Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Fika Putri Aesthetika; Pembimbing: Kurnia Sari; Penguji: Puput Oktamianti, Anwar, Chairulsjah Sjahruddin
Abstrak:

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien pada Rawat Inap Paviliun Eksekutif Sukaman RSJPDHK pada proses pemberian pelayanan kesehatan perawatan inap secara komprehensif, termasuk after care, rehabilitasi, dan edukasi kesehatan setelah pasien selesai menjalani rangkaian pengobatan di perawatan inap Paviliun Eksekutif Sukaman RSJPDHK. Studi kepuasan ini mengadopsi penelitian Nickel et al. (2010) dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan data utama menggunakan instrumen kepuasan FKP dan wawancara mendalam. Responden penelitian berjumlah 34 orang yang didominasi oleh laki-laki (85,3 persen) dan rentang usia 50--60 tahun (58,8 persen). Cut-off point tingkat kepuasan yang digunakan pada penelitian ini sebesar 75 persen. Tingkat kepuasan terendah terdapat pada komponen edukasi dan tertinggi pada pelayanan oleh perawat. Nilai kepuasan pasien secara rinci pada penerimaan ruang rawat sebesar 79,8 persen, pelayanan oleh dokter 78,5 persen, pelayanan oleh perawat (81,4 persen), penataan ruang rawat dan kegiatan sehari-hari (80,8 persen), after care dan rehabilitasi (77,8 persen), dan komponen edukasi (75,3 persen). Penelitian ini menyarankan perlunya pocket book untuk edukasi dan sosialisasi tata kelola rumah sakit kepada dokter. Kata Kunci : Kepuasan Pasien, Proses, Rawat Inap, Rumah Sakit Jantung


 

The purpose of this study was to assess level of satisfaction on the In Patient Sukaman Executive Ward of RSJPDHK in a process of delivering the whole comprehensive health services, including after care, rehabilitation, and patient education after the patients had been discharged from that Executive Ward. The satisfaction study written by Nickel et al. (2010) was adopted regarding the quantitative and the qualitative approach. The instrumen that had been used to obtain the quantitative data was FK-P Questioner. The study was conducted on 34 cases that was dominated by (Men 85,3%) within the range of age in between 5060 years old (58,8%), and the Cut-off point for level of satisfaction was 75%. The lowest and the highest level of satisfaction was found on the component of education and the component of nursing care, respectively.  The detail of satisfaction result are: admission (79,8%), physician care (78,5%), nursing care (81,4%), lodging and daily routine (80,8%), after care and rehabilitation (77,8%), and patient education (75,3 %). To improve the quality of services on this Executive Wards this study suggested to produce a pocket book given to either patient or family regarding the patient education and forming the hospital governance as a new culture of this hospital . Keywords : Patient Satisfaction, Process, In-Patient, Cardiovascular hosital

Read More
B-1334
Depok : FKM-UI, 2011
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dewa Ayu Dyah Widya; Pembimbing: Kurniasari; Penguji: Adik; Mieke Savitri Wibowo, Lestaria, Chairulsjah Sjahruddin
Abstrak: Latar belakang: Insiden keselamatan pasien didefinisikan sebagai bentukkejadian yang berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah ketika sistempemberian asuhan yang aman tidak dikelola dengan baik oleh suatu rumah sakit.Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang penting dalamsebuah rumah sakit, maka diperlukan standar keselamatan pasien yang digunakansebagai acuan bagi rumah sakit di Indonesia. Patient Safety Curriculum Guidemerupakan suatu standar pedoman baru yang di buat oleh World HealthOrganization. Hal ini meberikan adanya suatu kurikulum yang baru terkaitdengan penerapa kaidajh keselamatan pasien.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penerapan WHO PSCG padaRumah Sakit Bali Royal dan menilai kaitan penerapan tersebut pada kejadiansalah identifikasi dan perubahan kompetensi perawat yang dinilai melalui metodeOSCE.
Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan one group pre-test and post-testdesign. Akan dinilai berupa efek pemberian pedoman WHO PSGC melalui suatuwork shop dan hands on pada perawat di RS Bali Royal. Evaluasi akan dilakukanterhadap perubahan kompetensi perawat melalui metode OSCE dengan kasuspemasanan infus yang berorientasi pada kaidah patient safety yang dinilaisebelum dan sesudah intervensi oleh penguji idependen. Kemudian dilakukanevaluasi terhadap penurunan kejadian salah identifikasi di RS Bali Royal. Analisisstatistik menggunakan uji normalitas, dan paired sample t-test untukmembandingkan adanya perubahan nilai OSCE dan kejadian salah identifikasisaat sebelum dan sesudah intervensi.
Hasil: Karakteristik subjek penelitian menunjukkan rerata usia adalah 28 tahun,perempuan lebih banyak dari pada laki-laki (72,3%), perawat dari unit kerja rawatinap merupakan unit kerja yang terbanyak (34%), pendidikan sampel lebih banyapada tingkatan sarjana keprawatan (57,4%), pelatihan keselamatn pasien palingbanyak pernah diikuti sebanyak satu kali (59,6%), rerata lama kerja sampel adalahdua tahun. Penelitian ini menemukan bahwa pemberian intervensi berbasis WHOPSCG mampu meningkatkan kompetensi perawat dalam melakukan identifikasi(skor OSCE pre: 57,29 ± 13,81; skor OSCE post: 84,58 ± 7,37; p = 0,000) sertamampu menurunkan kejadian salah identifikasi yang diukur dalam periode satubulan sebelum dan sesudah intervensi (insiden pre: 12,50 ± 2,38; insiden post:7,25 ± 0,95; p=0,006).
Simpulan: Penerapan intervensi berbasis WHO PSCG mampu meningkatkankompetensi perawat dalam melakuka identifikasi yang dinilai melalui metodeOSCE dan mampu menurunkan kejadian salah identifikasi di RS Bali Royal.Kata
kunci: WHO PSCG, salah identifikasi, kompetensi perawat.
Read More
B-1967
Depok : FKM UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ayun Sari; Pembimbing: Hendrik M. Taurany; Penguji: Jaslis Ilyas, H.M. Hafizurrachman, Chairulsjah Sjahruddin
B-1047
Depok : FKM UI, 2007
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dewa Ngakan Gde Wahyu Mahatma Putra; Pembimbing: Jaslis Ilyas; Penguji: Adang Bachtiar, Bambang Dwipoyono, Chairulsjah Sjahruddin
Abstrak: ABSTRAK Latar belakang dari penelitian ini adalah adanya waktu tunggu antrian pasien OK yang cukup lama hingga 21 hari dan angka utilisasi beberapa ruangan OK yang masih di bawah standar utilisasi. Waktu tunggu antrian OK yang lama dan angka utilisasi yang belum optimal salah satunya disebabkan oleh metode penjadwalan operasi yang belum akurat. Penelitian bertujuan untuk mengetahui utilisasi ruangan OK IBS dan mengetahui hubungannya dengan akurasi waktu mulai operasi, jumlah operasi, dan jenis operasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode telaah dokumen. Uji korelasi dilakukan dengan menggunakan metode Spearman. Berdasarkan 320 data sampel yang diteliti diperoleh rata-rata utilisasi ruangan OK IBS pada bulan Januari-Maret 2018 adalah 53,36%. Total pemakaian ruangan OK adalah 555 jam 24 menit. Terdapat dua faktor yang berhubungan dengan utilisasi kamar operasi yaitu akurasi waktu mulai operasi (p-value=0,012) dan jumlah operasi (p-value=0,015) dengan hubungan positif. Sedangkan jenis operasi (p-value = 0.373) tidak memiliki hubungan dengan utilisasi kamar operasi. Faktor lain yang mempengaruhi utilisasi kamar operasi adalah hari efektif jam buka ruangan OK setiap bulannya. Kata Kunci: Kamar Operasi, Operasi Elektif, Utilisasi, Akurasi Waktu Operasi, Jumlah Operasi, Jenis Operasi The background of this research is the high number of OK patients queue and delayed operation schedule due to the high utilization rate in the OK room in Central Surgery Installation Sanglah General Hospital. The study aims to find out the utilization of OK IBS room and to know its relation to the accuracy of the starting time of operation, the number of operation, and the type of operation. This research uses quantitative approach with document review method. The correlation test is done by using Spearman method. Based on the 320 sampled data obtained, the average utilization of OK IBS room in January-March 2018 is 53.36%. The total usage of OK room is 555 hours 24 minutes. There are two factors related to operating room utilization that is accuracy of starting time of operation (p-value = 0,012) and number of operation (p-value = 0,015) with positive relation. While the type of operation (p-value = 0.373) has no relationship with operating room utilization. Another factor affecting operating room utilization is the effective day open room hours OK in every month. Keywords: Operating Room, Elective Operation, Utilization, Accuracy of Starting Operation Time, Number of Operations, Type of Operation
Read More
B-2014
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Taufiqurrahman; Pembimbing: Mardiati Nadjib; Penguji: Atik Nurwahyuni, Pujiyanto; Chairulsjah Sjahruddin, Amila Megraini
Abstrak: Clinical Pathway (CP) Apendisititis Akut (AA) memberikan gambaran secara rinci tahap-tahap pelayanan yang akan diberikan kepada pasien. Implementasi CP AA di RSI Ibnu Sina Pekanbaru diharapkan dapat mengendalikan variasi proses perawatan dalam upaya meningkatkan kendali mutu dan kendali biaya. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat peran implementasi CP AA dalam meningkatkan efisiensi biya apendiktomi pasien JKN di RSI Ibnu Sina Pekanbaru. Desain penelitian ini adalah cross sectional menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menghitung tagihan biaya pasien yang menjalani apnediktomi sebelum dan sesudah implementasi CP AA dan diolah dengan uji statistik. Pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam dengan informan yang terkait dalam implementasi CP AA. Hasil penelitian terjadi pemendekan Length of Stay (LOS) secara bermakna (P<0.001) pada kelompok pasien sesudah implementasi CP dibandingkan sebelumnya. Terjadi penurunan rata-rata total biaya apendiktomi sebelum dan sesudah implementasi CP (Rp. 5.214.188.02 vs Rp. 4.436.438.37) yang bermakna (P<0.001) dengan persentase selisih 17,5%. Penurunan varian pelayanan berupa utilisasi alat kesehatan (Alkes), obat dan pemeriksaan laboratorium mempengaruhi peningkatan efisiensi biaya apendiktomi. Adanya varian dalam implementasi CP AA menjadi masukan untuk mencapai implementasi CP yang ideal. Varian berupa pengurangan pelayanan yang seharusnya diberikan kepada pasien harus ditinjaklanjuti dengan melakukan penilaian outcome pasien seperti tingakat kejadian readmission dan kondisi pasien ketika melakukan kontrol setelah pulang dari Rumah Sakit (RS).
Read More
B-2075
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Budiman Widjaja; Pembimbing: Yaslis Ilyas; Penguji: Purnawan Junaidi, Chairulsjah Sjahruddin, Ahmad Husni
Abstrak:

Mutu pelayanan Rumah Sakit adalah identik dengan derajat kepuasan. Pelayanan Rumah Sakit dimulai dari sejak pasien masuk ke halaman Rumah Sakit sampai ke Iuar halaman. Sering pasien menganggap bahwa pelayanan Rumah Sakit kurang bermutu dan merasa tidak puas olch hal-hal kecil. Salah satu tantangan utama para Profcsional Pelayanan Medis, para manajcr dan administrator untuk eflisiensi penggunaan sumbcr-sumber daya yang terbatas, mcnycdiakan kualitas tinggi, tepat waktu, berdasarkan bukti, praktek terbaik. Perangkat Integrated Care Pathway menawarkan hal tersebut. Orang dan proscs yang sempurna membuat satu Iayanan kesehatan yang berkualitas. Bagaimana Integrated Care Pathway menginformasikan dengan memperkenalkan pengetahuan, peralatan dan kerangka konseptual. Pada penelitian diambil kasus Demam Berdarah Dengue karena dari data yang ada bahwa kasus Demam Berdarah Dengue adalah kasus yang paling terbanyak sampai dinyatakan olch Dinkes DKI sebagai Wabah sehingga setiap pasien yang didiagnosa Demam Berdaxah Dengue dan dirawat di kclas III di Rumah Sakit Umum Daerah maka biaya pengobatannya akan ditanggung olch Pemda DKI melalui Dinkes DKI. Tujuan Penelitian disini adalah untuk mengetahui tetjadinya Integrasi dengan implementasi Integrated Care Pathway pada kasus Demam Berdarah Dengue diruangan rawat inap kclas III di Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng. Subjek penelitian adalah pasien yang dirawat di kelas I II dengan diagnosa masuk dan diagnose pulang yang ditulis oleh Doktcr Spcsialis Anak atatt Dokter Spesialis Penyakti Dalam adalah Demam Berdarah Dengue ( DBD ). Karena pasien yang dirawat di kelas 3 dcngan diagnose Demam Berdarah Dengue dijamin oleh Pemda DKI2 Pcnelitian mcnggunakan metode kualitatif secara retrospektif dengan melihat status di bagian rekam medis yang ditulis oleh Dokter Spesialis Anak dan Dokter Spesialis Pcnyakit Dalam. Pasien dengan diagnose Demam Berdarah Dengue yang dirawat dikelas III yang diambil sebztgai penelitian adalah pasien yang dirawat dari bulan I Januari 2008 sampai 3| Oktober 2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi tingkat Koordinasi 98 %, Komunikasi 93 %, Kontinuity 54 %, Kolaborasi 93 %. Dengan data tersebut diatas maka dapat disimpulkan Implementasi Integrated Care Pathway pada kasus Demam Berdarah Dengue di RSUD Cengkareng pada dasarnya sudah beljalan cukup baik, hal ini dapat dibuktikan dengan beberapa hal seperti tindakan menjadi lebih terstandar, pelayanan menjadi Iebih standar sesuai dengan SOP dan tcrintegrasi, jenis:obat obatan dan jumlahnya yang digunakan menjadi tcrstandar, jenis pemeriksaan menjadi terstandar, Iama rawat dirumah sakit menjadi jelas, biaya yang dikeluarkan pasien menjadi Iebih murah. Saran pada penelitian ini masih perlu dicvaluasi mengenai format Integrated Care Pathway sendiri. Dcngan pcnelitian ini dapat diusulkan masih perlu revisi mengcnai format template Integrated Care Pathway, perlu adanya sosialisasi rutin kcpada setiap pegawai misalnya Dokter dan perawat karena sering terjadi pergantian atau pegawai baru seperti Dokter dan Perawat, dan hal terscbut membuat pelaksanaan Integrated Care Pathway tidak bisa benjalan dengan baik karena mercka bclum memahami pcnggunaan formulir terscbut. bila mungkin untuk kcdepannya template Integrated Care Pathway dapat melibatkan pasicn sehingga pasien _bisa mandiri, menambah pengetahuan pasicn dan mengetahui dengan benar tahapan penanganannya. Saran untuk Dinkes DKI, perlu dikembangkan pola pclayanan penanganan pasien Dcmam Berdarah Dengue yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah secara scrcmpak mengingat pasien yang ditangani dcngan kasus tcrsebul setiap hari jumlahnya banyak dan hampir dapat dikatakan tidak berhenti dari tahun kc tahun. Dengan data seperti itu maka perlu disikapi untuk pencegahan kasus pcnanggulangan Dcmam Berdarah Dengue dilingkungan dan untuk pasicn yang dirawat di Rumah Sakit dibuat kesepakatan bersama dcngan menggunakan Integrated Care Pathway sehingga biaya yang digunakan dapnt terkontroi dan pztsien yang dapat ditangani menjadi lebih banyak dan jiwa jiwa yang tcrsclamatkan menjadi lebih banyak lagi dan mudah diaudit. Saran untuk Asuransi, dengan menggunakan Integrated Care Pathway pada kasus ini dapat dibuktikan bahwa pelayanan yang dilakukan seperti pada kasus Dcmam Berdarah Dengue dapat etisiensi sehingga biaya yang digunakan dapat minimal dan asuransi dcngan mudahnya melihat dan melakukan konlrol. Sehingga tidak ada lagi kecurigaan over utilisasi atau Over treatment. Kedepanya dengan bertambahnya kasus yang ada scmoga dapat dibuatkan template ICP untuk kasus kasus yang lain sehingga kepercayaan Asuransi terhadap pelayanan Rumah Sakit dapat meninggakat. Saran untuk Pasicn, dengan adanya Integrated Care pathway maka pasien dari hari kc hari dapat belajar dan lebih kooperatif scrta mengerti terttang pcnanganan penyaldtnya. Diharapkan dengan pelaksanaan pelayanan menggunakan Integrated Care Pathway pasien bisa Iebih melibatkan diri dan memahami tentang reneana tindakan dan pengobatan yang akan dilakukan untuk dirinya sehingga kcluhan mengenai malpraktek dnpat diperkccil.


 

The quality of I-lospital service is same with satisfication degree. The hospital services are started from the patient came into yard of hospital until outside ofthe yard. Usually the patient estimated that the hospital?s services under grade and feel unsatislied by small things. One of the main challenger of Prol`I`essionaI Medical Services, managers and administrator for ellicient useful of limited resources, supply the high quality, on~time, based on evidence, best practice. Tool of Integrated Care Pathway provided those things. People and perfect process make one quality medical How the Integrated cate Pathway infonnea with introducing the knowledge, eqttipntent and conceptual design. On research, we took Dengue Hemoragic Fever case because it was the majority data until was declared by DKl?s Health District as epidemic, so that every patient which is diagnosed by Dengue l-lcmoragic Fever and treated at third class in Regional General Hospital so the Regional Govemment will be responsible for the cost through DKl?s Health District. The purpose of research here is knowing how has become the integration with Implementation of Integrated Care Pathway on Dengue Hcmoragic Fever case at III-rd class of treatment room at Ccngkarcng Regional General llospital. Subject of research is patient which is treated at ill-rd class with in diagnose and out diagnose written by Pediatrician or lnternist is Dengue Hemoragic Fever( DHI* ). Because the patient which is treated at III-rd class with Dengue Hemoragic Fever guaranteed by DKI's Regional Government. The research used Qualitative method retrospectively by looking at file in medical record, written by Pediatrician and lnternist. Patient with Dengue Ilemoragic Fever's Diagnose which is treated at 3? class, taken as research is patient were treated from January lst, 2008 until October 31, 2008. The research?s result indicates that there?s Coordination degree 98%, Communication 93 %, Continuity 54 %, Collaboration 93 %. With those data so the implementation of Integrated Care Pathway on Dengue Hemoragie Fever case at Cengkareng Regional General Hospital had already good enough, it can he proved by some things like action to be more standardization, services be more standard agree with SOP and integrated, kind of medicines and the total which is used become standardization, kind of investigation become standardization, length stay at hospital become clear, the cost must be paid by patient become cheaper. The suggestion on this research still need be evaluated about the format of Integrated Care Pathway itseI£. With this research could be sugecsted that it still need revition about the format template Integrated Care Pathway, it still need routine socialization to every employee such as Doctor and nurse because it often changes or new employee such as Doctor and nurse, and it could make the implementation of Integrated Care Pathway could not work good because they had not understood how to use the form, if possible for the future, the template of Integrated Care Pathway could involved patient so patient could be autonomous., add patient knowledge and know rightly the handling phase. Suggestion for DKI's Health District, it need to be expanded the pattem of handling service of Dengue Hemoragic Fever patient which is treated at Regional General Hospitaialtogether, considering the total of patient with that case every day more and more and almost can not stop from year to year. With that data so it need to be attention for prevention of Dengue Hemoragic Fever at the area and for patient which is treated at Hospital, made an agreement to go together used by Integrated Care Pathway so the using cost could be controlled and patient that could be take cane could be more and more savely spirit too and easy to be audited. Suggestion for Insurance, by using Integrated Care Pathway at this case could be proven that the service such as at Dengue Hemoragic Fever case could be efficient so the using cost could be minimal and insurance could be easier see and do the control. So there is not any suspicion over utilization or over treatment. With the additional of case ahead, hopefully it could be made the template of ICP for other cases so that the insurance realiable on l-Iospital`s Services could be increasing. Suggestion for the patient, with Integrated Care pathway so patient from day to day could leam and more cooperative and understand about the handling of the sickness. Hopefitlly with the implementation service using the integrated Care Pathway, the patient can be more participate and understand about the action planning and medical treatment which will be done to themselves until complaint about malpractice could be smaller.

Read More
B-1204
Depok : FKM-UI, 2009
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Alexandra Francesca Chandra; Pembimbing: Mardiati Nadjib; Penguji: Jaslis Ilyas, Pujiyanto, Guntur Darmawan, Chairulsjah Sjahruddin
Abstrak:
Latar Belakang : Layanan kesehatan adalah industri yang berorientasi kepada manusia, sehingga kinerja perawat sangatlah penting karena menjadi cerminan baik buruknya layanan rumah sakit. Di RS Abdi Waluyo, tren kinerja perawat rawat inap terlihat menurun dari kuartal 2 sampai 4 tahun 2022, dari 83% ke 76%, sementara target di 85% namun upaya evaluasi dan perbaikan untuk peningkatan kinerja perawat di rumah sakit masih belum tampak. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengatasi fenomena tersebut, dengan terlebih dahulu mengkaji faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja perawat rawat inap di RS Abdi Waluyo. Metode : Penelitian ini adalah penelitian non eksperimental dengan pendekatan mixed method yang terdiri dari 2 tahap: 1) studi kuantitatif cross sectional dengan kuesioner yang dibagikan kepada 61 perawat secara total sampling untuk mengetahui gambaran kinerja dan faktor-faktor yang berhubungan; dan 2) studi kualitatif untuk mengetahui perspektif manajemen melalui wawancara mendalam kepada 3 informan kunci. Hasil : Dari hasil kuesioner ditemukan bahwa hanya 39 (64%) perawat rawat inap di RS Abdi Waluyo yang memiliki skor kinerja diatas nilai tengah 41 (min 21 – maks 52). Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa hanya faktor organisasi yang secara statistik berhubungan dengan kinerja perawat rawat inap, meliputi: iklim organisasi (r=0,267; p=0,037), beban kerja (r=-0,517; p<0,001), kompensasi (r=0,274; p=0,033), dan kepemimpinan (r=0,227; p=0,078). Dari analisis regresi linear didapatkan persamaan berikut: Kinerja = 40,336 – 0,721 (Beban Kerja) + 0,33 (Kepemimpinan). Beban kerja adalah faktor yang paling dominan berhubungan dengan kinerja perawat, dengan arah hubungan negatif (berbanding terbalik). Dari studi kualitatif diketahui perspektif manajemen terkait faktor organisasi yang belum optimal, seperti adanya budaya menyalahkan di iklim organisasi, kurang objektifnya pemberian apresiasi/kompensasi, kepemimpinan Kepala Ruangan yang perlu ditingkatkan, dan sosialisasi berkala program pelatihan profesional. Simpulan : Faktor-faktor organisasi perlu dijaga dengan lebih baik untuk dapat menciptakan lingkungan yang lebih kondusif untuk kinerja perawat yang optimal, dengan menghilangkan budaya menyalahkan, melakukan analisis dan mengontrol beban kerja, memberikan apresiasi finansial maupun non finansial kepada perawat yang berprestasi, meningkatkan kepemimpinan kepala ruangan, dan mensosialisasikan program pengembangan karir berkala agar perawat termotivasi untuk berprestasi.

Introduction : Healthcare is a human-oriented industry, so the performance of nurses is very important because it is a reflection of the good and bad of hospital services. At Abdi Waluyo Hospital, the performance trend of inpatient nurses appears to have decreased from the 2nd to 4th quarter of 2022, from 83% to 76%, while the target is at 85%. Meanwhile, evaluation and improvement efforts to improve nurse performance in hospitals are still not visible. Therefore, this research was conducted to overcome this phenomenon, by first examining the factors that influence the performance of inpatient nurses at Abdi Waluyo Hospital. Method : This is a non-experimental study with a mixed method approach consisting of 2 stages: 1) a cross-sectional quantitative study with questionnaires distributed to 61 nurses in total sampling to determine performance description and influencing factors; and 2) a qualitative study to find out the management perspective through in-depth interviews with 3 key informants. Result : The results of the questionnaire revealed only 39 (64%) of inpatient nurses at Abdi Waluyo Hospital had a performance score above the median value of 41 (min 21 – max 52). The results of the Spearman correlation test showed that only organizational factors were statistically correlated to the performance of inpatient nurses, including organizational climate (r=0.267; p=0.037), workload (r=-0.517; p<0.001), compensation (r= 0.274; p=0.033), and leadership (r=0.227; p=0.078). The following equation was obtained from linear regression analysis: Performance = 40.336 – 0.721 (Workload) + 0.33 (Leadership). The workload was the most dominant factor related to nurse performance, with a negative relationship (inversely related). The qualitative study revealed the management perspective regarding nonoptimal organizational factors such as the existence of a culture of blaming in the organizational climate, the lack of objectivity in giving appreciation/compensation, the fact that the Head of the Room still needs to improve her leadership, and regular socialization of professional training programs. Conclusion : Organizational factors need to be maintained better to be able to create an environment that is more conducive to optimal nurse performance, by eliminating the culture of blame, analyzing and controlling the workload, providing financial and non-financial appreciation to outstanding nurses, improving the leadership of the head of the room, and socializing career development program periodically so the nurses are motivated to excel.
Read More
B-2343
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Tjokorda Istri Anom Saturti; Pembimbing: Adik Wibowo; Penguji: Mieke Savitri, Wahyu Sulistiadi, Chairulsjah Sjahruddin, Bambang Dwipoyono
Abstrak: Informed consent bukanlah suatu pemberian tandatangan pada formulir, melainkan sebuah proses komunikasi di mana pasien diberi informasi tentang pilihannya untuk tes kesehatan, perawatan, atau prosedur, dan kemudian memilih opsi yang paling sesuai untuk tujuan dan nilainya. Informed consent sangat penting untuk hubungan terapeutik antara dokter dan pasien. Proses ini memungkinkan pasien, atau mereka yang bertanggung jawab secara hukum atas perawatan mereka, untuk membuat keputusan berdasarkan informasi tentang perawatan atau prosedur yang dimaksud. Di RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2016, tingkat kepatuhan pengisian informed consent masih rendah yaitu 58%, tingkat ketidakpatuhan penulisan singkatan sebanyak 42%.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kelengkapan terhadap persetujuan setelah penjelasan (informed consent) pada tindakan bedah secara menyeluruh di ruang rawat inap bedah RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2017. Metode penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan kualitatif dengan pendekatan retrospektif dan crossectional. Jumlah sampel dokter bedah yang menjadi subjek penelitian terdiri dari 57 dokter bedah, 647 informed consent dan tiga orang informan untuk pengumpulan data secara kualitatif.

Dari penelitian ini didapatkan bahwa kelengkapan informed consent tindakan bedah di ruang rawat inap bedah RSUP Sanglah pada tahun 2017 hanya mencapai 30%. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan signifikan antara jumlah kasus yang ditangani dan proses pemberian informed consent yang baik dengan kelengkapan pemberian informed consent tindakan bedah dengan p-value berturut-turut 0,02 dan 0,01. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kelengkapan pemberian informed consent berhubungan dengan jumlah kasus yang ditangani dan proses pemberian informed consent yang baik.

Kata kunci: faktor-faktor, kelengkapan, informed consent

Informed consent is not a signature on a form, but a communication process in which patients are informed of their choice for a health, care, or procedure test, and then choose the option that is most appropriate for its purpose and value. Informed consent is essential for therapeutic relationships between physicians and patients. This process allows patients, or those who are legally responsible for their care, to make informed decisions about the treatment or procedure in question. In RSUP Sanglah Denpasar in 2016, compliance level of informed consent is still low ie 58%, non-compliance rate of writing abbreviation as much as 42%.

The purpose of this study was to know the description of the completeness of informed consent to the overall surgical procedure in surgical hospitalization of Sanglah Hospital Denpasar in 2017. This research method was a quantitative and qualitative research with retrospective and crossectional approach. The number of samples of surgeons who were the subjects of the study consisted of 57 surgeons, 647 informed consents and 3 informan for qualitative study.

From this research it is found that the completeness of informed consent of surgery in surgical hospitalization of Sanglah Hospital in 2017 only reach 30%. The results of this study indicate a significant relationship between the number of cases handled and the process of providing good informed consent with the completeness of the surgical informed consent provision with p-value 0,02 and 0,01. From this study it can be concluded that the completeness of the informed consent provision relates to the number of cases handled and the process of providing good informed consent.

Keywords: factors, completeness, informed consent
Read More
B-2008
Depok : FKM UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Putu Sudarsana; Pembimbing: Amal Chalik Sjaaf; Penguji: Jaslis Ilyas, Mieke Savitri, Chairulsjah Sjahruddin, I Gede Made Arnata
Abstrak: Abstrak Kepatuhan terhadap pengobatan merupakan faktor penting dalam kesehatan lanjutan dan kesejahteraan pasien, kepatuhan dan ketaatan juga prasyarat untuk keefektifan pengobatan berdasarkan formularium yang telah ditentukan. Pengetahuan dokter pada formularium Rumah Sakit diperoleh dari buku maupun dari orang lain. Tindakan ini akan berpengaruh terhadap keputusan seorang dokter dalam menuliskan resep. Penelitian ini merupakan penelitian korelatif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan keyakinan terhadap kepatuhan dalam menulis resep sesuai formularium dengan jumlah sampel 62 responden dan teknik pengambilan sampel total sampling. Kuesioner yang digunakan untuk mendapatkan data sudah dilakukan uji reliabilitas dan validitas Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan, sikap dan keyakinan dengan kepatuhan dalam penulisan resep sesuai dengan formularium dengan p-value < 0,05. Hasil uji multivariat dengan regresi logistik menunjukkan keyakinan merupakan variabel yang paling dominan dengan p-value 0,004 < 0,05 dengan OR 7, 227 lebih tinggi dibandingkan variabel pengetahuan (OR:4,446) dan sikap (OR: 4,244). Hal ini berarti keyakinan sebanyak 7,227 meningkatkan kepatuhan dalam penulisan resep sesuai formularium. Pendidikan seorang dokter yang diperoleh pada tingkat tertentu akan mempengaruhi tindakan yang berdasar pada kemampuan intelektual. Sikap seorang dokter yang menggambarkan suka atau tidak suka terhadap formularium rumah sakit. Sikap ini diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman dokter lain. Keyakinan merupakan suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia saat ia merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai kebenaran. Karena keyakinan merupakan suatu sikap, maka keyakinan seseorang tidak selalu benar atau, keyakinan semata bukanlah jaminan kebenaran. Keyakinan seorang dokter terhadap obat yang diperoleh dari orang yangdapat dipercaya, hal ini merupakan bagian yang sulit dirubah. Key word: Pengetahuan, sikap, keyakinan dan kepatuhan dalam menulis resep sesuai Formularium Abstract Adherence to treatment is an important factor in continued health and patient wellbeing, adherence are also prerequisites for the effectiveness of treatment based on established formularies. The doctor's knowledge on hospital formulary is obtained from books as well as from others. This action will affect the decision of a doctor in prescribing. This research is a correlative research that aims to determine the relationship of knowledge, attitudes and beliefs to compliance in prescribing recipes according to formulary with a total sample of 62 respondents and total sampling technique. Questionnaires used to obtain the data have been tested reliability and validity The results showed that there was a significant correlation between knowledge, attitude and belief with compliance in prescribing writing in accordance with formulary with p-value <0,05. The result of multivariate test with logistic regression showed that belief was the most dominant variable with pvalue 0.004 <0.05 with OR 7,227 higher than the knowledge variable (OR: 4,446) and attitude (OR: 4,244). This means belief as much as 7,227 improves compliance in prescribing writing according to formulary. The education of a physician acquired at some level will influence actions based on intellectual ability. The attitude of a doctor who describes likes or dislikes hospital formulary. This attitude is derived from the experience itself and the experience of other doctors. Belief is an attitude that is shown by man when he feels quite know and conclude that he has reached the truth. Because beliefs are an attitude, one's beliefs are not always true or, beliefs alone are not a guarantee of truth. A physician's belief in drugs obtained from a trusted person, this is a difficult part to change. Key words: Knowledge, attitudes, beliefs and compliance in writing appropriate recipes formulary
Read More
B-2027
Depok : FKM UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rusmulyadi; Pembimbing : Ede Surya Darmawan; Penguji: Amal Chalik Sjaaf, Puput Oktamianti, Supryantoro, Chairulsjah Sjahruddin
Abstrak: Kebijakan pemerintah Republik Indonesia mengenai Keselamatan Pasien dituangkan dalamIUndang-UndangInomor 44Itahun 2009Itentang RumahISakit, khususnyaIpasal 43. Kemudianudijelaskan lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor 11 tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien. Kebijakan ini menjadi dasar kewajiban pelaksanaan Keselamatan Pasien bagi rumah sakit. Rumah sakit jiwa mempunyai keunikannya sendiri dibandingkan dengan rumah sakit umum, termasuk dalam ranah Keselamatan Pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor-faktor yang berperan dalam kurang standarnya Keselamatan Pasien ditinjau dari perspektif implementasi kebijakan. Penelitianiini adalahipenelitian kualitatifidengan desainideskriptif yangidilaksanakan di RSJDeSungai BangkongeProvinsi KalimantaneBarat. 9 orangeinforman terlibatedalam penelitianfini. Pengumpulanfdata dilakukanfdenganfobservasi, telaahfdokumen, diikuti wawancaraimendalam danikemudian dilakukanianalisis dataikualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan 3 kelompok besar dalam kinerja penyelenggaraan keselamatan pasien belum terlaksana optimal. Telah ada produk kebijakan keselamatan pasien berupa keputusan direktur untuk pembentukan Sub Komite Keselamatan Pasien sebagai bagian dari Komite PMKP, namun hanya 1 dari 7 tugas Sub Komite Keselamatan Pasien yang telah dilaksanakan. Untuk ketersediaan sumber daya, terdapat kekurangan SDM keperawatan dan keamanan, serta belum adanya SOP dan panduan lainnya yang mengatur penyelenggaraan keselamatan pasien. Telah ada struktur organisasi yang relatif baik dalam bentuk Sub Komite Keselamatan Pasien. Kekurangan yang ditemukan dalam komponen kewenangan adalah belum adanya petugas Penggerak Keselamatan Pasien, serta adanya sikap menyalahkan individu dalam penerapan pelaporan IKP. Pada komponen fasilitas masih terdapat banyak kekurangan pada sumber daya penunjang, antara lain belum lengkapnya fasilitas fisik penunjang keselamatan dasar, tidak terdapat ruangan khusus dan fasilitas pendukung untuk administrasi, kurangnya pemanfaatan kemajuan teknologi, khususnya pada alat physical restraint dan sistem informasi untuk pendataan IKP yang baik. Dari komponen komunikasi terdapat kekurangan terutama pada jalur transmisi yang digunakan, yaitu kurangnya koordinasi dan sosialisasi yang terencana kepada para pelaksana pelayanan. Pada komponen pelatihan ditemukan standar pendidikan belum dipenuhi oleh RSJDSB untuk seluruh petugasnya. Tidak ada kebijakan insentif untuk petugas pelaksana dalam Penyelenggaraan Keselamatan Pasien. Secara keseluruhan implementasi kebijakan keselamatan pasien di RSJDSB tahun 2019 disimpulkan belum optimal sehingga diperlukan upaya perbaikan dan peningkatan pada ketersediaan sumber daya dan pelaksanaan program penyelenggaraan keselamatan pasien.
Read More
B-2091
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive