Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 31867 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Fani Handayani; Pembimbing: Meily L. Kurniawidjaja; Penguji: Robiana Modjo, Hendra, Tasdikin Wardjo, Triovva Elsy Armita
Abstrak: ABSTRAK
 
 
Prevalensi BB lebih (27%) dan obesitas (36%) crew di PT. X lebih tinggi dari
 
prevalensi nasional, menandakan terdapat masalah kesehatan pada PT. X. Tujuan
 
penelitian adalah untuk mengetahui faktor risiko perilaku kesehatan yang
 
berkontribusi terhadap IMT. Desain penelitian ini adalah sequential dengan dua
 
tahap, tahap pertama menggunakan analisis kuantitatatif untuk melihat faktor
 
risiko perilaku kesehatan, tahap kedua dengan menggunakan content analysis
 
kualitatif untuk melihat predisposing, enabling, dan reinforcing factors yang
 
melatarbelakangi perilaku kesehatan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan
 
terdapat perbedaan faktor risiko yang melatarbelakangi crew pada kebiasaan
 
olahraga dan aktivitas fisik, pola makan dan keseimbangan energi, durasi tidur,
 
serta stres kerja.
 

 
ABSTRACT
 
 
Prevalence of overweight (27%) and obesity (36%) crew at PT. X are higher than
 
the national prevalence, indicating health problems. The objective was to
 
determine the health behavior risk factors that contribute to BMI. The study
 
design is sequential with two stages, the first using quantitative analysis to see
 
health behavior risk factors, the second using qualitative content analysis to see
 
the predisposing, enabling, and reinforcing factors behind the health behavior. The
 
results showed that there were differences in risk factors that led to crew on
 
exercise habits and physical activity, diet and energy balance, sleep duration, and
 
work stress.
Read More
T-4930
Depok : FKM UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nurlina; Pembimbing: Zulkifli Djunaidi; Penguji: Baiduri; Junghan
Abstrak: Tesis ini mengambil tema mengenai tingkat kelelahan pada crew kapal Ferry Merak Bakauheni PT.X Banten dikarenakan berbagai variabel dan apakah tingkat kelelahan tersebut dapat berpengaruh. Kata kunci: Kelelahan, Crew Kapal Kelelahan merupakan perasaan lelah dan kewaspadaan yang berkurang yang berhubungan dengan kantuk, sehingga dapat berpengaruh terhadap kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan tugas bahkan dapat berakibat celaka. Untuk mengetahui tingkat kelelahan salah satu metode menggunakan instrumen dari International Fatigue Research International dan skala Linckert agar dapat diketahui terjadinya pelemahan motivasi, kegiatan dan fisik pada crew Kapal Penyebrangan Merak Bakauheni Banten sebanyak 43 responden. Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dan pendekatan cross sectional. Penelitian mendapatkan hasil tingkat kelelahan ringan 27,9 % dan kelelahan sedang 72,1%. Tingkat kelelahan ringan dan sedang di hubungkan dengan variabel-variabel. Hasil uji Chi Square pada variabel tersebut mempunyai p value > 0,5, artinya tidak adanya hubungannya antara umur, jenis kelamin, masa kerja, status gizi, status kesehatan, shift/pola kerja kerja jabatan, kurang tidur dan lingkungan dengan tingkat kelelahan.Hanya variabel dukungan keluarga yang didapat p value 0,048 dengan alpha 0,05 dapat disimpulkan ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kelelahan.
Read More
T-4502
Depok : FKM-UI, 2015
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Siti Zubaidah; Pembimbing: Doni Hikmat Ramdhan; Penguji: Laksita Ri Hastiti, Ade Kurdiman; Julia Rantetampang
Abstrak:
Tesis ini membahas efek modifikasi status hidrasi dengan memperhitungkan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada petugas ground handling di Bandara Soekarno Hatta yang sering terpajan panas dalam waktu lama, sehingga berisiko menyebabkan dehidrasi dan kelelahan. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dengan 219 responden, mengukur status hidrasi melalui berat jenis urin, IMT melalui berat dan tinggi badan, serta kelelahan melalui kuisioner IFRC. Hasilnya 63,5% responden mengalami kelelahan berat, 35,5% kelelahan ringan; 70,3% memiliki status hidrasi baik, 29,7% dehidrasi; 58,9% obesitas dan 41,1% tidak obesitas. Analisis statistik menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara status hidrasi dan kelelahan (p-value 0,340), namun ada hubungan signifikan antara IMT dan kelelahan (p-value 0,014). Analisa multivariat menunjukkan efek modifikasi status hidrasi dengan IMT terhadap kelelahan (p-value 0,022, cOR 1,184), dngan nilai OR pada IMT obesitas sebesar 9,29; yang berarti responden obesitas dengan dehidrasi berisiko 9,29 kali lebih tinggi mengalami kelelahan berat dibandingkan responden dengan status hidrasi yang baik setelah dikontrol oleh faktor risiko terkait pekerjaan dan non-pekerjaan.

This thesis discusses the effect of hydration status modification considering Body Mass Index (BMI) on ground handling workers at Soekarno Hatta Airport, who are often exposed to prolonged heat, increasing the risk of dehydration and fatigue. This study used a cross-sectional approach with 219 respondents, measuring hydration status through urine specific gravity, BMI through weight and height, and fatigue through the IFRC questionnaire. The results showed that 63,5% of respondents experienced severe fatigue, 35,5% mild fatigue; 70,3% had good hydration status, 29,7% were dehydrated; 58,9% were obese, and 41,1 were not obese. Statistical analysis showed no significant relationship between hydration status and fatigue (p-value 0,340), but there was significant relationship between BMI and Fatigue (p-value 0,014). Multivariate analysis indicated that effect of hydration status modifaction with BMI on fatigue (p-value 0,022, cOR 1,184), with an OR value for obese BMI 9,29; meaning that obese respondents with dehydration were 9,29 times more likely to experience severe fatigue compared to respondents with good hydration status after controlling for work-related and no-work-related.
Read More
T-7048
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Gibza Adam Farhandika; Pembimbing: Robiana Modjo; Penguji: Indri Hapsari Susilowati, Stevan Deby Anbiya Muhamad Sunarno, Yusuf Ryadi, M. Fiarry Fikaris
Abstrak:

Pelaut, khususnya mereka yang berada dalam peran menuntut seperti awak kapal tugboat, menghadapi tekanan yang dapat memengaruhi kesehatan mental secara signifikan. Meskipun peran krusial mereka dalam perdagangan global, kesejahteraan psikologis para profesional ini seringkali kurang tergarap. Penelitian ini menganalisis faktor-faktor risiko depresi, kecemasan, serta stres kerja pada 36 awak kapal tugboat di PT. X pada tahun 2024. Seluruh partisipan menunjukkan indikasi gejala moderat hingga parah pada ketiga indikator psikologis tersebut. Mayoritas awak kapal (berusia 30 tahun dan sudah menikah) melaporkan bahwa pengaruh keluarga berkontribusi positif terhadap rasa aman dan kepuasan. Namun, proporsi yang signifikan juga mengungkapkan kekhawatiran mengenai rendahnya umpan balik dan komitmen di lingkungan kerja mereka. Meskipun keamanan kapal secara umum dianggap memadai dan tekanan kerja dinilai seimbang, sebagian besar responden telah bekerja lebih dari lima tahun. Analisis statistik menunjukkan adanya hubungan signifikan antara pengaruh keluarga dan tekanan kerja dengan depresi. Lebih lanjut, pengaruh keluarga, tekanan kerja, dan keamanan kapal secara kolektif berkontribusi terhadap stres dan kecemasan. Temuan ini menggarisbawahi peran krusial dukungan keluarga, dampak tuntutan tempat kerja, dan persepsi keamanan dalam membentuk kesejahteraan mental para pelaut. Studi ini menyoroti tantangan kesehatan mental dalam kelompok pekerjaan yang rentan ini untuk meningkatkan kualitas hidup dan keselamatan operasional mereka secara keseluruhan.
Kata Kunci: Kesehatan Mental Pelaut, Stres Kerja, Awak Kapal Tugboat, Faktor Risiko


Seafarers, particularly those in demanding roles like tugboat crews, face unique stressors that can significantly impact their mental health. Despite their critical role in global trade, the psychological well-being of these professionals often remains understudied. This study investigated the risk factors of depression, anxiety, and work-related stress among 36 tugboat crew members at PT. X in 2024. All participants exhibited moderate to severe symptoms across all three psychological indicators. The majority of the crew (aged 30, married) reported that family influence positively contributed to feelings of security and satisfaction. However, a notable proportion also expressed concerns regarding low feedback and commitment within their work environment. While ship safety was generally perceived as adequate, and work pressure was considered balanced, a substantial number of respondents had worked for over five years. Statistical analysis revealed a significant association between family influence and work pressure with depression. Furthermore, family influence, work pressure, and ship safety collectively contributed to both stress and anxiety. These findings underscore the critical role of familial support, the impact of workplace demands, and perceived safety in shaping the mental well-being of seafarers. The study highlights mitigating mental health challenges in this vulnerable occupational group, thus improving their overall quality of life and operational safety. Keywords: Seafarer Mental Health, Occupational Stress, Tugboat Crew, Risk Factors

Read More
T-7408
Depok : FKM-UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Irwan Mulyadi; Pembimbing: Mila Tejamaya; Penguji: Abdul Kadir, Hendra, Elsye As Safira, Enjarlis
Abstrak:
Pekerja laboratorium terpajan berbagai bahan kimia saat melakukan aktivitasnya. Bahan kimia yang sering digunakan dalam pengujian di laboratorium adalah pelarut organik seperti etilbenzena, toluena, dan xilena, yang ketiganya memiliki risiko terhadap kesehatan. Penilaian risiko kesehatan terkait pajanan ketiga bahan kimia yang diteliti menggunakan metode CHRA dari DOSH Malaysia. Penilaian risiko kesehatan dilakukan secara kualitatif melalui penilaian tingkat bahaya (Hazard Rating) dan tingkat pajanan (Exposure Rating). Kecukupan metode pengendalian yang ada (eksisting) juga dievaluasi dalam rangka menilai prioritas aksi (Action Priority). Laboratorium telah menerapkan beberapa pengendalian, antara lain penggunaan exhaust fan, pembukaan jendela dan pintu, pemberlakuan SOP, dan tempat penyimpanan tertutup untuk bahan pelarut. Dari hasil analisis, ditemukan bahwa tingkat risiko pajanan secara inhalasi bernilai 12 (risiko sedang) dan tingkat risiko pajanan secara dermal bernilai 2 (sedang). Dengan kondisi tersebut, diperlukan adanya perbaikan untuk pengendalian risiko yang ada, antara lain penggunaan lemari asam untuk proses yang melibatkan bahan kimia berbahaya, melakukan MCU untuk mengetahui kondisi kesehatan pekerja setelah terpapar BTEX, dan penyediaan APD seperti jas laboratorium, respirator dengan cartridge organic vapor, dan sarung tangan.

Laboratory workers are exposed to various chemicals during their activities. Chemicals that are often used in laboratory testing are organic solvents such as ethylbenzene, toluene, and xylene, all of which have health risks. The health risk assessment related to exposure to the three chemicals studied used the CHRA method from DOSH Malaysia. The health risk assessment was carried out qualitatively through an assessment of the level of hazard (Hazard Rating) and the level of exposure (Exposure Rating). The adequacy of existing control methods was also evaluated in order to assess action priorities. The laboratory has implemented several controls, including the use of exhaust fans, opening windows and doors, implementing SOPs, and closed storage for solvents. From the analysis, it was found that the inhalation exposure risk level was 12 (moderate risk) and the dermal exposure risk level was 2 (moderate). With these conditions, improvements are needed to control existing risks, including the use of fume hoods for processes involving hazardous chemicals, conducting MCUs to determine the health conditions of workers after exposure to BTEX, and providing PPE such as laboratory coats, respirators with organic vapor cartridges, and gloves.
Read More
T-7150
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nathania Andine Nariswari; Pembimbing: Chandra Satrya; Penguji: Zulkifli Djunaidi, Mohammad Adiwirabrata
Abstrak:
Sektor konstruksi yang memiliki proses dan tahapan kerja yang kompleks membuat tempat kerjanya berisiko tinggi mengalami berbagai jenis kecelakaan kerja, tidak terkecuali cedera tangan dan jari. Cedera tangan dan jari, mulai dari luka sayat hingga cacat permanen pada tangan dan jari dapat mempengaruhi produktivitas bahkan dapat mengakhiri karir seseorang. PT X merupakan perusahaan sektor konstruksi dengan persentase cedera tangan dan jari yang mendominasi selama beberapa tahun terakhir. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran risiko terkait cedera tangan pada sektor konstruksi, lebih tepatnya pada proses pemasangan dan pembongkaran aluminium formwork di Jobsite Y PT X. Penelitian menggunakan desain studi deskriptif dengan metode campuran, yaitu metode kualitatif dengan observasi lapangan dan konsultasi, serta metode semi kuantitatif untuk analisis risiko. Analisis risiko dilakukan secara mendalam mulai dari mengidentifikasi bahaya mekanik dan kejadian tak terduga, menganalisis tingkat kemungkinan, pajanan, dan konsekuensi, serta menghitung penurunan risiko dari upaya pengendalian yang telah dilakukan oleh PT X. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat risiko tertinggi terkait cedera tangan dan jari memiliki dampak tangan atau jari terputus, serta terendah dengan dampak cedera ringan akibat terkilir. Terdapat rata-rata penurunan risiko sebesar 37,53% dari upaya pengendalian yang telah dilakukan Jobsite Y PT X terkait cedera tangan dan jari.

The construction sector, which has complex work processes and stages, puts workplaces at high risk of experiencing various types of work accidents, including hand and finger injuries. Hand and finger injuries, ranging from cuts to permanent defects in the hands and fingers, can affect productivity and can even end a person's career. PT X is a construction sector company with a dominant percentage of hand and finger injuries over the last few years. This research aims to provide an overview of the risks related to hand injuries in the construction sector, more precisely in the process of installing and dismantling aluminum formwork at Jobsite Y PT X. The research uses a descriptive study design with mixed methods, namely qualitative methods with field observations and consultations, as well as semi-quantitative methods for risk analysis. Risk analysis is carried out in depth starting from identifying mechanical hazards and unexpected events, analyzing the level of probability, exposure and consequences, as well as calculating risk reduction from control efforts that have been carried out by PT X. The results of the study showed that the highest level of risk related to hand and finger injuries was due to a severed hand or finger, and the lowest was due to minor injuries due to sprains. There is an average risk reduction of 37.53% from the control efforts that have been carried out by Jobsite Y PT X regarding hand and finger injuries.
Read More
S-11669
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Angga Andhika; Pembimbing: Robiana Modjo; Penguji: Baiduri, Hendra, Hasanul Haq Batubara, Rudy Darmanto
Abstrak: Resiko kecelakaan dan masalah kesehatan pada crew akibat kelelahan mempunyai dampak yangsangat besar jika seorang crew mengambil keputusan yang salah dalam mengemudikan kapalatau memberikan perintah kepada anggota crew lainnya. Penelitian ini menganalisis faktor risikokelelahan yang terkait pekerjaan dan faktor risiko kelelahan yang tidak terkait pekerjaan padacrew kapal floating crane di area operasional PT.X. Untuk mengetahui kelelahan pada pelautmenggunakan Subjective Seafarer Fatigue Questionnaire. Studi kasus dilakukan di PT. X.Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional yang digunakan untuk mengetahuihubungan antara variabel dependen dan independen dan diteliti secara bersamaan dalam satuwaktu. Peneliti menggunakan instrument kuesioner dan mengumpulkan data pada seluruh crewkapal floating crane. Hasil penelitian didapakan bahwa crew kapal mengalami kelelahan saatbekerja, Faktor kelelahan crew pada tipe kapal floating crane conveyor lebih besar daripada nonconveyor. Faktor kuantitas tidur merupakan peluang terbesar risiko kelelahan. Kesimpulan padapenelitian ini, faktor yang terkait pekerjaan yaitu waktu kerja, tidur sejenak hubungan tidaksignifikan dengan kelelahan. Lama waktu berada di kapal hubungan signifikan dengan kelelahan.Faktor yang tidak terkait pekerjaan seperti kuantitas tidur,kebiasaan merokok, kebiasaanolahraga terdapat hubungan signifikan dengan risiko kelelahan, kualitas tidur hubungan tidaksignifikan dengan risiko kelelahan.Kata Kunci : Kelelahan, crew kapal.
The risk of accidents and health problems in crew fatigue has a huge impact if a crew made thewrong decision to steer the ship or give orders to the other crew members. Various studies andcase reports prove fatigue on seafarers still a lot going on. This study analyzed the risk factors forwork-related fatigue and fatigue risk factors unrelated to the work crew a floating crane in theoperational area PT.X. To determine the fatigue of seafarers using the Subjective SeafarerFatigue Questionnaire. The case studies conducted in PT. X. This study used a cross-sectionalstudy design is used to determine the relationship between the dependent and independentvariables and studied simultaneously in one time. Researchers used a questionnaire instrumentand collect data on the entire crew a floating crane. From the research that the ship crew fatigueat work, tiredness on the type of vessel floating crane conveyor is greater than non conveyor,sleep quantity factor is the biggest factor has a chance of risk of fatigue. Conclusions onresearch, work-related factors, namely the working time, sleep for a while no significantrelationship with fatigue. The length of time was in significant relation with fatigue. Factorsunrelated work such as quantity of sleep, smoking habits, exercise habits there is a significantrelationship with the risk of fatigue, sleep quality is not significant relationship with the risk offatigue.Keywords: Fatigue, crew boats.
Read More
T-4669
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Mirsupi Usman; Pembimbing: Milla Tejamaya; Penguji: Hendra; Abdul Kadir, Dippu Rocky Nababan, Laode Syahrizal
Abstrak:
Seiring dengan target pemerintah dalam peningkatan produksi minyak dan gas di lepas pantai, maka penggunaan bahan kimia dalam kegiatan produksi minyak dan gas semakin meningkat, hal ini memunculkan kekhawatiran akan potensi permasalahan kesehatan pekerja, oleh karenanya perlu dilakukan kajian risiko kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat risiko (risk rating/RR) kesehatan terkait pajanan dari kesebelas bahan kimia utama yang digunakan pekerja, pada proses produksi minyak dan gas di kapal FPSO XYZ tahun 2022. Metode Chemical Risk Assessment (CRA) yang digunakan adalah Stoffenmanager® 8 version 5.0 yang merupakan tools untuk menilai risiko kesehatan jalur pajanan inhalasi dan dermal dari penanganan enam bahan kimia oleh production technician di area kerja topside deck dan lima bahan kimia oleh utility operator di area kerja machinery deck. Hasil CRA menunjukkan bahwa tingkat risiko (RR) jalur inhalasi dimana satu bahan kimia kategori risiko tinggi (1,highest) delapan bahan kimia kategori risiko sedang (2, medium), dan dua bahan kimia risiko rendah (3, lowest). Sedangkan berdasarkan risk characterization ratio (RCR) pajanan inhalasi, ada dua bahan kimia yang diketahui nilai RCR task ≥ 1, yang berarti perkiraan konsentrasi emisi yang dihasilkan saat beraktivitas (task concentration estimation/TCE) terhadap potensi bahaya terhirup oleh production technician dan utility operator saat beraktivitas pada jarak yang dekat dengan sumber emisi, dikategorikan berbahaya atau risiko tidak dapat di tolerir (Unacceptable risk). Untuk tingkat risiko dermal efek lokal (skin local), sembilan bahan kimia masuk kategori risiko tinggi dan dua bahan kimia masuk kategori risiko sedang. Sedangkan tingkat risiko dermal efek sistemik (skin uptake), empat bahan kimia kategori risiko sedang, dan tujuh bahan kimia kategori risiko rendah. Hasil risk rating (RR) menentukan pula prioritas tindakan (Action Priority/AP) pengendalian risiko kesehatan. Rekomendasi pengendalian adalah menurunkan tingkat bahaya (HR) dengan melakukan penggantian bahan kimia (subtitusi) dengan bahan kimia yang lebih rendah tingkat bahayanya bagi kesehatan, dan untuk pajanan dermal (ER), otomatisasi proses penanganan, modifikasi teknik pekerjaan dengan membuat sistem penambahan bahan kimia secara gravitasi, menurunkan jumlah dosis pemakaian namun tetap efektif efisien (workplace-related modifiers), mengurangi waktu dan frekuensi penggunaan bahan kimia tersebut (activity time), penambahan ventilasi lokal (LEV) selain ventilasi mekanik, serta menggunakan baju khusus tahan kimia beserta sarung tangannya atau Chemsuit (control measures modifiers)

Along with the government's target to increase offshore oil and gas production, the use of chemicals in oil and gas production activities tends to increase, this raises concerns about potential health problems for workers, therefore it is necessary to conduct a chemical health risk assessment. This study aims to analyze the health risk rating (RR) related to exposure to the eleven main chemicals used by workers in the oil and gas production process on the FPSO XYZ ship in 2022. The Chemical Risk Assessment (CRA) method that is used is Stoffenmanager® 8 version 5.0 which is a tool to assess the health risks of inhalation and dermal exposure lines from the handling of six chemicals by production technicians on the topside deck work area and five chemicals by utility operators on the machinery deck work area. The results of the CRA show that the risk level (RR) for the inhalation route are one chemical in the high risk category (1,highest), eight chemicals in the medium risk category (2, medium), and two chemicals in the low risk category (3, lowest). Meanwhile, based on the risk characterization ratio (RCR) of inhalation exposure, there are two chemicals whose RCR task value is ≥ 1, which means the estimated concentration of emissions produced during the activities (task concentration estimation/TCE) against the potential inhalation hazard by production technicians and utility operators when activities at a close distance to the emission source, are categorized as a dangerous or unacceptable risk. For the level of dermal risk of local effects (skin local), nine chemicals are in the high risk category and two chemicals are in the medium risk category. While the level of risk of dermal systemic effects (skin uptake), four chemicals were in the moderate risk category, and seven chemicals were in the low risk category. The results of the risk rating (RR) also determine the priority of action (Action Priority/AP) for controlling health risks. Control recommendations are to reduce the level of hazard (HR) by replacing chemicals (substitutions) with lower chemicals levels of danger to health, and for dermal exposure (ER), automation of handling processes, modification of work techniques by making chemical addition systems automatically. gravity, reducing the number of doses used but still being effective and efficient (workplace-related modifiers), reducing the time and frequency of using these chemicals (activity time), adding local ventilation (LEV) in addition to mechanical ventilation, and using special chemical resistant clothing and gloves or Chemsuit (control measures modifiers)
Read More
S-11183
Depok : FKM-UI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Gina Relimba; Pembimbing: Indri Hapsari Susilowati; Penguji: Robiana Modjo, Ibnu Uzail Yamani
Abstrak:
Rumah sakit merupakan tempat kerja yang berisiko tinggi terhadap terjadinya kecelakaan kerja dibandingkan industri lainnya. Perawat IGD harus selalu siap sedia 24 jam untuk menangani kasus kegawatdaruratan yang dialami oleh berbagai pasien yang datang ke rumah sakit sehingga dengan tanggung jawab tersebut, sangat rentan bagi perawat IGD untuk mengalami kelelahan kerja. Penelitian ini membahas faktor terkait kelelahan kerja pada perawat IGD Rumah Sakit X Tahun 2024. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional yang telah dilakukan pada bulan Juli-Agustus pada seluruh perawat IGD Rumah Sakit X yaitu sebanyak 35 responden. Pengukuran kelelahan kerja perawat menggunakan pengukuran secara subjektif dengan kuesioner Subjective Self Rating Test yang dikembangkan oleh Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) Jepang yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat IGD Rumah Sakit X lebih banyak mengalami kelelahan kerja ringan (71,4%) dan faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja yaitu kebisingan (P-Value=0,027). Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan berbagai upaya pengendalian terhadap pajanan bising bagi perawat IGD di Rumah Sakit X dan juga perlu adanya prosedur fatigue management untuk mencegah dan mengendalikan tingkat kelelahan kerja pada perawat IGD Rumah Sakit X.

Hospitals are workplaces that have a higher risk of work accidents compared to other industries. ER nurses must always be ready 24 hours to handle emergency cases experienced by various patients who come to the hospital so that with this responsibility, ER nurses are very vulnerable to experiencing work fatigue. This research discusses factors related to work fatigue in ER nurses at Hospital. Measurement of nurses' work fatigue uses subjective measurements with the Subjective Self Rating Test questionnaire developed by the Japanese Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) which has been translated into Indonesian. The results of the study showed that ER nurses at Hospital X experienced more mild work fatigue (71,4%) and the factor related to work fatigue was noise (P-Value=0,027). Based on this, it is necessary to carry out various efforts to control noise exposure for emergency room nurses.
Read More
S-11801
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Khansa Fahrinka Ufaira; Pembimbing: Baiduri Widanarko; Penguji: Indri Hapsari Susilowati, Irma Setiawaty
Abstrak: Pekerja kasir berisiko untuk mengalami gangguan otot rangka. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor risiko dari gejala gangguan otot rangka pada kasir. Desain penelitian ini adalah cross-sectional. Pengambilan data dilakukan dengan QEC, kombinasi kuesioner psikososial, NMQ, meteran, dan lux meter. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi gejala gangguan otot rangka tertinggi pada bahu dan terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan gejala pada bahu (OR: 3.575) dan pergelangan kaki (OR: 2.784), kepuasan kerja dengan gejala pada punggung bawah (OR: 3.059), tuntutan kerja dengan gejala pada punggung bawah (OR: 7.650). Salah satu saran berdasarkan penelitian ini adalah melakukan pengaturan kembali workstation kasir.
Kata kunci: ergonomi, gangguan otot rangka, kasir, postur janggal, gerakan repetitif, psikososial

Cashiers are at risk to develop musculoskeletal disorders. The purpose of this research is to identify risk factors of musculoskeletal symptoms. The design of this research is cross-sectional. Data was collected with QEC, combination of psychosocial questionnaire, NMQ, meter tools, and lux meter. Results showed that the highest musculoskeletal symptoms prevalence was found in shoulder and there are significant association between: gender and shoulder (OR: 3.575) & ankle (OR: 2.784) symptoms, job satisfaction and low back symptoms (OR: 3.059), effort and low back symptoms (OR: 7.650). Based on results, it is recommended to adjust workstation based on anthropometry data.
Keywords: ergonomic, musculoskeletal symptoms, cashier, awkward position, repetitive movement, psychosocial factor
Read More
S-9342
Depok : FKM UI, 2017
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive