Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 31599 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Cinta Callissta Anggraeni; Pembimbing: Septiara Putri; Penguji: Adang Bachtiar, Rikza Anaupal Dahri
Abstrak:
Membangun kesadaran terhadap budaya merupakan langkah pertama menuju keselamatan pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran budaya keselamatan pasien di Puskesmas Duren Sawit. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional dan kuesioner hasil adaptasi dari HSOPSC 2.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi pembelajaran organisasi dan perbaikan berkelanjutan memperoleh persentase tertinggi (88,3%) dan dimensi pelaporan kejadian keselamatan pasien memperoleh persentase terendah (57,7%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah budaya keselamatan pasien di Puskesmas Duren Sawit tergolong cukup baik (73,9%) sehingga Puskesmas perlu meningkatkan pelatihan, sosialisasi, dan sumber daya, memberikan reward bagi tenaga kesehatan yang melapor, serta melaksanakan monitoring dan evaluasi.

Construct awareness of culture is the first phase towards patient safety. The purpose of this study to obtain the patient safety culture overview at the Duren Sawit Public Health Center. This study is quantitative research with a cross-sectional approach using questionnaires adapted from HSOPSC 2.0. The results showed organizational learning and continuous improvement had the highest percentage (88,3%) and reporting patient safety events had the lowest percentage (57,7%). The conclusion of this study patient safety culture relatively good (73,9%). Therefore, needs to increase coaching, socialization, and resources, give rewards for healthcare workers who has reported, and implement monitoring and evaluation.
Read More
S-11645
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Mufti Diva Larassati; Pembimbing: Kurnia Sari; Penguji: Purnawan Junadi, Ns. Gede Merta Mertana
Abstrak:
Keselamatan pasien adalah dimensi utama dalam mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Rumah Sakit X menghadapi tantangan dalam implementasi budaya keselamatan pasien, dengan skor keseluruhan 66,3% pada survei internal 2023, jauh dari standar ideal 75% yang ditetapkan oleh AHRQ. Masalah utama adalah rendahnya tingkat pelaporan insiden keselamatan pasien (46,58%), yang mencerminkan hambatan dalam keterbukaan komunikasi dan ketakutan melaporkan insiden. Penelitian ini menganalisis pengaruh empat dimensi budaya keselamatan—budaya keterbukaan, budaya keadilan, budaya pelaporan, dan budaya pembelajaran—terhadap pelaporan IKP di RS X. Menggunakan desain kuantitatif cross-sectional, data dikumpulkan melalui survei HSOPSC yang dikembangkan oleh AHRQ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun budaya keselamatan pasien di RS X berada pada kategori sedang (66%), masih diperlukan perbaikan, terutama pada budaya pelaporan (%).  Persepsi positif terhadap budaya keterbukaan secara signifikan meningkatkan kemungkinan pelaporan insiden (p = 0,000), sementara persepsi positif terhadap budaya pelaporan juga berpengaruh signifikan terhadap pelaporan insiden (p = 0,000).  Selain itu, budaya keadilan memiliki pengaruh paling besar terhadap perilaku pelaporan setelah analisis multivariat (OR = 7,67). Penelitian ini menekankan pentingnya menciptakan lingkungan yang mendukung pelaporan insiden dan memperkuat budaya organisasi untuk memastikan praktik keselamatan pasien yang lebih baik. Rekomendasi untuk manajemen rumah sakit termasuk peningkatan pelatihan pelaporan insiden dan penciptaan budaya yang lebih terbuka dan adil bagi seluruh tenaga kesehatan.

Patient safety is a key dimension of healthcare service quality in hospitals. Hospital X faces challenges in implementing a patient safety culture, with an overall score of 66.3% on the 2023 internal survey, significantly below the 75% ideal standard set by AHRQ. A major issue is the low reporting rate of patient safety incidents (46.58%), reflecting barriers in communication openness and fear of reporting incidents. This study analyzes the impact of four dimensions of safety culture—open communication, justice culture, reporting culture, and learning culture—on Incident Knowledge and Patient Safety (IKP) reporting at Hospital X. Using a quantitative cross-sectional design, data were collected through the HSOPSC survey developed by AHRQ. The findings indicate that although the patient safety culture at Hospital X is categorized as moderate (66%), improvements are needed, particularly in reporting culture. Positive perceptions of open communication significantly increase the likelihood of reporting incidents (p = 0.000), while positive perceptions of the reporting culture also significantly affect incident reporting (p = 0.000). Additionally, the culture of justice had the greatest impact on reporting behavior after multivariate analysis (OR = 7.67). This study emphasizes the importance of creating an environment that supports incident reporting and strengthening organizational culture to ensure better patient safety practices. Recommendations for hospital management include enhancing incident reporting training and fostering a more open and just culture for all healthcare staff.
Read More
S-11903
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Anggrianita Meyline; Pembimbing: Septiara Putri; Penguji: Wachyu Sulistiadi, Novita Dwi Istanti
Abstrak:
Rumah sakit merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang berperan penting dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan nasional. Sebagai institusi dengan karakteristik yang kompleks, rumah sakit perlu membangun kesadaran akan budaya keselamatan guna memastikan perlindungan dan keselamatan bagi seluruh pihak yang terlibat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran budaya keselamatan terintegrasi di Rumah Sakit Universitas Indonesia Tahun 2024 dengan menggunakan Integrated Safety Culture in Hospital Assesment. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional dan melibatkan 435 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rumah Sakit Universitas Indonesia telah mencapai tingkat budaya keselamatan terintegrasi yang baik, yaitu sebesar 81% (Level 5 – Progressive). Sebagian besar dimensi budaya keselamatan terintegrasi mencapai Level 5 – Progressive dan sebagian lainnya mencapai Level 4 – Proactive. Penelitian ini juga menemukan hubungan yang signifikan antara dimensi komunikasi efektif dan umpan balik insiden, prosedur dan tata kelola budaya keselamatan, lingkungan organisasi yang mendukung, pengembangan kapasitas (pelatihan) budaya keselamatan, kerja sama tim antar unit, dan maturitas manajemen resiko dengan status kepegawaian (tenaga kesehatan dan non-kesehatan). Namun, hubungan tersebut tidak signifikan pada dimensi komitmen manajemen, keterlibatan diri dalam budaya keselamatan, persepsi tentang budaya keselamatan, keterbukaan komunikasi dan pelaporan insiden, kerja sama tim dalam unit, dan pencegahan pen pengendalian infeksi (PPI) umum dengan status kepegawaian.

Hospitals are healthcare facilities that play a crucial role in supporting the implementation of national health efforts. As institutions with complex characteristics, hospitals need to build awareness of a safety culture to ensure protection and safety for all parties involved. This study aims to describe the integrated safety culture at Universitas Indonesia Hospital in 2024 using the Integrated Safety Culture in Hospital Assessment. The research method employed is quantitative with a cross-sectional approach, involving 435 respondents. The results showed that Universitas Indonesia Hospital has achieved a good level of integrated safety culture, reaching 81% (Level 5 – Progressive). Most dimensions of the integrated safety culture reached Level 5 – Progressive, while others achieved Level 4 – Proactive. This study also found a significant relationship between the dimensions of effective communication and incident feedback, safety culture procedures and governance, supportive organizational environment, safety culture capacity building (training), inter-unit teamwork, and risk management maturity with employment status (healthcare and non-healthcare staff). However, no significant relationship was found in the dimensions of management commitment, self-involvement in safety culture, perception of safety culture, openness of communication and incident reporting, intra-unit teamwork, and general infection prevention and control (IPC) with employment status.
Read More
S-11849
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Muryhardining Taserina; Pembimbing: Masyitoh; Penguji: Purnawan Junadi, Ares Susilo
Abstrak: Budaya keselamatan pasien menjadi isu penting dalam peningkatan mutupelayanan dan kepuasan pasien, serta pengurangan beban cost rumah sakit.Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan gambaran budaya keselamatan pasien dikalangan perawat rawat inap RS Trimitra. Penelitian ini menggunakan studi crosssectional dengan metode penelitian deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Penelitiankuantitatif menggunakan instrumen rumah sakit milik AHRQ dan penelitiankualitatif menggunakan instumen observasi. Hasil penelitian menunjukkanterdapat 4 budaya kategori kuat (supervisor, kerjasama, komunikasi, handsoff dantransisi), 4 budaya kategori sedang (organizational learning, respon non-punitiveterhadap kesalahan, staffing, persepsi perawat terkait keselamatan pasien) dan 1budaya lemah (frekuensi pelaporan insiden). Perilaku perawat yang diamati(ketepatan identifikasi pasien, ketepatan prosedur pemberian obat, danpencegahan infeksi) menunjukkan sebagian besar perilaku tidak sesuaiSPO/standar lain yang berlaku. Berdasarkan teori swiss cheese model, hal inidiakibatkan masih ada celah pada setiap layer pertahanan keselamatan pasien,yang pada satu waktu semua pertahanan dalam kondisi lemah mengakibatkaninsiden/perilaku lalai terjadi. Saran perbaikan diperlukan pada setiap dimensibudaya keselamatan pasien.Kata kunci : Budaya, Keselamatan, Pasien, Rawat Inap.
Read More
S-9141
Depok : FKM-UI, 2016
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sherly Eka Amanda Handika Putri; Pembimbing: Vetty Yulianty Permanasari; Penguji: Adang Bachtiar, Boy Hadi Ismanto
Abstrak:
Penelitian ini membahas budaya keselamatan pasien di RS Grha Permata Ibu tahun 2022. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran budaya keselamatan pasien di RS Grha Permata Ibu, dengan menggunakan kuesioner Hospital Survey on Patient Safety Culture 2.0 dari AHRQ (Agency for Healthcare Research and Quality). Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 97 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa RS Grha Permata Ibu memiliki budaya keselamatan pasien yang baik. Terdapat 3 dimensi budaya keselamatan dengan kategori baik (dimensi komunikasi tentang kesalahan, dimensi kerja sama tim, dan dimensi serah terima dan pertukaran informasi). Sedangkan dimensi budaya keselamatan dengan kategori sedang terdapat 7 dimensi (dimensi dukungan manajemen rumah sakit untuk keselamatan pasien, dimensi respon kesalahan, dimensi supervisor, manajer atau pemimpin klinis yang mendukung keselamatan pasien, dimensi pelaporan insiden keselamatan pasien, dimensi kepegawaian dan kecepatan kerja, dimensi keterbukaan komunikasi, dan dimensi pembelajaran organisasi dan perbaikan berkelanjutan). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dimensi supervisor, manajer atau pemimpin klinis yang mendukung keselamatan pasien dengan asal unit pegawai. Saran perbaikan yang diperlukan yaitu penggunaan barcode yang berisikan google form pengisian pelaporan IKP, resosialisasi, monitoring, dan evaluasi budaya keselamatan pasien.

This study discusses the patient safety culture at Grha Permata Ibu Hospital in 2022. The purpose of this study was to describe the patient safety culture at Grha Permata Ibu Hospital, using the Hospital Survey on Patient Safety Culture 2.0 questionnaire from AHRQ (Agency for Healthcare Research and Quality). This study used a quantitative research method with a cross-sectional approach with a total sample of 97 respondents. The results of the study show that Grha Permata Ibu Hospital has a good patient safety culture. There are 3 dimensions of safety culture with good categories (the dimension of communication about errors, the dimension of teamwork, and the dimension of hands-off and information exchange). While the dimensions of safety culture in the moderate category there are 7 dimensions (the dimension of hospital management support for patient safety, the dimension of response to error, the dimension of supervisors, managers or clinical leaders support for patient safety, the dimension of reporting patient safety events, the dimension of staffing and work pace, the dimension of communication openness, and the dimension of organizational learning and continuous improvement). The results also show a significant relationship between the dimension supervisors, managers, or clinical leaders support for patient safety and the origin of the employee unit. Suggestions for improvement needed are the use of a barcode that contains a google form for filling out IKP reporting, re-socialization, monitoring, and evaluating patient safety culture.
Read More
S-11205
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Amalia Ramadhan S. Landjar; Pembimbing: Anhari Achadi; Penguji: Amal Chalik Sjaaf, Masyitoh, Sari S. Pangerang, Eko Rujadi Marsidi
Abstrak: Budaya keselamatan telah terbukti mempengaruhi keselamatan pasien dalam perawatan kesehatan. Budaya keselamatan pasien adalah salah satu komponen utama dari kualitas layanan kesehatan dan merupakan salah satu prioritas utama studi kesehatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dimensi budaya keselamatan pasien oleh petugas kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kotamobagu. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan rancangancross sectional study. Pengumpulan data primer kualitatif dengan menggunakan teknik wawancara mendalam dan data sekunder diperoleh melalui telaah dokumen. Informan sebanyak sebelas orang terdiri dari Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kotamobagu, Wakil Direktur Layanan Medis, Dokter Spesialis, Dokter Umum, Kepala Bidang Keperawatan, Pengawas Perawat, Perawat Kepala Ruangan, Perawat Pelaksana, Bidan, Apoteker. Analisis data meliputi analisis isi (content analisis) dengan melakukan wawancara mendalam melalui informan utama sedangkan wawancara triangulasi digunakan untuk mengkroscek kebenaran data dari wawancara mendalam dengan informan utama. Hasil penelitian dari 12 dimensi budaya keselamatan pasien yang dilakukan, di dalam manajemen rumah sakit hanya ada 5 dimensi budaya yang terlaksana dengan baik yaitu kerjasama tim dalam unit, kerjasama tim antar unit, respon tidak menyalahkan terhadap kesalahan, umpan balik dan komunikasi mengenai kesalahan, dan pembelajaran organisasi. hal itu dibuktikan setiap petugas kesehatan saling mendukung satu sama lain, koordinasi dan komunikasi dilakukan dengan baik dan terbuka serta tidak saling menyalahkan ketika ada yang melakukan kesalahan. Adanya umpan balik dan komunikasi terhadap keselamatan pasien antara pihak manajemen dan petugas kesehatan, serta semua petugas kesehatan di wajibkan mengikuti pelatihan-pelatihan yang dilakukan di dalam RSUD maupun di luar RSUD untuk meningkatkan pengetahuan dan kinerja mengenai keselamatan pasien
Safety culture has been shown to influence patient safety in health care. The culture of patient safety is one of the main components of the quality of health services and is one of the top priorities of health studies. The purpose of this study was to analyze the dimensions of patient safety culture by health workers at the Kotamobagu Municipal General Hospital. This study uses a qualitative method with a cross sectional study design. The collection of qualitative primary data using in-depth interview techniques and secondary data obtained through document review. Eleven informants consisted of Director of Kotamobagu City Regional General Hospital, Deputy Director of Medical Services, Specialist Doctors, General Physicians, Head of Nursing Division, Nurse Supervisor, Head Room Nurse, Implementing Nurse, Midwives, Pharmacists. Data analysis includes content analysis by conducting indepth interviews through key informants while triangulation interviews are used to check the truth of data from in-depth interviews with key informants. Research Results Of the 12 dimensions of patient safety culture carried out, in hospital management there are only 5 cultural dimensions that are well implemented, namely teamwork within units, teamwork between units, response not to blame for mistakes, feedback and communication about mistakes, and organizational learning. This is proven by every health worker who supports each other, coordination and communication is carried out well and openly and does not blame each other when someone makes a mistake. There is feedback and communication on patient safety between management and health workers, and all health workers are required to attend trainings that are carried out both inside and outside the hospital to improve knowledge and performance regarding patient safety
Read More
T-6017
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Venus Valencia; Pembimbing: Kurnia Sari; Penguji:Vetty Yulianty Permanasari, Fitriah
Abstrak:

Latar Belakang: Salah satu langkah keselamatan pasien adalah perbaikan pelayanan kesehatan dari pelaporan insiden. Dalam praktiknya, laporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP) yang terkumpul secara lingkup global dan di Indonesia masih terbatas dikarenakan berbagai faktor dan masalah, baik underreporting, time response, ataupun adanya insiden yang berulang terjadi. Studi ini bertujuan menganalisis akar masalah dari ketiga fenomena tersebut menggunakan kerangka root cause analysis oleh VHA National Center for Patient Safety.
Metode: Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus pada Bulan Maret-April 2025 dengan wawancara mendalam terhadap 14 informan utama dan dua informan kunci dan dengan analisis konten menggunakan software Nvivo 15. Studi ini juga menggunakan data sekunder dari rumah sakit studi mengenai insiden yang masuk di sistem rumah sakit per Bulan Januari 2024 hingga Februari 202.
Hasil: Hasil studi menunjukkan bahwa faktor knowledge and skills, organizational factors, just culture, dan process and system reporting memiliki bobot pengkodean yang lebih banyak dibandingkan faktor lainnya. Dua insiden yang paling sering berulang adalah masalah identifikasi pasien dan medikasi. Human error adalah faktor utama dari kedua insiden berulang tersebut. Pengembangan sistem pelaporan, edukasi mengenai urgensi dan no-blaming culture, serta pemberlakuan komunikasi yang efektif menjadi rekomendasi action plan dari RCA yang dibentuk.
Kesimpulan: Pengembangan sistem, edukasi mengenai urgensi dan no-blaming culture, serta pemberlakuan komunikasi yang efektif menjadi rekomendasi dari akhir tahapan analisis masalah.
Kata Kunci: Root Cause Analysis, Pelaporan IKP, Blaming Culture, Senioritas, Umpan Balik


Background: One of the patient safety measures is improving healthcare services through incident reporting. In practice, Patient Safety Incident (PSI) reports collected globally and in Indonesia remain limited due to various factors and issues, including underreporting, time response, or recurring incidents. This study aims to analyze the root causes of these three phenomena using the root cause analysis framework by the VHA National Center for Patient Safety. Methods: This study employed a qualitative approach with a case study method conducted from March to April 2025, involving in-depth interviews with 14 primary informants and two key informants, utilizing content analysis with Nvivo 15 software. The study also incorporated secondary data from the hospital study regarding incidents recorded in the system from January 2024 to February 2025.  Results: The study findings indicate that factors such as knowledge and skills, organizational factors, just culture, and process and system reporting had higher coding weights compared to other factors. The two most frequently recurring incidents were patient identification and medication issues. Human error was identified as the primary factor in both incidents. System development, education regarding urgency and no-blaming culture, and implementation of effective communication emerged as recommendations from the final stage of problem analysis. Conclusion: System development, education regarding urgency and no-blaming culture, and implementation of effective communication are recommended based on the final stage of problem analysis. Keywords: Root Cause Analysis, Patient Safety Incident Reporting, Blaming Culture, Seniority, Feedback

 

Read More
S-11888
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rizqi Ameliah; Pembimbing: Dumilah Ayuningtyas; Penguji: Mieke Savitri, Budi Hartono
S-5778
Depok : FKM-UI, 2009
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Amanda Tarisa Khairana; Pembimbing: Kurnia Sari; Penguji: Puput Oktamianti, Novendra
Abstrak:
Keselamatan pasien merupakan aspek krusial dalam pelayanan rumah sakit, di mana perawat sebagai tenaga kesehatan garda terdepan memiliki peran sentral dalam membangun budaya keselamatan pasien. Namun, stres kerja yang dialami perawat berpotensi memengaruhi kualitas pelayanan yang diberikan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara stres kerja perawat dengan pelaksanaan budaya keselamatan pasien di Instalasi Rawat Inap RS Hermina Metland Cibitung tahun 2025. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner ENSS (Expanded Nursing Stress Scale) untuk mengukur tingkat stres kerja dan HSOPSC (Hospital Survey on Patient Safety Culture) untuk menilai budaya keselamatan pasien. Sebanyak 36 perawat pelaksana diambil sebagai responden dengan teknik total sampling. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara keseluruhan, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara stres kerja dan budaya keselamatan pasien (p >0,05). Namun, terdapat tiga pasangan dimensi dari kedua variabel yang menunjukkan hubungan signifikan secara statistik (p <0,05). Temuan ini mengindikasikan bahwa meskipun hubungan secara umum tidak signifikan, beberapa aspek stres kerja memiliki pengaruh terhadap dimensi tertentu dari budaya keselamatan pasien, sehingga perlu menjadi perhatian dalam manajemen keperawatan.

Patient safety is a crucial aspect of hospital services, with nurses as frontline health workers playing a central role in fostering a culture of safety. However, the work-related stress experienced by nurses has the potential to affect the quality of care provided. This study aims to analyze the relationship between nurses' job stress and the implementation of patient safety culture in the Inpatient Unit of Hermina Metland Cibitung Hospital in 2025. A quantitative approach with a cross-sectional study design was used. Data were collected using the Expanded Nursing Stress Scale (ENSS) to measure job stress levels and the Hospital Survey on Patient Safety Culture (HSOPSC) to assess patient safety culture. A total of 36 staff nurses were selected as respondents using a total sampling technique. The results showed that, overall, there was no statistically significant relationship between job stress and patient safety culture (p >0.05). However, three pairs of dimensions between the two variables showed statistically significant correlations (p <0.05). These findings suggest that although no general relationship was found, certain aspects of job stress do influence specific dimensions of the patient safety culture, and should therefore be taken into consideration in nursing management.
Read More
S-11914
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sri Mulyati; Pembimbing: Rachmadi Purnawan; Penguji: Indang Trihandini, Henny Hermayani
S-6040
Depok : FKM UI, 2010
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive