intervention contexts: community-based education through the Sekolah Lansia (Elderly School) and primary healthcare services provided by Puskesmas (community health centers). Using an phenomenology qualitative design, data were collected through in-depth interviews with older adults from both groups. Thematic analysis was conducted based on six key dimensions of psychological resilience: self-efficacy, life satisfaction, biological aging, emotional and cognitive appraisal of stressors, reduction of physiological and emotional responses to chronic stress, and engagement in health-promoting behaviors. Findings indicate that older women tend to build resilience through spirituality and familial relationships, while older men emphasize social engagement and problem-focused coping. Participants of the Elderly School demonstrated more reflective and structured resilience patterns supported by community-based education, whereas Puskesmas users adopted practical, experience-based adaptive strategies rooted in daily routines and primary care services. The study underscores the importance of integrated, gender-sensitive approaches to strengthening psychological resilience in later life. The complementary roles of community education and primary healthcare suggest the need for multisectoral collaboration in promoting healthy and dignified aging. These findings provide empirical evidence to inform policy development and the design of inclusive, sustainable, and contextually relevant resilience-building programs for older adults in Indonesia and other low- and middle-income countries.
Read More
T-7393
Depok : FKM-UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Naila Falichatul Muannisa; Pembimbing: Wachyu Sulistiadi; Penguji: Dumilah Ayuningtyas, Evi Martha, Andri Mursita, Eti Rohati
Abstrak: Penelitian ini membahas capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) layanan usia produktif sebelum dan sesudah penerapan kebijakan Integrasi Layanan Primer (ILP) di Kota Depok. Tujuan penelitian adalah menganalisis kontribusi komponen pendekatan Primary Health Care (pelayanan terintegrasi, pemberdayaan masyarakat, kolaborasi lintas sektor) serta komponen penggerak (kerangka kebijakan, sumber daya manusia, pendanaan, tata kelola, dan pemantauan–evaluasi) terhadap capaian SPM. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus pada enam Puskesmas, didukung analisis deskriptif capaian SPM tahun 2023–2025. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi ILP mendorong perubahan struktur layanan, peran kader yang lebih aktif, serta perluasan jejaring lintas sektor. Namun, capaian SPM menunjukkan variasi antar Puskesmas: beberapa wilayah mengalami peningkatan stabil, sementara lainnya menghadapi fluktuasi atau stagnasi. Faktor internal berupa kesiapan tata kelola, SDM, dan adaptasi digital, serta faktor eksternal berupa dukungan lintas sektor dan regulasi, terbukti sangat menentukan keberhasilan ILP. Dengan demikian, keberhasilan transformasi ILP memerlukan penguatan kebijakan operasional, pemerataan kapasitas SDM, serta kolaborasi multipihak agar peningkatan mutu layanan usia produktif dapat berkelanjutan.
This study examines the achievement of Minimum Service Standards (MSS) for productive-age health services before and after the implementation of the Integrated Primary Care (ILP) policy in Depok City. The research aims to analyze the contribution of selected Primary Health Care components—integrated services, community empowerment, and cross-sector collaboration—as well as enabling factors including policy frameworks, human resources, financing, governance, and monitoring–evaluation. A qualitative approach with an intrinsic case study design was employed across six Puskesmas, supported by descriptive analysis of MSS data from 2023–2025. The findings indicate that ILP implementation encouraged service restructuring, more active roles of health cadres, and the expansion of cross-sectoral partnerships. Nevertheless, MSS achievements varied: some areas recorded stable improvements, while others faced fluctuations or stagnation. Internal factors such as governance readiness, human resource capacity, and digital adaptation, along with external factors such as cross-sectoral support and regulatory alignment, were critical to ILP success. Therefore, the sustainability of ILP transformation requires strengthened operational policies, equitable human resource capacity building, and multi-stakeholder collaboration to ensure continuous improvement of productive-age health services.
Read More
T-7439
Depok : FKM-UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive