Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 41780 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Salma Qonita Thifal; Pembimbing: Laksita Ri Hastiti; Penguji: Baiduri Widanarko, Fitryani
Abstrak:
Penelitian ini membahas tentang analisis faktor risiko compassion fatigue (burnout & secondary tramatic stress) pada tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit Jabodetabek. Compassion fatigue adalah fenomena yang dapat terjadi pada tenaga kesehatan yang dapat memengaruhi pekerjaan maupun individu. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kuantitatif potong lintang dan teknik simple random sampling dan analisis menggunakan analisis Chi Square dan regresi logistik untuk mengetahui nilai OR. Instrumen yang digunakan adan Professional Quality of Life Scale Version 5 (ProQOL). Ditemukan bahwa faktor pekerjaan yang signifikan terhadap compassion fatigue (burnout dan secondary traumatic stress) adalah kelompok tenaga kesehatan, shift kerja, panjang shift, lama kerja per minggu, departemen/unit kerja dan pengalaman kerja. Faktor individu terdiri dari jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, status perkawinan, tingkat aktivitas fisik, dan kualitas tidur. Faktor individu lainnya yaitu anak dan status merokok juga signifikan terhadap burnout sebagai salah satu bagian dari compassion fatigue. Rumah sakit perlu menerapkan pengaturan kerja yang lebih baik untuk mengurangi risiko compassion fatigue pada tenaga kesehatan.

This research discusses the analysis of risk factors for compassion fatigue (burnout & secondary traumatic stress) in health care workers working in Jabodetabek hospitals. Compassion fatigue is a phenomenon that can occur in health workers and can affect work and individuals. This research was conducted using quantitative cross-sectional methods and simple random sampling techniques and analysis using Chi Square analysis and logistic regression to determine the OR value. The instrument used was the Professional Quality of Life Scale Version 5 (ProQOL). It was found that the work factors that were significant for compassion fatigue (burnout and secondary traumatic stress) were the group of health care workers, work shifts, shift length, length of work per week, department/work unit, and work experience. Individual factors consist of gender, age, education level, marital status, physical activity level, and sleep quality. Other individual factors, namely children and smoking status, are also significant in burnout as a part of compassion fatigue. Hospitals need to implement better work arrangements to reduce the risk of compassion fatigue among health workers.
Read More
S-11573
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Gina Relimba; Pembimbing: Indri Hapsari Susilowati; Penguji: Robiana Modjo, Ibnu Uzail Yamani
Abstrak:
Rumah sakit merupakan tempat kerja yang berisiko tinggi terhadap terjadinya kecelakaan kerja dibandingkan industri lainnya. Perawat IGD harus selalu siap sedia 24 jam untuk menangani kasus kegawatdaruratan yang dialami oleh berbagai pasien yang datang ke rumah sakit sehingga dengan tanggung jawab tersebut, sangat rentan bagi perawat IGD untuk mengalami kelelahan kerja. Penelitian ini membahas faktor terkait kelelahan kerja pada perawat IGD Rumah Sakit X Tahun 2024. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional yang telah dilakukan pada bulan Juli-Agustus pada seluruh perawat IGD Rumah Sakit X yaitu sebanyak 35 responden. Pengukuran kelelahan kerja perawat menggunakan pengukuran secara subjektif dengan kuesioner Subjective Self Rating Test yang dikembangkan oleh Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) Jepang yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat IGD Rumah Sakit X lebih banyak mengalami kelelahan kerja ringan (71,4%) dan faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja yaitu kebisingan (P-Value=0,027). Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan berbagai upaya pengendalian terhadap pajanan bising bagi perawat IGD di Rumah Sakit X dan juga perlu adanya prosedur fatigue management untuk mencegah dan mengendalikan tingkat kelelahan kerja pada perawat IGD Rumah Sakit X.

Hospitals are workplaces that have a higher risk of work accidents compared to other industries. ER nurses must always be ready 24 hours to handle emergency cases experienced by various patients who come to the hospital so that with this responsibility, ER nurses are very vulnerable to experiencing work fatigue. This research discusses factors related to work fatigue in ER nurses at Hospital. Measurement of nurses' work fatigue uses subjective measurements with the Subjective Self Rating Test questionnaire developed by the Japanese Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) which has been translated into Indonesian. The results of the study showed that ER nurses at Hospital X experienced more mild work fatigue (71,4%) and the factor related to work fatigue was noise (P-Value=0,027). Based on this, it is necessary to carry out various efforts to control noise exposure for emergency room nurses.
Read More
S-11801
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Safira Hazzrah Medinah; Pembimbing: Baiduri Widanarko; Penguji: Abdul Kadir, Mohammad Zayyin
Abstrak:
Kelelahan atau fatigue pada pekerja tambang memiliki dampak yang besar terhadap tingkat absenteisme, penurunan produktivitas, biaya kesehatan, dan kecelakaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran keluhan kelelahan pada pekerja di PT X serta menganalisis faktor-faktor yang berhubungan. Faktor risiko yang diteliti yaitu faktor terkait pekerjaan (beban kerja, masa kerja, waktu istirahat, area kerja, shift kerja, dan stres kerja) dan faktor risiko tidak terkait pekerjaan (usia, kualitas dan kuantitas tidur, kebiasaan merokok, commuting time, pekerjaan sampingan, konsumsi kafein, status pernikahan, status gizi, dan olah raga). Untuk mengukur kelelahan menggunakan kuesioner Occupational Fatigue Exhaustion Recovery Scale (OFER), mengukur stres kerja menggunakan kuesioner Survei Diagnosis Stres (SDS), mengukur kualitas tidur menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), mengukur beban kerja mental menggunakan NIOSH Generic Job Stress Questionnaire (GJSQ), mengukur karakteristik responden menggunakan The Self-administered Questionnaire, dan untuk mengukur beban kerja fisik menggunakan alat Fingertip Pulse Oximeter. Penelitian ini dilakukan kepada 156 pekerja tambang di PT X dengan menggunakna desain penelitian cross-sectional. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan inferensial dengan uji regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara masa kerja, waktu istirahat, usia, dan beban kerja mental dengan kelelahan. Oleh karena itu, perlu dilakukannya pengembangan program pencegahan dan pengendalian kelelahan (fatigue management) di tempat kerja dan melihat hubungan faktor terkait pekerjaan yang lebih dominan terhadap kelelahan dibandingkan faktor tidak terkait pekerjaan.

Fatigue in mining workers has a huge impact on absenteeism rates, decreased productivity, medical costs, and accidents. This study aims to describe the level of fatigue in workers at PT. X and analyze the associated risk factors. The risk factors studied included work-related factors (workload, period of work, rest time, mining area, work shifts, and work stres) and non-work related factors (age, sleep quality and sleep quantity, smoking status, commuting time, side work, caffeine consumption, marital status, body mass indeks, and exercise). To measure fatigue, the Occupational Fatigue Exhaustion Recovery (OFER) questionnaire was used, Survey Diagnostic Stress (SDS) was used to measure job stress, the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) questionnaire was used to measure sleep quality, NIOSH Generic Job Stress Questionnaire (GJSQ) was used to measure mental workload, the Self-administered Questionnaire was used to measure respondent characteristics, and Fingertip Pulse Oximeter was used to measure physical workload. This research was conducted on 156 mining workers at PT. X by using a cross-sectional research design. Descriptive and inferential logistic regression was used to analyze the data. The results showed that there was a significant association between period of work, rest time, age, and mental workload. Therefore, it is necessary to develop a fatigue management program in the workplace and refers to see the result that the relationship between work related factors and fatigue is more dominant than non-work related factors.
Read More
S-11713
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Puspita Gaharu Nisaa; Pemimbing: Robiana Modjo; Penguji: L. Meily Kurniawidjaja, Stevan D. Anbiya, Achmad Muchlis, Corah Usman
Abstrak:
Tenaga kesehatan senantiasa dihadapkan dengan tuntutan kerja dan bahaya risiko psikososial yang berpengaruh terhadap kesehatan mental seperti distress kerja, kondisi tersebut dapat bermanifestasi terhadap kesejahteraan tenaga kesehatan dan kualitas pelayanan pasien. Tahun 2024, diketahui terdapat tenaga kesehatan di RSUD Balaraja yang memiliki derajat distress sedang hingga berat terkait upaya kerja. Tesis ini bertujuan menganalisis hubungan faktor risiko psikososial serta faktor individu dan distress kerja pada tenaga kesehatan yang bekerja di RSUD Balaraja Kabupaten Tangerang Tahun 2025. Desain penelitian adalah cross-sectional dengan pendekatan kuantitatif pada total 140 tenaga kesehatan (dokter, perawat, farmasi, dan tenaga kesehatan lain seperti bidan, perekam medis, fisioterapis, analis kesehatan, radiografer, dsb.)  Distress kerja diukur menggunakan instrumen distress dari DASS-21 yang dikategorikan menjadi “Normal-Ringan” dan “Sedang-Berat”. Faktor risiko psikososial (berdasarkan model Effort-Reward Imbalance, COPSOQH III dan NIOSH Generic Stress Scale) dan faktor individu diukur melalui kuesioner. Hasil penelitian ditemukan 14,3% responden dengan distress kerja sedang-berat. Analisis inferensial menunjukan hubungan signifikan antara faktor psikososial dengan distress kerja. Variabel yang berhubungan dengan distress kerja diantaranya ketidakseimbangan kerja-rumah (OR=17,34; 95% CI 3,84–78,41; p<0,001), komitmen kerja berlebihan (OR=14,48; 95% CI 3,21–65,31; p<0,001), upaya kerja yang tinggi (OR=6,44; 95% CI 2,03–20,44; p=0,001) dan penghargaan kerja yang tidak baik (OR=4,14; 95% CI 1,31–13,10; p=0,02). Tidak ditemukan hubungan statistik yang signifikan antara faktor individu dan distress kerja (p >0,05). Faktor individu yang perlu diberi perhatian yakni pada variable status single dan perilaku tidak sehat (kurang aktifitas fisik, merokok, minum kopi, dan minum alkohol.) Kesimpulan adalah distress kerja pada tenaga kesehatan di RSUD Balaraja secara dominan berasosiasi dengan faktor psikososial yang bersifat organisasional dan dapat dimodifikasi. Intervensi berbasis prioritas terutama untuk perbaikan area kritis diantaranya ketidakseimbangan antara kehidupan kerja-rumah serta komitmen berlebihan. Rekomendasi difokuskan pada kebijakan organisasional sehingga tercipta budaya kerja yang sehat, suportif dan positif, diantaranya adalah, pertama, pemberian pelatihan sesuai kompetensi, edukasi pengelolaan distress dan  manajemen waktu serta fleksibilitas pemilihan waktu libur atau cuti; Kedua, evaluasi beban kerja agar tidak berlebihan dan lebih merata, fit to work bagi tenaga kesehatan pasca dengan keterbatasan fisik atau pemulihan dari sakit, komunikasi dan transparansi sistem penghargaan maupun kompensasi kepada seluruh tenaga kesehatan, termasuk dalam pemberian insentif dan kebijakan upah kerja lembur dalam rangka keseimbangan upaya kerja dan penghargaan kerja yang lebih baik; Ketiga, evaluasi tugas kerja dan beban kerja oleh manajemen secara periodik yang disertai adanya keterlibatan karyawan dalam pengambilan keputusan. Rekomendasi lain adalah kegiatan senam rutin 150 menit per minggu, kelompok konseling kesehatan mental dan perilaku tidak sehat, serta perbaikan sistem antrian pasien rawat jalan dengan pemberlakuan kode booking kunjungan ulang atau fast track untuk pasien kontrol merupakan strategi yang dapat diambil untuk peningkatan kesehatan kerja dan upaya penurunan distress kerja bagi tenaga kesehatan di RSUD Balaraja.
Healthcare workers are constantly faced with work demands and psychosocial hazards that affect their mental health, such as work related distress. This condition can manifest in the well-being of healthcare workers and the quality of patient care. In 2024, it was found that a number of healthcare workers at Balaraja Regional General Hospital (RSUD) experienced moderate to severe distress related to their work effort. This thesis aims to analyze of risk factors associated with work-related distress to healthcare workers of RSUD Balaraja, Tangerang Regency In 2025. This study used cross-sectional design with a quantitative approach, involved total 140 healthcare workers as respondens (doctors, nurses, pharmacists, and other health care workers such as midwife, medical recorders, physichal therapist, health analysts, radiographer, etc.) Work related distress was measured using a standardized instrument based on distress scale from DASS 21 and categorized as "Normal-Mild" and "Moderate-Severe". Psychosocial risk factors (based on the Effort-Reward Imbalance model, COPSOQ III, and the NIOSH Generic Job Stress Questionnaire) and individual factors were measured through a questionnaire. The results showed that 14.3% of respondents experienced moderate-to-severe work related distress. Inferential analysis indicated an association between psychosocial factors and work related distress, included work-life imbalance (OR=17.34; 95% CI 3.84–78.41; p<0.001), overcommitment (OR=14.48; 95% CI 3.21–65.31; p<0.001), high effort (OR=6.44; 95% CI 2.03–20.44; p=0.001), and low reward (OR=4.14; 95% CI 1.31–13.10; p=0.02). No statistical significant association was found between individual factors and work related distress (p > 0.05). Individual factors that may warrant attention include single marital status and unhealthy bahaviors (lack of physical activity, smoking, and consumption of coffee or alcohol.) The conclusion is that work related distress among healthcare workers at RSUD Balaraja is predominantly associated with modifiable, organizational psychosocial factors. Priority-based interventions are needed, especially to improve critical areas such as work-life imbalance and overcommitment. Recommendations focus on organizational policies to create a healthy, supportive, and positive work culture. These include provide competency-based training, education on distress and time management, and offer flexibility in scheduling holiday or day off; Second, conduct workload evaluations to prevent overload and ensure equitable distribution. Implement "fit-to-work" assessments for healthcare workers with physical limitations or recovering from illness. Ensure transparent communication regarding reward and compensation systems for all staff, including incentives and overtime pay policies, to achieve a better effort-reward balance. Third, reviewing workload policies for better distribution and prevention of excessive demands, providing competency-based training, and offering distress management, priority management, and coping mechanisms to restore work-life balance. Other recommendations include group exercise sessions, aiming for 150 minutes per week, Establish counseling groups for mental health support and to address unhealthy behaviors, improve the outpatient queuing system by implementing “a booking code system” for return visits or “a fast-track pathway." Furthermore, promoting a healthy work culture and controlling overcommitment through periodic evaluation of job tasks and workload by management, with input from employees, is advised. These strategies can be adopted to enhance occupational health and reduce work-related distress among healthcare workers at RSUD Balaraja.

 
Read More
T-7373
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Muhammad Fathir Aksa Majda; Pembimbing: Robiana Modjo; Penguji: Stevan Deby Anbiya Muhamad Sunarno, Ovvyasa Wayka Putri
Abstrak:

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelelahan dan faktor risiko kelelahan (fatigue)
pada pekerja konstruksi di Proyek A PT XYZ tahun 2025. Faktor terkait pekerjaan yang
diteliti mencakup waktu kerja, beban kerja, shift kerja dan lingkungan kerja. Sedangkan,
faktor tidak terkait pekerjaan yang diteliti mencakup usia, status gizi, kualitas tidur,
kuantitas tidur, kebiasaan merokok, konsumsi kafein, dan commuting time (waktu
perjalanan). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain studi cross
sectional dan dilaksanakan pada Februari – Juni 2025 di Proyek A PT XYZ.
Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner yang mencakup identitas responden,
Fatigue Assessment Scale for Construction Workers (FASCW), NASA Task Load Index
(NASA TLX) dan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Jumlah responden dalam
penelitian ini adalah sebanyak 78 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 36
responden (46,2%) mengalami kelelahan, sedangkan 42 responden (53,8%) tidak
mengalami kelelahan. Berdasarkan analisis inferensial menggunakan uji Chi-Square,
diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara shift kerja (p-value = 0,024;
OR = 0,227) dan usia (p-value = 0,024; OR = 3,000) dengan kelelahan pada pekerja
konstruksi di Proyek A PT XYZ.


This study aims to analyze fatigue and the risk factors associated with fatigue among  construction workers at Project A, PT XYZ, in 2025. Work-related factors examined  include working hours, workload, work shifts, and work environment. Meanwhile, non work-related factors analyzed include age, nutritional status, sleep quality, sleep quantity,  smoking habits, caffeine consumption, and commuting time. This research employs a  quantitative approach with a cross-sectional study design, conducted from February to  June 2025 at Project A, PT XYZ. Data collection was carried out using a questionnaire  covering respondent identity, the Fatigue Assessment Scale for Construction Workers  (FASCW), NASA Task Load Index (NASA TLX), and Pittsburgh Sleep Quality Index  (PSQI). The total number of respondents in this study was 78. The results showed that 36  respondents (46.2%) experienced fatigue, while 42 respondents (53.8%) did not. Based  on inferential analysis using the Chi-Square test, a significant relationship was found  between work shifts (p-value = 0.024; OR = 0.227) and age (p-value = 0.024; OR = 3.000)  and fatigue among construction workers at Project A of PT XYZ.

Read More
S-12047
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Maharani Ayundhias; Pembimbing: Abdul Kadir; Penguji: Laksita Ri Hastiti, Aldila Faza Zulfah
Abstrak:
Pekerja shift dan on-call di sektor kelistrikan memiliki risiko tinggi mengalami kelelahan kerja (fatigue) yang berdampak pada penurunan fungsi kognitif, produktivitas, kesehatan, dan keselamatan kerja. Kelelahan ini dipengaruhi oleh faktor risiko terkait pekerjaan (sistem on-call, shift kerja, masa kerja, beban kerja) dan faktor risiko tidak terkait pekerjaan (usia, tidur, status gizi, pekerjaan sampingan, status menikah, riwayat penyakit). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor risiko kelelahan kerja (fatigue) pada pekerja shift dan on-call. Penelitian menggunakan desain cross sectional dengan metode mixed method. Data kuantitatif diperoleh dari 98 responden menggunakan kuesioner OFER, PSQI, NASA-TLX, pengukuran tinggi badan dan berat badan, serta didukung data kualitatif melalui wawancara terbuka. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa beban kerja berhubungan signifikan dengan kelelahan kerja (fatigue) akut (p = 0,027; OR = 2,703) dan kelelahan kerja (fatigue) kronis (p = 0,034; OR = 2,618). Selain itu, kuantitas tidur (p = 0,035; OR = 3,906) dan status menikah (p = 0,003; OR = 4,354) memiliki hubungan signifikan dengan kelelahan kerja (fatigue) akut. Kesimpulan penelitian ini menekankan terkait pentingnya implementasi fatigue management dan peningkatan kesadaran diri dalam mengelola kelelahan kerja (fatigue). 


Shift and on-call workers in the electricity sector have a high risk of experiencing fatigue, which impacts cognitive function, productivity, health and safety. This fatigue is influenced by work-related risk factors (on-call system, work shift, work period, workload) and non-work-related risk factors (age, sleep, nutritional status, side job, married status, disease history). The purpose of this study was to analyze the risk factors for fatigue in shift and on-call workers. The study used a cross sectional design with mixed methods. Quantitative data were obtained from 98 respondents using OFER, PSQI, NASA-TLX questionnaires, height and weight measurements, and supported by qualitative data through open interviews. The results of this study showed that workload was significantly associated with acute fatigue (p = 0.027; OR = 2.703) and chronic fatigue (p = 0.034; OR = 2.618). In addition, sleep quantity (p = 0.035; OR = 3.906) and married status (p = 0.003; OR = 4.354) had significant associations with acute fatigue. The conclusion of this study emphasizes the importance of implementing fatigue management and increasing self-awareness in managing fatigue.
Read More
S-12013
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Achmad Abdillah Pasha; Pembimbing: Baiduri Widanarko; Penguji: Abdul Kadir, Pauji Soleh
Abstrak:
Fatigue merupakan masalah multifaktor yang kerap dialami pekerja sektor manufaktur disebabkan oleh faktor terkait kerja dan faktor tidak terkait kerja sebagai variabel independen. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara faktor terkait kerja dan tidak terkait kerja dengan kelelahan atau fatigue pada perusahaan manufaktur di PT X Tahun 2024. Faktor terkait kerja yang diteliti meliputi beban kerja, shift kerja, jam kerja panjang, waktu istirahat, dan waktu perjalanan. Sementara itu faktor tidak terkait kerja yang diteliti meliputi usia, aktivitas fisik, penggunaan allohol, dan kualitas dan kuantitas tidur. Penelitian ini menggunakan dengan desain studi cross sectional menggunakan kuesioner yang mengadaptasi kuesioner OFER-15, kuesioner beban kerja, dan PSQI. 96 responden berpartisipasi dalam penelitian ini dengan distribusi pekerja lelah (kategori sedang tinggi-tinggi) sebesar 34,4%. Hasil uji statistik menggunakan chi square menunjukkan bahwa shift kerja, jam kerja panjang, waktu istirahat, waktu perjalanan, usia, aktivitas fisik, penggunaan alkohol dan kualitas dan kuantitas tidur tidak berhubungan signifikan dengan fatigue. Sementara itu, variabel beban kerja berhubungan signifikan dengan fatigue dengan p value = 0,010 (p<0,05) dan OR = 3,500 (95% CI: 1,425 – 8,579) yang bermakna bahwa pekerja dengan beban kerja berat berisiko 3,5 kali lipat mengalami kelelahan kronis. Dapat disimpulkan bahwa hanya variabel beban kerja yang berhubungan signifikan dengan kelelahan kronis dan akut. Oleh karena itu, diperlukan tindak lanjut dari perusahaan berupa penegakkan fatigue risk management system (FRMS) dan pengintegrasian kebijakan terkait kerja, sementara itu saran untuk pekerja berupa pengaturan manajemen tidur, waktu istirahat, dan aktivitas fisik.

Fatigue is a multifactor problem often experienced by manufacturing sector workers due to work-related and non-work-related factors as independent variables. This study aims to analyze the relationship between work-related and non-work-related factors and fatigue in manufacturing companies in PT X in 2024. The work-related factors studied include workload, work shifts, long hours, rest time, and travel time. Meanwhile, non-work-related factors studied include age, physical activity, alcohol use, and sleep quality and quantity. This study used a cross-sectional study design, using questionnaires that adapted the OFER-15 questionnaire, workload questionnaire, and PSQI. 96 respondents participated in this study, with a distribution of fatigued workers (medium-high category) of 34.4%. Statistical test results using chi-square showed that work shifts, long working hours, rest time, travel time, age, physical activity, alcohol use, and sleep quality and quantity were not significantly associated with fatigue. Meanwhile, the workload variable was significantly associated with fatigue with a p-value = 0.010 (p<0.05) and OR = 3.500 (95% CI: 1.425 - 8.579), which means that workers with heavy workloads have a 3.5-fold risk of experiencing chronic fatigue. It can be concluded that only the workload variable is significantly associated with chronic fatigue, either acute or chronic. Therefore, follow-up is needed from the company by enforcing the fatigue risk management system (FRMS) and integrating work-related policies, while advice for workers is in the form of sleep management, rest time, and physical activity.
Read More
S-11785
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rr. Asri Wahyuningsih; Pembimbing: Robiana Modjo; Penguji: Laksita Ri Hastiti, Fetrina Lestari
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran fatigue dan hubungannya dengan faktor risiko terkait pekerjaan dan faktor risiko tidak terkait pekerjaan di PT X. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan metode kuantitatif dan analisis deskriptif. Penelitian ini dilakukan kepada 373 operator dump truck yang tersebar di 8 site project di PT X pada Februari – Agustus 2022. Variabel dependen penelitian ini adalah faktor risiko terkait pekerjaan (masa kerja dan beban kerja) dan faktor risiko tidak terkait pekerjaan (umur dan tingkat pendidikan). Data yang dipergunakan di dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh melalui pengisian kuesioner Multidimentional Fatigue Inventory 20 (MFI-20) secara daring (online). Hasil menunjukan bahwa 67,3% responden mengalami fatigue. Keluhan fatigue cenderung dialami oleh operato dump truck yang memiliki masa kerja ≥ 10 tahun, beban kerja mengoperasikan 1 jenis dump truck, berumur ≥ 30 tahun, dan tingkat pendidikan SMA/SMK.

This study aims to seek fatigue image and its correlation with work-related risk factors and non-work-related risk factors in PT X. This study uses a cross-sectional study design with quantitative methods and descriptive analysis. This study was conducted with 373 dump truck operators spread across eight site projects in PT X in February – August 2022 as subjects. The study's dependent variables were work-related risk factors (work and workload) and non-work-related risk factors (age and education level). The data used in this study are secondary data obtained by filling out the Multidimensional Fatigue Inventory 20 (MFI-20) questionnaire online. Results showed that 67,3% of respondents experienced fatigue. Fatigue complaints tend to be experienced by dump truck operators with a working period of ≥ 10 years, a workload of operating 1 type of dump truck, an age of ≥ 30 years, and an educational level of SMA/SMK.
Read More
S-11212
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ahmad Bujiyoko; Pembimbing: Baiduri Widanarko; Penguji: Dadan Erwandi, Erdy Techrisna Setyadi, Marina Kartikawati
Abstrak: Kecelakaan yang melibatkan pengemudi truk yang mengalami fatigue cukup tinggi, studi untuk mengetahui faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan fatigue menjadi sangat penting. Tesis ini menganalisis faktor-faktor risiko yang berhubungan terhadap fatigue pada pengemudi truk trailer di PT STAL dan PT MMS di tahun 2019. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif dengan menggunakan metode Cross Sectional. Untuk pengukuran fatigue digunakan kuesioner SOFI (Swedish Occupational Fatigue Inventory) dan aplikasi telepon pintar Sleep 2 Peak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa shift kerja malam hari (p < 0,05), Kebiasaan minum kopi (<0,01), Kebiasaan mimum mimuman berenergi (p < 0,05), kebiasaan berolah raga (p < 0,05), Waktu mengemudi (p < 0,05) dan dukungan rekan (p < 0,01) memiliki hubungan bermakna dengan Fatigue pada metode SOFI. Untuk pengukuran metode S2P faktor yang berhubungan bermakna adalah bekerja shift malam (p<0,01), kebiasaan mimum kopi (p < 0,05), atau mimuman berenergi (p = 0,05), dukungan rekan ( p < 0,001) dan Sleep Hygiene ( p <0,001).
Hasil penelitian menyarankan perusahan harus dan pengemudi harus adalah shift kerja malam hari (p <0,01), kebiasaan minum kopi (p < 0,05), menerapkan pola hidup sehat dengan menghindari minum kopi, meningkatkan sleep hygiene untuk meningkatkan kualitas tidur dan menjaga kerjasama team yang sudah baik
Read More
T-5663
Depok : FKM UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Muhammad Navis Mirza; Pembimbing: Baiduri Widanarko; Penguji: Dadan Erwandi, Robiana Modjo. Marina Tarigan. Syahrul Effendi Nasution
Abstrak: Tujuan Penelitian : Tenaga kesehatan professional seperti perawat yang secara langsung berinteraksi dengan pasien dapat menimbulkan terjadinya gejala burnout. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan burnout pada pekerja terutama di area pekerjaan (Area of worklife), Oleh karena itu penulis berusaha untuk menganalisis faktor risiko dan burnout Pada perawat di rumah sakit swasta di jakarta. Metode: Metode penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional untuk menganalisis hubungan dengan faktor predisposisi area of worklife serta efeknya terhadap Burnout Hasil: Usia, masa kerja dan jenis kelamin. berhubungan emotional exhaustion, jenis kelamin dan status pernikahan berhubungan terhadap cynicism dan lack of personal efficacy. area of worklife (workload, control, reward, community, fairness, value) yang memiliki hubungan dengan burnout (exhaustion, cynicism, lack of personal efficacy).
Objectives: Health professionals such as nurses who can cause patients to experience burnout. There are several things that can cause burnout in workers, especially in the area of work (Area of work life) and arise from burnout such as less job satisfaction, lack of commitment to the company, and the desire to quit your job. Therefore, trying to analyze the risk factors and risk of fatigue in nurses in private hospitals in Jakarta. Methods: Quantitative research method with cross sectional study design to analyze the 3 dimensions of burnout and the relationship with predisposing factors in the field of work life and their effects on job satisfaction, desire to leave and workers in the company. Results: Age, years of service and gender. emotional exhaustion, gender and marital status associated with cynicism and a lack of personal trust. areas of work life (workload, control, reward, community, fairness, value) which have a relationship with burnout (fatigue, cynicism, lack of personal efficacy)
Read More
T-6062
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive