Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Barbara Rutshinta; Pembimbing: Anhari Achadi; Penguji: Jaslis Ilyas, Muchtar Lintang
Abstrak: Ketepatan sasaran penerima manfaat program Jaminan Kesehatan akan membuat penggunaan anggaran menjadi efisien. Sasaran penerima manfaat program jaminan kesehatan, baik JKN PBI dan Jamkesda adalah masyarakat miskin dan tidak mampu. Sasaran dapat dikatakan tepat jika karakteristik penerima manfaat sama dengan kriteria masyarakat miskin menurut BPS dan Keputusan Menteri Sosial Nomor 146 Tahun 2013 tentang Penetapan Kriteria dan Pendataan Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu. Penelitian ini dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor dan membahas mengenai ketepatan sasaran penerima manfaat Program Jaminan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan berdasarkan karakteristik sumber penghasilan kepala rumah tangga di Kabupaten Bogor pada tahun 2019 dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi implementasi program. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus, dimana data primer diperoleh dari hasil wawancara mendalam dan observasi, serta data sekunder diperoleh dari hasil telaah dokumen terhadap berkas penerima manfaat Program Jamkesda-fresh money dari bulan Januari hingga Maret. Dari hasil penelitian diperoleh: 1) ketepatan sasaran Program Jamkesda-fresh money sudah sesuai dengan tujuan program yang terdapat dalam Peraturan Bupati Bogor Nomor 65 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Daerah. 2) Meskipun dari pelaksanaan masih ditemukan sebagian kecil ketidaktepatan, namun Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor sudah melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan yang ada. 3) Perhitungan kebutuhan dana oleh seksi pengelola program hanya berdasarkan prediksi penambahan jumlah peserta PBI APBD tanpa mempertimbangkan penambahan penerima manfaat Jamkesda-fresh money. 4) Koordinasi antar instansi, komitmen petugas terhadap program, dan komunikasi internal organisasi pengelola program sudah berjalan dengan baik. 5) Masih ada banyak penduduk Kabupaten Bogor yang belum memiliki Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan adanya hutang politis bupati terpilih kepada konstituennya saat ia menjabat yang dapat mempengaruhi kinerja implementasi. Hasil penelitian menyarankan agar pembuat kebijakan Program Jamkesda memperkuat sistem verifikasi dan validasi berkas untuk mempersempit celah penyebab ketidaktepatan sasaran, serta dapat melibatkan pemerintah desa sebagai pihak yang bertanggung jawab menerbitkan Surat Keterangan Keluarga Miskin dalam kegiatan rekonsiliasi.
Read More
S-10100
Depok : FKM UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Olivian Asv Arica; Pembimbing: Hafizzurachman; Penguji: Jaslis Ilyas, Lia Winata
S-6621
Depok : FKM-UI, 2011
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Olivian Asv Arica; Pembimbing: Hafizzurachman; Penguji: Jaslis Ilyas, Lia Winata
S-6621
Depok : FKM-UI, 2011
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dewi Indra Sari; Pembimbing: Mardiati Nadjib; Penguji: Wahyu Sulistiadi, Yaslis Ilyas, Nurrahmiati
Abstrak: Program Internsip Dokter Indonesia (PIDI) merupakan program wajib bagi dokter lulusan baru yang bertujuan untuk peningkatan pemahiran dan pemandirian. Tesis ini membahas tentang Analisis Implementasi Kebijakan Pemilihan Wahana Program Internsip Dokter Indonesia Tahun 2019. Ingin diketahui bagaimana pelaksanaan pemilihan wahana PIDI yang sudah berjalan selama ini. Apakah kebijakan yang ada dalam pemilihan wahana sudah mampu mendorong para peserta PIDI untuk melakukan pemilihan wahana. Metode yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan menggunakan metode kualitatif dengan model pendekatan studi kasus (case study). Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara mendalam dan juga studi data sekunder. Hasil penelitian diketahui bahwa pelaksanaan pemilihan wahana sudah berjalan dengan baik sesuai harapan pemangku kebijakan maupun pelaksana kebijakan, namun pada pelaksanaannya terdapat beberapa kendala yang mempengaruhi peserta melakukan pemilihan wahana atau tidak antara lain, 1. Kapasitas server dan signal, 2. Kurangnya informasi wahana, 3. Adanya wahana favorite dan wahana tidak favorite, 4. Rendahnya Bantuan Biaya Hidup yang diterima peserta. Peneliti merekomendasikan untuk pembatasan kapasitas akses peserta sehingga tidak membebani server yang ada. melakukan sosialisasi terkait pelaksanaan pemilihan wahana PIDI khususnya informasi wahana, selain itu memberikan insentif tambahan dan sarana prasarana yang mendukung untuk wahana yang kurang dimintai. Peningkatan BBH juga dinilai sangat perlu untuk segera di realisasikan.
Read More
T-6112
Depok : FKM-UI, 2021
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Reny Ayu Damayanti; Pembimbing: Adang Bachtiar; Penguji: Dumilah Ayuningtyas, Yaslis Ilyas, Nurahmiati, Zakaria
Abstrak:
Kolaborasi interprofesional melibatkan berbagai profesi kesehatan secara bersama-sama berkumpul untuk menyediakan layanan komprehensif dengan bekerja bersama pasien, keluarga mereka, dan masyarakat untuk memberikan perawatan dengan kualitas terbaik. Nusantara Sehat (NS) berbasis tim dikirimkan untuk memberikan penguatan pelayanan kesehatan dasar perlu menerapkan kolaborasi interprofesional. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan faktor riwayat pendidikan interprofesional (IPE), pemahaman peran profesi dan kohesivitas tim dengan kolaborasi interprofesional setelah variabel jenis kelamin, jenis profesi; lama/pengalaman bekerja; dan usia responden dikendalikan. Desain penelitian yang digunakan adalah metode campuran dengan pendekatan sequensial explanatory, jumlah sampel 301 responden diambil dengan menggunakan Total Sampling. Analisis data menggunakan Uji Chi Square dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara peran profesi (p value=0,032) dan kohesivitas tim (p value=0,0001) dengan kolaborasi interprofesional. Setelah dikontrol variabel usia responden yang memiliki kohesivitas tim baik berpeluang 14 kali lebih besar melakukan kolaborasi interprofesional, dan pemahaman peran baik berpeluang 2 kali lebih besar melakukan kolaborasi interprofesional. Rekomendasi dari penelitian ini diperlukan suatu payung hukum yang mengikat terkait penerapan IPC di Indonesia; perlu penguatan pendidikan interprofesional (IPE) di institusi pendidikan; peningkatan efektivitas pelayanan kesehatan dengan mendorong penugasan tenaga kesehatan berupa tim-tim kesehatan yang berkerja secara kolaboratif dan memiliki kohesivitas yang kuat; perlu mendorong terlaksananya koordinasi lintas organisasi profesi, kementerian, lembaga dalam membudayakan kolaborasi interprofesional dalam pelayanan kesehatan di Indonesia.

Nusantara Sehat (NS) team, whom practices interprofessional collaboration, in the future predicted as a solution of retention and deficiency problems of health professional in remote areas. This study aims to determine the perception and relationship of various factors with interprofessional collaboration. Mixed methods research design with explanatory sequential, samples using total sampling. Data were obtained from the Collaborative Practice Assessment Tool (CPAT) questionnaire and through interviews. There were 301 responses that eligible. The CPAT mean score was 264 from maximum value 318. Continued in-depth interviews with 8 informants from various health professions. Data analysis with Chi Square Test and multiple logistic regression, and compiling a matrix. The results showed that there was a relationship between the role of the profession (p value = 0.032) and team cohesiveness (p value = 0.0001) with interprofessional collaboration. The multivariate results, after controlling confounder, respondents who had good cohesiveness were 14 times more likely to do interprofessional collaboration, and roles had 2 times greater chance of doing interprofessional collaboration. Conclusion: regulations about IPC in Indonesia have not been drafted yet, IPE in Indonesia needs strengthening, encouraging the collaborative and cohesive health teams, it’s necessary to encourage coordination across professional organizations, educational institutions and government.

Read More
T-5846
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ayu Tyas Purnamasari; Pembimbing: Pujiyanto; Penguji: Jaslis Ilyas, Roslina Susilawati, Meita Veruswati
Abstrak: Pendahuluan: Persentase penduduk yang memanfaatkan rawat inap di puskesmas masih lebih rendah dibandingkan rumah sakit pemerintah dan rumah sakit swasta dari tahun 2015 hingga tahun 2017. Sedangkan fungsi puskesmas sebagai gate keeper dalam pelayanan kesehatan. Rendahnya pemanfaatan puskesmas dapat disebabkan ketidakpuasan terhadap pelayanan dan kurangnya kualitas pelayanan baik dari segi medis dan non medis (responsiveness). Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh responsiveness terhadap kepuasan pasien. Metode: Penelitian ini menggunakan data sekunder dari hasil Riset Ketenagaan di Bidang Kesehatan tentang responsiveness di Puskesmas rawat inap tahun 2017 oleh Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan. Jenis penelitian merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross-sectional. Hasil penelitian diolah secara univariat untuk memberikan gambaran karakteristik responden, faktor situasional, dan responsiveness. Analisis hasil penelitian untuk melihat pengaruh domain responsiveness terhadap kepuasan menggunakan structural equation modeling (SEM). Hasil: Mayoritas responden berada dalam rentang usia produktif (78,7%), perempuan (67,8%), menikah (73,5%), pendidikan menengah (75,9%), tidak bekerja (48,1%), mempunyai akses yang mudah ke pelayanan kesehatan (96,3) dan menggunakan asuransi JKN (65,3%). Domain responsiveness yang berpengaruh terhadap kepuasan pasien adalah sikap sopan dan hormat petugas kesehatan (t-values = 2,23), komunikasi (t-values = 3,40), kecepatan mendapatkan pelayanan (t-values = 2,64), kualitas tempat pelayanan kesehatan (t-values = 8,37), akses ke dukungan sosial (t-values = 2,20). Kualitas tempat pelayanan kesehatan merupakan variabel paling dominan yang mempengaruhi kepuasan pasien. Domain responsiveness secara bersama-sama dapat menjelaskan kepuasan pasien sebesar 45%. Kesimpulan: Sikap sopan dan hormat petugas kesehatan, komunikasi, kecepatan mendapatkan pelayanan, kualitas tempat pelayanan kesehatan, akses ke dukungan sosial mempengaruhi kepuasan pasien
Read More
T-5685
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Mohamad Ihsan Ramdani; Pembimbing: Hafizurrachman; Penguji: Dumilah Ayuningtyas, Jaslis Ilyas, Sumijatun, Paramita Puspasari
Abstrak:

Sumber daya manusia merupakan komponen  paling penting dalam pelayanan rumah sakit. Manajemen profesional sangat dibutuhkan untuk menentukan kualitas sumber daya manusia dalam memberikan pelayanan rumah sakit yang berkualitas. Penelitian bertujuan untuk mengetahui jumlah optimal kebutuhan tenaga keperawatan di Ruang Perawatan Anak Rumah Sakit Grha Permata Ibu Tahun 2012. Penelitian ini merupakan penelitian gabungan kualitatif dan kuantitatif  dengan populasi seluruh aktivitas yang dilakukan perawat. Metoda pengumpulan data dengan menggunakan observasi waktu, work sampling dan wawancara mendalam. Hasilnya dianalisis dengan menggunakan metoda Workload Indicators of Staffing Need (WISN)  dan  menggunakan formula perhitungan kebutuhan perawat berdasarkan tingkat ketergantungan pasien. Hasil analisis menunjukkan bahwa  penggunaan waktu produktif terhadap waktu kerja adalah 75,99 %. Sebanyak 41,57 % digunakan untuk melakukan aktivitas langsung keperawatan dan 34,42 % digunakan untuk aktivitas keperawatan tidak langsung. Dapat disimpulkan bahwa tenaga keperawatan sudah produktif menggunakan waktu yang tersedia. Hasil penelitian berdasarkan  metode WISN hanya dibutuhkan 11 tenaga keperawatan sedangkan menurut tingkat ketergantungan pasien membutuhkan 10 perawat. Jumlah optimal kebutuhan tenaga keperawatan  yang dibutuhkan di Ruang Perawatan Anak Rumah Sakit Grha Permata Ibu  sebanyak  10 -11 orang tenaga keperawatan. Hal ini menunjukkan adanya kelebihan jumlah tenaga keperawatan di Ruang Perawatan Anak Rumah Sakit Grha Permata Ibu  sebanyak 1-2 orang. Kata kunci: Kebutuhan Tenaga Keperawatan, Metode WISN, Ketergantungan Pasien.


 The most important components in the hospital services are human resources. Professional management is needed to determine the type as well as the quality of the human  resources to assure the quality of hospital services. This research aimed to finding out the optimal number of nursing staff  needed  in Children Ward   at  Grha Permata Ibu Hospital 2012. This is a mixed method research. The population of this research is the amount of activities has been done by   nursing staff. The method of data collection was time observation, work sampling and  indepth interview. The data were analyzed using Workload Indicators of Staffing Need (WISN) method  and calculation formula of nurses based on clients dependence level. The analysis showed that nursing staff using time productively 75,99 % of the total activities time,  41,57 % is used for direct activities and 34,42 % is used for indirect activities. It was concluded that the nursing staff  already productive using the activities time. Based on theWISN method, only eleven people of nursing staff are needed. Total nursing staff  demand based on clients dependence level is ten nursing staff. The optimal number of nursing  staff needed in Children Ward  at Grha Permata Ibu Hospital  is ten until eleven  people. It means that there are an excessive number of nursing  staff i.e. one until two people. Key Word : Nursing Staff demand , WISN Method, dependence level

Read More
B-1416
Depok : FKM-UI, 2012
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Mohammad Budiman; Wiku Bawono Adisasmito; Jaslis Ilyas, Mieke Savitri, Madiono, Giri Wuryandaru
Abstrak:

Sumber daya manusia kesehatan puskesmas yang berkualitas, sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan kepada masyarakat, merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan di daerah, dan hanya akan terpenuhi jika perencanaan sumber daya manusia kesehatan disusun secara sistematis dengan tahapan dan langkah-langkah terarah, saling berkaitan serta dengan pertimbangan yang seksama. Di Kota Pangkalpinang hal tersebut belum sepenuhnya dilakukan, terlihat dari hasil perencanaannya hanya berupa usulan kebutuhan tenaga kesehatan puskesmas saja, yang sesungguhnya hanya merupakan produk salah satu tahapan dari keseluruhan tahapan dan langkah-langkah perencanaan sumber daya manusia kesehatan puskesmas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perencanaan sumber daya manusia kesehatan puskesmas yang telah dilakukan dan menyusun perencanaan sumber daya manusia kesehatan puskesmas di Kota Pangkalpinang tahun 2006-2010, melalui pendekatan sistem yang terdiri dari komponen masukan (tenaga perencana, dana, data, fasilitas dan metode), komponen proses (tahapan dan langkah-langkah perencanaan sumber daya manusia menurut Attwood, 1999) dan komponen keluaran (dokumen perencanaan sumber daya manusia kesehatan puskesmas yang cukup dan sesuai). Penelitian ini merupakan penelitian operasional dengan pendekatan kualitatif. Dari hasil penelitian diketahui bahwa perencanaan sumber daya manusia kesehatan puskesmas di Kota Pangkalpinang dibuat secara insidentil dan hanya membuat rekapitulasi usulan kebutuhan tenaga kesehatan yang diajukan oleh puskesmas, belum dalam bentuk dokumen perencanaan sumber daya manusia kesehatan puskesmas yang lengkap, karena kurangnya jumlah dan kualitas tenaga perencana, tidak teralokasinya dana untuk perencanaan, belum dikembangkannya sistem informasi sumber daya manusia, fasilitas yang terbatas dan tidak adanya prosedur kerja standar, demikian juga proses penyusunan perencanaannya tidak dilakukan melalui proses pentahapan yang sistematis, berkesinambungan dan pertimbangan yang seksama. Dan untuk itu melalui penelitian ini telah dilakukan penyusunan perencanaan sumber daya manusia kesehatan puskesmas di Kota Pangkalpinang untuk tahun 2006 - 2010 melalui tahapan perencanaan sumber daya manusia yang terdiri dari analisis sumber daya manusia yang ada saat ini dan kecenderungan dalam lima tahun terakhir, sehingga didapatkan proyeksi ketersediaan sumber daya manusia kesehatan puskesmas tahun 2010; prakiraan jumlah sumber daya manusia yang dibutuhkan tahun 2010; analisis kesenjangan antara proyeksi ketersediaan dan kebutuhan sumber daya manusia kesehatan puskesmas tahun 2010; menilai alternatif-alternatif kebijakan atas kesenjangan yang ditemukan, dan memilih alternatif pelaksanaan terbaik sebagai rencana sumber daya manusia kesehatan puskesmas tahun 2006 - 2010. Dan hasil akhir yang didapat adalah Rencana Sumber Daya Manusia Kesehatan Puskesmas di Kota Pangkalpinang tahun 2006 - 2010 yang memuat rencana kebutuhan sumber daya manusia puskesmas dan rumusan kebijakan dalam perencanaan sumber daya manusia kesehatan puskesmas tahun 2006 - 2010. Dari penelitian ini disarankan kepada Dinas Kesehatan dan Pemerintah Kota Pangkalpinang untuk membentuk Tim Perencana Sumber Daya Manusia Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Pangkalpinang dan Tim Perencana Sumber Daya Manusia Kesehatan Tingkat Kota, melengkapi jumlah dan kualitas unsur-unsur manajemen dalam perencanaan sumber daya manusia kesehatan, terutama sistem informasi manajemen sumber daya manusia kesehatan dan menetapkan prosedur kerja standar untuk perencanaan sumber daya manusia kesehatan puskesmas.


A qualified health personnel of Primary Health Care as a first line of health service to public is one of factors which determining efficacy of health development in district, and it just fulfilled if planning of health human resources is arranged systematically with directed step, related to each other and consideration conscientiously. It does not have been done yet completely in Pangkalpinang, seen from the planning result is only a requirement proposal of health worker of Primary Health Care, it is only one of product step of entire planning steps of health human resources of Primary Health Care. This research target is to know planning of health manpower of Primary Health Care which have been done and arranged planning of health manpower of Primary Health Care in Pangkalpinang 2006 -- 2010 through system approach which consist input component (planner worker, fund, data, method and facility), process component, planning step of human resources according to Attwood (1999) and output component (planning document of health manpower of Primary Health Care which is appropriate and adequate). This research is operational research with qualitative approach. From research result known that planning of health manpower of Primary Health Care in Pangkalpinang is made incidentally and it just make a summary of requirement proposal of health workers who are given by Primary Health Care not as a complete documentary on planning of health manpower of Primary Health Care, because less numbers and quality of planner, planning fund does not be allocated, information system of human resources do not be developed yet, limited facility and there is no a standard operating procedure, and arrangement process of planning has not been done by a systematic step process, continuum and conscientious consideration. Therefore, this research made a planning of health manpower of Primary Health Care in Pangkalpinang 2006 - 2010 through planning step of human resources which consist of existing analysis of human resources and tendency in the last five years, so it got an availability projection of health human resources of Primary Health Care in 2010; predicting numbers of required human resources in 2010; analysis of differences between availability projection and requirement of health manpower of Primary Health Care in 2010; assessing policy alternatives of differences, and choose best performance alternative as planning of health manpower of Primary Health Care 2006 - 2010. As the end result found the plan of health manpower of Primary Health Care in Pangkalpinang 2006 -- 2010 which included a requirement planning and performance policy of health human resources planning of Primary Health Care 2006 - 2010. From this research is suggested to Pangkalpinang Municipal Health Board and Municipal Government to form Health Manpower Planning Team in Pangkalpinang Municipal Health Board and also Municipal Health Manpower Planning Team in Pangkalpinang, completed numbers and qualities of management unsure on planning of health human resources, especially for management information system of health human resources and specified a standard operating procedure for planning of health manpower of Primary Health Care.

Read More
T-2266
Depok : FKM-UI, 2006
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Hanny Dewajanti; Pembimbing: Ede Surya Darmawan; Penguji: Yaslis Ilyas, Vetty Yulianty Permanasari, Nuril Astuti, Hasri Dinirianti
Abstrak: Latar Belakang: Pandemi Covid 19 telah menyebabkan turbulensi bagi rumah sakit, RSUD Cengkareng ditunjuk menjadi rumah sakit rujukan Covid 19 secara penuh, dengan adanya perubahan layanan dapat terjadi perubahan pada kinerja baik layanan dan kinerja non layanan di rumah sakit. Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengetahui adanya dampak pandemi Covid 19 terhadap kinerja RSUD Cengkareng tahun 2019, 2020 dan 2021 menggunakan metode penilaian kinerja Balanced Scorecard. Metode: Penelitian ini menggunakan metode studi kasus di RSUD Cengkareng , data didapat dari data primer yaitu dari wawancara mendalam kepada informan terpilih, dan data sekunder dari telaah dokumen. Hasil : Dari penelitian diketahui dari perspektif proses bisnis internal terdapat penurunan capaian indikator kinerja pelayanan dan peningkatan kemampuan melakukan inovasi. Dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan diketahui adanya peningkatan retensi karyawan, kepuasan kerja karyawan dan produktivitas karyawan namun penurunan dari capaian jam pelatihan karyawan. Dari perspektif pelanggan diketahui adanya penurunan kunjungan di IGD, Rawat Jalan dan Rawat Inap dan peningkatan retensi pelanggan. Pada perspektif finansial didapatkan peningkatan rasio keuangan dan pertumbuhan pendapatan serta penurunan tingkat pengeluaran. Kesimpulan: Dari penelitian ini bahwa pandemi Covid 19 telah memberikan dampak positif dan dampak negatif terhadap kinerja RSUD Cengkareng.
Read More
B-2399
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Erna Maria; Pembimbing: Vetty Yulianty Permanasari; Penguji: Dumilah Ayuningtyas, Jaslis Ilyas, Ati Nirwanawati, Hariyadi Wibowo
Abstrak: Latar Belakang : Rumah sakit sebagai institusi pemberi layanan kesehatan, bertanggungjawab terhadap penyediaan layanan yang ada di masyarakat yang dapat memberikan rasa aman, efektif, memiliki mutu dan tidak bersifat diskriminatif dengan mengutamakan kepentingan pasien. Peresepan obat oleh dokter dan pemenuhannya oleh bagian farmasi secara tepat mencerminkan pelayanan berkualitas di tempat tersebut. Keterlambatan penerimaan obat menimbulkan ketidakpuasan dari pasien dan menurunkan kepercayaan terhadap RS. Pada tahun 2015 hingga 2016, waktu tunggu obat pasien unit rawat jalan RS Eka Pekanbaru masih berkisar 1 jam 4 menit untuk obat non racikan dan 1 jam untuk obat racikan. Tahun 2017 terjadi perbaikan namun angka kepuasan pasien masih belum dapat mencapai 95% dari ketetapan rumah sakit. Tentunya hal ini dapat mengakibatkan keenganan pasien untuk kembali untuk berobat yang menurunkan pendapatan RS.
Tujuan : Mengetahui hubungan waktu tunggu pasien dan karakteristik pasien terhadap tingkat kepuasan pasien pada pelayanan unit farmasi rawat jalan RS Eka Pekanbaru.
Metode : Penelitian ini memakai desain penelitian kuantitatif dengan desain potong lintang, yang dilengkapi dengan penelitian kualitatif. Dilaksanakan pada bulan Maret 2019 di unit Farmasi Rawat Jalan RS Eka Pekanbaru. Data primer diambil dengan melakukan pengamatan langsung di farmasi unit rawat jalan dan wawancara kepada Direktur serta Kepala Instalasi Farmasi RS. Data sekunder didapat dari data resep racikan maupun resep non racikan RS Eka Pekanbaru. Semua data kemudian diolah menggunakan sistem dan dianalisa menggunakan pendekatan PLS-SEM.
Hasil : Ratarata pelayanan farmasi unit rawat jalan RS. Eka Pekanbaru memiliki waktu 17.13 menit obat non racikan dan 33.48 menit obat racikan. Usia tua puas dengan responsiveness, pasien yang bekerja puas dengan tangible. Namun secara umum karakteristik pasien tidak mempengaruhi dari keseluruhan kualitas layanan.
Kesimpulan : Manajemen masih pelu melakukan perbaikan terhadap waktu tunggu terhadap resep racikan. Adanya waktu tunggu penyelesaian resep obat semakin cepat akan meningkatkan kepuasan, yang didukung dengan kualitas layanan yang baik

Background : The hospital as an institution providing health services, is responsible for providing services in the community that can provide a sense of security, effectiveness, quality and non-discrimination by prioritizing the interests of patients. Doctors prescriptions and their fulfillment by the pharmacy department reflect the quality service in Hospital. The delay in receiving drug caused dissatisfaction from the patient and reduced trust. In 2015 to 2016, the waiting time prescription for outpatient patients at Eka Pekanbaru Hospital was still around 1 hour 4 minutes for nonconcoction drugs and 1 hour for concoction drugs. In 2017 there was an improvement but the patient satisfaction rate still could not reach 95% of hospital provisions. This can lead to patient reluctance to return to treatment which reduces hospital income.
Objective: To determine the correlation between patient waiting time and patient characteristics to the level of patient satisfaction at the outpatient pharmacy unit in the Eka Pekanbaru hospital.
Method: This study uses a quantitative research design with cross-sectional design, which is supplemented by qualitative research. Performed in March 2019 in the outpatient pharmacy department of the Eka Pekanbaru hospital. Primary data was taken by conducting direct observation in the outpatient pharmacy unit and interviewing the Director and Head of the Pharmacy Installation. Secondary data was obtained from data on recipe concoctions and recipes for non-concoction of Eka Pekanbaru Hospital. All data were then processed using an analyzed system using PLS-SEM approach.
Results: The average time for outpatient pharmacy units in RS Pekanbaru takes 17.13 minutes for non-concoction medicine and 33.48 minutes for concoction medicine Old age has satisfied with the responsiveness, patients who work was satisfied with tangible. But in general the characteristics of patients did not influence the overall quality of the service.
Conclusion: management still needs to improve the waiting time for concoction recepies. The waiting time for drug prescription completion will increase satisfaction, which is supported by good service quality
Read More
B-2112
Depok : FKM UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive