Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 37862 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Novia Aulia Nugraha; Pembimbing: Ema Hermawati; Penguji: I Made Djaja, Yulia Fitria Ningrum
Abstrak: Umumnya seseorang menghabiskan banyak waktu di dalam ruang, seperti tempat kerja. Buruknya kualitas udara dalam ruang dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti, Sick Building Syndrome (SBS). Perpustakaan berisiko untuk mengalami pencemaran udara yang disebabkan oleh mikrobiologi karena banyaknya bahan organik seperti buku yang dapat menjadi tempat pertumbuhan kapang. Penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan jumlah kapang di udara dalam ruang dengan keluhan SBS pada staff di Perpustakaan UI. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan variabel independennya adalah jumlah kapang, variabel dependennya adalah keluhan SBS, serta variabel confounding yang meliputi suhu, kelembaban, pencahayaan, usia, jenis kelamin, lama kerja, riwayat alergi, riwayat asma, dan kebiasaan merokok. Pengumpulan data SBS dilakukan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner kepada 63 staff Perpustakaan, sedangkan pengukuran kapang di udara dilakukan dengan teknik passive sampling metode settle plate. Secara keseluruhan kualitas udara di Perpustakaan UI tergolong buruk. Hasil statistik menunjukan proporsi keluhan SBS pada staff sebesar 55,6% dan secara statistik tidak ada variabel yang berhubungan secara signifikan dengan SBS.
Read More
S-10133
Depok : FKM UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Arsi Fatin Amani; Pembimbing: Budi Hartono; Penguji: Dewi Susanna, Yulia Fitria Ningrum
Abstrak: Banyaknya waktu yang digunakan masyarakat perkotaan untuk beraktivitas di dalam ruangan dapat menimbulkan masalah kesehatan akibat kualitas udara di dalam ruangan, seperti Sick Building Syndrome (SBS). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jumlah koloni bakteri di udara dalam ruang dengan keluhan SBS pada Pegawai di gedung Pusat Administrasi Universitas Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan variabel independen adalah jumlah koloni bakteri; variabel dependen adalah keluhan SBS. Suhu, kelembaban, dan pencahayaan, serta jenis kelamin, masa bakti kerja, usia, riwayat alergi, dan kebiasaan merokok adalah variabel kovariat. Analisis statistik menunjukkan proporsi keluhan SBS sebesar 60,4% (64 responden). Jumlah koloni bakteri tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan keluhan SBS. Dari hasil analisis diketahui bahwa jenis kelamin dan riwayat alergi memiliki hubungan yang signifikan dengan keluhan SBS.
Read More
S-10075
Depok : FKM UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rachma Aditria Suci; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Budi Haryanto, Sari Hasanah
Abstrak: Sick Building Syndrome (SBS) merupakan salah satu masalah yang sering dialami oleh penghuni di gedung perkantoran. SBS dapat disebabkan karena kualitas udara dalam ruang dan karakteristik individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jumlah total koloni bakteri di udara dalam ruang dengan kejadian SBS di Arsip Nasional Republik Indonesia. Digunakan desain studi cross sectional, variabel independen yaitu jumlah total koloni, variabel confounding yaitu suhu, kelembaban relatif, pencahayaan, usia, jenis kelamin, masa kerja, riwayat alergi dan kebiasaan merokok. Analisis statistik memberikan hasil proporsi kejadian SBS pada pegawai di Arsip Nasional Republik Indonesia Tahun 2019 sebesar 60%. Dari 9 variabel yang diuji, hanya variabel usia (OR= 0,43; 95%CI= 0,189-0,969) yang berhubungan signifikan secara statistik.
Kata kunci: Sick Building Syndrome, Bakteri, Kualitas Udara dalam Ruang
Read More
S-10029
Depok : FKM UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Deanie Afifah Utami; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Laila Fitria, Yulia Fitria Ningrum
Abstrak:
Kejadian Gejala Gangguan Pernapasan adalah salah satu masalah kesehatan yang kerap dialami oleh pekerja di gedung perkantoran. Gejala Gangguan Pernapasan dapat disebabkan oleh kualitas udara dalam ruang yang buruk dan karakteristik individu. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui hubungan antara jumlah total koloni bakteri dan kapang dengan kejadian Gejala Gangguan Pernapasan pada teanag akependidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia dengan desain cross sectional. Variabel independennya adalah jumlah total koloni bakteri dan kapang dalam ruang, variable confounding berupa suhu, kelembaban relatif, intensitas cahaya usia, jenis kelamin, masa bakti kerja, kebiasaan merokok, dan riwayat alergi. Hasil proporsi kejadian Gejala Gangguan Pernapasan dari analisis statistik yang dilakukan pada tenaga kependidikan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia sebesar 32,4% (47 responden). Dari 10 variabel yang diuji, hanya usia dan masa bakti kerja yang menunjukkan hubungan signifikan.

Respiratory Distress Symptoms is one of the health problems often experienced by workers in office buildings. Respiratory Distress Symptoms can be caused by poor indoor air quality and individual characteristics. This study was conducted with the aim of determining the relationship between the total number of bacterial and mold colonies and the occurrence of Respiratory Disturbance Symptoms in educational staff at the Faculty of Public Health, University of Indonesia with a cross sectional design. The independent variable is the total number of bacterial and mold colonies in the room, the confounding variables include temperature, relative humidity, light intensity, age, gender, length of service, smoking habits, and allergy history. The proportion of the occurrence of Respiratory Disturbance Symptoms from the statistical analysis carried out on the educational staff of the Faculty of Public Health, University of Indonesia is 32.4% (47 respondents). Of the 10 variables tested, only age and length of service showed a significant relationship.
Read More
S-11765
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Aisya Noor Ghaida ; Pemibmbing; Budi Hartono; Penguji: Ririn Arminsih Wulandari, Heri Nugroho
Abstrak:
Sick Building Syndrome (SBS) merupakan kumpulan gejala yang dialami individu akibat paparan lingkungan dalam ruang yang tidak sehat, termasuk kualitas udara yang buruk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara parameter kualitas udara dalam ruang—meliputi konsentrasi kapang, suhu, dan kelembapan relatif—dengan kejadian SBS pada pengguna laboratorium di Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Sebanyak 86 responden dari lima laboratorium berpartisipasi, dengan karakteristik mayoritas berusia 20–24 tahun dan memiliki waktu paparan lebih dari 4 jam per hari di laboratorium. Pengukuran parameter lingkungan dilakukan di 10 titik, mencakup dua titik per laboratorium, dan data gejala SBS dikumpulkan melalui kuesioner. Uji Chi-Square menunjukkan bahwa 77,9% responden mengalami gejala SBS, namun tidak terdapat hubungan signifikan antara parameter lingkungan yang diuji dan kejadian SBS. Nilai p untuk kapang, suhu, dan kelembapan berturut-turut adalah 0,877; 0,705; dan 0,795. Meskipun tidak signifikan secara statistik, beberapa rasio odds menunjukkan kecenderungan risiko. Temuan ini menekankan pentingnya pengelolaan kualitas udara dalam ruang di lingkungan akademik untuk mengurangi potensi risiko kesehatan jangka panjang.


Sick Building Syndrome (SBS) refers to a set of symptoms experienced by individuals due to prolonged exposure to poor indoor environmental conditions, including substandard air quality. This study aimed to assess the relationship between indoor air quality parameters—mold concentration, temperature, and relative humidity—and the occurrence of SBS among laboratory users at the Faculty of Engineering, Universitas Indonesia. A total of 86 respondents participated, primarily aged 20–24 years, with most spending over four hours daily in laboratory spaces. Environmental measurements were taken from 10 sampling points, covering two points in each of the five laboratories. SBS symptoms were collected through structured questionnaires. Chi-square analysis revealed that 77.9% of respondents reported experiencing SBS symptoms. However, no statistically significant association was found between the tested environmental parameters and SBS occurrence, with p-values of 0.877 for mold, 0.705 for temperature, and 0.795 for humidity. Although not statistically significant, several odds ratios indicated a potential risk trend. These findings highlight the importance of maintaining healthy indoor air quality in academic laboratory environments to mitigate potential long-term health effects among occupants.
Read More
S-12050
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Firda Rachmadianty; Pembimbing: Laila Fitria; Penguji: Ririn Arminsih Wulandari, Bambang Sutoyo
Abstrak: BANYAKNYA WAKTU YANG DIGUNAKAN MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK BERAKTIVITAS DI DALAM RUANGAN DAPAT MENIMBULKAN MASALAH KESEHATAN AKIBAT KUALITAS UDARA DI DALAM RUANGAN, SEPERTI SICK BUILDING SYNDROME (SBS). TIDAK HANYA PADA PEKERJA DI PERKANTORAN, SISWA SEKOLAH JUGA BERISIKO TERHADAP SBS. PENELITIAN INI BERTUJUAN UNTUK MENGETAHUI HUBUNGAN ANTARA JUMLAH KOLONI BAKTERI DI UDARA DALAM RUANG KELAS DENGAN KEJADIAN SBS PADA SISWA DI SMAN 2 KOTA TANGERANG SELATAN. DIGUNAKAN DESAIN STUDI CROSS-SECTIONAL DENGAN VARIABEL INDEPENDEN ADALAH JUMLAH KOLONI BAKTERI; VARIABEL INDEPENDEN ADALAH KEJADIAN SBS; DAN SUHU, KELEMBABAN, PENCAHAYAAN, JENIS KELAMIN, STATUS GIZI, RIWAYAT ALERGI, RIWAYAT ASTHMA, HEWAN PELIHARAAN, KEBIASAAN MELEWATKAN SARAPAN, KEBIASAAN BEROLAHRAGA, KEBIASAAN MENGONSUMSI CAMILAN, SERTA KEBIASAAN MEROKOK ADALAH VARIABEL KOVARIAT. ANALISIS STATISTIK MENUNJUKKAN PROPORSI KEJADIAN SBS SEBESAR 59,8% DAN JUMLAH KOLONI BAKTERI TIDAK BERHUBUNGAN SIGNIFIKAN DENGAN KEJADIAN SBS. RIWAYAT ASTHMA, KEBIASAAN MELEWATKAN SARAPAN, DAN KEBIASAAN BEROLAHRAGA BERHUBUNGAN SIGNIFIKAN DENGAN KEJADIAN SBS. SISWA YANG BERADA DI KELAS DENGAN JUMLAH KOLONI BAKTERI DI UDARA< 135 KOLONI BERISIKO MENGALAMI KEJADIAN SBS 1,677 KALI LEBIH TINGGI, SETELAH DIKONTROL OLEH VARIABEL KEBIASAAN SARAPAN, KEBIASAAN BEROLAHRAGA, DAN PENCAHAYAAN. KATA KUNCI: SICK BUILDING SYNDROME, JUMLAH KOLONI BAKTERI, KUALITAS UDARA DALAM KELAS, SISWA SEKOLAH T HAS BEEN ESTIMATED THAT PEOPLE SPEND ALMOST 90% OF THEIR TIME INDOORS, MAINLY IN URBAN AREAS. THIS COULD LEAD TO HEALTH PROBLEMS CAUSED BY THE INDOOR AIR QUALITY, SUCH AS SICK BUILDING SYNDROME (SBS). BESIDES THE OFFICE WORKERS POPULATION, THERE IS ALSO INCREASING CONCERN ABOUT SBS PROBLEM IN SCHOOL STUDENT. USING CROSS-SECTIONAL STUDY DESIGN, THE ASSOCIATIONS BETWEEN TOTAL INDOOR AIR BACTERIAL COUNT IN THE CLASSROOM AND SBS IN STUDENTS OF 2 TANGERANG SELATAN HIGH SCHOOL WAS INVESTIGATED. WE DETERMINED THE TOTAL BACTERIAL COUNT AS DEPENDENT VARIABLE; SBS INCIDENCE AS INDEPENDENT VARIABEL; CLASSROOM TEMPERATURE, HUMIDITY, AND LIGHTING INTENSITY AS ENVIRONMENTAL COVARIATE VARIABLES; AND GENDER, NUTRITIONAL STATUS, HISTORY OF ALLERGY AND ASTHMA; PET OWNERSHIP; SKIPPING BREAKFAST; SNACKING HABIT; EXERCISING HABIT; AND SMOKING HABIT AS INDIVIDUAL COVARIATE VARIABLES. STATISTICAL ANALYSIS RESULTS SHOWED A HIGH PROPORTION OF SBS (59,8%) AND THE TOTAL INDOOR AIR BACTERIAL COUNT IS NOT SIGNIFICANTLY ASSOCIATED WITH SBS. HISTORY OF ASTHMA, SKIPPING BREAKFAST, AND EXERCISING HABIT ARE SIGNIFICANTLY ASSOCIATED WITH SBS. STUDENTS WHO ARE STUDYING IN CLASSROOM WITH TOTAL BACTERIAL COUNT < 135 COLONY HAVE 1,677 TIMES HIGHER RISK OF EXPERIENCING SBS THAN THE NON- RISK GROUP. KEYWORDS: SICK BUILDING SYNDROME, TOTAL INDOOR AIR BACTERIAL COUNT, CLASSROOM AIR QUALITY, SCHOOL STUDENTS
Read More
S-9502
Depok : FKM-UI, 2017
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Irene Messyavita Nehe; Pembimbing: Ema Hermawati; Penguji: Fitri Kurniasari, Sony Pawoko
Abstrak:
Sick Building Syndrome (SBS) merupakan masalah kesehatan di tempat kerja yang berkaitan dengan Kualitas Udara dalam Ruangan (KUDR), dan dapat memengaruhi hingga 90% pekerja secara global. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara KUDR dan gejala SBS pada pustakawan di lima perpustakaan Universitas X Depok. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional, dengan 47 responden terpilih secara purposive dan analisis dilakukan hingga tingkat bivariat. Sebanyak 57,4% responden melaporkan gejala SBS. Suhu udara berhubungan signifikan dengan SBS (OR=5,00; 95% CI=1,32–18,96), dan hubungan ini tetap bertahan setelah dikontrol berdasarkan lama bekerja. Temuan ini menunjukkan perlunya perbaikan kondisi termal di lingkungan perpustakaan, termasuk pemeliharaan dan perbaikan sistem pendingin udara, guna menurunkan risiko SBS pada pustakawan.

Sick Building Syndrome (SBS) is a workplace health issue linked to Indoor Air Quality (IAQ), affecting up to 90% of workers globally. This study investigates the relationship between IAQ and SBS symptoms among librarians in five libraries at University X, Depok. Using a cross-sectional design, data were collected from 47 purposively selected respondents and analyzed to bivariate level. SBS symptoms were reported by 57.4% of participants. Air temperature was significantly associated with SBS (OR=5.00; 95% CI=1.32–18.96), and the association persisted after adjusting for length of employment. These findings highlight the need to improve thermal conditions in library environments, including air conditioning maintenance and repairs, to reduce SBS risk among librarians.
Read More
S-11940
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ni Wayan Ratih Prayudactuti; Pembimbing: Laila Fitria; Penguji: Ririn Arminsih Wulandari, Heni Mayawati
Abstrak: Sick Building Syndrome (SBS) merupakan masalah yang sering dialami oleh penghuni gedung namun penyebabnya tidak diketahui pasti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi CO2 udara dalam ruang dengan kejadian SBS di gedung Rektorat Universitas Indonesia. Digunakan disain studi cross-sectional, variabel independen adalah konsentrasi CO2 dan variabel kovariat adalah konsentrasi formaldehida, suhu, kelembaban, usia, jenis kelamin, kebiasaan merokok dan riwayat alergi. Analisa statistik memberikan hasil proporsi kejadian SBS adalah 58%, dari 8 variabel yang berhubungan signifikan secara statistik adalah konsentrasi CO2 (3,02; 1,32-6,89), formaldehida (0,3; 0,14-0,76), suhu (11,2; 2,35-53,4), kelembaban (8,01; 2,96-21,68), usia (3,67; 1,45-9,01), jenis kelamin (2,87; 1,23-6,66), dan kebiasaan merokok (3,41; 1,23-9,41). Disimpulkan bahwa kelompok yang berisiko (konsentrasi CO2 > 449 ppm) 1,14 kali berpeluang untuk mengalami kejadian SBS dibandingkan pada kelompok yang tidak berisiko ((konsentrasi CO2 ≤ 449 ppm). Kata Kunci : Sick Building Syndrome, CO2, Kualitas udara dalam ruang
Read More
S-8614
Depok : FKM-UI, 2015
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ari Lestari; Pembimbing: Sri Tjahjani Budi Utami; Penguji: Ririn Arminsih Wulandari, Sintorini
S-5563
Depok : FKM-UI, 2008
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive